Pagi yang cerah ini agak lembab, dan pasti hari ini akan cukup panas. Musim panas ini memang sedang berada di puncaknya. Aku baru saja bangun dari tidur, karena setelah makan sahur dan sholat Subuh aku tidur kembali. Jam kantor di Bulan Puasa dimulai dua jam lebih lambat dari bulan lainnya, dan pulang satu jam lebih awal dari biasanya. Azan Subuh berkumandang sebelum jam 4 pagi, aku masuk rumah setelah selesai sholat Subuh di Masjid sebelum pukul 5:30, maka tidur kembali masih cukup waktu untuk menunggu jam kantor dimulai, paling tidak aku harus bangun jam 8 pagi.
Aku tetap seperti biasa, berangkat ke kantor dengan rasa percaya diri. Ini merupakan modal yang baik sebelum aku menghadapi pekerjaanku. Jalan tidak semacet di bulan lain, mungkin karena jam sekolah dan jam kerja cukup terpaut sampai satu jam. Aku sedikit terkejut bercampur senang ketika dalam perjalanan ke kantor mendengar pengumuman dari berita radio dalam
mobilku bahwa liburan Hari Raya Fitri ini Pemerintah UAE akan memberikan
selama satu minggu penuh, dari hari Minggu tanggal 27 sampai dengan hari Kamis tanggal 31
Juli dan masuk kerja lagi pada hari Minggu tanggal 3 Agustus. Pikiranku teringat bahwa
kedua anakku sedang berada di sini sekarang. Putriku sudah lulus kuliahnya dan berkumpul kembali dengan aku di Abu Dhabi, sedangkan putraku sedang menjalani liburan musim panas di sini. Puasa sudah tinggal 5 hari lagi, aku
masih belum memiliki rencana apa yang akan aku lakukan untuk mengisi
liburan seminggu ini bersama keluarga.
Sesampai di rumah aku beritau istriku tentang liburan Hari Raya Fitri ini dan berdiskusi dengan dia. Aku minta dia
untuk memikirkan apa yang akan dilakukan untuk mengisi liburan karena
ada anak-anak di sini. Aku mengusulkan agar berkeliling UAE saja dan
bermalam di hotel selama dua hari. Istriku menyetujuinya lalu dia mulai mencari hotel di
Khor Fakkan dan di Dubai.
Rencana perjalanan akan dimulai dari Abu Dhabi
menuju ke Fujairah, Khor Fakkan dan menginap di sana. Lalu pada hari
berikutnya ke Ras Alkhaimah dan ke Dubai, lalu bermalam di Dubai.
Sesuai
hasil pencarian hotel dan diskusi dengan anak-anak, maka disimpulkan bahwa nanti akan menginap di hotel yang
berkelas, memiliki fasilitas pantai, kolam renang, gym dan lain sebagainya. Tarip harga rata-rata di atas 700 Dirham per kamar. Untuk 2 kamar bisa sampai lebih dari
1500 Dirham per hari. Aku jadi berpikir dua kali untuk mengeluarkan
uang sebanyak sampai hampir 4000 Dirham untuk biaya penginapan dalam 2
hari, ini sama dengan 12 juta Rupiah lebih untuk 2 hari. Wah terlalu
banyak, uang sebesar itu sangat sayang sekali jikalau dipakai hanya
untuk tidur dan menikmati fasilitas Hotel yang hanya begitu saja. Aku harus berpikir dua kali untuk itu.
Anak-anakku mulai
bercerita tentang pengalamannya ketika berkumpul dengan teman-temannya. Mereka menyadari bahwa keadaan keuangan keluarga menyebabkan mereka hanya
bisa menikmati sekolah pada sekolah yang cukup ternama dan mahal di Abu Dhabi tetapi tidak pernah
menikmati liburan di tempat yang mahal. Teman-temannya banyak yang
memiliki foto pribadi tentang pengalaman mereka berlibur dan menginap di
hotel berbintang 5.
Sebetulnya anak-anak bukan tidak pernah memiliki
pengalaman itu, mereka pernah memiilikinya tetapi pengalaman itu mereka
dapati ketika
mereka masih kecil. Berlibur di Singapura ketika Tanwin berumur 1
tahun, itu berarti Ila masih berumur 4 tahun. Berlibur ke Thailand
ketika Ila berumur 7 tahun itu berarti Tanwin masih berumur 4 tahun.
Setelah itu pada tahun 2009 berlibur lagi ke Singapura sambil
mengunjungi National University of Singapore, walaupun hanya menginap di
Hotel bintang 3. Lalu tahun 2010 berlibur ke Eropah antara lain,
London dan Manchester, Ingris, Jenewa, Swiss, dan Paris, Perancis.
Entahlah, anak-anak barangkali akan selalu merasa kekurangan saja.
Tetapi aku merasa kasihan terhadap mereka walaupun aku menyetujuinya
nanti bukan berarti aku hanya menyetujuinya saja, di samping itu harus
tetap ada rasa mendidik mereka.
Setelah semuanya dievaluasi lalu akhirnya
ditetapkan rencana baru, pagi berjalan dari Abu Dhabi menuju Fujairah, lalu ke Khor Fakkan,
lalu ke Ras Alkhaimah dan sampai di Dubai sore hari. Lalu bermalam sehari di
Dubai untuk kemudian kembali pulang ke Abu Dhabi.
Istri dan anak-anak mulai mencari dan berdiskusi tentang rencana dan
tempat penginapan yang diinginkan.
Berangkat rencananya tanggal 30 Juli sejak pagi buta
setelah seselai sholat Subuh. Langsung menuju ke Fujairah, lalu ke Khor Fakkan, lalu ke Ras
Alkhaimah, berakhir di Dubai dan pulang kembali ke Abu dhabi.
Hotel disepakati Ibnu Batutta Gate Hotel,
atau Movenpick Hotel. Dua kamar berdekatan yang memiliki internal
connection satu sama lainnya telah di booking melalui Booking.com. Aku
menyetujui saja apa yang telah dipilih oleh mereka, semoga kali ini mereka bisa
mendapatkan pengalaman yang mereka harapkan agar di lain waktu tidak
lagi menuntut bahwa mereka belum pernah melakukan hal yang khusus
bersama anggota keluarga dalam menikmati hari libur.
Hari Raya ini tidak
sebanyak tahun kemarin orang yang mengikuti sholat Idul Fitri di Kantor KBRI Abu Dhabi.
Barangkali karena Hari Raya ini bersamaan dengan liburan musim panas sekolah,
sehingga banyak dari mereka yang pulang cuti ke tanah air. Aku
sekeluarga sudah memiliki rencana sendiri untuk liburan seminggu ini.
Open house di rumah Pak Dubes
akan
berlangsung pada malam ke dua. Hari pertama Hari Raya ada undangan dari keluarga seorang rekan lamaku yang sekarang bekerja di Perusahaan Perawatan Pesawat Udara. Mereka mengundang banyak teman kantornya, aku sekeluarga
datang sekitar pukul 10.30 pagi. Semua tamu merupakan teman kerja
sekantor rekanku. Ketika aku datang hanya aku yang bukan teman
kantornya. Sate ayam aku makan dengan lontong. Aku akan tambah lagi nanti
menu gule kambing dengan lontong juga. Aku merasa kenyang setelah makan sate
lontong, dan aku menaruk piring di dapur, aku lihat anak rekanku sedang mencicipi
gule yang sedang ia panasi di dalam dapur. Rekan lamaku yang lain dan istrinya datang
sekitar pukul 12 siang, dan teman akrab lain istriku dengan suaminya yang aku kenal datang sekitar
pukul 1an siang. Teman-teman kantor tuan rumah pulang serentak sekitar pukul 12an
siang.
Sekitar pukul 3 sore karaoke tuan rumah mulai dibuka. seorang rekanku memulai dengan
lagunya Ebit, lalu aku memulai dengan lagu Barat. Aku pulang setelah
sholat Asyar di Masjid dekat rumah tuan rumah.
Hari ini merupakan hari kedua liburan Hari Raya, dan malam nanti ada open house
di rumah Pak Dubes. Aku sekeluarga berencana akan memakai pakaian bermotif batik. Baju batik
Maduraku yang ke
dua
akan aku pakai malam nanti, yang pertama sudah aku pakai ketika
melakukan sholat Idul Fitri dan berkunjung ke rumah rekanku kemarin,
istri dan anakku akan memakai baju batik lama mereka.
Istriku meminta
untuk berangkat pukul 5 sore karena sekalian harus ke Musrif Mall
membeli elektronik tab di Lulu Hypermarket. Persiapan berangkat sedikit
terlambat karena kamar mandi satu harus dipakai secara bergantian oleh ku,
istri dan anak-anakku.
Aku sekeluarga keluar rumah sekitar pukul 6 sore,
aku pikir bagus karena bisa sholat Maghrib di Musrif Mall nanti.
Setengah jam perjalanan dari rumah ke Musrif Mall, setengah jam belanja
merupakan waktu yang cukup untuk menanti shalat Maghrib pada pukul 7.15 sore
nanti.
Aku lihat sepanjang jalan sepi sekali. Walaupun begitu aku tidak
ingin menjalankan mobilku lebih dari 100 kM per jam. Aku ingin sesantai
mungkin toh undangan di rumah Pak Dubes dimulai sekitar pukul 7.30
petang.
Lain dengan kendaraan-kendaraan lain yang aku lihat, mereka nampaknya ingin
menggunakan kesempatan sepinya jalan untuk menjalankan mobil secepat mungkin, tetapi
mereka tetap saja mengurangi kecepatan apabila akan melintasi radar
pengawas kecepatan kendaraan yang dipasang permanen di jalur hijau pemisah jalan. Aku sendiri menjalankan mobilku di jalur
yang paling lambat. Aku khawatir ada mobil lain yang menyalip mobilku
dari jalur lambat ketika mobilku melintasi radar pengawas. Apabila mobil
yang sedang menyalip kecepatannya melebihi batas kecepatan yang diminta
oleh radar, dan radar menangkapnya, maka apabila posisi mobilku
berada di jalur yang lebih cepat daripada mobil yang sedang menyelip mobilku sedemikian rupa bisa-bisa pengambil keputusan radar akan memutuskan
mobilku yang sedang melaju melebihi batas kecepatan yang ditentukan dan
akibatnya mubilku atau aku nantinya yang akan mendapatkan denda.
Sesampai di Musrif Mall waktu sudah agak
sore, jam di tangan kiriku menunjukkan pukul 6.40. Parkir dalam gedung Mall ada
dua lantai, lantai atas tanah (ground) dan lantai bawah tanah. Aku lebih suka
mengambil lantai ground untuk parkir mobilku, karena lebih dekat dengan lantai-lantai perbelanjaan. Parkir lantai ground kelihatannya penuh walaupun
indikator di
depan
pintu masuk menunjukkan masih ada slot parkir kosong.
Aku turunkan istri dan
anak-anakku tepat di depan pintu masuk Mall samping di jalan masuk dalam
parkir lantai ground, lalu aku melanjutkan menjalankan mobilku untuk
mencari parkir. Dugaanku benar, parkir lantai ground penuh, setelah aku
mengelilingi parkir sebesar hampir setengah lapangan sepak bola itu
lalu aku putuskan untuk berhenti saja sambil menunggu ada kendaraan yang
keluar dari slot parkir. Setelah sekitar lima menit menunggu aku lihat ada orang yang
sedang menghampiri mobilnya lalu menghidupkan mesinnya. Aku secepatnya
mendekati mobil itu dan aku hidupkan riting kanan mobilku menendakan
bahwa aku sedang menunggu mobil yang akan keluar parkir di kananku untuk aku
ambil tempatmya sebagai tempat parkir mobilku.
Aku merasa lega setelah
mendapatkan parkir, lalu aku langsung menuju ke Lulu Hypermarket yang
berada di lantai 2 Mall. Aku telepon putraku, ia sedang menunggu aku di
depan Lulu hypermarket. Istriku dan putriku sudah masuk ke bagian elektronik ketika
aku menemui
putraku. Lalu aku dan dia masuk Lulu Hypermarket dan langsung menuju ke bagian makanan siap saji untuk
mebeli sambosa karena putraku merasa lapar.
Istriku mengabarkan lewat telepon bahwa dia sudah mendapatkan
apa yang dia cari. Lalu aku dan dia bertemu di konter tempat pembayaran
barang yang akan dibeli. Lalu segera mencari kursi untuk duduk dimana anak-anakku yang akan memakan sambosa yang telah dibelinya tadi.
Selesai
makan lalu istri dan putriku menuju ke tempat sholat untuk wanita yang
terletak di samping kiri Lulu Hypermarket, sedangkan aku dan putraku ke musholla
pria yang terletak di sebelah kanan Lulu Hypermarket. Selesai sholat
Maghrib jam menunjukkan pukul 7.30. Seharusnya aku bisa selesai
lebih awal apabila ada tempat yang cukup di dalam Masjid Mall, tetapi walaupun
sholat belum dimulai semua barisan shaf sudah penuh, sehingga aku menggelar
tikar di jalan menuju tempat wudhu yang berada di depan pintu masuk
Masjid. Aku terlambat 2 rakaat.
setelah selesai sholat Maghrib aku temui istri dan putriku di kursi Mall depan kantor NBAD tempat aku dan putraku dalam
perjalanan menuju ke tempat parkir mobilku. Tempat sholat mereka lebih dekat ke
pintu parkir keluar Mall.
Jalan keluar dari parkir Mall sepi, demikian juga jalan di depan Mall Musrif. Ketika aku sampai di lampu lalulintas depan Mall, aku langsung belok kiri mengikuti Jalan Airport
Road menuju rumah Pak Dubes. Lalu aku belok kanan di jalan bundar
sebelum Carefour Airport Road menuju ke jalan Musaffah terusannya jalan
Khaleej Al Arabi. Demikian juga jalan Khaleej Al Arabi ini sangat sepi
jika dibandingkan dengan keadaan pada hari-hari kerja.
Perjalanan ke Rumah Pak Dubes tidak terlalu memakan waktu, tidak lebih dari 20 menitan karena jalan-jalan yang jauh lebih sepi dari biasanya. Kemungkinan libur seminggu ini banyak orang yang berlibur ke luar Abu Dhabi.
Walaupun aku terlambat datang setengah jaman, para tamu di dalam Wisma Pak Dubes tidak terlalu memenuhi semua kursi yang disediakan. Aku langsung diminta untuk mengambil makanan santap malam setelah bersalaman dengan Pak dan Ibu Dubes.
Aku ambil sop seperti bakso dengan campuran daun jamur kehitaman, pentol keputihan sebesar ujung jempol jari tanganku aku ambil agak banyak. Pentol keputihan adalah pentol daging ayam dan aku lahap terlebih dahulu sampai semua sop dalam mangkokku aku bersihkan isinya. Tidak terasa sop sudah habis aku nikmati sambil mengobrol dengan seorang lelaki bule dari Swiss suami teman istriku yang aku kenal baik. Aku lalu meminta waktu untuk menyelinap meninggalkan lelaki bule ini mengambil makan malamku.
Sate ayam dan sate kambing aku ambil masing-masing 3 dan 2 tusuk. Gule aku tuangkan ke dalam piring bercampur dengan potongan lontong yang telah aku ambil terlebih dahulu. Masakan malam itu nikmat sekali, senikmat sajian makanan gratis lainnya. Aku akhiri menikmati masakan makan malamku di rumah Pak Dubes dengan minuman dua gelas es campur manis beraroma segar sekali. Setelah itu, aku mengobrol dengan tamu lainnya sampai istriku mengajakku pulang.
Sampai di rumah jam di dinding sudah menunjukkan hampir pukul 11 malam, pantaslah aku merasa ngantuk, selain perut kenyang aku juga nampaknya kurang tidur. Aku tidur lebih awal daripada istri dan anak-anakku agar aku besok merasa segar kembali. Tidur di atas kursi tamupun aku juga bisa pulas.
Besok pagi aku akan memulai pergi mengelilingi UAE untuk mengisi liburan Hari Raya Fitri ini. Rencananya setelah sholat Subuh di Masjid langsug berangkat.
Jam sedang menunjukkan pukul 4.20 pagi ketika aku terbangun, aku pasang alarm di HPku setiap hari agar aku dapat mengikuti sholat Subuh berjamaah di Masjid dekat rumahku. Beberapa menit sebelum pukul 5 aku dan putraku turun dari Masjid. Sampai di rumah aku lihat istri dan putriku masih sibuk mempersiapkan sholat Subuh mereka. Aku dan putraku langsung mengambil corn flake dan susu untuk makan pagi. Corn flakku tanpa persa tambahan sedangkan putraku rasa coklat.
Aku tidak perlu berganti pakaian lagi setelah makan pagi selesai karena yang aku pakai untuk sholat Subuh tadi adalah pakaian santai yang aku persiapkan semalam untuk bepergian hari ini, celana blue jean dan kaos kelabu berkerah.
Beberapa menit sebelum pukul 6 pagi aku besrta keluargaku keluar rumahku untuk memulai perjalana memngelilingi UAE. Di luar keadaan sudah cukup terang, cuaca hari ini nampaknya masih sepanas kemarin dengan kelembaban yang relatif rendah. Mobil Honda CRV yang aku beli setahun yang lalu belum pernah aku pakai dalam perjalanan se jauh yang akan aku tempuh ini, paling jauh aku pakai ke Dubai saja. Aku tidak khawatir karena aku sudah mempersiapkan dengan mengganti oli mesinnya beberapa hari yang lalu. Selain itu, sebelum Hari Raya sudah aku cuci juga.
Aku awali perjalananku dengan melewati jalan menuju Dubai. Anak-anak dan istriku asyik mengobrol sendiri, sedangkan aku sambil menyetir mulai menikmati camilan kacang goreng buatan istriku yang ada di samping kanan kursi dudukku. Patokanku untuk memasuki Emirates Road adalah, belokan ke kanan pada tanda arah ke Sheikh Sueib, untuk melewati Emirates Road aku tetap ke kanan tidak mengikuti ke arah kiri menuju Sheikh Sueib. Suatu exit di daerah Gantoot perbatasan antara Abu Dhabi dan Dubai.
Aku sudah lama tidak melewati jalan Emirates Road karena aku memang tidak suka jalan-jalan. Dan juga aku tidak memiliki GPS. Aku dan istriku sibuk berdiskusi setelah aku mengambil jalan exit Seikh Sueib, mengapa aku tidak mengambil jalan exit dekat Jabal Ali saja, suatu jalan exit menuju ke Hatta.
Aku memang merasa aneh pada jalan exit di Seikh Sueib ini karena ada perbaikan jalan di jalan bundaran kedua. Aku langsung belok kiri saja pada bundaran itu walaupun aku sendiri tidak terlalu yakin bahwa aku mengambil jalan yang benar. Semakin jauh aku berjalan semakin ragu aku merasakannya, sampai kendaraanku berhenti karena di depan lampu merah sedang menyala. Aku coba menanyakan jalan ke arah Jalan Emirates Road pada mobil di sebelah kananku. Sopir mobil pick-up kecil itu masih sejenak sedikit berfikir sebelum dia menyuruhku untuk tetap lurus saja. Setelah aku mengatakan terimakasih lampu merah di depan masih tetap menyala, lalu sopir yang memberiku petunjuk memberitauku bahwa jika aku ingin lebih cepat maka aku dimintanya untuk putar kembali mengambil jalan yang aku pikir adalah jalan menuju ke Hatta di belakang tadi. Aku setuju atas permintaan terakhir sopir pick-up kecil itu, lalu aku putar kembali menuju ke jalan menuju ke Hatta.
Kini aku merasa lebih yakin, dan aku jalankan mobilku kencang tanpa beban perasaan. Jalan menuju Hatta lebih sepi daripada jalan yang aku tempuh tadi. Sepanjang jalan yang aku lalui aku masih berharap untuk menemukan Emirates Road yang aku cari, jika tidak maka aku akan mampir ke Hatta tempat danau dimana pernah aku kunjungi dengan keluargaku, ketika itu putriku masih berumur 5 tahun. Memang sudah cukup lama sekali, hampir tujuhbelas tahun yang lalu.
Kanan kiri sepertinya tidak ada apa-apa, hamparan padang pasir dengan jarang ditumbuhi rumput padang pasir warna hijau menghiasi hamparan tanah pasir berwarna kekuningan . Juga jarang mobil sedang lewat aku temui. Aku yakin Hatta akan tidak jauh lagi, dan tiba-tiba aku lihat bangunan seperti pos pemeriksaan. Di depannya ada mobil dengan warna yang telah aku kenal, mobil khas yang selalu dipakan oleh CNIA yang sekarang bernama CICPA, yaitu pasukan khusus penjaga tempat-tempat vital di Abu Dhabi.
Seorang lelaki berseragam doreng ala padang pasir aku lihat mendekati mobil militernya. Dengan sedikit ragu aku berhenti dekat pos pemeriksaan yang dijaga oleh wanita berkulit gelap berpakaian abaya dan berkerudung serba hitam. Wanita yang tetap duduk menghdap ke arah layar minitor komputer di dalam posnya. Tanpa aku keluar dari mobilku, aku mengucapkan selamat pagi pada wanita yang duduk di balik jendela dan hanya terlihat terlihat setengah badan, lalu dia meminta kartu identitas atau passport dari semua orang yang ada di dalam mobilku. Aku baru sadar bahwa putraku tidak memiliki kartu identitas UAE dan juga sedang tidak membawa passport dalam perjalanan ini. Putraku statusnya adalah visit visa saja sehingga dia hanya memiliki identitas passport yang ditinggal di rumah. Setelah aku katakan keadaanku, maka wanita dalam pos jaga itu memintaku untuk tidak melanjutkan perkalanan menuju Hatta, dia tidak mengijinkan aku menuju Hatta karena salah putraku tidak membawa identitas yang diperlukan, aku harus kempali lagi.
Aku dan istriku di dalam mobil sambil menjauh dari pos penjagaan masih terheran-heran dengan adanya pos pemeriksaan itu, aku tidak mengetahui sama sekali karena dulu jalan yang aku lalui
langsung masuk ke Hatta. Di sana langsung mencari lokasi Dam dan sungai
kecil. Entahlah, barangkali ini untuk tujuan keamanan. Aku kini harur berfokus mencari jalan alternatif lain, aku coba terus menyusuri jalan
yang telah aku lalui. Hanya aku ingat tadi beberapa menit sebelum
sampai.di pos pemeriksaan aku lihat banyak kendaraan mengambil jalan belok ke arah
kiri, walaupun tulisan dari papan penunjuknya bertuliskan Dubai. Aku
coba mencari jalan tadi, tidak mengapa aku akan menuju ke arah Dubai dan
aku yakin dari jalan itu juga nantinya akan menuju ke Sharjah dan tentu
akan ke Ras Alkhaimah dan lalu ke Fujairah.
Sebelum aku temukan jalan ke arah Dubai, aku temukan
persimpangan ke arah Kalbah, aku jadi teringat jalan ke Kalbah adalah
jalan ke Fujairah juga. Kalbah merupakan kota kecil berada di emirates Fujairah dan letaknya bersebelahan dengan
kota Fujairah.
Beberapa tahun lalu aku dan keluargaku pernah berkunjung ke
Kalbah tetapi aku tidak ingat dan tau pasti jalan masuk yang mana yang aku ambil, yang
penting sebelum masuk
Kalbah harus melalui terowongan terlebih dahulu. Aku tetap jalan saja
menelusuri jalan baru dengan bukit berbatuan kehitaman. Tidak jarang
jalan baru ini dibuat membelah bukit batu dengan cara merusak bukitnya,
lalu untuk menghindari longsor tabun-tabunnya diberi selimut perangkap
yang terbuat dari kawat baja.
Aku jalankan mobilku agak perlahan-lahan
untuk meenikmati pemandangan jalan baru ini. Perjalanan tidak terasa jika sambl dinikmati. Tak biasanya aku melakukan ini mungkin karena aku takjub dengan keadaan jalan baru yang membelah gunung-gunung batu, sampai ada petunjuk
jalan ke arah Fujairah. Setelah aku tanyakan kepada istriku apakah ke
Kalbah terlebih dahulu atau langsung ke Fujairah, lalu aku belokkan
mobilku ke arah Fujairah.
Jalan baru dari Emirates Road ke Fujairah
belum aku kenal sama sekali. Barangkali aku pernah melintasi ketika aku
berkerja di ADSB untuk melakukan inspeksi kapal milik angkatan laut UAE
di pangkalan Angkatan Laut Fujairah dulu. Kalaupun itu pernah aku lakukan, sesungguhnya itu sudah lama sekali sekitar lebih dari 2 tahun lalu, maka pantaslah jika kini aku sudah lupa, apalagi aku hanya melintasinya sekali saja.
Bangunan kantor Mahkamah
Fujairah sangat mencolok sekali, selain berwarna oranye juga merupakan
satu
satunya bangunan besar di lembah datar yang berdiri tepat di jalan masuk kota Fujairah
jika melalui jalan baru. Setelah melintasi bangunan oranye hanya
hamparan lembah yang dikejauhan berdiri kekar pegunungan batu kehitaman.
Aku
jalankan mobilku sambil menikmati pemandangan yang lama aku tidak
melihatnya. Lampu lalulintas di kejauhan sedang bergantian warna
sinarnya. Aku akan menuju ke arah lampu-lampu lalu lintas itu dengan
harapan menemukan petunjuk ke arah pantai Corniche Fujairah. Yang aku harapkan
aku dapati sebelum melewati lampu lalu lintas pertama. Aku harus tetap
lurus saja. Setelah lintasan lampu pertama aku lalui aku mulai melihat
ada beberapa bangunan setinggi dua tingkat di pinggir jalan memasuki
kota Fujairah. Aku jadi bingung ketika aku akan memasuki jalan utama
masuk Kota. Aku percaya diri saja terus meluncur dengan keyakinan bahwa
aku akan menemukan petunjuk arah lagi sebentar lagi karena ukuran kota
Fujairah relatif cukup kecil. Demikian kesimpulan di dalam pikiranku.
Gedung-gedung apartement
dan perkantoran Kota menjulang tinggi sekitar 20 tingkat, dan bahkan beberapa ada yang lebih.
Gedung terasa lebih jangkung karena ukurannya lebih ramping dan jalan
jalannya lebih kecil jika dibandingkan dengan yang aku lihat di Abu
Dhabi. Kondisi kota Fujairah sedikit lebih kelihatan kumuh jika dibandingkan
dengan kota Abu Dhadi atau Dubai. Nampaknya, penghuninya lebih sedikit
pula.
Di ujung jalan setelah aku melintasi deretan gedung-gedung tinggi tengah kota
Fujairah ada jalan bundaran. Petunjuk menuju pelabuhan dan
Corniche harus belok ke arah kiri. Aku ikuti saja petunjuk yang dipapang
pada papan hijau itu. Sejenak kemudian aku sudah melihat laut di balik
pagar metal Corniche Fujairah.
Mobil terus bergerak mendekati jalan Corniche, sebelum
memasuki jalan pantai Corniche aku menawari istri dan anakku jika ingin
berhenti di pinggir pantai. Mereka setuju lalu aku mencari tempat yang
dekat dengan tempat parkir mobilku.
Aku parkir mobilku di tepi jalan
pantai persis sebelum air laut ada pohon besar nan rindang. Sengatan matahari
tidak membuat putriku memperdulikannya. Aku dan istriku cepat masuk
area pantai lalu cepat-cepat menuju ke bawah pohon rindang untuk bernaung. Istriku
menghampiri putriku bergabung mengambil gambar pemandangan indahnya
pantai Fujairah. Perahu perahu kecil yang disebur "terrat" siap menunggu
para pengunjung yang ingin menyewa untuk membawa para penumpangnya mengelilingi ceruk pantai Fujairah.
Pengemudi terrat duduk di atas perahu yang terlihat jelas karena memakai baju pelampung tiup berwarna oranye.
Suasana pantai aku bilang cukup sepi, yang sedang di tepi pantai nampaknya hanyalah aku sekeluarga. Tidak jauh di sebelah kiri sana ada dua orang lelaki memakai ghomis putih berdua sedang duduk-duduk santai. Dari sebelah kananku ada seseorang berpakaian ghomis berjalan ke arahku, ketika dia sampai di dekatku dia menawari untuk meyewa terratnya. Istri dan anak-anakku
ketika aku tanyakan tidak tertarik pada tawarannya,
demikian pula aku. Lalu orang itu berlalu dari aku.
Aku dan keluargaku menikmati indahnya pantai hanya sekitar sepuluh menitan saja, lalu
keluar meneruskan perjalanan ke arah timur. Mobil sengaja aku jalankan perlahan-lahan
ketika masih menyusuri jalan raya sepanjang pantai agar keluargaku lebih bisa menikmati pemandangan yang sangat lama tidak diknjungi. Tanah pantai yang
landai mengingatkan aku, istri dan anak-anakku pada tigabelas tahun lalu ketika
berkunjung ke sini. Akhirnya diputuskan untuk berhenti lagi tidak jauh dari pemberhentian tadi, tempatnya masih juga pantai Corniche Fujairah.
Suasana
pantai serasa sama seperti yang tigabelas tahun yang lalu. Tempok pembatas dengan jalan raya
sudah kelihatan tua, ini adalah tembok yang sama yang aku lihat seperti yang dulu. Bedanya hanya pemandangan ke arah
gunung di depan pantai sudah terhalang dibagian bawahnya dengan bangunan
bangunan toko dan restoran yang berjajar di seberang jalan Corniche.
Burung-burung gagak banyak sekali seolah terus mengintai kedatanganku
sekeluarga.
Aku tidak mengeluarkan makanan ataupun minuman karena
memang hanya berniat untuk mampir sebentar saja. Kasihan burung-burung gagak itu
dengan suara mereka saling bersahutan. Mereka mendekat sambil meloncat-loncat jika aku diam seolah meminta makanan lalu lari berterbangangan ketika aku beranjak dari
dudukku. Sepertinya suasana
masih terlalu pagi walaupun jam di dashboard mobilku sudah melampaui
pukul 11. Inilah mengapa Corniche masih sepi pengunjung.
Aku tinggalkan Corniche sepi itu lima menit kemudian dan melanjutkan perjalananku
menuju ke Khorfakkan. Khorfakkan terkenal dengan suasana pantai
terpencil dilatarbelakangi oleh gunung gunung batu cadas kehitaman tanpa pepohonan. Khorfakkan merupakan
tetangga kota Fujairah yang hanya merjarak tidak lebih dari 10 menit dengan mobil. Dia termasuk bagian dari Emirates Fujairah.
Aku
lihat sudah banyak sekali perubahan jalan-jalan menuju ke Khorfakkan. Ini
memang ciri khas seluruh negara UAE, pembangunan infrastruktur yang pesat sekali dibandingkan dengan negaraku. Lain halnya
ketika aku menuju desa orang tuaku, jalan sekarang masih serupa dengan
suasana empatpuluh lima tahun yang lalu, yang ada hanya meningkatan jalan, yang tadinya sudah beraspal, sekarang ditingkatkan, dan yang tadinya hanya titata dengan batu, sekarang diaspal seadanya.
Jalan dari kota Fujairah menuju Khorfakkan waktu itu
kecil dan alami sekarang layaknya jalan bebas hambatan saja. Ini lain lagi dengan jalan-jalan baru bercabang ke arah pedalaman melingkari gunung-gunung batu cadas sekitar Khorfakkan. Aku ambil
saja jalan lurus tanpa menghiraukan jalan cabang karena setelah dari Khorfakkan perjalanan akan aku
lanjutkan ke Ras Alkhaimah.
