UMUM
Dalam kehidupan bersosial tentu tidak akan pernah lepas dari norma-norma kehidupan di sekitar kita. Karena pada kenyataannya hampir semua makhluk hidup merupakan makhluk bersosial, apalagi manusia merupakan makhluk bersosial, apakah
itu antar individu, antar kelompok ataupun antar golongan komuniti.
Sejak dilahirkan, manusia sudah membawa status mereka sendiri, ada
berstatus kulit hitam, kulit putih, kulit kuning dan seterusnya. Adapula yang memiliki status sosial darah biru, berkasta tertentu, beragama tertentu dan lain sebagainya.
Didalam mengarungi kehidupan, ada orang yang dapat
beralih dari status sosial yang sedang disandangnya ke status sosial
yang lain. Baik itu dikarenakan semakin banyak harta kekayaan yang
dimiliki, atau semakin tinggi ilmu yang dimiliki ataupun semakin luas
pergaulan yang dialami, bahkan terkadang karena himpitan permasalahan yang sedang
dihadapi. terutama status sosial yang berhubungan dengan budaya.
Di
dunia ini semua yang ada menurut proses alami tidak ada yang sama. Ini
menunjukkan bahwa memang semua itu lahir ataupun ada dengan bawaan perbedaan. Akan tetapi, semua yang ada di dunia ini memiliki keadaan saling ketergantungan. Artinya, apabila yang ada ini bisa terus bertahan, maka mereka saling memenuhi kebutuhan sesama dari mereka. Apabila semua
itu ada dengan bawaan perbedaan berarti semua itu memerlukan keadaan saling ber'sosial'
yang saling memerlukan dan tentu juga saling menghormati.
Kakak beradik yang dilahirkan
kembar, pasti akan memiliki perbedaan pula, apalagi yang bukan bersaudara. Untuk itulah, sudah dipahami oleh semua pihak bahwa ketika sedang melakukan interaksi bersosial, jangan lagi
mempermasalahkan perbedaan yang
ada, apalagi dengan cara merendahkan yang lainnya. Demikian juga perbedaan
tentang keyakinan, budaya atau agama yang dianut.
Perlu dicatat bahwa bermasyarakat itu adalah untuk
saling memenuhi kebutuhan hidup.
KARTUN DENMARK
Pemuatan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW oleh media cetak Jillands Posten di
Denmark bukanlah satu-satunya, dan juga bukan yang pertama
kali sebuah media menggambarkan seorang Nabi dalam bentuk yang
direndahkan. Bahkan apabila ditengok ke belakang sebelum media
berkembang pesat, merendahkan diri seorang Nabi sudah terjadi ketika Nabi yang bersangkutan berhadapan langsung dengan kaumnya.
Sejak
terjadinya konflik panjang antara Barat dengan ummat Islam yang dikenal
dengan istilah Perang Salib antara ummat Islam dan Barat yang diwakili oleh
kaum Kristen telah mengakibatkan pihak-pihak yang ada di dalamnya terbagi menjadi dua. Mereka sangat tegas sekali terbagi, antara satu dan lainnya memiliki perbedaan bukan lagi seperti minyak dan air, akan tetapi semacam
minyak dan api. Mereka seakan dibatasi oleh penyekat pembatas yang kuat dan tegas, sedikit saja ada
celah terbuka (baca mengakibatkan konflik) dan mengakibatkan antara keduanya bertemu, dipastikan akan timbul konflik yang
saling menghancurkan. Untuk itu kebanyakan setiap mereka bertemu tak
satupun dari mereka ingin membicarakan tentang perbedaan mereka itu.
Sebenarnya setiap provokasi terbuka
antara keduanya merupakan salah satu cara membuat lubang pada pembatas
antara keduanya. Ada berbagai cara provokasi untuk membuant lubang antar
keduanya. Terkadang, meskipun yang dilakukan itu benar-benar perlakuan
yang biasa, akan tetapi oleh pihak pihak yang ingin mengambil keuntungan
dieksploitasi agar yang biasa menjadi luar biasa, sehingga bisa
dimanfaatkan untuk meraih keuntungan oleh pihak tertentu. Seperti membakar sisa
Kitab Suci yang sudah tua dan dilakukan oleh pihak lawan dan bentuk provokasi lainnya yang merupakan sesuatu yang sangat sensitif
bagi suatu agama mereka.
Reaksi yang dihasilkan oleh dampak pemunculan kartun
majalah di Denmark itu sungguh luar bisa, mulai dari pengunjuk rasa yang
meninggal, juga ancaman terhadap pemuat dan pembuat kartun dari kelompok Islam sampai dengan boikot produk dari Denmark oleh sebagian
masyarakat Islam. Yang paling mengkhawatirkan sebenarnya bagi masyarakat Denmark bukan meninggalnya pengunjuk rasa karena harus berhadapan dengan
pihak keamanan, akan tetapi dampak ekonomi akibat boikot produk mereka,
terutama produk dairy dari Denmark.
KARTUN PARIS
Adalah kerja dari pewarta, penulis dan sejenisnya untuk mendapatkan
pemirsa sebanyak mungkin. Sudah diketahui bahwa pemuatan kartun Nabi
Muhammad SAW apalagi digambarkan dengan merendahkannya akan mengakibatkan banyak umat Islam yang marah, akan tetapi itu
tidak diperdulikan. Berlindung di bawah payung mengeluarkan kebebasan
berpendapat, maka semuanya bebas di buat kartun. Nabi Muhammad SAW merupakan
orang suci bagi ummat Islam. Sudah tentu akan berakibat suatu kemarahan
apabila direndahkan. Apalagi menampilkan gambarnya saja merupakan suatu
larangan menurut tradisi Islam.
Akan tetapi, kemarahan di satu pihak
bukan berarti kemarahan juga di pihak lain. Melainkan sebaliknya. Hal
inilah yang dicari para media, suatu polemik, suatu konflik ataupun
suatu kejadian yang mengakibatkan kericuhan agar dapat dipakai sebagai
bahan yang bisa laris dikonsumsi publik. Maka, inilah nampaknya mengapa
kartun Nabi Muhammad SAW itu dimuat kembali oleh Majalah mingguan Charlie Hebdo di Paris, bahkan tidak hanya sekali.
PENYERANGAN KANTOR MAJALAH CHARLIE HEBDO DI PARIS
Kemarahan ummat Islam akibat pemuatan yang menggmabarkan Nabi Muhammad SAW di
dalam kartun karikatur sepertinya tidak berhenti ketika media sudah reda
beberapa tahun yang lalu. Luka yang diakibatkannya masih belum sembuh
bagi sebagian ummat Islam. Sepertinya semua orang sudah melupakan
peristiwa pemuatan karikatur itu, baik yang dimuat oleh majalah di Denmark ataupun di Paris. Semua orang sudah sibuk dengan
pekerjaan topik-topik hangat lainnya karena memang masyarakat sudah tidak pernah
membicarakannya lagi. Bahkan orang sudah dibuat lalai karena topiknya
seperti sudah usang pula. Karena yang akan terjadi sudah pasti
diketahui, pemuatan karikatur semacam itu bagaimanapun bentuknya akan
mengakibatkan kemarahan ummat Islam, maka hal seperti ini sudah benar-benar tidak akan lagi terpikirkan oleh awak media untuk dimuat lagi
karikatur seperti itu.
Sampai suatu pagi pada tanggal 7 Januari, 2015 sekitar pukul 11:30 waktu setepat dalam keadaan sebagian kantor
baru saja melakukan aktivitasnya, sekelompok orang melakukan penyerangan
bersenjata ke kantor majalah Charlie Hebdo di tengah kesibukan pagi kota
Paris. Suatu penyerangan
balas dendam yang mengakibatkan 12 orang korban meninggal dunia ketika itu dan beberapa orang
terluka. Dunia bagaikan diguncang hebat. Permasalahan yang sudah lama
terlupakan masih saja mengakibatkan dendam dengan jatuh banyak korban.
Bahkan korbannyapun termasuk seorang polisi Paris. Rupanya peristiwa yang membawa korban meninggal tidak berhenti sampai di situ, peristiwa terus berlangsung sampai dua hari kemudian dan membawa tambahan korban sampai 8 orang lagi termasuk 3 anggota para penyerang.
Banyak orang
terhenyak dibuatnya, itu bukan saja orang-orang di seluruh Paris, akan
tetapi seluruh dunia. Bukan saja orang-orang non Islam, akan tetapi juga
orang-orang dari golongan Islam. Banyak orang bersimpati kepada para korban
penyerangan, baik dari yang Islam maupun yang bukan. Sampai-sampai pada peristiwa pemakaman
para korbanpun dihadiri oleh banyak pemimpin dunia. Lautan manusia yang
bersimpati memadati Ibu Kota Perancis itu. Slogan pengecaman terhadap
penyerang sudah bukan kepalang kata-kata yang dikeluarkan. Bahkan banyak
tempat-tempat ibadah ummat Islam di seantero Perancis yang diserang
atau dirusak oleh mereka yang tidak terima. Bahkan ada beberapa orang
Islam di Perancis meninggal karena penyerangan balas dendam mereka yang
tidak terima.
Demikian juga dari pihak orang-orang Islam, mereka melakukan balas
dendam terutama di sebagian negara Afrika dan Asia Selatan, di negara-negara tempat dimana masyarakatnya
berpenduduk mayoritas pemeluk Islam.
KONSUMSI YANG BISA MENDATANGKAN
KEUNTUNGAN MATERI
Dari mereka yang menghadiri ataupun tidak tetapi ikut merasa prihatin
akan terjadinya yang demikian pasti di dalam benak mereka mengharapkan agar peristiwa
semacam ini tidak akan pernah terulang kembali. Penghormatan pada pemakaman para
korban penembakan di Paris sebenarnya bukanlah sebagai tempat untuk ajang balas dendam, bukan pula
sebagai tempat provokasi, melainkan sebagai tempat untuk mengecam dan
berdoa agar peristiwa srmacam ini tidak akan pernah terulang kembali.
Peristiwa pemakaman itu harus dimanfaatkan sebagai tempat mengajak kepada yang memiliki perbedaan agar saling menerima dan menghormati.
Akan tetapi, justru banyak yang melihat dengan adanya semacam ini
dijadikan suatu kesempatan untuk mendapatkan dan menggali keuntungan
bagi pihak tertentu dengan jalan semakin membuat suasana menjadi lebih keruh dan
panas.
Inilah yang bisa dilihat bagaimana seminggu kemudian majalah
tempat dimana kebanyakan korban bekerja memuat kembali kartun yang
ditentang oleh ummat Islam itu. Akan tetapi semua dari mereka diam saja. Mereka tidak satupun dari pemimpin dunia yang hadir mengecam tentang dimuatnya kartun Nabi muhammad SAW. Mereka semua seolah mendukung upaya balas dendam melalui pemuatan kartun semacam itu. Dan hasilnya sesuai keinginan mereka, yaitu
omzet majalah yang melonjak duapuluh kali lipat. Majalah yang biasanya
beromzet 160 ribu
eksemplar seminggu kemudian beromzed sampai 3 juta eksemplar serta
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
Inilah bukti, bahwa kejadian itu
dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu. Namun yang akan menjadi
pertanyaan adalah, apakah mengambil keuntungan di air keruh dapat
berlangsung lama?. Ini tentu dapat dijawab dengan mudah sekali.
TENTANG UMAT
Seperti yang disebutkan di atas, pada dasarnya manusia itu merupakan
makhluk yang membutuhkan sosial, ini dikarenakan diantara manusia satu
dan lainnya memiliki suatu ketergantungan dalam keadaan mereka memiliki perbedaan pula. Dari adanya saling membutuhkan di bawah perbedaan itu
sebenarnya mereka harus saling mengisi. Yang kaya membutuhkan yang miskin.
Yang miskin juga membutuhkan yang kaya. Yang hitam membutuhkan yang
putih demikian sebaliknya. Dan lain sebagainya.
Di dalam saling mengisi
kebutuhan itu, diperlukan hubungan yang saling menguntungkan, hubungan
yang wajar. Ketika si kaya membutuhkan bantuan si miskin untuk
melakukan pekerjaan, si miskin harus bibayar sesuai dengan hubungan yangwajar . Baik yang miskin ataupun yang kaya agar jangan melakukan kecurangan.
Karena perbedaan itu merupakan dasar
bawaan seluruh yang ada termasuk manusia, dan mereka itu saling memerlukan antara satu dan yang
lainnya.
Demikian pula dengan perbedaan keyakinan, perbedaan idiologi,
perbedaan negara
sekalipun, semuanya merupakan suatu keniscayaan.
KESIMPULAN
Dari uraian tersebut di atas, maka perbedaan itu ada karena manusia
memang dilahirkan untuk berbeda. Jika demikian lalu mengapa manusia
masih mempermasalahkan tentang perbedaan?. Perbedaan merupakan sesuatu
keniscayaan dengan demikian hal inilah yang justru untuk dihormati.
Dengan demikian maka kehidupan ini ini
akan memiliki kedamain karena perbedaan.
END
No comments:
Post a Comment