Friday, February 27, 2015

ATARA DENMARK DAN PARIS

UMUM

Dalam kehidupan bersosial tentu tidak akan pernah lepas dari norma-norma kehidupan di sekitar kita. Karena pada kenyataannya hampir semua makhluk hidup merupakan makhluk bersosial, apalagi manusia merupakan makhluk bersosial, apakah itu antar individu, antar kelompok ataupun antar golongan komuniti. Sejak dilahirkan, manusia sudah membawa status mereka sendiri, ada berstatus kulit hitam, kulit putih, kulit kuning dan seterusnya. Adapula yang memiliki status sosial darah biru, berkasta tertentu, beragama tertentu dan lain sebagainya.

Didalam mengarungi kehidupan, ada orang yang dapat beralih dari status sosial yang sedang disandangnya ke status sosial yang lain. Baik itu dikarenakan semakin banyak harta kekayaan yang dimiliki, atau semakin tinggi ilmu yang dimiliki ataupun semakin luas pergaulan yang dialami, bahkan terkadang karena himpitan permasalahan yang sedang dihadapi. terutama status sosial yang berhubungan dengan budaya.

Di dunia ini semua yang ada menurut proses alami tidak ada yang sama. Ini menunjukkan bahwa memang semua itu lahir ataupun ada dengan bawaan perbedaan. Akan tetapi, semua yang ada di dunia ini memiliki keadaan saling ketergantungan. Artinya, apabila yang ada ini bisa terus bertahan, maka mereka saling memenuhi kebutuhan sesama dari mereka. Apabila semua itu ada dengan bawaan perbedaan berarti semua itu memerlukan keadaan saling ber'sosial' yang saling memerlukan dan tentu juga saling menghormati.

Kakak beradik yang dilahirkan kembar, pasti akan memiliki perbedaan pula, apalagi yang bukan bersaudara. Untuk itulah, sudah dipahami oleh semua pihak bahwa ketika sedang melakukan interaksi bersosial, jangan lagi mempermasalahkan perbedaan yang ada, apalagi dengan cara merendahkan yang lainnya. Demikian juga perbedaan tentang keyakinan, budaya atau agama yang dianut.

Perlu dicatat bahwa bermasyarakat itu adalah untuk saling memenuhi kebutuhan hidup.

KARTUN DENMARK

Pemuatan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW oleh media cetak Jillands Posten di Denmark bukanlah satu-satunya, dan juga bukan yang pertama kali sebuah media menggambarkan seorang Nabi dalam bentuk yang direndahkan. Bahkan apabila ditengok ke belakang sebelum media berkembang pesat, merendahkan diri seorang Nabi sudah terjadi ketika Nabi yang bersangkutan berhadapan langsung dengan kaumnya.

Sejak terjadinya konflik panjang antara Barat dengan ummat Islam yang dikenal dengan istilah Perang Salib antara ummat Islam dan Barat yang diwakili oleh kaum Kristen telah mengakibatkan pihak-pihak yang ada di dalamnya terbagi menjadi dua. Mereka sangat tegas sekali terbagi, antara satu dan lainnya memiliki perbedaan bukan lagi seperti minyak dan air, akan tetapi semacam minyak dan api. Mereka seakan dibatasi oleh penyekat pembatas yang kuat dan tegas, sedikit saja ada celah terbuka (baca mengakibatkan konflik) dan mengakibatkan antara keduanya bertemu, dipastikan akan timbul konflik yang saling menghancurkan. Untuk itu kebanyakan setiap mereka bertemu tak satupun dari mereka ingin membicarakan tentang perbedaan mereka itu.

Sebenarnya setiap provokasi terbuka antara keduanya merupakan salah satu cara membuat lubang pada pembatas antara keduanya. Ada berbagai cara provokasi untuk membuant lubang antar keduanya. Terkadang, meskipun yang dilakukan itu benar-benar perlakuan yang biasa, akan tetapi oleh pihak pihak yang ingin mengambil keuntungan dieksploitasi agar yang biasa menjadi luar biasa, sehingga bisa dimanfaatkan untuk meraih keuntungan oleh pihak tertentu. Seperti membakar sisa Kitab Suci yang sudah tua dan dilakukan oleh pihak lawan dan bentuk provokasi lainnya yang merupakan sesuatu yang sangat sensitif bagi suatu agama mereka.

Reaksi yang dihasilkan oleh dampak pemunculan kartun majalah di Denmark itu sungguh luar bisa, mulai dari pengunjuk rasa yang meninggal, juga ancaman terhadap pemuat dan pembuat kartun dari kelompok Islam sampai dengan boikot produk dari Denmark oleh sebagian masyarakat Islam. Yang paling mengkhawatirkan sebenarnya bagi masyarakat Denmark bukan meninggalnya pengunjuk rasa karena harus berhadapan dengan pihak keamanan, akan tetapi dampak ekonomi akibat boikot produk mereka, terutama produk dairy dari Denmark.

 KARTUN PARIS

Adalah kerja dari pewarta, penulis dan sejenisnya untuk mendapatkan pemirsa sebanyak mungkin. Sudah diketahui bahwa pemuatan kartun Nabi Muhammad SAW apalagi digambarkan dengan merendahkannya akan mengakibatkan banyak umat Islam yang marah, akan tetapi itu tidak diperdulikan. Berlindung di bawah payung mengeluarkan kebebasan berpendapat, maka semuanya bebas di buat kartun. Nabi Muhammad SAW merupakan orang suci bagi ummat Islam. Sudah tentu akan berakibat suatu kemarahan apabila direndahkan. Apalagi menampilkan gambarnya saja merupakan suatu larangan menurut tradisi Islam.

Akan tetapi, kemarahan di satu pihak bukan berarti kemarahan juga di pihak lain. Melainkan sebaliknya. Hal inilah yang dicari para media, suatu polemik, suatu konflik ataupun suatu kejadian yang mengakibatkan kericuhan agar dapat dipakai sebagai bahan yang bisa laris dikonsumsi publik. Maka, inilah nampaknya mengapa kartun Nabi Muhammad SAW itu dimuat kembali oleh Majalah mingguan Charlie Hebdo di Paris, bahkan tidak hanya sekali.

PENYERANGAN KANTOR MAJALAH CHARLIE HEBDO DI PARIS 

 Kemarahan ummat Islam akibat pemuatan yang menggmabarkan Nabi Muhammad SAW di dalam kartun karikatur sepertinya tidak berhenti ketika media sudah reda beberapa tahun yang lalu. Luka yang diakibatkannya masih belum sembuh bagi sebagian ummat Islam. Sepertinya semua orang sudah melupakan peristiwa pemuatan karikatur itu, baik yang dimuat oleh majalah di Denmark ataupun di Paris. Semua orang sudah sibuk dengan pekerjaan topik-topik hangat lainnya karena memang masyarakat sudah tidak pernah membicarakannya lagi. Bahkan orang sudah dibuat lalai karena topiknya seperti sudah usang pula. Karena yang akan terjadi sudah pasti diketahui, pemuatan karikatur semacam itu bagaimanapun bentuknya akan mengakibatkan kemarahan ummat Islam, maka hal seperti ini sudah benar-benar tidak akan lagi terpikirkan oleh awak media untuk dimuat lagi karikatur seperti itu.

Sampai suatu pagi pada tanggal 7 Januari, 2015 sekitar pukul 11:30 waktu setepat dalam keadaan sebagian kantor baru saja melakukan aktivitasnya, sekelompok orang melakukan penyerangan bersenjata ke kantor majalah Charlie Hebdo di tengah kesibukan pagi kota Paris. Suatu penyerangan balas dendam yang mengakibatkan 12 orang korban meninggal dunia ketika itu dan beberapa orang terluka. Dunia bagaikan diguncang hebat. Permasalahan yang sudah lama terlupakan masih saja mengakibatkan dendam dengan jatuh banyak korban. Bahkan korbannyapun termasuk seorang polisi Paris. Rupanya peristiwa yang membawa korban meninggal tidak berhenti sampai di situ, peristiwa terus berlangsung sampai dua hari kemudian dan membawa tambahan korban sampai 8 orang lagi termasuk 3 anggota para penyerang.

Banyak orang terhenyak dibuatnya, itu bukan saja orang-orang di seluruh Paris, akan tetapi seluruh dunia. Bukan saja orang-orang non Islam, akan tetapi juga orang-orang dari golongan Islam. Banyak orang bersimpati kepada para korban penyerangan, baik dari yang Islam maupun yang bukan. Sampai-sampai pada peristiwa pemakaman para korbanpun dihadiri oleh banyak pemimpin dunia. Lautan manusia yang bersimpati memadati Ibu Kota Perancis itu. Slogan pengecaman terhadap penyerang sudah bukan kepalang kata-kata yang dikeluarkan. Bahkan banyak tempat-tempat ibadah ummat Islam di seantero Perancis yang diserang atau dirusak oleh mereka yang tidak terima. Bahkan ada beberapa orang Islam di Perancis meninggal karena penyerangan balas dendam mereka yang tidak terima. Demikian juga dari pihak orang-orang Islam, mereka melakukan balas dendam terutama di sebagian negara Afrika dan Asia Selatan, di negara-negara tempat dimana masyarakatnya berpenduduk mayoritas pemeluk Islam.

KONSUMSI YANG BISA MENDATANGKAN KEUNTUNGAN MATERI

Dari mereka yang menghadiri ataupun tidak tetapi ikut merasa prihatin akan terjadinya yang demikian pasti di dalam benak mereka mengharapkan agar peristiwa semacam ini tidak akan pernah terulang kembali. Penghormatan pada pemakaman para korban penembakan di Paris sebenarnya bukanlah sebagai tempat untuk ajang balas dendam, bukan pula sebagai tempat provokasi, melainkan sebagai tempat untuk mengecam dan berdoa agar peristiwa srmacam ini tidak akan pernah terulang kembali.

Peristiwa pemakaman itu harus dimanfaatkan sebagai tempat mengajak kepada yang memiliki perbedaan agar saling menerima dan menghormati. Akan tetapi, justru banyak yang melihat dengan adanya semacam ini dijadikan suatu kesempatan untuk mendapatkan dan menggali keuntungan bagi pihak tertentu dengan jalan semakin membuat suasana menjadi lebih keruh dan panas.

Inilah yang bisa dilihat bagaimana seminggu kemudian majalah tempat dimana kebanyakan korban bekerja memuat kembali kartun yang ditentang oleh ummat Islam itu. Akan tetapi semua dari mereka diam saja. Mereka tidak satupun dari pemimpin dunia yang hadir mengecam tentang dimuatnya kartun Nabi muhammad SAW. Mereka semua seolah mendukung upaya balas dendam melalui pemuatan kartun semacam itu. Dan hasilnya sesuai keinginan mereka, yaitu omzet majalah yang melonjak duapuluh kali lipat. Majalah yang biasanya beromzet 160 ribu eksemplar seminggu kemudian beromzed sampai 3 juta eksemplar serta diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.

Inilah bukti, bahwa kejadian itu dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu. Namun yang akan menjadi pertanyaan adalah, apakah mengambil keuntungan di air keruh dapat berlangsung lama?. Ini tentu dapat dijawab dengan mudah sekali.

TENTANG UMAT 

Seperti yang disebutkan di atas, pada dasarnya manusia itu merupakan makhluk yang membutuhkan sosial, ini dikarenakan diantara manusia satu dan lainnya memiliki suatu ketergantungan dalam keadaan mereka memiliki perbedaan pula. Dari adanya saling membutuhkan di bawah perbedaan itu sebenarnya mereka harus saling mengisi. Yang kaya membutuhkan yang miskin. Yang miskin juga membutuhkan yang kaya. Yang hitam membutuhkan yang putih demikian sebaliknya. Dan lain sebagainya.

Di dalam saling mengisi kebutuhan itu, diperlukan hubungan yang saling menguntungkan, hubungan yang wajar. Ketika si kaya membutuhkan bantuan si miskin untuk melakukan pekerjaan, si miskin harus bibayar sesuai dengan hubungan yangwajar . Baik yang miskin ataupun yang kaya agar jangan melakukan kecurangan.

Karena perbedaan itu merupakan dasar bawaan seluruh yang ada termasuk manusia, dan mereka itu saling memerlukan antara satu dan yang lainnya.

Demikian pula dengan perbedaan keyakinan, perbedaan idiologi, perbedaan negara sekalipun, semuanya merupakan suatu keniscayaan.

KESIMPULAN

Dari uraian tersebut di atas, maka perbedaan itu ada karena manusia memang dilahirkan untuk berbeda. Jika demikian lalu mengapa manusia masih mempermasalahkan tentang perbedaan?. Perbedaan merupakan sesuatu keniscayaan dengan demikian hal inilah yang justru untuk dihormati.

Dengan demikian maka kehidupan ini ini akan memiliki kedamain karena perbedaan.

END

No comments: