Saturday, October 24, 2020

Gol A Gong

Sudah lama aku tidak pernah mendengar khabar dari Gol A Gong, sejak selesai workshop "Be Writer" di KBRI Abu Dhabi pada bulan Desember 2011 lalu. Aku kirimi foto-fotonya melalui email sesuai permintaannya, foto-foto yang aku ambil melaui Blackberry-ku ketika ia aku antar ke tempat-tempat tradisional di Abu Dhabi; Pasar Iran, Pelabuhan Kapal Ikan dan Gedung Heritage Marina. Aku berharap Gol A Gong atau siapapun yang menerima emailku akan sempat membukanya, karena ia pastilah super sibuk dengan kegiatannya yang lebih diperlukan oleh yang lain dalam dunia penulisan, baik di Tanah Air dan/ataupun di Luar Negeri, walaupun juga kwalitas gambar 'jepretan' dari Blackberry-ku tidak terlalu tajam.

Aku coba menulis tentang kenangan bersamanya ketika di Abu Dhabi. Aku buat sebagai unjuk kemampuanku menulis setelah mendapatkan bimbingan dari nya melalui workshop "Be Writer" waktu itu. Apabila nanti tulisanku selesai, aku tidak tau bagaimana mengirim tulisanku kepadanya agar tulisanku bisa atau sempat ia baca. Aku khawatir tulisanku tidak akan pernah sampai terbaca olehnya, karena yang aku inginkan agar tulisanku terkirim dan dibaca olehnya.

Aku menerima khabar dari istriku bahwa Gol A Gong akan membuat buku tentang peranan para ibu-ibu di Timur Tengah, hal ini di dalam mendukung kegiatan suami bekerja di Negerinya Orang Arab. Liku-liku hidup sebagai ibu rumah tangga, suka-duka dan manis-pahit mengikuti suami dan mengasuh keluarga di Negeri Minyak ini. 

Istriku membuat tulisan tentang peranannya sebagai ibu rumah-tangga, suatu thema yang menantang. Istriku mengatakan bahwa nanti tulisannya akan dikumpulkan oleh seorang koordinator di Ruwais, bagian barat Emirate of Abu Dhabi. Istriku mengatakan bahwa koordinator nanti akan mengirimkan semua tulisan ibu-ibu dari Abu Dhabi, Dubai dan Ruwais untuk diserahkan kepada Gol A Gong. Terbayang olehku tentang tulisanku yang sudah aku selesaikan tetapi belum aku kirim pada Gol A Gong. Istriku mengatakan bahwa si koordinator dapat membantu untuk menyampaikan tulisanku kepada Gol A Gong. Aku kirim tulisanku melalui email kepada si koordinator. Walaupun sampai saat ini aku tidak tahu kabar tentang tulisanku apakah sudah dikirim atau tidak kepada Gol A Gong, atau apakah sudah dibaca atau tidak oleh Gol A Gong. Biarlah, yang penting aku sudah berusaha untuk mengirimkannya, tujuanku hanya ingin mengetahui seberapa banyak kesalahan yang ada di dalam tulisanku itu, toh dari segi mutu tulisanku tidaklah penting untuk menyita waktu orang lain.

Istriku telah menyelesaikan tulisannya. Aku diminta untuk memeriksanya terlebih dadulu sebelum dikirim kepada koordinator tulisan untuk dikumpulkan. Setelah semuanya sudah selesai istriku mengirim tulisannya kepada koordinator melalui email.

Ada khabar bahwa Gol A Gong dan istrinya akan mengadakan workshop "Be Writer" seri ke-dua di Timur Tengah termasuk Abu Dhabi, Dubai dan, Ruwais. Aku merasa antusias lagi untuk mengikutinya apalagi ia akan datang bersama istrinya yang juga sebagai penulis dan pengasuh Rumah Dunia. Aku berharap organiser yang pernah menangani kedatangan Gol A Gong pada workshop seri pertama akan menangani kembali rencana yang ke dua ini. Aku akan menggunakan kesempatan ini agar dapat menunjukkan secara langsung kepada Gol A Gong hasil tulisanku yang telah aku buat dan tetap aku simpan untuk ia baca dan diperiksa tentunya.

Hari ini aku pulang kantor agak terlambat. Karena putraku ada kegiatan ekstra kulikuler di sekolahnya, yaitu pelajaran tentang Film. Istriku dengan suara lirih memberitahu aku bahwa tulisannya yang telah ia buat dan kirim tidak jadi dibukukan oleh Gol A Gong. Bukan tulisan dia saja, tetapi semua tulisan ibu-ibu dari Abu Dhabi dan Saudi Arabia. Yang akan dibukukan hanya tulisan-tulisan dari Ruwais, Dubai dan Qatar saja. Masalahnya pihak Abu Dhabi tidak merespond permintaan Gol A Gong untuk mengadakan workshop "Be Writer" lagi, sedangkan di Saudi Arabia Gol A Gong dan istrinya ditolak di dalam membuat visa kunjungan oleh pihak Saudi Arabia. Aku jadi kaget mendengar alasan pembatalan untuk membukukan sebagian tulisan sepertinya tidak masuk akal, karena alasan pembatalan kunjungannya, aku rasa emosi menjadi semacam hukuman, apalagi orang sekaliber Gol A Gong rasanya tidak mungkin melakukan tindakan seperti itu. Setelah diyakinkan oleh istriku bahwa alasan itu ia lihat melalui Face Book Gol A Gong sendiri, maka aku mempercayainya.

Kini harapanku untuk bertemu Gol A Gong dalam workshop menulis seri kedua sudah sirna, demikian pula impianku untuk menunjukkan hasil tulisanku secara langsung juga akan tertunda. Begitu pula istriku yang bermimpi agar tulisannya dapat dibukukan sudah hilang. Barangkali perasaanku ini cukup berlebihan akibat tindakan yang menurut saya tidak masuk akal dari orang sekaliber penulis kelas wahid di Indonesia itu. Mungkin aku lupa bahwa di dalam setiap manusia itu selalu ada dua hal yang tidak bisa hilang, yaitu positip dan negatip, baik dan buruk, lembut dan kasar, santai dan terburu, pemaaf dan pendendam, murah dan kikir. Kemunculan dari semua itu tergantung dari kondisi kejiwaan masing-masing orang ketika terjadi kejadian perkara. Semuanya bisa naik dan turun, timbul dan tenggelam tanpa kendali karena situasi. Aku akhirnya menyadari tentang hal itu, maka aku harus memakluminya.

Jadi, menurut aku sikap Gol A Gong yang seperti itu merupakan sifat bawaan manusia, walaupun penggunaannya tergantung kestabilan di dalam mengendalikan gejolak kejiwaan yang dikenal dengan gejolak emosi jiwa. Itu tergantung umumnya dari banyak hal, dari pengalaman hidup, dari permasalahan yang dihadapi, dari pendidikan, dan juga genetika yang dibawa dari leluhurnya. Yang pasti tergantung dari bagaimana dalamnya seseorang mengerti tentang arti kehidupan ini. Namun untuk yang dilakukan oleh Gol A Gong ini bagiku sungguh mengejutkan. Menurut penuturannya ia sudah terbiasa melakukan kerja sukarela sebagai pengasuh Rumah Dunia, ia sudah menulis sekian banyak buku di Indonesia, ia sudah banyak membimbing penulis-penulis usia anak, remaja dan dewasa untuk jadi penulis yang baik. Seharusnya tindakan berupa hukuman atau balas dendam tidak perlu terjadi. Kalaupun di Abu Dhabi permintaan kunjungan keduanya tidak direspond oleh pihak organiser Abu Dhabi, tidak lalu membatalkan niatnya untuk memasukkan tulisan ibu-ibu dari Abu Dhabi yang naskahnya sudah dikirimkan dan mereka penah ia bimbing beberapa waktu yang lalu. Jika memang penolakan visa kunjungannya ke Saudi Arabia ditolak oleh Pemerintah setempat lalu berakibat pembatalan niatnya untuk memasukkan tulisan ibu-ibu dari Saudi Arabia sungguh bagiku tidak masuk akal. Terkecuali alasannya memang berhubungan dengan tulisan itu sendiri. Misalnya mutu tulisan yang memang tidak layak untuk dibukukan. Di sinilah ironinya, sebagai publik figur bertindak seperti orang biasa pada umumnya, apalagi yang dilakukan adalah bertentangan dengan profesi yang dilakukannya, yaitu tidak mau kalau tidak ada "imbalan" padahal pekerjaannya sehari-hari selalu bekerja semacam kerja sukarela.

Istriku memberiahu aku lagi bahwa Gol A Gong akan mampir ke Abu Dhabi untuk memberikan workshop menulis bagi para ibu-ibu Dharmawanita KBRI dan TKW yang sedang ditampung di KBRI. Aku semacam ada rasa terkejut. Ternyata harapanku untuk bertemu dengan Gol A Gong lagi akan mudah terwujud.

Semoga tulisan ini dapat memberikan suatu pelajaran hidup bagi aku dan anda sekalian.

Medeo Abu Dhabi 2013