Sunday, April 13, 2014

PERAN AKAL PADA IMAN

PENDAHULUAN

Ada orang yang mengalami kesulitan didalam memahami tentang peran akal di dalam suatu  keimanan. Karena ada yang menyatakan bahwa akal selalu memiliki peran yang sangat penting di dalam suatu keimanan, akan tetapi ada juga yang menyatakan bahwa suatu keimanan harus didahulukan daripada peran akal karena akal tidak penting didalam mengimani sesuatu. Bahkan ada yang berpendapat bahwa keimanan tidak menuntut peran dari akal samasekali.

Akal dipakai setiap hari, bahkan akal siap saja untuk dipakai tanpa batas asal saja si pemilik memiliki kemampuan untuk memakainya secara terus menerus.

Penulis mencoba dalam tulisan ini untuk memaparkan dan mengungkapkan tentang bagaimana, dan apa peran akal pada keimanan seseorang terhadap sesuatu, terutama keimanan terhadap Tuhan. Tentang benar atau tidaknya kesimpulan yang akan penulis kemukakan di dalam tulisan ini adalah hak penuh pembaca untuk  menilainya, karena kebenaran yang mutlak hanyalah milik Yang Maha Segalanya.

Untuk mengungkapkan tentang peran akal pada keimanan, maka ada beberapa istilah yang dipakai sehari-hari perlu untuk dibahas untuk diketahui terlebih dahulu karena perannya akan selalu berhubungan dengan penggunaan akal, antara lain: Ilmu, Otak, Renung, Jiwa, Ruh, Hati, Kalbu dan Lubuk, Angan-angan, Akal, Pikir dan Insting serta yang terakhir adalah Mata dan Cahaya.

ILMU

Ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu "Ilm", yang berarti pengetahuan, yaitu pengetahuan yang didapat dari hasil usaha atau datang secara tak terduga karena penyelidikan atau mempelajari berdasarkan teori dan pengalaman yang kemudian disimpan di dalam memori otak. Sifat ilmu yang terekam di dalam otak adalah tidak abadi selama masa kehidupan seseorang, bahkan terkadang sangat sementara. Artinya ilmu bisa hilang kapan saja bilamana tidak terlalu penting dan/atau tidak dipakai. Ini dikarenakan kemampuan otak manusia yang terbatas untuk selalu mengingatnya. Oleh karena itu ketika mendapatkan ilmu diperlukan usaha untuk mencatat atau menerapkannya secara terus menerus.

Ilmu yang datang secara tiba-tiba adalah ilmu yang didapat karena mengalami suatu kecelakaan. Dengan pengalaman yang tak terduga itu seseorang dapat mengetahui berdasarkan pengalamannya, sehingga dia bisa mendapatkan pengetahuan yang dapat dipercaya karenanya dan bisa bercerita tentang apa yang pernah dialaminya dibandingkan dengan apabila dia tidak mengalaminya. Sedangkan ilmu yang didapatkan dari mencari yaitu pengetahuan yang didapat dengan cara usaha baik sukarela atau keterpaksaan agar yang sebelumnya tidak diketahui menjadi diketahui.

OTAK

Otak yang dimaksud adalah otak dari setiap makhluk hidup, yaitu sekumpulan sel yang memiliki saraf yang dinobatkan sebagai pusat dalam memberikan sinyal untuk mengendalikan seluruh aktifitas tubuh termasuk anggota badan, perasaan dan pikiran. Termasuk juga semua keseimbangan tubuh dikendalikan oleh otak seperti keseimbangan gerak, keseimbangan pengaturan bahan kimia dari masing-masing bagian tubuh yang dibutuhkan, keseimbangan suhu tubuh yang dibutuhkan, dan lain sebagainya.

Otak sebenarnya semacam wadah atau cawan untuk menampung dan mengolah akal. Untuk itu otak memiliki kapsitas dimana setiap jenis makhluk tertentu memiliki kapasitas yang kurang lebih sama besarnya. Jenis hewan tertentu memiliki kapasitas tertentu pula. Manusia akan memiliki kapasitas tertentu pula. Walaupun ada orang yang memiliki kapasitas penampungan yang kecil apabila orang tersebut memiliki kelainan.

AKAL

Sebagian penjelasan mengenai akal akan dijelaskan pada penjelasan istilah "Nafsu". Lebih jelasnya bahwa akal merupakan (sejumlah) energi yang ada di dalam otak. Otak merupakan wadah penampung energi akal. Setiap wadah akan memiliki batas, dan setiap orang memiliki jumlah energi yang berbeda-beda dikarenakan setiap orang memiliki kapasitas wadah yang berukuran berbeda pula walaupun sedikit perbedaan itu.

Yang namanya energi itu merupakan suatu kemampuan terpendam yang dapat dipakai sewaktu-waktu. Kemampuan ini jika tidak dipakai untuk yang bermanfaat akan menjadi energi yang terbuang bersama dengan berjalannya waktu. Jadi, jumlah energi di dalam otak itu konstan setiap waktunya. Artinya, kemampuan otak tidak akan melebihi kapasitasnya di dalam menampung energi berupa akal.

Energi otak yang berupa akal itu memiliki sifat tumbuh semakin membesar, lalu pada saatnya akan melemah (bukan berkurang), hal ini karena kapasitas otak sendiri yang berubah. Energi otak dimulai dari jumlah yang kecil ketika manusia masih berupa bayi karena wadahnya juga kecil, lalu semakin membesar jumlah energinya seiring dengan pertumbukan raganya dan berhenti tumbuh sampai ukuran jumlah tertentu sesuai dengan berhentinya pertumbuhan raganya. Lalu akan melemah lagi dalam pemakaiannya walaupun jumlah energi otaknya tetap sama seiring dengan melemahnya kekuatan raganya pula, dan sudah tidak lincah lagi. Itu terjadi ketika seseorang sudah semakin tua dan semakin lemah pula raganya.

Kapan energi otak yang berupa akal itu dimasukkan ke dalam makhluk hidup?

Untuk menjawab pertanyaan ini memang tidak mudah karena tidak ada statemen yang pasti, tetapi apabila dilihat dari tanda-tanda yang ada, maka akal pada makhluk hidup itu diberikan ketika sebelum makhluk hidup itu lahir ke dunia. Karena salah satu ciri makhluk yang memiliki akal dia akan menghindar jika ada bahaya, dia akan mencari puting untuk menyusu kepada induknya, dia akan menangis karena adanya rasa tersiksa akibat perbedaan keadaan ketika ada di perut dan di dunia luar perut ibunya ketika setelah lahir ke dunia, dan sebagainya.

Bagi sebagian hewan yang dapat menangis sebenarnya adalah hewan bersangkutan memiliki akal sampai kadar bisa menangis, seperti manusia ketika masih bayi dengan keterbatasan akal yang dimilikinya. Semakin besar cawan penampung menjadi semakin besar dan akalnya  semakin besar pula. Ini ditunjukkan dengan gelagat si makhluk hidup itu yang semakin dapat mengekspresikan/menunjukkan expresi terutama ketika mengalami kesedihannya atau siksa.

Bagi seorang bayi yang baru terlahir ke dunia hanya memiliki akal yang sangat terbatas dan dipastikan dia hanya bisa mengekspresikan kesedihannya saja dengan langsung menangis begitu ke luar dari rahim ibunya. Hal ini mengindikasikan bahwa bayi bersangkutan merupakan seorang manusia yang sudah memiliki akal walaupun berukuran lemah hanya sebesar mengekspresikan kesedihannya dengan menangis. untuk itu, apabila ada bayi yang tidak bereaksi ketika dilahirkan, maka kemungkinan akalnya belum mampu untuk mengekspresikan perubahan dunianya.

 Dimana semakin lama akal bayi akan semakin kuat seiring dengan semakin besarnya bayi dengan ditunjukkan dengan tanda kemampuannya mengekspresikan kegembiraannya melaui senyum dan atau tawa. dan sampai bisa mengekspresikannya dalam bentuk berbicara.

Jadi, apabila ada manusia yang tidak bisa tersenyum atau tertawa ketika merasa senang, maka sebenarnya manusia itu ingin meniru sifat makhluk yang tidak memiliki akal. Bahkan apabila ada manusia yang tidak bisa berbicara (buksn karena bisu) ketika mendapakan sapaan untuk berbicara, maka dia sebenarnya sedang merendahkan tingkat akalnya sendiri.

PIKIR

Pikir bukan berarti akal. Pikir jika divisualisasikan merupakan suatu kerja atau usaha dari akal. Secara sederhana jika dimisalkan adalah, akal itu energi dan pikir itu adalah usaha, sedangkan hasilnya adalah bentuk energi lain persatuan waktu yang disebut daya. Jadi, buah pikiran itu merupakan daya yang tergantung dari besaran energi yang digunakan. Sedangkan energi dapat menghasilkan gaya. Dan ketika suatu gaya digunakan lalu dapat menghasilkan pergeseran jarak, maka itu yang dinamakan usaha/kerja.

Jadi, walaupun seseorang sudah memiliki energi otak berupa akal, tetapi tidak berusaha untuk dirubahnya menjadi gaya untuk digunakan agar dapat memindahkan sesuatu sesuai kehendak sejauh jarak tempuh/jarak tertentu, maka orang itu tidak menggunakan energi otaknya untuk berpikir.

RENUNG

Renung adalah suatu aktivitas kerja akal yang disebut pikir, dengan memikirkan sesuatu secara seksama, memakan waktu yang relatif lama bahkan berkecenderungan secara terus menerus, dalam keadaan sepi/sunyi dan secara mendalam. Aktivitas renung bisa mengakibatkan timbulnya suatu percakapan di dalam diri antara yang ada di dalam hati dan di dalam otak dengan harapan mendapatkan suatu kesimpulan titik temu dari keduanya berupa hasil renungan. Hasil renungan ini biasanya berupa falsafah hidup baru dari diri perenung dan bersifat kokoh bersemayam di dalam kalbu hati.

INSTING

Ketika ada suatu kejadian di sekitar kita, terkadang kita tercengang, tertegun dan sebagainya tanpa bisa banyak berbuat sesuatu. Namun didalam keadaan demikian kita tanpa sadar melakukan reaksi sedemikian rupa untuk merespon kejadian itu secara cepat dan tepat. Itulah yang banyak orang katakan sebagai gerakan akibat dari pengaruh insting. Yang paling banyak terjadi adalah reaksi tubuh ketika secara tiba-tiba ada orang yang menyentuh bagian yang sensitif seperti bagian samping perut, lalu secara cepat pula reaksi tangan yang langsung bergerak dengan menyikut atau meliukkan tubuh untuk menghalau ataupun menghindar dari apa yang sedang menyentuh atau menghindari orang yang menyentuh bagian samping perut kita. Gerakan demikian disebut gerak reflek, bukan insting.

Lalu bagaimana dengan hewan?. Ketika seekor singa sedang mengintai mangsanya, singa dengan cara yang sangat hati-hati melakukan pergerakan, baik itu secara berkelompok ataupun sendiri-sendiri. Cara singa memburu mangsa mereka dilakukan secara insting. Jika diamati pergerakan bagaimana singa memburu mangsanya, lalu akan timbul pertanyaan kecil:

Apakah singa tidak memiliki akal didalam memburu mangsanya?. Ataukah hanya dengan nafsunya saja singa dalam memburu mangsanya?.

Contoh lain adalah pergerakan sekelompok gajah di hutan luas. Gajah secara berkelompok ditengarai bergerak berdasarkan pergerakan/pergeseran musim untuk mendapatkan makanan mereka. Pergerakan sekelompok gajah ini dilakukan dengan menggunakan insting mereka. Dengan pertanyaan yang sama akan diajukan untuk sekelompok gajah ini, apakah mereka hanya memakai nafsu saja?. Ataukah mereka juga menggunakan akal? Ataukah mereka menggunakan keduanya?.

Jika kita perhatikan bahwa nafsu itu merupakan suatu hasrat atau keinginan kuat yang menyebabkan anggota tubuh bergerak tanpa kendali. Pengendali nafsu hanyalah akal. Jikalau singa hanya menggunakan nafsunya didalam mengintai dan memburu mangsannya. Lalu mengapa singa melakukan pengintaian dan pergerakan secara hati-hati terlebih dahulu sebelum menerkam mangsanya?. Di sinilah bukti bahwa singa menggunakan akal mereka didalam memburu mangsanya. Jika demikian sebenarnya singa memiliki akal. Jika memiliki akal maka singa bisa berfikir juga.

Dari satu contoh tentang singa di atas menunjukkan bahwa hewan itu dilengkapi juga dengan akal selain nafsu. Tetapi akal mereka terbatas sekali, terbatas hanya untuk memberi keseimbangan kepada nafsunya. Bukan akal sebesar yang dimiliki manusia, dimana akal manusia bukan hanya dapat mengendalikan nafsu melainkan dapan mengalahkan nafsu mereka.

Seperti yang dijelaskan tentang nafsu dan akal bahwa bagi makhluk hidup yang memiliki akal yang besar, maka dia dapat mengekspresikan emosinya dengan menangis. Dan apabila dapat mengekspresikan senyum atau tawa, maka sebenarnya makhluk itu telah memiliki akal yang cukup besar.

Jadi, insting merupakan perilaku yang ditimbulkan oleh nafsu yang dikendalikan secara seinmbang oleh akal.

RUH DAN JASAD

Difinisi ruh ini memang sangat sulit untuk dijelaskan, tetapi yang paling populer berdasarkan firman Tuhan di dalam Alqur'an berikut ini:

"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, ruh adalah urusan Tuhan-ku, kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit". -QS Al Isra’ 17: 85,

“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”. (QS. Al-Hijr : 29)

Walaupun ada difinisi lain tentang arti dari ruh ini seperti yang diartikan sebagai Malaikat Jibril atau Makhluk yang lebih tinggi daripada malaikat, namun yang akan dibahas di sini adalah ruh yang "ada" di dalam setiap manusia.

Secara sederhana apabila mengacu kepada dua ayat Alqur'an tersebut di atas tentang ruh, walaupun ini terlalu dangkal dalam pemberian arti dan maknanya, adalah setiap makhluk hidup terdiri dari jasad dan ruh. Jasad berupa sekumpulan daging dan tulang yang membentuk rupa tertentu. Sedangkan ruh adalah sekumpulan energi yang ditiupkan oleh Tuhan setelah jasad itu kejadiannya (berbentuknya?) sempurna dan menyebabkan jasad menjadi hidup dan disebut makhluk hidup.

Jasmani adalah jasad yang sedang memiliki ruhnya sendiri, sedangkan rohani adalah ruh yang sedang memiliki jasad tertentu.  Rohani adalah energi ruh untuk jasad tertentu yang menyertai dan menyebabkan jasad tertentu menjadi hidup dan layak untuk disujudi oleh makhluk yang lain. Jadi, jasad tanpa adanya ruh disebut makhluk mati, jika ini terjadi pada manusia, maka disebut mayyit atau jenazah, sedangkan ruhani tanpa jasad disebut ruh.

Menurut Imam Ghazali dalam bukunya yang berjudul; Metafisika Alam Akhirat, didalam mendifinisikan ruh itu diumpamakan sebagai satu bayangan di dalam cermin, bayangan itu (ruh) akan timbul apabila ada badan yang sedang berposisi di depan cermin, apabila ditanyakan mengenai tempat ruh itu berada, jawabannya bisa dikatakan di dalam atau bisa dikatakan di luar cermin. Jika si badan tidak berada di depan cermin, maka si bayangan juga lenyap dari penglihatan dan sebaliknya. Jika cermin semakin bersih, maka bayangan di dalamnya semakin jelas, demikian kesimpulan Sang Imam.

Jika mengacu pada QS. Al-Hijr : 29 di atas, maka asumsi Imam Ghazali ini adalah tidak tepat, karena ruh Tuhan ditiupkan ke dalam tubuh yang sudah dinibatkan berkejadian sempurna (bentuknya?). Artinya ruh itu berada atau bersemayam di dalam tubuh makhluk hidup. Lain halnya ketika angin meniup dahan-dahan, posisi angin yang bertiup tidak masuk ke dalam dahan, di sini tidak, karena ada kata "ke dalamnya", nya adalah kata ganti si manusia yang sudah dinobatkan sempurna kejadiannya.

Jika ditelaah lagi secara lebih sederhana agar lebih mudah untuk masuk akal, maka ruh adalah suatu energi yang menyebabkan jasad menjadi hidup. Jika diibaratkan seperti radio yang akan menyala jika diberi energi listrik. Akan tetapi jangan berpikir bahwa ruh itu akan secara terus-menerus menghidupkan si jasad, dia ada di dalam tubuh sebagai start-up saja, dan akan terus berada di situ sampai si manusia meninggal dunia. Mengenai kelanjutan energi agar manusia itu bisa terus bertahan hidup adalah tergantung dari usahanya agar bisa terus hidup. Asupan dari ibu ketika masih di dalam kandungan, dan dari luar ketika sudah lahir, dan seterusnya.

Tentu saja, karena ruh itu milik Tuhan;; "ruh-Ku", menurut firmanNya, maka energi yang dibawa ruh adalah untuk energi yang bersifat natural. Akibat yang disebabkannya adalah perjalanan yang bersifat alamiah.

Ruh bukanlah nafas, tetapi nafas merupakan salah satu kegiatan otomatis dari badan karena adanya energi ruh yang menghidupkan badan. Akan tetapi karena nafas adalah sesuatu yang paling akhir yang dapat dilihat secara nyata sebelum manusia dinyatakan meninggal, maka banyak orang menganggap bahwa nafas itu adalah ruh. 

Demikian pula segala aktivitas lainnya di dalam tubuh, dengan adanya kegiatan pernafasan dari badan, maka organ lain seperti jantung yang selalu berdetak yang mengakibatkan peredaran darah ke seluruh tubuh. Otak dengan energi akal akan dapat digunakan untuk berpikir. Hati yang dapat dipakai sebagai tempat untuk mengeluarkan niat. Serta gerak-gerik seluruh anggota badan dapat dikendalikan, itu disebabkan oleh adanya energi ruh pada suatu jasad.

Ruh tidak dapat mempengaruhi keinginan suatu aktifitas daripada tubuh, karena ruh tugasnya hanya agar jasad menjadi hidup ketika  dinyakan-Nya sudah sempurna. Sedangkan kegiatan daripada si jasad itu ketika masih hidup sepenuhnya tergantung dari si jasad hidup itu sendiri tentang apa dan bagaimana segala aktivitasnya ingin dan akan dilakukan, karena energi hidupnya sudah bukan dari energi ruh lagi, melainkan energi yang diusahakannya sendiri. Akan tetapi energi start--up ruh masih di dalam tubuh tanpa bisa berbuat apa-apa menunggu sampai jasad kehabisan energinya sendiri, sehingga menjadi mati ketika itu itu ruh pergi juga.

JIWA DAN RAGA

Jiwa adalah sesuatu yang selalu dikaitkan dengan raga. Raga merupakan Jasad yang hidup tanpa kehendak, sedangkan jiwa adalah energi yang menyebabkan raga memiliki kehendak atau semangat yang disebut spirit. Jadi, raga dan jiwa yang menyatu menyebabkan kehidupan dari makhluk hidup bersinergi untuk memiliki gairah tujuan, maka raga tanpa jiwa merupakan jasad hidup tak memiliki kehendak atau tujuan. 

Jadi, semua makhluk akan memiliki jiwa, karena semua makhluk memiliki arah tujuan, akan tetapi tujuan mereka tidak seperti manusia. Inilah salah satu hal yang membedakan antara manusia dan makhluk hidup lain.

Jadi, raga sesungguhnya adalah jasad yang memiliki ruh sebagai start-up agar menjadi hidup, disebut juga jasmani. Sedangkan jiwa sebagai energi agar raga bersemangat menuju tujuan.

Jika seseorang menanyakan dimana letaknya jiwa, maka jawabannya adalah ada pada raga yaitu pada  jasad yang hidup, pada jasad termasuk energi ruh dan energi setelah ruhnya. Dan jika ada orang yang menyatakan bahwa seseorang tidak menjiwai tentang apa yang sedang ia baca, maka sesungguhnya orang tersebut bermaksud ingin mengatakan bahwa, orang yang sedang membaca itu tidak mengerti maksud tujuan atau semangat dari yang sedang ia baca.

NAFSU

Nafsu merupakan besarnya energi jiwa yang didorong oleh tuntutan raga yang keluarnya disalurkan dari dalam kalbu (gugus luar hati). Sehingga nafsu dapat menibulkan suatu gairah akibat dari kuatnya/besarnya suatu dorongan tuntutan raga yang divisualisasikan dalam bentuk keinginan. Keinginan ini ditimbulkan oleh energi jiwa yang besar karena tuntutan raga yang akan dipersembahkan untuk raga. Nafsu merupakan suatu keinginan sedemikian kuat dari dalam raga (karena tuntutan raga) dengan bantuan energi jiwa, sehingga mampu mempengaruhi raga dalam mencapai tujuannya.

Yang dapat mengurangi atau menghilangkan nafsu adalah kemampuan dari energi raga. Sedangkan hal yang dapat mengendalikan nafsu adalah energi akal, inilah juga salah satu hal yang membedakan antara hewan dan manusia. Nafsu bersifat tidak toleransi, galak dan kejam dimana apabila nafsu itu sudah mulai timbul dalam raga yang ada hanyalah bagaimana agar keinginan (baca tujuan) nafsu itu dapat tercapai untuk memuaskan raga.

Ditengarai bahwa nafsu itu diberikan kepada setiap makhluk hidup oleh Tuhan. Sedangkan pada  manusia karena diberi energi akal yang kuat, maka nafsu diterima oleh manusia pada fase lebih awal daripada fase penerimaan akal. Untuk itulah bayi yang ada di dalam perut akan bergerak ketika ada tuntutan yang diinginkan oleh raganya.

Bagi bayi yang masih kecil apabila nafsunya tidak tersampaikan atau terpenuhi dia akan mengekspresikannya dengan kesedihan yaitu dengan menagis. Tetapi setelah nafsunya sudah terlampiaskan diapun belum mampu untuk mengekspresikan kesenangannya dengan mengeluarkan senyum atau tawa, hal ini terjadi sampai umur tertentu setelah besaran akalnya cukup untuk mengekspresikan senyum atau tawanya. Mungkin gejala ini yang dimiliki oleh sebangsa hewan, mereka mengexpresikan nafsunya dengan meraung-raung atau apasaja tetapi belum ke tingkatan menangis dikarenakan tingkatan energi akal mereka yang rendah.

Jadi, nafsu itu adalah hasrat atau keinginan raga, bukan yang lainnya.

Pertanyaannya, lalu di mana letak nafsu itu sesungguhnya dikeluarkan..? Di bawah akan dibahas letak nafsu itu berada.

HATI, KALBU DAN LUBUK

Hati dalam bentuk terdiri dari gumpalan daging yang umumnya berada di dalam dada. Jika divisualisasikan sebagai sesuatu yang dinamis sebenarnya hati merupakan makhluk berupa suatu wadah sangat luas yang pada awalnya bersih dan kosong, ketika sedang bekerja memancarkan kekuatan dari sekitar dada dimana segumpal daging yang disebut hati berada. Hati terdiri dari dua gugus bagian, gugus bagian luar disebut kalbu dan gugus bagian dalamnya merupakan inti dari hati yang disebut lubuk.

Hati merupakan tempat untuk pertamakali dicurahkan/ditempatkannya seluruh fitrah diri manusia dari Tuhan sesuai dengan kodrat dan sifat diri manusia sebagai makhluk Tuhan di dunia. Fitrah itu diletakkan di dalam inti hati yang disebut lubuk hati. Lubuk hati yang sudah berisi fitrah disebut hati nurani. Yaitu hati yang terterangi. Sedangkan gugus luar hati, kalbu merupakan tempat daripada nafsu dan karakter itu keluar.

Jadi, nafsu itu dikeluarkaan melalui kalbu, nafsu bukan dari dalam lubuk.

Hati dapat tercemar menjadi kotor oleh kenyataan dan pengalaman pribadi yang dirasa oleh indera dan/atau ilmu yang didapatkan di dalam hidup. Dimana letak pencemaran hati ini hanya sebatas di tempat yang disebut kalbu, sehingga yang keluar atau yang selalu tampak dari luar adalah warna baru yang dipancarkan dari warna baru kalbu yang tercemar atau terpengaruh tadi. Untuk itulah banyak orang yang menyebutnya bahwa hati itu adalah kalbu karena warna hati yang tampak dan tercermin kepada perilaku adalah warna kalbu. Hal ini identik ketika Bumi dipandang dari Luar Angkasa yang tampak adalah bagian luar kulit bumi. Dan di situ ada sungai, laut, gunung-gunung dan sebagainya barat kalbu. Ada nafsu, ada karakter, ada sifat baru dan lain sebagainya.

Ini dapat dikatakan bahwa cahaya hati yang tampak/yang keluar adalah cahaya dari kalbu. Kemudian cahaya yang keluar dari inti hati/lubuk hati adalah cahaya yang disebut Nurani, yaitu cahaya kodrat manusia yang bersih tak terkontaminasi keluar dari dalam hati yang paling dalam.

Cahaya kalbu hati merupakan refleksi atau cermin daripada sifat seseorang. Cahaya itu bisa terang, bisa tercemar, bisa redup, bahkan bisa gelap. Yang terakhir inilah biasanya yang disebut dengan hati yang buta, yaitu hati yang tidak mampu melihat tanda-tanda anugerah kebesaran rahmat Tuhan di Alam ini. Ada pula hati yang busuk, hal ini akan berdampak pada perilaku si empunya hati tidak ingin memberi keuntungan apapun (baca: selalu ingin memberikan kerugian) kepada yang lain, sehingga rasa untung selalu hanya untuk dirinya sendiri.

ANGAN-ANGAN

Ketika keinginan yang melebihi kapasitas diri datang, ketika keinginan diluar kemampuan  itu datang, maka itu disebut angan-angan. Angan-angan sering disebut sebagai cita-cita. Angan-angan bukanlah sesuatu yang mustahil dapat digapai

Lubuk hati adalah suatu bagian dari hati yang letaknya berada di tempat/gugus hati yang paling dalam. Di dalam lubuk hati inilah semua fitrah berada, di dalam lubuk hati inilah semua keimanan yang hakkul yakin bersemayam. Walaupun ada keimanan yang bersemayam di kalbu saja, yaitu keimanan yang bersifat ikut-ikutan saja.

Seiring dengan perkembangan diri manusia dari bayi sampai dewasa, maka berkembang pula kekuatan akal manusia, lalu akal akan bekerja bersama-sama dengan hati untuk memberikan netralisasi dan pertimbangan akal ketika keinginan hati (nafsu) sedang bekerja terutama ketika kerja hati mulai terbentur dengan keragu-raguan karena keluar dari hukum-hukum Tuhan. Daripada itu, jika akal tidak dapat menetralisir, maka hati akan tercemar.  Karena kekuatan kerja akal yang dahsyat, maka keinginan hati dapat dibendung oleh kenyataan melalui seluruh indera diri yang ada, sehingga keduanya memaklumi suatu kesimpulan untuk dijadikan falsafah hidup baru dan untuk diletakkan di dalam lubuk hati.

Untuk membersihkan kotoran yang telah mencemarkan kebersihan hati, maka akal harus bekerja secara terus menerus memikirkan tentang ke Esaan Tuhan.

MATA DAN CAHAYA

Tidak akan terbantahkan semua pengetahuan yang tersimpan di dalam memori otak, semua informasi dari luar sebagian besar direkam melalui apa yang disebut "mata". Penulis ingin menunjukkan bahwa kata mata dengan tanda kutip bermakna lebih luas daripada mata yang melengkapi indera yang terletak di bagian depan kepala. Untuk itu penulis ingin menjelaskan apa yang dimaksud dengan kata mata ini. Mata yang dibahas di sini adalah "mata" yang berfungsi normal, tidak cacat.

Seperti yang disinngung bahwa mata merupakan suatu perangkat, suatu alat atau suatu fasilitas yang dipakai oleh makhluk hidup untuk menerima informasi atau data dari luar tubuh untuk diserap dan kemudian diproses sebagai pelengkap didalam melanjutkan perjalanan hidupnya. Dari definisi ini sebenarnya "mata" bukan hanya terbatas panca indera (mata, kulit, mulut, telinga dan hidung) manusia, tetapi fasilitas lainnya seperti akal dapat disebut juga dengan "mata".

Contoh sederhana adalah, bagaimana seseorang meyakini bahwa Tuhan itu ada (maujud), sedangkan selama hidup di alam dunia ini tak seorangpun mampu melihat dengan panca indera tentang wujud Tuhan. Berarti ada mata lain yang dapat meyakinkan seseorang, sehingga meyakini bahwa Tuhan itu ada.

Tetapi, mata saja tidak akan cukup untuk dapat melihat sesuatu. Mata saja tidak akan dapat menyingkap rahasia tentang adanya Tuhan bagi seseorang. Karena "mata" memiliki kemampuan hanya untuk melihat sesuatu yang telah tampak itu ketika mendapatkan cahaya.

Bagi barang yang kasat mata apabila diletakkan di dalam ruangan tanpa cahaya mustahil untuk di lihat secara visual. Juga bagi mereka yang tidak memiliki ilmu atau pengetahuan, mustahil akan mampu untuk melihat sesuatu yang tidak kasat mata. Demikian juga dengan keyakinan yang berhubungan dengan rasa, seperti panas, dingin, manis dan lain sebagainya, mustahil seseorang akan meyakininya apabila belum pernah mengalaminya.

Untuk itu agar sesuatu itu dapat dilihat, maka selain mata harus ada cahaya. Cahaya yang diperlukan untuk menvisualisasikan agar sesuatu itu dapat dilihat. Untuk barang yang kasat mata cahayanya adalah sinar. Untuk melihat rasa cahayanya berupa pengalaman. Dan untuk melihat sesuatu yang tidak kasat mata, cahayanya berupa ilmu atau pengetahuan.

IMAN

Iman berasal dari bahasa Arab yang berarti percaya, dan secara istilah ialah mempercayai sesuatu yang tidak dapat dilihat akan tetapi bisa dijangkau secara akal atau angan-angan dan pembuktian benar tidaknya hanya kelak di Alam Akhirat. Yang dimaksud dengan dapat dijangkau secara akal adalah masuk akal. Dari definisi yang dijelaskan ini, maka iman bukanlah hal yang mudah karena harus mempercayai sesuatu yang tidak dapat dilihat dengan mata ketika masih hidup kecuali setelah mati. Hal ini juga akan mengakibatkan keimanan yang lainnya, yaitu mengimani akan adanya kehidupan lain setelah mati. Hal inilah yang menyebabkan beriman di dalam Islam merupakan suatu ibadah bagi yang sudah menjadi Islam, sehingga siapa yang memilikinya akan mendapatkan pahala dari Allah SWT.

Jadi, apabila seseorang mengimani sesuatu, ini sebenarnya orang itu mempercayai sesuatu dimana dia tidak akan pernah melihat sesuatu itu secara gamblang di dunia ini atau, bahkan tidak akan pernah melihatnya walaupun dia berada di Akhirat nanti. Ketika seseorang mengimani bahwa Allah SWT itu ada, maka jangan mengharapkan dia dapat melihat Allah SWT ketika dia masih hidup di dunia ini. Ketika seseorang mengimani bahwa Al Qur'an itu adalah Kalamullah, maka jangan harap dia bisa menyaksikan bahwa Allah sedang berfirman ketika Al Qur'an diwahyukan kepada Rasul SAW. Ketika seaeorang beriman kepada Muhammad SAW sebagai Rasul Allah SWT, maka jangan harap dia bisa menyaksikan ketika Allah SWT sedang menobatkan Muhammad SAW dianggak menjadi Rasul-Nya.  Demikian pula ketika seseorang mengimani adanya hari Akhirat, jangan mengharapkan ketika di dunia ini  dapat melihat kehidupan Akhirat. Inilah definisi iman yang sebenarnya, yaitu mempercayai sesuatu yang tidak mungkin dapat ia lihat, tidak mungkin ia menyaksikan apa yang diimani itu ketika dia masih berada di dunia ini, bahkan dia mungkin tidak akan pernah melihatnya apa yang dia imani itu baik di dunia ataupun di akhirat nanti.

Banyak ayat-ayat di dalam Al Qur'an yang menyebutkan tentang keimanan. Dimana keimanan itu merupakan suatu kewajiban yang harus dilalui sebelum menjadi Islam. Hal itu mengapa dikatakan begitu?. Jikalau hanya beriman saja seseorang belum bisa dikatakan Islam jikalau belum melaksanakan perintah wajib lainnya yang sudah ditetapkan oleh Al Qur'an seperti beramal soleh, sholat, puasa berinfak dan lain sebagainya.  Jadi, iman itu merupakan kunci pembukan bagi seseorang untuk menjadi Islam. Yaitu iman terhadap adanya Allah sebagai Tuhan untuk semesta alam ini. Kemudia pintu Islam itu bisa dibuka untuk memasukinya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Inipun seseorang baru memasuki Islam, sedangkan untuk menjadi islam, maka seseorang harus melaksanakan semua perintah di dalam Islam.

YAKIN

Banyak orang yang rancu tentang difinisi yakin ini, ada yang mengatakan bahwa yakin merupakan tingkatan yang paling tinggi daripada iman. Akan tetapi bukti mengatakan lain. Berikut adalah beberapa ayat Alqur'an sebagai contoh.

"Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin, Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)" (Q: Attakatsur, 5-8).

Pada ayat di atas disebutkan bahwa yang dimaksud mengetahuan di sini adalah "ilmu", ilmu pun bisa dipakai sebagai sesuatu untuk meyakini sesuatu pula.  Dengan ilmu, maka kejadian bisa diprediksi, dan bisa dikatakan bahwa apabila persyaratan yang diminta oleh ilmu itu, maka selanjutnya dipastikan akan terjadi. inilah mengapa istilahnya "ilmul yaqin".  Itulah arti mengetahui dengan pengetahuan yang yakin.


Lalu pada kalimat berikutnya yang mengandung "ainul yakin" semakin memperkuat bahwa yakin itu harus dilihat. yaaitu dengan ain atau mata.

"Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar kebenaran yang diyakini". (Q: Alhaqqah, 51).

Pada ayat ini dikatakan bahwa ayat-ayat yang terkandung di dalam Alqur'an itu adalah benar-benaar bisa dibuktikan di dunia ini. Contoh sederhananya adalah bagaimana tumbuhan dihidupkan, manusia dilahirkan, penciptaan manusiaa dari apa, tentang gunung--gunung, tentang asal mula bumi dan banyak lagi yang dinyatakan di dalam Alqur'an melalui ayat-ayatnya. 

Akan lain halnya apabila dikatakan bahwa Alqur'an itu dari Tuhan, karena untuk mempercayai bahwa Alqur'an itu dari Tuhan, maaka itu adalah termasuk renah iman.

"Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini". (Q: Aljasiah, 20).

Ayat ini sebenarnya ingin menerangkan bahwa, apabila telah datang suatu keyakinan dengan kata lain telah terbukti bahwa isi ayat-ayat Alqur'an itu telah terbukti kebenarannya dengan melihat kejadiannya di dunia ini, maka jadikanlah Alqur'an itu suatu petunjuk. Ini bukan lagi keimanan yang diminta, melainkan keyakinan apabila ingin dijadikan sebagai petunjuk.

"dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)". (Q: Alhajar, 99).

"hingga datang kepada kami keyakinan/kematian" (Q: Almaddatsir, 47)


"dan kepada akhir kehidupan mereka yakin" (Q: Albaqarah: 4).

Dari ketiga ayat dari surat Alhajar, 99; Almaddatsir, 47; dan Albaqarah 4 menunjukkan bahwa keberakhiran itu akan datang dan itu diyakini. Makhluk seperti manusia, hewan dan tumbuhan akan berakhir dengan kematian. Bintang-bintang akan mati manakala kehilangan sinarnya. Gunung-gunung akan berakhir ketika meletus dan lain sebagainya.  Artinya keberakhiran itu adalah sesuatu yang bisa dibuktikan di dunia, sehingga percaya pada suatu keberakhiran itu merupakaan suatu keyakinan.


End.

Abu Dhabi Medeo 13/04/2014




No comments: