Wednesday, June 20, 2012

Apa Arti Sebuah Nama?


Setiap sesuatu di dunia ini dipastikan akan mempunyai nama. Sesuatu yang baru saja ditemukan akan juga diberinya nama. Yang lebih khusus lagi adalah manusia, setiap anak manusia yang terlahir ke dunia akan diberi nama. Mengapa ini diberi kata khusus di situ, karena bagi hewan atau tumbuhan yang 'terlahir' ke dunia mereka tidak pernah diberi/memiliki nama kecuali penyebutan jenisnya saja. Sebagai contoh, kucing berbulu tiga warna melahirkan empat bayi kucing, semua anak-anak kucing itu disebut anak kucing dan ketika besar nanti akan dipanggil kucing, demikian pula tumbuhan, mereka kebanyakan hanya dipanggil sesuai jenisnya saja, misalnya mangga, asam, jati, dll. Lain halnya dengan manusia, tidak ada seseorang yang terlahir tetap dipanggil atau bernama bayi, tidak ada manusia yang hanya dipanggil negro atau bule atau manusia saja. Semua manusia pasti memiliki nama khusus tersendiri oleh orang tuanya yang diberikan sejak mereka dilahirkan ke dunia.

Ada yang berpendapat bahwa pemberian nama untuk seorang anak manusia agar diambil dari kata yang memiliki arti atau tujuan yang baik tujuannya agar kelak mereka akan menjadi orang yang baik pula atau jika nama si anak merupakan tiruan dari nama seseorang yang pernah hidup baik, pahlawan misalnya nanti ketika dewasa diharapkan anak tersebut menjadi tiaruan sang penyandang nama itu. Itu tidak berlebihan tetapi bagaimanakah dengan mereka yang memiliki nama baik sedang ada di penjara karena kejahatan yang mereka lakukan? Bagaimanakah dengan mereka yang selalu meresahkan di lingkungan mereka berada? Tidakkah mereka memiliki nama-nama dengan arti yang baik pula? Tidakkah mereka memiliki nama-nama tiruan dari orang-orang sukses/baik terdahulu? Jikalau memang jawaban dari kedua pertanyaan teraknir adalah 'ya' lalu pertanyaan berikutnya adalah; apa sebenarnya arti pemberian sebuah nama? Sudah benarkah konsep yang kita yakini selama ini dengan memberi nama anak-anak kita dengan arti/tujuan yang baik? Atau kita dapat memberi nama apa saja terhadap anak kita toh tentang apa jadinya nanti bukan tergantung dari nama yang disandang. Jika demikian, lalu bagaimana dengan mereka yang mempunyai nama yang baik lalu menjadi orang sukses dan/atau baik atau mereka yang menjadi pahlawan dari semua itu memiliki nama dengan arti yang baik pula?

Karena manusia adalah makhluk hidup berakal. Karena manusia adalah makhluk hidup yang mempunyai dua sifat baik dan buruk. Karena manusia memiliki hawa nafsu yang bisa dikendalikan dimana semua itu kemunculannya tergantung dari bagaimana proses mereka tumbuh berkembang. Bagaimana proses pembentukan mereka menjadi dewasa, dimana setiap proses memerlukan suatu input atau masukan. Apabila data masukannya jelek maka outputnya akan juga mempunyai kemungkinan besar jelek pula demikian sebaliknya. Kembali kepada nama juga demikian. Nama merupakan salah satu variabel input dari sejumlah input-input lainnya ketika seseorang belum dewasa, meskipun peranannya kecil namun perlu diingat bahwa sekecil apapun input suatu data mutu data akan mempengaruhi mutu outputnya. Sehingga pemberian nama yang baik maka akan memberikan pengaruh pada manusia kelak ketika seseorang menjadi dewasa.

Saturday, June 16, 2012

BERSEDEKAH ala USTAD YUSUF MANSYUR

Pendahuluan

Tidak ada definisi yang jelas tentang apa itu "gendam", tetapi istilah yang diberikan kepada  seseorang yang menyerahkan harta tanpa pikir panjang kepada orang lain karena pengaruh bujuk rayu disebut terkena gendam.

Akan sangat sulit mempercayai kenyataan yang terjadi di depan mata ketika seseorang dengan jumlah uang di dalam dompetnya secara mudah uang yang dimilikinya sebanyak 97,5% (190 Dirham) dari isinya rela untuk diambil oleh seseorang sebagai sedekah, sedangkan yang 2,5 % (5 Dirham) dikembalikan sebagai pegangan tanpa beban apapun.

Peristiwa ini sungguh luar biasa jika ditinjau dari segi logika, tetapi dengan kasat mata itu benar-benar terjadi. Jika suatu peristiwa di luar logika terjadi, maka terjadinya itu akan memerlukan tenaga pemaksa. Untuk merubah akal dari yang logis menjadi tidak logis memerlukan suatu tenaga berupa pengaruh secara psikologi dan atau filosofis dari luar yang luar biasa besar. Jika kejadian itu berhubungan dengan pemaksaan logika, maka tenaga pemaksanya merupakan suatu tenaga yang dapat membelokkan sesuatu yang logis dalam akal menjadi sesuatu yang tidak logis tetapi masih dinilai logis oleh karena akalnya sedang dikendalikan atau dipengaruhi oleh orang lain yang sedang diyakini baik perintah, perilaku ataupun tujuannya. Untuk itu kejadian di atas bisa terjadi karena adanya pengaruh seseorang dengan figur yang meyakinkan dengan memberi ucapan janji bahwa uang itu akan dikembalikan lagi oleh Tuhan dalam jumlah sepuluh kali lipat di kemudian hari.

Ada beberapa hal yang dapat merubah pikiran seseorang untuk melakukan hal yang tidak logis antara lain; ketidak tahuan atau kebodohan, karena janji-janji berupa keuntungan dan/atau hadiah besar, percaya pada suatu doktrin/dogma agama, idiologi ataupun budaya yang tanpa boleh dipertanyakan, atau dalam keadaan darurat serta ketika emosi tidak bisa dikendalikan. Tenaga hipnotis yang dapat membelokkan logika untuk melakukan hal di luar logika biasasanya disebut dengan "gendam".

Tokoh Malam Itu

Diantara tamu yang hadir pada pengajian KMMI kali ini adalah seorang Penceramah  dengan gelar panggilan "Ustad" yang sudah kesohor sekali di Tanah Air, yaitu Bapak Yusuf Mansyur yang dikenal dengan sebutan Ustad Yusuf Mansyur. Malah seorang teman menyatakan bahwa Ustad ini mainnya kebanyakan di TV-TV Indonesia. Inilah suatu hal yang lebih memberikan semangat khususnya kepada diriku sendiri untuk datang pada pengajian KMMI malam ini.

Pengunjung sudah diatur sedemikian rupa oleh panitia, sehingga antara pengunjung lelaki dan pengunjung perempuan ditempatkan pada dua ruangan yang berbeda. Penataan ini nampaknya tidak memenuhi selera alam pikiran Pak Ustad, karena jumlah pengunjung tidak terlalu banyak, maka antara pengunjung lelaki dan perempuan ditempatkan menjadi satu dalam ruangan yang sama dengan formasi laki-laki di barisan depan dan perempuan pada barisan di belakangnya.

Hipnotis

Berbicara tentang keyakinan karena iman, maka sama saja dengan berbicara tentang sesuatu yang tidak boleh dipertanyakan. Pada umumnya suatu keyakinan demikian itu timbul karena akal sedang tidak dapat membuktikan secara empiris tetapi masih bisa dibenarkan secara angan-angan. Ia semacam persoalan yang akan terpecahkan diantara dua pilihan yaitu Benar atau Salah, Ya atau Tidak dan keykinan karena iman adalah yang paling susah  karena pembuktiannya adalah nanti ketika berada di suatu kehidupan setelah mati atau di Akhirat. Padahal yang dapat menyatakan sesuatu itu benar adalah logika, sehingga semua yang ada dapat dikatakan benar jikalau sudah melalui pengujian dengan logika. Itu sesuai dengan ciri alam semesta ini sejak mulai entah kapan, ia bersifat logis, hal ini bisa dibuktikan bahwa apa yang ada sekarang ini dapat dipastikan apabila diurut akan berhubungan dengan kejadian-kejadian bermilyar-milyar tahun yang lalu. Artinya, tidak ada hal yang ada sekarang ini akibat suatu kejadian secara tiba-tiba tanpa sebab dan tanpa adanya kejadian yang berurut dengan kejadian-kejadian sebelumnya. 

Logika akan menerima sesuatu untuk diuji apabila pertanyaan-pertanyaan bebas boleh diberlakukan. Di sinilah lemahnya keyakinan di atas apabila dihadapkan dengan logika, mereka memiliki kondisi awal yang bertentangan, logika memerlukan pertanyaan-pertanyaan sebanyak dan sebebas mungkin agar dapat lolos uji, sedangkan keyakinan karena iman sebaliknya tidak boleh dipertanyakan.

Itulah senjata yang paling ampuh untuk menghipnotis seseorang yaitu dengan 'keyakinan dibalik iman' (baca keimanan), dengan meyakinkan sasaran yang akan dihipnotis melalui suatu topik yang tidak boleh dipertanyakan dalam doktrin agama karena alasan-alasan yang termasuk wilayah-wilayah hak Sang Pencipta, maka pendengar harus menerima suguhan topik itu untuk ditelan mentah-mentah tanpa ba-bi-bu. Banyak daerah-daerah di dalam agama merupakan daerah yang hanya dijinkan melalui  keyakinan saja dalam membenarkannya. Dengan demikian, mempertanyakan apa yang tersurat di dalam Kitab Suci dengan menggunakan logika itu sama saja dengan menentang wahyu, itu berarti menentang Tuhan. Hal inilah yang menjadi lahan bagi orang yang mengetahui banyak tentang ayat-ayat dalam Kitab Suci dengan maksud untuk mencari keuntungan pribadi atau kelompoknya dengan sasaran mereka agar mudah untuk mengikuti. Sehingga apa yang mereka katakan adalah mengatasnamakan Tuhan.

Program

Topik yang diangkat awalnya dibuat samar-samar. Masalah sosial paling aktual saat ini yang diangkat, yaitu permasalahan moral buruk kebanyakan para pejabat di Indonesia. Lalu hadirin dibawa kepada suatu alam bawah sadar yang bertentangan dengan keadaan sesungguhnya saat ini, yaitu mengandaikan adanya kebanyakan pejabat di Indonesia mempunyai moral yang baik. Hadirin dibawa ke suatu dunia andai-andai. Tentu untuk menuju ke dunia andai-andai ini diperlukan suatu program andai-andai juga. Program andai-andai ini selalu mensyaratkan kata 'jika'.

Salah satu solusi agar para pejabat nanti bermoral baik, maka pejabat bersangkutan harus taat terhadap agama. Untuk membuat orang taat beragama, maka salah satu yang paling baik adalah mereka harus dapat menghafal Alqur'an. Menghafal ayat-ayat Alqur'an bukanlah merupakan sesuatu hal yang mudah, tetapi itu bukanlah suatu masalah apabila melakukan metode penghafalan yang dianjurkan oleh penceramah, yaitu setiap hari melakukan penghafalan satu ayat, maka untuk dapat menghafal satu surat dibutuhkan jumlah hari sebanyak jumlah ayat pada suatu surat yang akan dihafalkan. Demikian seterusnya sampai akhirnya akan menghafal seluruh isi kitab Alqur'an. Ini artinya, dalam satu minggu seseorang dapat menghafal tujuh ayat. 

Para hadirin semakin terbuai ketika dinyatakan bahwa orang demikian (telah menghafal 7 ayat) sudah dapat menjadi imam sholat dengan formasi bacaan ayat-ayat pada seluruh rakaat sebanyak tujuh ayat, dua-lima ayat, empat-tiga ayat, dlsb. Apabila program menghafal Alqur'an ini berhasil, kelak pasti ada salah satu dari mereka yang akan menjadi pejabat tinggi di suatu Institusi Pemerintahan, misalnya TNI (Kasal, Kasad, Pangab), Polri (Kapolres, Kapolda Kapolri), Kementrian, Dewan Perwakilan Rakyat, bahkan Kepresidenan sekalipun. Dengan demikian akan ada Kasal yang menjadi imam sholat, akan ada Kapolda yang akan mejadi imam sholat, akan ada Mentri yang akan mejadi imam sholat, dst. karena mereka sudah menghafal Alqur'an.

Tujuan utama dari program menghafal Alqur'an ini adalah agar program mengisi pejabat-pejabat di Indonesia dengan para hafiz dan hafizah dapat berhasil. Dan agar tujuan ini berhasil, maka diperlukan membangun sebanyak mungkin pusat-pusat tempat pelatihan penghafalan Alqur'an, dan sasaran jangka panjangnya adalah untuk memperbaiki moral bangsa Indonesia. Sasaran jangka panjang ini bukanlah untuk kita saat ini melainkan untuk anak dan cucu kita. Anak merupakan sesuatu yang paling berharga bagi para orang tua di manapun. Jika program kebaikan ini diperuntukkan untuk anak dan cucu dipastikan akan didukung oleh semua yang hadir dan merasa sebagai orang tua atau kelak akan menjadi orang tua. Ini merupakan point yang paling penting, "tujuan baik bagi masa depan anak cucu kita".

Kebutuhan dan Kewajiban

Untuk mendirikan pusat-pusat latihan sebagai tempat memfasilitasi para calon penghafal adalah, dengan membangun pondok-pondok pesantren bagi penghafal Alqur'an sebanyak mungkin. Semua yang hadir akan memaklumi bahwa pembangunan fasilitas-fasilitas itu membutuhkan banyak dukungan finansial. Karena program ini sejatinya diperuntukkan untuk anak dan cucu yang akan hidup di alam Indonesia di masa yang akan datang, maka seluruh komponen umat terutama umat Islam harus bertanggungjawab memikul beban finansial yang diperlukan dengan bentuk sedekah sebanyak mungkin. 

Dalil-dalil pendukung tentang bagaimana keunggulan bersedekah ini dikeluarkan sebagai tambahan untuk lebih meyakinkan para pendengar agar bersedekah sebanyak mungkin. Contoh-contoh ekstrim tentang akibat bersedekah ini diceritakan. Hampir semua pendengar semakin terbuai, apalagi dengan bersedekah harta dapat kembali sebanyak sepuluh kali lipat, maka sedekah dianggap sebagai tempat atau cara berinvestasi yang menggiurkan. Mengenai kembalinya kapan dan bagaimana tidak boleh dipertanyakan karena kapan dan bagaimana harta berlipat akibat sedekah itu kembali merupakan wilayah-wilayah Allah Tuhan Semesta Alam. 

Contoh nyata dipraktekkan, salah satu yang hadir diminta untuk maju ke depan oleh Pak Ustad, lalu diminta untuk mengeluarkan dompetnya, kemudian diminta untuk dikeluarkan uangnya, dan kemudian dihitung jumlahnya. Jika yang disedekahkan adalah satu lembar bernilai paling kecil, maka total uang yang ada setelahnya adalah nilai lembar uang yang disedekahkan dikalikan dengan sepuluh ditambah nilai sisa uang yang tidak disedekahkan. Jika keadaannya dibalik dengan menyimpan satu lembar bernilai kecil kemudian sisanya disedekahkan, maka nilai uang setelahnya menjadi nilai satu lembar yang tidak disedekahkan ditambah sepuluh kali dari nilai uang yang disedekahkan. Tentu cara terakhir ini memiliki nilai uang yang lebih besar kelak setelah dibalas oleh Allah. 

Kemudian kepada pemilik uang itu diajukan oleh Pak Ustad suatu pertanyaan, "Sekarang anda pilih yang mana, apakah bersedekah dengan selembar uang bernilai kecil atau bersedekah dengan nilai uang yang lebih banyak?", tanpa sadar si pemilik uang yang sudah terhipnotis di depan banyak hadirin yang sedang menyaksikan, maka tentu dia akan memilih bersedekah banyak. Dengan demikian, maka satu lembar uang yang harus disimpan oleh pemiliknya dikembalikan dan sisanya dilempar ke atas lantai sebagai sedekah. Si pemilik uang sekarang sedang memiliki harapan baru dengannya, yaitu uang yang sudah disedekahkan kelak akan kembali lagi sebanyak sepuluh kali lipat bahkan lebih jika pengembaliannya memakan waktu lama.

Contoh praktikal itu semakin membuat hampir seluruh pendengar terhipnotis, mereka melihat sebuah contoh nyata dari salah seorang hadirin dengan mudahnya membiarkan hampir seluruh isi dompetnya diambil (pemakaian kata "diambil" karena uang yang disedekahkan diatur bahkan dikendalikan oleh bukan si pemilik uang, melainkan oleh P Ustad) untuk disedekahkan.

Contoh lain termasuk kisah Pak Syafi'i yang awalnya sebagai penjual nasi yang sedang mempunyai masalah dengan uang kontrak rumah yang ia tempati dapat memiliki perusahaan katering dan rumah mahal karena bersedekah. Pak Syafi'i ini sungguh berani, uang kontrakan yang ia kumpulkan selama satu tahun berjumlah satu juta Rupiah masih kurang empatratus ribu Rupiah untuk pembayaran kontrak rumah ia sedekahkan seluruhnya walupun batas waktu kontrak rumahnya sudah hampir habis. Akibat dari apa yang ia yakini tentang sedekah selain dapat order mensupplai makanan bagi pengungsi korban bencana Lapindo ia juga dapat memiliki rumah seharga 600 juta Rupiah secara tiba-tiba saat itu. Sangat menggiurkan.

Target Yang Besar

Mungkin perasaan yang ada pada hampir seluruh hadirin pada acara malam ini adalah ingin bersedekah sebanyak mungkin hari ini. Semangat itu terlihat dari antusias dan pancaran muka dari seluruh hadirin yang sedang terbuai. Tawaran berikutnya dari Pak Ustad berupa sesuatu yang disebut P. Ustad, 'lelang'. Pertanyaan demi pertanyaan dilemparkan, perintah demi perintah disodorkan kepada para hadirin. Pertanyaan pertama dialamatkan kepada pendengar wanita. Mereka diminta mengacungkan tangan saja apabila sedang memakai perhiasan cincin emas. Dapat dipastikan hampir seluruh wanita di Abu Dhabi ini akan memakai perhiasan cincin emas. Diiringi dengan ucapan doa yang dibacakan oleh Pak Ustad, suasana semakin menambah semangat para wanita yang hadir untuk merelakan perhiasan emas yang sedang dipakai untuk disedekahkan.  

Lalu Pak Ustad berkata, "Sekarang 'lelang' ini menjadi lelang pahala, lelang investasi di mana jumlah nilai perhiasan yang akan disedekahkan akan kembali kapan saja dengan jumlah berpuluh kali lipat ganda setelah minggu demi minggu bulan demi bulan, semakin lama pengembalian harta yang disedekahkan, nanti oleh Allah dihitung semakin banyak nilainya, jadi emas semacam didepositokan di dalam Bank milik Allah". Para hadirin semuanya diam memperhatikan ucapan P. Ustad.

Bagi mereka yang ingin merelakan emas perhiasan yang sedang dipakai untuk disedekahkan agar berdiri karena acara 'lelang' akan dimulai yaitu dengan ucapan hitungan dari nomor 10 dan berakhir pada hitungan nomor 1. Sambil membaca doa ketika orang sedang naik haji, "Labbaikallahumma labbaik innalhamda wanikmata laka mulk...dst", dan Pak Ustad dengan memejamkan mata dan muka dihapkan pada para hadirin, lalu hitungan dimulai dari nomor 10. Orang orang mulai berdiri satu-persatu semakin kecil hitungan, maka banyak wanita yang merasa terdesak dada mereka, sehingga semakin banyak orang yang berdiri, setelah hitungan mencapai angka dua lalu hitungan oleh Pak Ustad diulang lagi dari nomer 5 dengan alasan barangkali masih ada yang ragu sambil Pak Ustad saat itu membuka mata dibarengi membaca doa untuk melihat jumlah orang yang berdiri. Hitungan selesai setelah mencapai angka 1. Lalu diikuti dengan doa bagi yang sudah rela akan menyumbang sebagai sedekah, nantinya untuk hafiz Alqur'an.

Sasaran Berikutnya

Setelah para wanita yang kebanyakan ibu-ibu sudah selesai, sekarang giliran yang lelaki. Caranya seperti  yang telah dilakuan kepada para hadirin perempuan, akan tetapi objeknya sedekahnya berbeda. Untuk para perempuan terutama ibu-ibu sasarannya adalah emas perhiasan yang sedang dipakai sedangkan sasaran untuk para lelakinya adalah tabungan yang ada di bank mereka masing-masing. 

Pertanyaan pertama yang diajukan adalah, "Siapa yang memiliki tabungan harap mengangkat tangannya". Kemudian diminta berdiri bagi mereka yang ikhlas untuk mensedekahkan 10% dari jumlah tabungan yang ada. Serentak banyak hadirin laki-laki yang kebanyakan dari bapak-bapak berdiri. Kemudian acara diakhiri dengan membuka sajadah, sajadah ini akan dipakai sebagai tempat penampungan sedekah yang telah dijanjikan oleh hadirin perempuan dan juga siapa saja yang ingin mengeluarkan sedekahnya. Sajadah langsung diserbu dan dalam sekejap kemudian, "MashaAllah.., sajadah dipenuhi dengan uang dan perhiasan emas dari sedekah para hadirin yang sangat antusias untuk bersedekah di malam ini", begitu suara di dalam benakku.  Serentak orang-orang maju ke depan mendekati untuk bersalaman dengan Penceramah dan mengambil foto sebagai kenangan yang sangat jarang. Sedangkan bagi mereka yang akan mensedekahkan 10% dari uang tabungannya agar menghubungi panitia, mereka yang akan mengumpulkan untuk kemudian diserahkan kepada Pak Ustad.

Sedekah Menurut Logika

Sedekah yang telah dipaparkan di atas merupakan cara bersedekah yang diambil oleh penulis secara langsung ketika mengikuti ceramah yang diberikan oleh Pak Yusuf Mansyur, akan tetapi dari penyaksian tersebut penulis merasa ada sesuatu yang tidak dapat diterima oleh logika, untuk itu penulis menulis tulisan ini dan akan membandingkannya dengan cara bersedekah yang logis seperti paparan berikut ini.

Arti sedekah adalah  suatu pemberian yang diberikan oleh seorang Muslim kepada orang lain secara sukarela (ikhlas) tanpa dibatasi oleh waktu dan dalam jumlah yang tertentu; suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan dan hanya mengharap pahala dari rida Allah SWT semata. Sedangkan sedekah ini sangat dianjurkan dalam Islam dan dapat dilakukan kapan saja.

Pemberian sedekah adalah disunnahkan, diutamakan untuk diberikan melalui atau dengan cara sembunyi-sembunyi. Tetapi sedekah akan menjadi wajib bagi yang memiliki kelebihan dan dia sedang melihat ada orang yang sedang betul-betul membutuhkan untuk disedekahi. Sedekah akan menjadi haram apabila diketahui bahwa sedekah yang akan diberikan akan digunakan untuk tujuan menentang Allah SWT.

Juga zakat maal dan fitrah merupakan sedekah wajib dalam jumlah dan waktu tertentu.

Pertanyaannya adalah, apakah umat Islam tidak akan bersedakah jikalau Allah SWT tidak akan membayar kembali dengan jumlah berpuluh-puluh kali lipat?. Ini sama saja dengan mengatakan bahwa umat Islam memberikan sedekah karena mengharapkan sesuatu yang diberikan kembali berpulu-puluh kali lipat dari Allah SWT. Sedekah demikian disebut "sedekah ada udang dibalik batu". Sedekah demikian berakhir dengan sedekah tidak rela hati. Sehingga sedekah demikian tidak memenuhi syarat sebagai sedekah.

Nampaknya sangat janggal apabila itu yang diharapkan dari suatu sedekah. Ketika melihat seseorang benar-benar kelaparan dan membutuhkan pertolongan kita lalu kita menolongnya, kemudian akan merasa menyesal dengan pertolongan yang telah diberikan berupa sedekah karena kelak tidak menerima balasan berpuluh kali lipat dari Tuhan, karena apa yang sudah kita berikan kepada orang yang membutuhkan tadi telah menyebabkan seseorang menjadi terhindar dari kelaparan misalnya.

Lain halnya apabila sedekah itu diartikan lebih logis lagi, yaitu mensucikan atau membersihkan rejeki yang telah diperoleh karena mengasumsikan bahwa sesungguhnya di dalam setiap rejeki itu (walaupun bersih) masih terdapat milik orang-orang yang membutuhkan (berhak) seperti orang miskin, orang dengan keterbatasan tertentu, sehingga susah untuk mendapatkan rezeki, orang yang sudah tidak bisa lagi bekerja, dlsb. Sehingga ketika kita mengeluarkan harta kita untuk bersedekah seharusnya di dalam hati kita selalu berucap, "Ini harta bukan hakku, tetapi hak orang-orang yang lebih lemah dariku, dan aku berikan ini dengan rela hati, semoga Allah SWT meridoinya".

Ini sama saja apabila kita menganalogikan bahwa setiap saat Tuhan menaburkan rejeki di alam ini, semua makhluk hidup terutama manusia saling berebutan dengan cara mereka masing-masing, ada yang pandai, ada yang kuat, ada yang culas, ada yang jujur, ada yang sakit, ada yang cacat, ada yang sudah renta, ada yang lemah, dan lain sebagainya. Kalau ditanyakan, "Kira-kira siapa dari mereka itu yang akan mendapatkan rejeki paling banyak? Kira-kira siapa dari mereka itu yang akan mendapatkan rejeki paling sedikit atau kalau tidak dibilang tidak dapat samasekali?.

Tentu secara logika yang kuat, yang pandai, yang cerdik, yang culas atau seluruh yang memiliki kelebihanlah yang akan meraup rejeki yang banyak dan paling banyak. Kemudian bagaimana dengan mereka yang lemah karena sakit,  karena cacat,  karena sudah renta?. Di sinilah alasan logis dari sedekah itu untuk diberikan, yaitu memberi sebagian rejeki yang didapat dan dianggap berlebihan kepada yang kurang mendapatkan atau bahkan tidak mendapatkan rejeki samasekali (baca miskin), yaitu yang lemah, yang sakit, yang tua, dan lain sebagainya.

Jadi, sedekah itu diberikan bukan karena untuk menerima kembali harta secara berlipat ganda dari harta yang sudah dikeluarkan, tetapi sedekah itu diberikan karena itu memang bukan hak yang mempunyai kelebihan, itu harus diasumsikan sebagai harta yang memang benar-benar sengaja dihilangkan karena itu memang bukan hak kita.

Jadi, sedekah bukanlah semacam investasi yang mengharapkan keuntungan laba apapun dari Allah SWT, sedekah bukanlah jual beli dengan Allah SWT, sedekah merupakan cara membersihkan rejeki yang didapat, sedekah untuk memberikan harta kita karena itu hak orang-orang yang lebih lemah. Untuk itu sedekah yang demikian pastilah akan diberikan dengan cara yang sukarela atau ikhlas.

7 Keutamaan Sedekah (dinukil dari Dr. Muhammad Hariyadi)

Bagaikan sebuah pohon yang rindang, sedekah paling tidak memiliki tujuh cabang. Masing-masing cabang tersebut saling terkait dan komprehensif dalam kesatuan.

Jika satu cabang dieksplorasi dengan melupakan enam cabang lainnya, maka yang muncul adalah keparsialan dan kekomprehensifannya akan hilang.

Sementara itu, jika semua cabang tersebut dijelaskan secara proporsional, yang muncul adalah keindahan, kesempurnaan dan kekomprehensifan makna sedekah.

Cabang pertama sedekah adalah mendahulukan keluarga dekat dibandingkan pihak lain. Mengenai hal in i, lebih dari dua belas kali Alquran menegaskan. Di antaranya firman Allah SWT (yang artinya), 
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) dengan boros.” (QS. Al-Israa’: 26).

Penegasan yang sama juga dapat ditemui di dalam beberapa hadis, di antaranya sabda Rasul SAW:
“Sedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah dan sedekah kepada keluarga dekat adalah dua sedekah (yaitu) satu sedekah dan satu lag i penyambung tali persaudaraan.” (HR. Tirmidzi).

Cabang kedua, melakukan sedekah dengan moderat. Allah SWT mensifati hamba-hamba-Nya yang penyayang dengan beberapa kriteria, salah satunya sebagai berikut: 
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebihan dan tidak pula kikir, yang demikian itu adalah yang di tengah-tengah (moderat).” (QS. Al-Furqan: 67).

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman: 
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (QS. Al-Israa’: 29).

Cabang ketiga, sedekah dengan cara sembunyi-sembunyi lebih utama dibandingkan dengan terang-terangan. Hal tersebut semata-mata untuk menjauhkan diri dari sifat riya (pamer) dan menjaga keikhlasan. Memang diperbolehkan bersedekah terbuka untuk mendorong pihak lain ikut bersedekah, namun sedekah dengan cara tersebut umumnya kurang elok dan tidak jarang melebihi kepatutan.

Keempat, sedekah dilakukan di kala sehat bukan dalam keadaan sakit atau sekarat. Hal tersebut agar sedekah yang dilakukan benar dan rasional (QS. Al-Munafiqun: 10).

Kelima, mengetahui bahwa bersedekah hukumnya sunah dan di luar sedekah terdapat za kat yang hukumnya wajib. Dengan pengetahuan tersebut diharapkan seseorang yang telah memiliki harta cukup satu nisab dan dimiliki sempurna selama setahun dapat mendahulukan kewajiban zakat, kemudian melakukan berbagai sedekah dan bukan kebalikannya.

Keenam, sedekah memiliki banyak keutamaan (fadhilah). Diantaranya: memberikan rasa bahagia, mengobati penyakit hati, menjadikan harta bersih dan tumbuh, mendapat balasan kebaikan yang bersifat langsung di dunia, mendapatkan balasan tidak langsung di akhirat dan pelipatan pahala sedekah hingga tujuh ratus kali di sisi Allah SWT (QS Al-Baqarah: 261).

Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda, 
“Bersedekahlah kalian walau hanya dengan sebiji kurma, sebab sedekah dapat memenuhi kebutuhan orang yang lapar dan menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api. ” (HR. Tirmidzi).

Ketujuh, sedekah dapat dilakukan melalui berbagai cara tidak hanya dengan menginfakkan harta benda. Hal tersebut karena senyuman yang baik adalah sedekah, nasehat dan kata-kata yang baik adalah sedekah, nafkah yang kita berikan kepada anak dan istri adalah kewajiban dan juga sedekah, berbagi ilmu pengetahuan adalah sedekah dan lain sebagainya.

Dalam kaitan ini Rasulullah SAW bersabda, 
“Jauhilah api neraka walaupun hanya dengan (bersedekah) sebiji kurma, barang siapa yang tidak dapat mendapatkannya maka ia dapat (melakukannya) melalui perkataan yang baik.” (HR. Bukhari-Muslim).


End