Sepertinya aku tidak ada yang perlu dilihat
di Khorfakkan. Aku
hanya memperlambat jalan mobilku sambil mengawasi pemandangan di kanan dan
kiriku. Istriku ingin berhenti di tempat penjual buah pinggiran jalan
Khorfakkan untuk membeli pisang emas kesukaannya ketika mobil melintasi penjual buah dan dia melihat buah pisang itu dipajang oleh penjual buah.
Beberapa penjual buah
yang dilewati berikutnya tak satupun sedang menjual pisang yang sedang dicari istriku.
Pisang-pisang biasanya digantung sehingga terlihat dari kejauhan. Aku
percepat sedikit mobilku setelah melewati deretan para pedagang buah
pinggiran jalan. Pisang emaspun tidak bisa didapati. Lalu semakin aku percepat setelah melewati perkampungan
penduduk.
Rasa kontras nampak sekali ketika aku keluar dari daerah
perkampungan Khorfakkan. Di sisi kiriku perbukitan batu cadas dan di
sisi kananku laut hijau menyala. Jalan sepertinya dibuat dengan
memangkas bagian sepertiga tinggi sisi gunung membawa pengendara yang
lewat terasa menyetir mobil seperti di atas awan. Jalan nampak seperti membelah perbukitan dengan birunya air laut. Walaupun jalan
demikian, hanya sebentar aku nikmati, lalu aku lambatkan jalan mobilku agar terasa lebih
lama untuk menikmatinya sampai jalan mengarahkan mobilku untuk bebelok ke kanan meninggalkan laut
biru untuk berganti tebing gunung batu. Kini di kedua
sisi sisiku adalah bukit-bukit batu cadas.
Aku lanjutkan perjalanan
dengan mempercepat jalan mobilku. Suasana jalan bukit berbatuan sudah
aku nikmati tadi sebelum memasuki kota Fujairah. Akupikir pasti
suasananya sama dan akan sedikit membosankan.
Keluar perbukitan arah
jalan menuju daerah yang bernama Masafi. Nama yang identik dengan merek air
mineral yang sangat populer di UAE. Istriku minta berhenti di Friday
Market untuk mencari buah pisang. Buah pisang yang ia inginkan tidak ada
yang menjual di sepanjang jalan pasar Friday Market. Kemudian diputuskan untuk berhenti dan membeli mangga saja. Mangga berwarna
keoranyean dipajang di dasar di bawah terik matahari. Tanpa menawar istriku
membeli 2 kilogram mangga.
Istri dan anak-anakku melengak-lengok melihat
sekeliling suasana di Friday Market, pasar pinggir jalan di daerah
Masafi. Kios-kios berjejer di kanan dan kiri jalan memajang barang dagangan mulai dari karpet sampai peralatan dapur, ada juga yang memajang perabot untuk taman. Aku lihat lebih
banyak kios daripada calon pembelinya. Untuk itu aku tidak keberatan
ketika istriku tidak menawar harga mangga yang ditawarkan oleh penjual
mangga tadi.
Suasana panas
terik matahari membuat aku, istri dan anak-anakku cepat masuk mobil
untuk segera melanjutkan perjalanan. Selain perutku sudah mulai terasa
lapar aku juga tidak terlalu tertarik tetap di Friday Market terlalu
lama. Aku sekeluarga melanjutkan perjalanan ke Ras Alkhaimah.
Jalan baru
terasa cukup lega hari itu. Lalu-lalang mobil juga tidak sepenuh
perjalanan Abu Dhabi ke Fujairah. Petunjuk jalan semuanya jelas,
sehingga membuat aku tidak khawatir akan tersesat walaupun belum pernah
aku melalui jalan baru ini. Kecepatan mobil aku buat agak konstan antara 100 sampai
dengan 110an kilometer per jam. Truk-truk pun aku katakan sangat jarang,
tidak seperti jalan bebas hambatan lainnya.
Aku sepertinya pernah
melewati jalan ketika mobilku sudah akan memasuki kota Ras Alkhaimah. Rumah-rumah
penduduk sepertinya tidak banyak berubah walaupun ada beberapa perumahan
baru dibuka. Serta ada pula beberapa perkampungan yang ditutup. Rumah-rumah baru berwarna dasar kekuning-kuningan banyak berdiri di
pinggiran jalan menuju kota Ras Alkhaimah.
Sebelum memasuki Kota, aku berusaha mencari rumah makan yang sesuai dengan selera istri dan
anak-anakku. Setiap kali aku jumpai restaurant yang aku kira sesuai seleraku lalu aku tawarkan kepada istri dan anak-anakku,
mereka tidak menyetujuinya. Putriku ingin makan masakan Korea, istriku
ingin makan masakan China dan putraku ingin makan dari restaurant Fast Food saja.
Aku coba
pelankan jalan mobilku dan sambil melengak-lengok ke kanan atau kiri
untuk mencari rumah makan yang menyediakan masakan seperti keinginan
mereka. Aku teruskan saja jalan mobilku, aku jalankannya tidak terlalu cepat. Sampai
mencapai suatu bangunan besar bertuliskan Mall Ras Alkhaimah. Aku
tawarkan untuk berhenti mampir di Mall itu dan merekapun menyetujuinya. Aku jadi teingat Pasar Turi Baru sebelum terbakar yang terkhir beberapa
tahun lalu, Mall Ras Alkhaimah membawa pikiranku pada Pasar Turi Baru itu.
Tempat parkir di depan Mall masih belum sepertiganya penuh.
Suhu terasa panas di luar mobil. Anak-anak dan istriku bergegas masuk
Mall setelah keluar dari mobil. Mall nampaknya masih sepi. Aku masuk dari
pintu utama setelah menyeberang melewati antrian taksi langsung menemui
tempat bermain
untuk anak. Di deretan depannya ada Foodcourt. Aku ingin fast food
saja karena harganya pasti sama dengan yang dijual di Abu Dhabi, tidak
mahal. Putraku juga sama, dan putriku akhirnya juga demikian setelah dia tau bahwa di Mall ini tidak ada masakan menu Korea, dan KFC yang dipesan. Istriku memesan masakan China.
Aku pesan satu porsi snack box berisi dua potong ayam tambah kentang dan satu
roti bun. Bagiku porsi segitu sudah cukup. Toh biasanya putra dan
putriku tidak menyukai roti bun dan sayang apabila ditinggal, untuk itu roti-roti itu
akan aku makan saja sebagai tambahan. Begitulah sebagai orang tua, akan memakan sisa
makanan dari anak-anaknya yang masih bisa untuk dimakan, apalagi makanan yang belum
disentuh. Sehingga terkadang aku tidak akan merasa kekurangan makanan apabila makan
bersama anak-anakku di restoran.
Setelah makan selesai, istriku mengajak keliling Mall naik ke
lantai 2 melalui tangga elevator listrik. satu-satunya elevator menuju lantai 2 yang terletak di tengah-tengah Mall. Toko-toko berjajar di kanan dan kiri Mall. Barang-barang yang dipajang tidak ada yang
spesial, sehingga istriku mengajak turun kembali untuk melanjutkan
perjalanan walaupun belum selesai menyusuri seluruh pertokoan di dalam Mall, apalagi
suasana masih relatif sepi.
Keluar Mall sekitar pukul 2.30 siang. Terik
matahari terasa semakin mnyengat saja. Aku membayangkan di dalam mobilku
yang diparkir di pelataran parkir Mall tanpa atap. Pasti akan lebih
panas lagi karena bagian atas mobilku yang sedang berhenti disengat secara langsung oleh sinar matahari. Istri
dan anak-anakku tetap saja berdiri di luar mobil ketika aku menghidupkan
mesin mobilku. Tombol AC langsung aku pijat setelah mesin mobil hidup.
Suara gemuruh angin panas dari dalam saluran udara AC memang cukup
hangat. Apalagi kipas angin AC bekerja secara penuh. Sebentar setelah
hawa hangat sudah mulai turun, istri dan anak-anakku mulai memasuki
mobil. Lalu aku dan mereka melanjutkan perjalanan menuju Dubai.
Aku
sudah paham jalan utama Ras Al Khaimah. Aku hampir setahun sekali
melewatinya ketika aku harus melakukan inspeksi kapal ketika aku bekerja
di Angkatan Laut UAE dulu. Jalan menuju Dubai hampir tidak ada perubahan
kecuali ada jalan baru yang disebut jalan Emirates Road. Jalan jaringan
baru untuk ke seluruh wilayah Emirates. Jalan bebas hambatan baru yang
bisa menjangkau semua jalan utama setiap Emirates. Aku mengambil jalan
Emirates Road saja, aku pikir jalannya pasti akan lebih cepat untuk
sampai ke Dubai.
Ketika memasuki jalan Emirates Road, jalan agak legang,
tidak seperti jalan
Emirates Road di sekitar Dubai, lebih sibuk sekali. Kanan dan kiri jalan
masih padang pasir semuanya. Sesekali hanya ada jalan cabang ke arah
desa kecil atau kembali ke Ras Al Khaimah. Ketika memasuki daerah Ajman
aku jadi teringat tentang rencana dibangunnya beberapa mega project pada beberapa tahun yang lalu sebelum
krisis moneter terjadi di tahun 2008 yang lalu merusaknya. Ada Salam City, ada Al
Arab City dan lain sebagainya, pada dasarnya hampir sepanjang jalan antara Ajman dan Dubai
sudah dipenuhi oleh rencana dibangunnya mega project yang menakjubkan. Sekarang semua papan
billboard bergambarkan kota-kota masa depan yang sudah dipasang itu sudah
tidak ada lagi. Jangankan billboard, kerangkanya saja sudah tidak ada,
entah kemana.
Aku terus saja menjalankan mobilku sambil melamun seandainya krisis ekonomi tahun 2008 lalu
tidak pernah terjadi. Tentu keadaan sudah lain, tentu harga apartemenku mungkin sudah
dua kali lipat dari harga yang aku beli dulu. Itulah dunia, ada naik dan ada kalnya turun. Tidak terasa dengan lamunanku jam dashboard mobilku sudah menunjukkan
pukul 2 siang lebih 5 menit. Sebentar lagi aku harus mengambil jalan
belok ke arah kanan menuju ke Jabal Ali. Tujuanku adakah Hotel Movenpick dekat
Ibnu Batutta
Mall, dimana aku sekeluarga akan bermalam di sana.
Istriku sudah memesan dua
kamar untuk satu malam di Movenpick Hotel. Anak-anakku menuturkan ingin sekali
menikmati hotel berharga mahal. Sesekali katanya. Aku sebenarnya tidak
suka mengeluarkan uang hanya untuk tidur semalam sampai dengan 2000
Dirham lebih untuk dua kamar tidur. Aku hanya merasa sayang saja, bukan
masalah tidak ingin menikmati, tetapi uang sebanyak itu akan lebih baik
digunakan untuk yang lain daripada dipakai untuk membayar sewa kamar
hotel hanya untuk tidur di ruangan berdekorasi, kamar mandi dan tempat
tidur yang selalu dirawat bersih, tetapi, ini hanya untuk pengalaman saja, lain
daripada itu tidak perlu.
Tiba di Movenpick Hotel beberapa menit sebelum
pukul 3 sore. Aku langsung ke konter menanyakan tentang kesiapan kamar-kamar yang telah istriku pesan melalui booking.com yang menyatakan bahwa
check in akan dimulai pada pukul 3 sore. Setelah diperiksa dan
memasukkan data pribadiku dari kartu identitasku dan meminta kartu
kreditku lalu penjaga konter
menelpon supervisor kamar hotel. Penjangga konter memberitau aku bahwa
kamar type Persia dengan nomer kamar 307 dan 308 akan siap sekitar satu jam lagi. Aku perhitungkan bahwa sebelum pukul
4 sore kamar sudah pasti siap. Aku, anak-anak dan istriku memutuskan
untuk tetap tinggal di lobi hotel menunggu kamar-kamar siap. Di luar
udara masih kelihatan panas. Walaupun di seberang ada Mall Ibnu Batutta,
aku malas untuk ke sana, selain panas juga agak lelah sehabis menyetir
hampir mengelilingi UAE.
Aku lihat banyak orang menunggu untuk keluar hotel, mereka sedang menunggu bis jemputan
untuk menuju ke pantai di Jumairah. Dari jadwal
yang ada, setiap 30 menit sekali akan ada bis bolak-balik dari hotel ke
pantai Jumairah. Aku lihat anak-anak kecil membawa pelampung plastik
berbentuk kasur ukuran tunggal. Para orang tua yang menunggu bis
kebanyakan sibuk dengan HP mereka. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan
hampir pukul 4 sore, kini waktunya aku menanyakan tentang kesiapan kamar-kamarku. Jawabannya tetap sama, bahwa kamar masih belum siap. Dan aku
diminta untuk menunggu selama 30 menit lagi. Aku agak kecewa karena
seharusnya kamar sudah siap tetapi masih juga belum. Penjaga konter
menjelaskan bahwa satu kamar sudah siap tetapi kamar lainnya masih
belum, karena penghuninya terlambat check out tadi. Mukaku agak masam
aku rasa, lalu dia menawariku untuk mengunjungi pantai Jumairah. Aku
minta saja kamar yang sudah siap, sehingga aku bisa menyimpan barang
barang bawaanku dan aku sekeluarga bisa ke pantai. Diapun menyetujuinya
dan aku sekeluarga masuk kamar hotel.
Aku lihat kamar sebelah yang aku
pesan masih sibuk dibersihkan oleh seorang pembersih. Dia baru saja
selesai membersihkan kamar yang sedang aku buka. Aku tidak tau mengapa
pihak hotel tidak menggerakkan tukang pembersih lebih dari 1 orang.
Karena apabila begitu aku pesan 3 kamar kemungkinan aku akan menunggu
lebih lama lagi. Aku habya melirik tukang pembersih saja ketika aku
keluar kembali untuk ke pantai karena jam tanganku sudah menunjukkan pukul 5 sore lebih sedikit.
Ada kolam renang di lantai 7 hotel. Istri dan anak-anakku ingin
menginjungi kolam renang hotel hanya untuk melihat-lihat keadaannya
saja. Aku lihat waktu masih tersisa sekitar 20 menitan dari keberangkatan
bis jemputan menuju pantai Jumairah. Aku setuju saja menuju ke lantai 7
untuk melihat-lihat kolam renang hotel. Dari dalam lift berdinding kaca
tampak jelas sekali tatanan kolam renang hotel, seketika itu kemudian lift berhenti
di lantai 7.
Aku sekeluarga langsung keluar saja di lantai 7, di sebelah lorong kanan hotel ada pintu kaca tidak tembus
pandang tidak tertutup rapat. Aku dorong pintu itu untuk memasuki ke areal kolam renang hotel. Seorang penjaga di balik pintu
mempersilahkan aku sekeluarga untuk duduk di kursi pelataran berlantai
batu granit dekat ujung barat kolam renang. Aku, istri dan anak-anakku
hanya mengucapkan terimakasih pada penjaga terima tamu kolam renang
karena kami datang hanya untuk melihat-lihat saja. Seorang pelayan restoran kolam
renang menawari juga menu yang sedang ia bawa. Tak satupun aku sekeluarga
yang ingin melihatnya.
Di ujung timur areal kolam renang aku lihat banyak orang tanpa baju sedang
menjemurkan diri di atas
kursi rebah sambil membaca buku, sebagian sedang bercakap-cakap. Semua
dari mereka sepertinya orang dari ras kulit putih.
Setelah aku rasa cukup
melihat suasana kolam renang hotel, aku sekeluarga menuju ke lantai
dasar untuk menunggu bis menuju ke Pantai Jumairah.
Di lobi hotel banyak orang
yang berdiri sepertinya sedang menunggu bis jemputan juga. Aku hampir saja susah untuk melewati mereka. Aku lihat seorang
anak sedang membawa pelampung yang berbentuk kasur untuk satu orang yang sudah
ditiup. Pikiranku bertanya, bagaimana nanti akan masuk ke dalam bis dengan
pelampung sebesar itu.
Bis berkapasitas 22 kursi sudah sampai di depan
pintu masuk lobi hotel. Ketika aku tanyakan pada penjaga konter khusus
yang melayani antar jemput ke Pantai Jumairah dia megatakan bahwa bis
ini yang menuju ke sana. Aku istri dan anak-anakku mulai naik bis.
Aku sedikit herang dengan orang-orang
banyak yang berdiri di lobi hotel karena hampir tidak ada yang beranjak dari
tempatnya. Ketika bis diisi aku sekeluarga dan 4 orang lainnya lalu bis
berangkat menuju pantai. Aku lihat pelampung berbentuk kasur yang
dibawa oleh dua orang
anak di bawa keluar hotel, lalu dinaikkan mobil Nisan Petrol milik
orang tua mereka. Rupanya mereka lebih memilih naik mobill pribadi
daripada naik bis antar jemput.
Bis keluar area hotel tepat pukul
5.30. Melalui jalan Sheikh Zayeed Road ke arah Dubai bis meluncur
secepat kendaraan kebanyakan di sebelahnya. Hanya dalam waktu 15 menit
bis sudah memasuki komplek Palm Jumairah. Setelah 3 menit berjalan
menyusuri Palm Jumairah bis berhenti di depan gedung berwarna kaca
kebiruan. Lalu datang mobil listrik terbuka yang membawa aku sekeluarga
ke pantai Oceana British Club
Palm Jumairah. Pantai di dalam ceruk dibatasi dengan pecahan batu-batu cadas yang ditumpuk ketika dilakukan reklamasi membuat Pulau Pohon Palm atau Kurma buatan. Aku, istri dan anak-anakku mengawasi sekeliling pantai sebelum masuk ke dalam area tempat pemandian pantai. Di tepi pantai
berpasir agak kekuningan itu ada kolam renang air tawar berbentuk buah
pepaya sepanjang 30 meteran dengan lebar terbesar sekitar 20 meteran. Anak-anak memilih
turun ke pantai terlebih dahulu
dengan melapas sandal-sandal mereka. Istriku memilih membidik
pemandangan untuk difoto dengan ipad nya. Aku hanya melihat-lihat
sekeliling saja sambil melihat pemandangan laut di kejauhan melalui
celah antara bangunan tinggi di pulau buatan seberang sana serta bangunan tinggi
deretan pantai Palm Jumairah dekat aku berdiri.
Hari sudah mulai petang,
lampu-lampu sudah mulai hidup. Sorotan lampu berwarna kebiruan
menambah cerahnya pemndangan sekitar kolam renang dan lorong antara
komplek bangunan apartement di Palm Jumairah. Kursi-kursi di Restoran berbentuk bar
dekat kolam renang tidak ada yang menduduki di kursi, hanya terlihat para pelayan sibuk mempersiapkan minum atau makanan. Orang-orang lebih suka memesan minuman dan diminum
dekat kursi baring tepi kolam renang.
Aku mulai ingin untuk segera
berenang. Anak-anakku sudah naik kembali dari menyusuri pantai. Aku dan
istriku sudah duduk mengambil kursi rebah sebelah kolam renang di depan
restoran. Ketika anak-anakku mendekati aku mereka aku ajak untuk ganti
pakaian renang yang disimpan di dalam tas
gendong belakang yang ada di sebelahku. Lalu aku dan anak-anakku menuju ke tempat untuk ganti pakaian di
lantai bawah tanah gedung kehijauan di balik ujung kolam renang di depanku ini.
Di depan
kamar ganti ada ruang senam dengan peralatang gym yang bagus-bagus.
Seorang wanita sedang keluar dari dalam ruang gym ketika aku memasuki
ruang ganti pakaian untuk pria. Aku dan putriku kembali ke tempat duduk
lebih awal daripada putraku. Setelah aku celupkan kakiku di tepi kolam
renang sambil aku duduk ditepi kolam, aku goyangkan kakiku untuk sedikit
pemanasan sebelum aku memulai untuk berenang.
Aku dan anak-anakku sudah mulai berenang, hanya istriku saja aku lihat tidak ikut berenang. Dia memang sejak
berangkat tidak ingin berenang. Di dekat tempat tinggal di Abu Dhabi
saja yang memiliki fasilitas dan dekat dengan kolam renang dia tidak ingin berenang.
Aku merasa sudah cukup berenang, lalu aku
coba turun ke pantai. Walaupun hari sudah petang tetapi terangnya lampu
untuk pantai Oceana British Club
Palm Jumairah tidak menghalangi orang-orang untuk tetap
berenang di pantai pada malam hari. Aku susuri sepanjang pantai berpasir
kekuningan yang bercampur dengan sedikit kulit kerang kecil laut. Sampai pembatas tumpukan
batu cadas
aku menghentikan langkahku. Tadinya aku akan kembali sebelum aku sampai pada tumpukan batu pembatas, tetapi aku rubah pikiranku lalu aku naik ke atas
tumpukan batu cadas sesampainya di sana. Di balik batu cadas ada dua kapal pesiar berukuran
tidak lebih dari 15 meteran tertambat. Sejauh jarak dari kolam renang
dibalik tumbukan batu cadas ada villa-villa mewah berwarna kekuningan. Setelah aku puas memandangnya lalu aku turun kembali untuk kembali ke kursi kolam renang tempat
istriku duduk dan pakaianku berada.
Ketika aku sampai di tepi kolam renang anak-anakku juga sudah naik ke lantai, mereka sudah tidak
ingin berenang lagi. Ketika aku tanyakan apakah ingin ke kamar ganti
pakaian, mereka ingin ke pantai lagi sambil mengambil gambar-gambar
suasana malam pantai Jumairah. Aku memilih ke kamar ganti tanpa anak-anakku.
Setelah aku selesai ganti pakaian dan sampai di kursi rebah kembali dekat istriku, anak-anakku sedang akan menuju ke kamar ganti pakaian.
Sudah hampir
selesai dalam melakukan kunjungan ke Pantai jumairah, jam tanganku sudah hampir menunjukkan pukul 7 petang, dan aku sekeluarga harus segera keluar
dari areal kolam renang menuju ke tempat berkumpul untuk jemputan bis kembali ke hotel.
Lorong diantara apartemen
menuju ke pool bis sungguh terang, bagaikan di siang hari saja, akan tetapi
pancaran warna lampu yang kebiruan menambah semakin biru warna gedung-gedung apartemen yang sudah
biru. Patung-patung dan hiasan tembok menambah nampak suasana semakin tambah berseni.
Beberapa orang seperti berdarah Arab sedang duduk menunggu bis antar
jemput ketika aku sampai di halte, aku langsung duduk saja di bok tepian taman
bangunan apartemen tempat halte bis. Semua tempat duduk sudah dipenuhi
oleh orang-orang dan sanak keluarga mereka. Istri dan anak-anakku
memilih melihat lihat ke luar sekeliling dari dalam pagar pembatas
tempat berkumpul. Aku pikir aku lebih baik mengikuti mereka daripada
bengong duduk tanpa mereka. Aku berjalan agak cepat ke arah mereka agar
aku bisa mengejar mereka. Sambil menengok ke luar pagar aku bisa
berkumpul dengan anak dan isteriku.
Jalan di depan gedung dialihkan
untuk menghindari galian sebesar enam kali lapangan tennis. Di sebelah
kanan gedung merupakan tanah yang masih kosong dengan beberapa alat
berat dan tempat menyimpan material untuk bahan dan fasilitas
pembangunan bangunan di depan gedung yang sedang dikerjakan. Apartemen-apartemen di sekitar tempat aku
menunggu bis jemputan sungguh megah dan terasa mewah, pasti harga
sewanya akan mahal sekali, ini terutama karena letaknya di Palm
Jumairah, daerah pulau buatan dengan cara reklamasi laut sekir Pantai
Jumairah.
Bis Coaster sudah memasuki areal tunggu. Aku ajak anak dan
istriku untuk segera menuju ke tempat pemberhentian bis. Ketika bis
berhenti, orang-orang sudah berdiri berjejer antri untuk memasuki ke
dalam bis. Aku menjadi orang yang paling akhir naik bis setelah anak dan
istriku. Aku hanya terduduk lesu di dalam bis, tanpa aku perhatikan di
sekelilingku, aku sandarkan badanku ke sandaran kursi bis. Tak
seorangpun yang berisik, menikmati hiburan pantai rupanya membuat
semuanya menjadi lelah.
Bis berjalan cepat sekali terutama ketika
memasuki jalan Seikh Zayed Road. Tak lama kemudian bis sudah sampai di depan lobi hotel, dan aku harus turun dari bis. Aku mampir ke konter resepsionis menanyakan
kartu kunci kamar hotel untuk anak-anakku ketika aku tiba di Hotel. Anak
dan istriku langsung saja naik ke kamar Hotel dengan kartu kunci untuk
kamarku yang aku terima tadi sebelum
ke pantai. Aku dapatkan kunci untuk kamar anak-anakku, lalu aku bergegas menuju ke kamar hotel.
Setelah aku
mandi lalu aku makan malam di dalam kamar hotel, makan makanan yang
dibeli dari Ibnu Batutta Mall tadi siang oleh istriku. Aku terasa sudah
menikmati fasilitas Hotel Ibnu Batutta, hotel semalam suntuk bertarip
lebih dari lima juta Rupiah untuk dua kamar tidur Deluxe. Hotel yang aku bayar demi pengalaman untuk
anak-anak dan istriku. Hotel yang telah membuat aku jera untuk menyewanya
lagi karena pelayanan check-in yang terlambat.
Pagi sudah menunjukkan pukul 5 pagi ketika aku sedang bangun
tidur. Aku sadar bahwa hari ini merupakan akhir dari menikmati libur
Hari Raya tahun ini bersama keluargaku. Sebelum mengakhiri dalam
menikmati hari libur ini walaupun besok masih libur, aku sekeluarga
mengunjungi Ibnu Batutta Mal dan makan siang di Food Courtnya. Pihak
hotel tetap saja memintaku untuk check-out sebelum pukul 2 siang
walaupun kemarin aku check-in pukul 5 sore. Tas dan barang bawaan
lainnya sudah dipindah ke dalam mobil dan sekalian check-out sebelum
mengunjungi Ibnu Batutta Mall. Aku
sekeluarga menuju Abu Dhabi setelah menikmati jalan-jalan di Ibnu
Batutta Mall, dan sampai di rumah jam tanganku sudah menunjukka
pukul 5.30 sore.
END
"Ruang" ini untuk mencatat sejarah hidup kami terutama dalam bentuk tulisan-tulisan, agar peristiwa dan kejadian sedapat mungkin terdokumentasi. itu akan kami gunakan sebagai bahan renungan tentang perjalanan hidup yang telah kami lalui, sehingga berguna sebagai bekal untuk perjalanan kami berikutnya. Kritik dan saran bagi para pengunjung "Ruang" ini sangat kami hargai, karena kami yakin dengan kekurangan yang ada pada diri kami, maka kami membutuhkan anda sekalian.
Friday, February 27, 2015
ATARA DENMARK DAN PARIS
UMUM
Dalam kehidupan bersosial tentu tidak akan pernah lepas dari norma-norma kehidupan di sekitar kita. Karena pada kenyataannya hampir semua makhluk hidup merupakan makhluk bersosial, apalagi manusia merupakan makhluk bersosial, apakah itu antar individu, antar kelompok ataupun antar golongan komuniti. Sejak dilahirkan, manusia sudah membawa status mereka sendiri, ada berstatus kulit hitam, kulit putih, kulit kuning dan seterusnya. Adapula yang memiliki status sosial darah biru, berkasta tertentu, beragama tertentu dan lain sebagainya.
Didalam mengarungi kehidupan, ada orang yang dapat beralih dari status sosial yang sedang disandangnya ke status sosial yang lain. Baik itu dikarenakan semakin banyak harta kekayaan yang dimiliki, atau semakin tinggi ilmu yang dimiliki ataupun semakin luas pergaulan yang dialami, bahkan terkadang karena himpitan permasalahan yang sedang dihadapi. terutama status sosial yang berhubungan dengan budaya.
Di dunia ini semua yang ada menurut proses alami tidak ada yang sama. Ini menunjukkan bahwa memang semua itu lahir ataupun ada dengan bawaan perbedaan. Akan tetapi, semua yang ada di dunia ini memiliki keadaan saling ketergantungan. Artinya, apabila yang ada ini bisa terus bertahan, maka mereka saling memenuhi kebutuhan sesama dari mereka. Apabila semua itu ada dengan bawaan perbedaan berarti semua itu memerlukan keadaan saling ber'sosial' yang saling memerlukan dan tentu juga saling menghormati.
Kakak beradik yang dilahirkan kembar, pasti akan memiliki perbedaan pula, apalagi yang bukan bersaudara. Untuk itulah, sudah dipahami oleh semua pihak bahwa ketika sedang melakukan interaksi bersosial, jangan lagi mempermasalahkan perbedaan yang ada, apalagi dengan cara merendahkan yang lainnya. Demikian juga perbedaan tentang keyakinan, budaya atau agama yang dianut.
Perlu dicatat bahwa bermasyarakat itu adalah untuk saling memenuhi kebutuhan hidup.
KARTUN DENMARK
Pemuatan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW oleh media cetak Jillands Posten di Denmark bukanlah satu-satunya, dan juga bukan yang pertama kali sebuah media menggambarkan seorang Nabi dalam bentuk yang direndahkan. Bahkan apabila ditengok ke belakang sebelum media berkembang pesat, merendahkan diri seorang Nabi sudah terjadi ketika Nabi yang bersangkutan berhadapan langsung dengan kaumnya.
Sejak terjadinya konflik panjang antara Barat dengan ummat Islam yang dikenal dengan istilah Perang Salib antara ummat Islam dan Barat yang diwakili oleh kaum Kristen telah mengakibatkan pihak-pihak yang ada di dalamnya terbagi menjadi dua. Mereka sangat tegas sekali terbagi, antara satu dan lainnya memiliki perbedaan bukan lagi seperti minyak dan air, akan tetapi semacam minyak dan api. Mereka seakan dibatasi oleh penyekat pembatas yang kuat dan tegas, sedikit saja ada celah terbuka (baca mengakibatkan konflik) dan mengakibatkan antara keduanya bertemu, dipastikan akan timbul konflik yang saling menghancurkan. Untuk itu kebanyakan setiap mereka bertemu tak satupun dari mereka ingin membicarakan tentang perbedaan mereka itu.
Sebenarnya setiap provokasi terbuka antara keduanya merupakan salah satu cara membuat lubang pada pembatas antara keduanya. Ada berbagai cara provokasi untuk membuant lubang antar keduanya. Terkadang, meskipun yang dilakukan itu benar-benar perlakuan yang biasa, akan tetapi oleh pihak pihak yang ingin mengambil keuntungan dieksploitasi agar yang biasa menjadi luar biasa, sehingga bisa dimanfaatkan untuk meraih keuntungan oleh pihak tertentu. Seperti membakar sisa Kitab Suci yang sudah tua dan dilakukan oleh pihak lawan dan bentuk provokasi lainnya yang merupakan sesuatu yang sangat sensitif bagi suatu agama mereka.
Reaksi yang dihasilkan oleh dampak pemunculan kartun majalah di Denmark itu sungguh luar bisa, mulai dari pengunjuk rasa yang meninggal, juga ancaman terhadap pemuat dan pembuat kartun dari kelompok Islam sampai dengan boikot produk dari Denmark oleh sebagian masyarakat Islam. Yang paling mengkhawatirkan sebenarnya bagi masyarakat Denmark bukan meninggalnya pengunjuk rasa karena harus berhadapan dengan pihak keamanan, akan tetapi dampak ekonomi akibat boikot produk mereka, terutama produk dairy dari Denmark.
KARTUN PARIS
Adalah kerja dari pewarta, penulis dan sejenisnya untuk mendapatkan pemirsa sebanyak mungkin. Sudah diketahui bahwa pemuatan kartun Nabi Muhammad SAW apalagi digambarkan dengan merendahkannya akan mengakibatkan banyak umat Islam yang marah, akan tetapi itu tidak diperdulikan. Berlindung di bawah payung mengeluarkan kebebasan berpendapat, maka semuanya bebas di buat kartun. Nabi Muhammad SAW merupakan orang suci bagi ummat Islam. Sudah tentu akan berakibat suatu kemarahan apabila direndahkan. Apalagi menampilkan gambarnya saja merupakan suatu larangan menurut tradisi Islam.
Akan tetapi, kemarahan di satu pihak bukan berarti kemarahan juga di pihak lain. Melainkan sebaliknya. Hal inilah yang dicari para media, suatu polemik, suatu konflik ataupun suatu kejadian yang mengakibatkan kericuhan agar dapat dipakai sebagai bahan yang bisa laris dikonsumsi publik. Maka, inilah nampaknya mengapa kartun Nabi Muhammad SAW itu dimuat kembali oleh Majalah mingguan Charlie Hebdo di Paris, bahkan tidak hanya sekali.
PENYERANGAN KANTOR MAJALAH CHARLIE HEBDO DI PARIS
Kemarahan ummat Islam akibat pemuatan yang menggmabarkan Nabi Muhammad SAW di dalam kartun karikatur sepertinya tidak berhenti ketika media sudah reda beberapa tahun yang lalu. Luka yang diakibatkannya masih belum sembuh bagi sebagian ummat Islam. Sepertinya semua orang sudah melupakan peristiwa pemuatan karikatur itu, baik yang dimuat oleh majalah di Denmark ataupun di Paris. Semua orang sudah sibuk dengan pekerjaan topik-topik hangat lainnya karena memang masyarakat sudah tidak pernah membicarakannya lagi. Bahkan orang sudah dibuat lalai karena topiknya seperti sudah usang pula. Karena yang akan terjadi sudah pasti diketahui, pemuatan karikatur semacam itu bagaimanapun bentuknya akan mengakibatkan kemarahan ummat Islam, maka hal seperti ini sudah benar-benar tidak akan lagi terpikirkan oleh awak media untuk dimuat lagi karikatur seperti itu.
Sampai suatu pagi pada tanggal 7 Januari, 2015 sekitar pukul 11:30 waktu setepat dalam keadaan sebagian kantor baru saja melakukan aktivitasnya, sekelompok orang melakukan penyerangan bersenjata ke kantor majalah Charlie Hebdo di tengah kesibukan pagi kota Paris. Suatu penyerangan balas dendam yang mengakibatkan 12 orang korban meninggal dunia ketika itu dan beberapa orang terluka. Dunia bagaikan diguncang hebat. Permasalahan yang sudah lama terlupakan masih saja mengakibatkan dendam dengan jatuh banyak korban. Bahkan korbannyapun termasuk seorang polisi Paris. Rupanya peristiwa yang membawa korban meninggal tidak berhenti sampai di situ, peristiwa terus berlangsung sampai dua hari kemudian dan membawa tambahan korban sampai 8 orang lagi termasuk 3 anggota para penyerang.
Banyak orang terhenyak dibuatnya, itu bukan saja orang-orang di seluruh Paris, akan tetapi seluruh dunia. Bukan saja orang-orang non Islam, akan tetapi juga orang-orang dari golongan Islam. Banyak orang bersimpati kepada para korban penyerangan, baik dari yang Islam maupun yang bukan. Sampai-sampai pada peristiwa pemakaman para korbanpun dihadiri oleh banyak pemimpin dunia. Lautan manusia yang bersimpati memadati Ibu Kota Perancis itu. Slogan pengecaman terhadap penyerang sudah bukan kepalang kata-kata yang dikeluarkan. Bahkan banyak tempat-tempat ibadah ummat Islam di seantero Perancis yang diserang atau dirusak oleh mereka yang tidak terima. Bahkan ada beberapa orang Islam di Perancis meninggal karena penyerangan balas dendam mereka yang tidak terima. Demikian juga dari pihak orang-orang Islam, mereka melakukan balas dendam terutama di sebagian negara Afrika dan Asia Selatan, di negara-negara tempat dimana masyarakatnya berpenduduk mayoritas pemeluk Islam.
KONSUMSI YANG BISA MENDATANGKAN KEUNTUNGAN MATERI
Dari mereka yang menghadiri ataupun tidak tetapi ikut merasa prihatin akan terjadinya yang demikian pasti di dalam benak mereka mengharapkan agar peristiwa semacam ini tidak akan pernah terulang kembali. Penghormatan pada pemakaman para korban penembakan di Paris sebenarnya bukanlah sebagai tempat untuk ajang balas dendam, bukan pula sebagai tempat provokasi, melainkan sebagai tempat untuk mengecam dan berdoa agar peristiwa srmacam ini tidak akan pernah terulang kembali.
Peristiwa pemakaman itu harus dimanfaatkan sebagai tempat mengajak kepada yang memiliki perbedaan agar saling menerima dan menghormati. Akan tetapi, justru banyak yang melihat dengan adanya semacam ini dijadikan suatu kesempatan untuk mendapatkan dan menggali keuntungan bagi pihak tertentu dengan jalan semakin membuat suasana menjadi lebih keruh dan panas.
Inilah yang bisa dilihat bagaimana seminggu kemudian majalah tempat dimana kebanyakan korban bekerja memuat kembali kartun yang ditentang oleh ummat Islam itu. Akan tetapi semua dari mereka diam saja. Mereka tidak satupun dari pemimpin dunia yang hadir mengecam tentang dimuatnya kartun Nabi muhammad SAW. Mereka semua seolah mendukung upaya balas dendam melalui pemuatan kartun semacam itu. Dan hasilnya sesuai keinginan mereka, yaitu omzet majalah yang melonjak duapuluh kali lipat. Majalah yang biasanya beromzet 160 ribu eksemplar seminggu kemudian beromzed sampai 3 juta eksemplar serta diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
Inilah bukti, bahwa kejadian itu dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu. Namun yang akan menjadi pertanyaan adalah, apakah mengambil keuntungan di air keruh dapat berlangsung lama?. Ini tentu dapat dijawab dengan mudah sekali.
TENTANG UMAT
Seperti yang disebutkan di atas, pada dasarnya manusia itu merupakan makhluk yang membutuhkan sosial, ini dikarenakan diantara manusia satu dan lainnya memiliki suatu ketergantungan dalam keadaan mereka memiliki perbedaan pula. Dari adanya saling membutuhkan di bawah perbedaan itu sebenarnya mereka harus saling mengisi. Yang kaya membutuhkan yang miskin. Yang miskin juga membutuhkan yang kaya. Yang hitam membutuhkan yang putih demikian sebaliknya. Dan lain sebagainya.
Di dalam saling mengisi kebutuhan itu, diperlukan hubungan yang saling menguntungkan, hubungan yang wajar. Ketika si kaya membutuhkan bantuan si miskin untuk melakukan pekerjaan, si miskin harus bibayar sesuai dengan hubungan yangwajar . Baik yang miskin ataupun yang kaya agar jangan melakukan kecurangan.
Karena perbedaan itu merupakan dasar bawaan seluruh yang ada termasuk manusia, dan mereka itu saling memerlukan antara satu dan yang lainnya.
Demikian pula dengan perbedaan keyakinan, perbedaan idiologi, perbedaan negara sekalipun, semuanya merupakan suatu keniscayaan.
KESIMPULAN
Dari uraian tersebut di atas, maka perbedaan itu ada karena manusia memang dilahirkan untuk berbeda. Jika demikian lalu mengapa manusia masih mempermasalahkan tentang perbedaan?. Perbedaan merupakan sesuatu keniscayaan dengan demikian hal inilah yang justru untuk dihormati.
Dengan demikian maka kehidupan ini ini akan memiliki kedamain karena perbedaan.
END
Dalam kehidupan bersosial tentu tidak akan pernah lepas dari norma-norma kehidupan di sekitar kita. Karena pada kenyataannya hampir semua makhluk hidup merupakan makhluk bersosial, apalagi manusia merupakan makhluk bersosial, apakah itu antar individu, antar kelompok ataupun antar golongan komuniti. Sejak dilahirkan, manusia sudah membawa status mereka sendiri, ada berstatus kulit hitam, kulit putih, kulit kuning dan seterusnya. Adapula yang memiliki status sosial darah biru, berkasta tertentu, beragama tertentu dan lain sebagainya.
Didalam mengarungi kehidupan, ada orang yang dapat beralih dari status sosial yang sedang disandangnya ke status sosial yang lain. Baik itu dikarenakan semakin banyak harta kekayaan yang dimiliki, atau semakin tinggi ilmu yang dimiliki ataupun semakin luas pergaulan yang dialami, bahkan terkadang karena himpitan permasalahan yang sedang dihadapi. terutama status sosial yang berhubungan dengan budaya.
Di dunia ini semua yang ada menurut proses alami tidak ada yang sama. Ini menunjukkan bahwa memang semua itu lahir ataupun ada dengan bawaan perbedaan. Akan tetapi, semua yang ada di dunia ini memiliki keadaan saling ketergantungan. Artinya, apabila yang ada ini bisa terus bertahan, maka mereka saling memenuhi kebutuhan sesama dari mereka. Apabila semua itu ada dengan bawaan perbedaan berarti semua itu memerlukan keadaan saling ber'sosial' yang saling memerlukan dan tentu juga saling menghormati.
Kakak beradik yang dilahirkan kembar, pasti akan memiliki perbedaan pula, apalagi yang bukan bersaudara. Untuk itulah, sudah dipahami oleh semua pihak bahwa ketika sedang melakukan interaksi bersosial, jangan lagi mempermasalahkan perbedaan yang ada, apalagi dengan cara merendahkan yang lainnya. Demikian juga perbedaan tentang keyakinan, budaya atau agama yang dianut.
Perlu dicatat bahwa bermasyarakat itu adalah untuk saling memenuhi kebutuhan hidup.
KARTUN DENMARK
Pemuatan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW oleh media cetak Jillands Posten di Denmark bukanlah satu-satunya, dan juga bukan yang pertama kali sebuah media menggambarkan seorang Nabi dalam bentuk yang direndahkan. Bahkan apabila ditengok ke belakang sebelum media berkembang pesat, merendahkan diri seorang Nabi sudah terjadi ketika Nabi yang bersangkutan berhadapan langsung dengan kaumnya.
Sejak terjadinya konflik panjang antara Barat dengan ummat Islam yang dikenal dengan istilah Perang Salib antara ummat Islam dan Barat yang diwakili oleh kaum Kristen telah mengakibatkan pihak-pihak yang ada di dalamnya terbagi menjadi dua. Mereka sangat tegas sekali terbagi, antara satu dan lainnya memiliki perbedaan bukan lagi seperti minyak dan air, akan tetapi semacam minyak dan api. Mereka seakan dibatasi oleh penyekat pembatas yang kuat dan tegas, sedikit saja ada celah terbuka (baca mengakibatkan konflik) dan mengakibatkan antara keduanya bertemu, dipastikan akan timbul konflik yang saling menghancurkan. Untuk itu kebanyakan setiap mereka bertemu tak satupun dari mereka ingin membicarakan tentang perbedaan mereka itu.
Sebenarnya setiap provokasi terbuka antara keduanya merupakan salah satu cara membuat lubang pada pembatas antara keduanya. Ada berbagai cara provokasi untuk membuant lubang antar keduanya. Terkadang, meskipun yang dilakukan itu benar-benar perlakuan yang biasa, akan tetapi oleh pihak pihak yang ingin mengambil keuntungan dieksploitasi agar yang biasa menjadi luar biasa, sehingga bisa dimanfaatkan untuk meraih keuntungan oleh pihak tertentu. Seperti membakar sisa Kitab Suci yang sudah tua dan dilakukan oleh pihak lawan dan bentuk provokasi lainnya yang merupakan sesuatu yang sangat sensitif bagi suatu agama mereka.
Reaksi yang dihasilkan oleh dampak pemunculan kartun majalah di Denmark itu sungguh luar bisa, mulai dari pengunjuk rasa yang meninggal, juga ancaman terhadap pemuat dan pembuat kartun dari kelompok Islam sampai dengan boikot produk dari Denmark oleh sebagian masyarakat Islam. Yang paling mengkhawatirkan sebenarnya bagi masyarakat Denmark bukan meninggalnya pengunjuk rasa karena harus berhadapan dengan pihak keamanan, akan tetapi dampak ekonomi akibat boikot produk mereka, terutama produk dairy dari Denmark.
KARTUN PARIS
Adalah kerja dari pewarta, penulis dan sejenisnya untuk mendapatkan pemirsa sebanyak mungkin. Sudah diketahui bahwa pemuatan kartun Nabi Muhammad SAW apalagi digambarkan dengan merendahkannya akan mengakibatkan banyak umat Islam yang marah, akan tetapi itu tidak diperdulikan. Berlindung di bawah payung mengeluarkan kebebasan berpendapat, maka semuanya bebas di buat kartun. Nabi Muhammad SAW merupakan orang suci bagi ummat Islam. Sudah tentu akan berakibat suatu kemarahan apabila direndahkan. Apalagi menampilkan gambarnya saja merupakan suatu larangan menurut tradisi Islam.
Akan tetapi, kemarahan di satu pihak bukan berarti kemarahan juga di pihak lain. Melainkan sebaliknya. Hal inilah yang dicari para media, suatu polemik, suatu konflik ataupun suatu kejadian yang mengakibatkan kericuhan agar dapat dipakai sebagai bahan yang bisa laris dikonsumsi publik. Maka, inilah nampaknya mengapa kartun Nabi Muhammad SAW itu dimuat kembali oleh Majalah mingguan Charlie Hebdo di Paris, bahkan tidak hanya sekali.
PENYERANGAN KANTOR MAJALAH CHARLIE HEBDO DI PARIS
Kemarahan ummat Islam akibat pemuatan yang menggmabarkan Nabi Muhammad SAW di dalam kartun karikatur sepertinya tidak berhenti ketika media sudah reda beberapa tahun yang lalu. Luka yang diakibatkannya masih belum sembuh bagi sebagian ummat Islam. Sepertinya semua orang sudah melupakan peristiwa pemuatan karikatur itu, baik yang dimuat oleh majalah di Denmark ataupun di Paris. Semua orang sudah sibuk dengan pekerjaan topik-topik hangat lainnya karena memang masyarakat sudah tidak pernah membicarakannya lagi. Bahkan orang sudah dibuat lalai karena topiknya seperti sudah usang pula. Karena yang akan terjadi sudah pasti diketahui, pemuatan karikatur semacam itu bagaimanapun bentuknya akan mengakibatkan kemarahan ummat Islam, maka hal seperti ini sudah benar-benar tidak akan lagi terpikirkan oleh awak media untuk dimuat lagi karikatur seperti itu.
Sampai suatu pagi pada tanggal 7 Januari, 2015 sekitar pukul 11:30 waktu setepat dalam keadaan sebagian kantor baru saja melakukan aktivitasnya, sekelompok orang melakukan penyerangan bersenjata ke kantor majalah Charlie Hebdo di tengah kesibukan pagi kota Paris. Suatu penyerangan balas dendam yang mengakibatkan 12 orang korban meninggal dunia ketika itu dan beberapa orang terluka. Dunia bagaikan diguncang hebat. Permasalahan yang sudah lama terlupakan masih saja mengakibatkan dendam dengan jatuh banyak korban. Bahkan korbannyapun termasuk seorang polisi Paris. Rupanya peristiwa yang membawa korban meninggal tidak berhenti sampai di situ, peristiwa terus berlangsung sampai dua hari kemudian dan membawa tambahan korban sampai 8 orang lagi termasuk 3 anggota para penyerang.
Banyak orang terhenyak dibuatnya, itu bukan saja orang-orang di seluruh Paris, akan tetapi seluruh dunia. Bukan saja orang-orang non Islam, akan tetapi juga orang-orang dari golongan Islam. Banyak orang bersimpati kepada para korban penyerangan, baik dari yang Islam maupun yang bukan. Sampai-sampai pada peristiwa pemakaman para korbanpun dihadiri oleh banyak pemimpin dunia. Lautan manusia yang bersimpati memadati Ibu Kota Perancis itu. Slogan pengecaman terhadap penyerang sudah bukan kepalang kata-kata yang dikeluarkan. Bahkan banyak tempat-tempat ibadah ummat Islam di seantero Perancis yang diserang atau dirusak oleh mereka yang tidak terima. Bahkan ada beberapa orang Islam di Perancis meninggal karena penyerangan balas dendam mereka yang tidak terima. Demikian juga dari pihak orang-orang Islam, mereka melakukan balas dendam terutama di sebagian negara Afrika dan Asia Selatan, di negara-negara tempat dimana masyarakatnya berpenduduk mayoritas pemeluk Islam.
KONSUMSI YANG BISA MENDATANGKAN KEUNTUNGAN MATERI
Dari mereka yang menghadiri ataupun tidak tetapi ikut merasa prihatin akan terjadinya yang demikian pasti di dalam benak mereka mengharapkan agar peristiwa semacam ini tidak akan pernah terulang kembali. Penghormatan pada pemakaman para korban penembakan di Paris sebenarnya bukanlah sebagai tempat untuk ajang balas dendam, bukan pula sebagai tempat provokasi, melainkan sebagai tempat untuk mengecam dan berdoa agar peristiwa srmacam ini tidak akan pernah terulang kembali.
Peristiwa pemakaman itu harus dimanfaatkan sebagai tempat mengajak kepada yang memiliki perbedaan agar saling menerima dan menghormati. Akan tetapi, justru banyak yang melihat dengan adanya semacam ini dijadikan suatu kesempatan untuk mendapatkan dan menggali keuntungan bagi pihak tertentu dengan jalan semakin membuat suasana menjadi lebih keruh dan panas.
Inilah yang bisa dilihat bagaimana seminggu kemudian majalah tempat dimana kebanyakan korban bekerja memuat kembali kartun yang ditentang oleh ummat Islam itu. Akan tetapi semua dari mereka diam saja. Mereka tidak satupun dari pemimpin dunia yang hadir mengecam tentang dimuatnya kartun Nabi muhammad SAW. Mereka semua seolah mendukung upaya balas dendam melalui pemuatan kartun semacam itu. Dan hasilnya sesuai keinginan mereka, yaitu omzet majalah yang melonjak duapuluh kali lipat. Majalah yang biasanya beromzet 160 ribu eksemplar seminggu kemudian beromzed sampai 3 juta eksemplar serta diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
Inilah bukti, bahwa kejadian itu dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu. Namun yang akan menjadi pertanyaan adalah, apakah mengambil keuntungan di air keruh dapat berlangsung lama?. Ini tentu dapat dijawab dengan mudah sekali.
TENTANG UMAT
Seperti yang disebutkan di atas, pada dasarnya manusia itu merupakan makhluk yang membutuhkan sosial, ini dikarenakan diantara manusia satu dan lainnya memiliki suatu ketergantungan dalam keadaan mereka memiliki perbedaan pula. Dari adanya saling membutuhkan di bawah perbedaan itu sebenarnya mereka harus saling mengisi. Yang kaya membutuhkan yang miskin. Yang miskin juga membutuhkan yang kaya. Yang hitam membutuhkan yang putih demikian sebaliknya. Dan lain sebagainya.
Di dalam saling mengisi kebutuhan itu, diperlukan hubungan yang saling menguntungkan, hubungan yang wajar. Ketika si kaya membutuhkan bantuan si miskin untuk melakukan pekerjaan, si miskin harus bibayar sesuai dengan hubungan yangwajar . Baik yang miskin ataupun yang kaya agar jangan melakukan kecurangan.
Karena perbedaan itu merupakan dasar bawaan seluruh yang ada termasuk manusia, dan mereka itu saling memerlukan antara satu dan yang lainnya.
Demikian pula dengan perbedaan keyakinan, perbedaan idiologi, perbedaan negara sekalipun, semuanya merupakan suatu keniscayaan.
KESIMPULAN
Dari uraian tersebut di atas, maka perbedaan itu ada karena manusia memang dilahirkan untuk berbeda. Jika demikian lalu mengapa manusia masih mempermasalahkan tentang perbedaan?. Perbedaan merupakan sesuatu keniscayaan dengan demikian hal inilah yang justru untuk dihormati.
Dengan demikian maka kehidupan ini ini akan memiliki kedamain karena perbedaan.
END
Subscribe to:
Posts (Atom)