Monday, January 30, 2017

TATAP MUKA DENGAN PAK JONAN, MENTRI ESDM RI, 16 JAN 2017

UMUM

Undangan tatap muka dari KBRI Abu Dhabi kali ini entah yang keberapa kalinya aku terima untuk bertemu dengan para pejabat yang mengurusi industri yang berhubungan dengan energi di Tanah Air seperti minyak, gas, listrik dan yang lainnya. Akan tetapi pertemuan tatap muka seperti itu memang relevan sekali di sini karena banyak para profesional Indonesia yang bekerja di industri yang berkaitan dengan energi, terutama minyak dan gas.

MENUNGGU

Ketika aku sampai di Wisma Duta tempat tatap muka dengan Mentri ESDM dan rombongan, tepat waktu dalam ukuran satuan menit sebelum jam 8 malam. Namun Pak Mentri dan rombongannya masih dalam perjalanan menuju Wisma dari acara mereka di luar, iyu menurut menurut salah satu staf KBRI yang yang sudah lama aku kenan dan sedang menunggu mereka juga. Aku tidak melihat Pak Dubes sebagai tuan rumah ketika aku tiba. menurut informasi beliau juga ikut bersama acara rombongan Pak Mentri di luar. Dan nampaknya para tamu yang sudah datang disambut oleh Staf KBRI yang tidak ikut rombongan Mentri ESDM.

Meja-meja bundar beserta kursi-kursinya sudah ditata sedemikian rupa yang diletakkan di sebelah kiri halaman depan Rumah Induk Wisma. Sedangkan sebelah kanannya dimana biasanya sebagai tempat parkir mobil dengan atap terbuat dari terpal berwarna padang pasir, telah dipakai sebagai tempat makanan yang ditata di atas meja-meja panjang yang dijejer berbentuk prasmanan. Dari sisi kursi tamu terlihat jelas penghangat makanan dari besi putih stainless steel dan tempat-tempat lain yang ditutupi aluminium foil berjejer sepanjang kurang dari lima meteran.

Ketika rombongan mulai datang, aku langsung berdiri karena harus menyambut mereka, harapanku dapat berjabat tangan dengan Pak Jonan, Mentri ESDM kali ini, serta Pak Dubes sebagai tuan rumah acara malam ini. Harapanku tidak sia-sia, dan aku berjabat tangan dengan Pak Mentri sambil berucap selamat malam. Tangannya yang hangat mengartikan beliau adalah orang yang enerjik. Dan sebelumnya aku terlebih dahulu bersalaman dengan Pak Dubes yang berjalan di depannya.

Setelah melewati giliranku, Pak Mentri meminta para undangan agar memulai saja makan malam terlebih dahulu, karena beliau baru saja sudah makan pada acaranya di luar. Dibenakku mengatakan, "Wah ini kebetulan acara makan didahulukan karena malam ini cuaca cukup dingin, tercatat 19 derajat Celsius, itu ketika aku tadi melihat angka suhu luar di dalam mobilku". Lalu kemudian beliau meminta para tamu agar menunggu sebentar untuk memulai acara tatap muka dikarenakan beliau dan rombongan harus melakukan pertemuan sebentar dengan Pak Duber di dalam Wisma Dubes.

SANTAP MALAM

Permintaan Pak Mentri dilaksanakan oleh panitia penyelenggara, semua yang hadir diiminta untuk memulai makan malam yang sudah disediakan. Akupun juga demikian, langsung menuju antrian yang sudah tiga meteran karena posisi tempat dudukku yang agak jauh dari tempat memulai makan malam ini.

Diawali dengan makan soto daging sapi tanpa nasi sebagai penggati sop merupakan kenikmatan tersendiri bagiku apabila dimakan di bawah langit dalam suasana cuaca sedingin ini. Aku harus agak mempercepat makanku karena khawatir keburu dingin, sehingga permukaan kuwah soto lemaknya membeku. Sampai-sampai kerupuk yang aku niatkan sebagai makanan selingan dengan soto tidak aku makan. Setelah aku selesaikan seruputan terakhir dari mangkok soto, kini aku berpindah sasaran ke menu makan malam yang sudah aku ambil dalam piring lain bersama ketika aku mengambil soto tadi. Piring sebesar itu tidak mungkin aku penuhi dengan porsi makan malamku, khawatir tidak dapat aku habiskan. Apalagi pada makan malam aku biasa makan nasi dengan jumlah yang aku batasi. Nasib kerupukku aku makan dengan nasi dan lauk-pauk serta tumpukan aneka sayuran di piringku. Entah menu apa namanya yang sedang aku nikmati aku tidak tau, yang penting ada potongan ayang goreng yang dilaburi bumbu kemerahan, daging sapi yang dicampur dengan sayur kacang-kacangan yang ditumis.

Tepat ketika aku mulai mengupasi kulit jeruk Mandarin sebagai makanan terakhirku, Pak Dubes dan rombongan Pak Mentri keluar dari dalam Wisma Duta pertanda juga aku harus mengakhiri makan malamku karena acara pasti akan segera dimulai.

ACARA INTI

Acara tatap muka ini dibuka oleh Pak Dubes, beliau berdua dengan Pak Mentri duduk di depan di belakang meja yang menghadap ke arah tempat duduk para tamu serta anggota rombongan Pak Mentri. Dalam sambutannya Pak Dubes memaparkan capaian perdagangan kedua negara antara Indonesia dan UAE. Termasuk juga target yang akan dikejar dalam waktu-waktu yang akan datang. Juga dijelaskan oleh Pak Dubes tentang jumlah ekspor dan impor oleh kedua negara. Serta tidak lupa pula Pak Dubes memaparkan tentang jumlah tenaga kerja Indonesia di negara ini yang masih didominasi oleh pekerja tidak terampil dimana nantinya lambat laun akan dirubah untuk memperbanyak tenaga terampil yang akan bekerja di negara ini. 

Sambutan yang pendek dan padat itu telah berakhir. Lalu mik dari tangan Pak Dubes berpidah ke tangan Pak Jonan, Mentri ESDM dan dibarengi aksi beliau dengan segera berdiri berjalan menuju ke arah para undangan yang sedang duduk manis memperhatikannya. Ketika sampai di tengah-tengah lalu beliau menyampaikan bahwa beliau tidak akan memberikan sambutan atau pidato melainkan mempersilahkan  para hadirin agar langsung mengajukan pertanyaan saja. Menurut beliau agar acara malam ini lebih terfokus kepada apa saja yang sedang ingin ditanyakan. Dan tentu, pertanyaan yang diajukan boleh tentang apa saja termasuk tentang pesawat. Aku bergumamn "Maklum Pak Mentri ini sebelumnya pernah menjabat sebagai Mentri Perhubungan Indonesia"

Aku sungguh tidak mempersiapkan suatu pertanyaan tanpa ada topik yang dibicarakan terlebih dahulu. Aku merasa bukan aku saja karena Pak Mentri terus mengulangi permintaannya sampai tiga kali agar segera diajukan suatu pertanyaan akan tetapi tak satu tanganpun yang mampu diangkat oleh pemiliknya, termasuk aku. Aku merasa tertantang, sehingga kepalaku seperti tertekan dan tegang karena tak satu tanganpun dari semua yang hadir diangkat untuk memberikan pertanyaan termasuk juga aku.

Suasana tegang di dalam kepalaku tiba-tiba jadi mereda ketika secara tiba-tiba ada seorang lelaki dari meja sebelah kiri tempat aku duduk mengangkat tangannya mengisyaratkan bahwa dia adalah sebagai penanya pertama. Pak Mentri mempersilahkan lelaki berjaket hitam itu untuk ke mik depan yang berdiri di sebelah meja di mana Pak Dubes duduk sendirian di sebelahnya. 

Dengan percaya diri dan santai penanya pertama maju ke depan. Dan setelah memperkenalkan dirinya lalu dia bertanya mengenai Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Pertanyaannya kira-kira seperti berikut ini; "Mengapa negara-negara seperti Philipina, India dapat mengirimkan tenaga kerja terampil mereka lebih banyak dari pada Indonesia?. Apa kira-kira kebijaksanaan Indonesia, sehingga  nantinya dapat mengirim lebih banyak. tenaga terampilnya ke luar negeri?".

Dengan santai tapi terfokus Pak Mentri memberikan jawaban bahwa, di dunia ini tidak ada satu negarapun yang memiliki suatu kebijaksanaan yang bertujuan untuk memgekspor tenaga kerja mereka. Akan tetapi, apabila misalnya kurikulum di sekolah-sekolah, atau perguruan tinggi-perguruan tinggi suatu negara memang dibuat untuk dapat bersaing di dunia yang bersifat global ini, akan tetapi itu bukan berarti untuk tujjan ekspor tenaga kerja mereka. Lain halnya tugas yang diemban oleh Pak Dubes tadi, itu adalah suatu target untuk mengurangi jumlah pekerja tidak terampil dengan menambah jumlah tenaga terampil serta secara bersamaan untuk mengurangi pula pekerja tidak terampil.

Setelah adanya jawaban di atas aku pikir bahwa, sebenarnya Indonesia tidak memiliki tujuan untuk mengekspor tenaga kerja yang terampil, adalah sesuatu yang masuk akal juga, karena hal itu menunjukkan bahwa semakin banyak tenaga terampil yang ke luar negeri oleh suatu negara, itu berarti menunjukkan bahwa semakin rendah pula tenaga kerja yang dapat diserap di dalam negeri dari negara tersebut. Lalu aku jadi berpikir bagaimana tentang kekurangan tenaga listrik di Indonesia, untuk mengejarnya, maka pemakaian tenaga nuklir merupakan alternatip paling bagus.  Itulah yang membawa tanganku terangkat agar ditunjuk sebagai penanya yang berikutnya. Benar saja, Pak Mentri memintaku untuk maju ke depan begitu melihat tanganku diangkat bertanda aku ingin mengajukan suatu pertanyaan.

Aku jadi penanya yang kedua. Topik yang aku bawa seperti yang aku angankan itu, tentang pemakaian tenaga nuklir di Indonesia, yaitu suatu keadaan yang pernah aku impikan sejak aku duduk di bangku SMP dulu. Aku membandingkan Indonesia dengan UAE, suatu negara kecil dan kaya minyak dan gas alam saja sudah memulai membangun fasilitas tenaga listrik dari tenaga nuklir, Indonesia yang merupakan suatu negara besar yang masih kekurangan energi listrik, dimana banyak orang yang menjerit karena kekurangan tenaga listrik masih belum ada rencana sedikitpun ke arah pemakaian tenaga nuklir sebagai energi alternatip  untuk pembangkit tenaga listrik. Dimana tenaga listrik dari nuklir dapat diproduksi dengan harga yang sangat murah apabila dibandingkan dengan minyak atau gas bumi. Lalu aku jadi berasumsi memperkirakan bahwa kemungkinan tidak dipakainya tenaga nuklir karena adanya suatu konspirasi untuk membenci tenaga nuklir, karena kalau tenaga ini dibangun, maka tenaga-tenaga lainnya akan dihabisi. 

Menurut penuturan Pak Mentri dalam menjawab pertanyaanku itu, bahwa tidak ada suatu konspirasi tentang tidak dipakainya tenaga nuklir di Indonesia, akan tetapi itu merupakan suatu keputusan Dewan Eneegi Nasional (DEN) bahwa tenaga nuklir merupakan the last choice. Ketika beliau menyatakan jawaban itu jarak beliau dengan aku cukup dekat, untuk itu aku mengejarnya dengan mengajukan pertanyaan tambahan "mengapa?".Beliau menyatakan tidak ada alasannya karena itu keputusan DEN, kalau mau tau tanya saja pada mereka yang beberapa anggotanya ada di sini. Atau kalau ingin nuklir dapat dipakai, maka daftar saja jadi anggota DEN.

Untuk mempertahankan pendapatnya bahwa pemakaian tenaga nuklit itu merupakan pilihan terakhir mrupakan suatu keputusan tanpa alasan, lalu beliau menanyai aku apakah sudah kawin atau mempunyai istri atau belum?. Setelah dijawab punya, lalu beliau melanjutkan bahwa sepetti orang kawin saja, apa alasan anda kawin? Demikian penjelasannya seolah-olah mengatakan bahwa orang kawin itu tanpa alasan karena menurut beliau bahwa beliaupun dulunya waktu kawin tanpa alasan.

Aku jadi berpikir bahwa, Pak Mentri ini sebaiknya tidak perlu diajak berargumentasi lebih lanjut, karena aku tidak akan mampu mengikuti jalan pikirannya. Aku lalu jadi tetingat pada bosku di PT. Pal dulu. Beliau mengatakan bahwa sebelum melakukan sesuatu, maka selalu gunakan pertanyaan "why?" terlebih dahulu. Setelah aku pikir itu memang benar. Ketika kita dapati seekor atau lebih semut sedang merangkak di atas meja kita, atau dimana saja pasti kalau kita ajukan kata tanya "why?",  kita akan mendapatkan jawabannya mengapa semut-semut itu naik atau merangkak ke atas meja kita.

Artinya segala sesuatu tindakan yang akan dilakukan harus ada sebabnya, harus ada alasannya, akan tetapi menurut Pak Mentri tentang pemakaian tenaga nuklir yang telah menjadi pilihan paling akhir di Indonesia merupakan suatu keputusan Dewan Energi Nasional, titik, tanpa alasan.

Penanya berikutnya difokuskan pada suatu permasalahan tentang tugas dari Pak Mentri dalam kabinet sekarang ini. Jawaban singkat Pak Mentri yaitu menbawa energi Indonesia jadi lebih effisien, menimbulkan banyak tanda tanya bagi aku yang berlatar belakang bukan dari energi ini. Tetapi setelah penjelasan berikutnya, bahwa semua kebijakan energi nasional harus lebih effisien dari segi biaya dibandingkan dengan yang ada sekarang, maka aku dapat menangkap kemana arah kebijakan Kementrian yang Pak Mentri pimpin ini dimaksudkan. Artinya menurut pemahamanku adalah, semua energi yang dihasilkan untuk konsumsi masyarakat harus berharga atau berbiaya serendah mungkin atau lebih rendah dari yang ada sekarang, dan hal ini juga harus dibandingkan dengan negara lain.

Contoh nyata saat ini adalah, harga energi solar sel di sini (UAE) per kW-nya adalah 2,6, sedangkan di kita masih berkisar di 14 san, tanpa menyebutkan dalam satuan uang apa, Dollar?, Euro?, atau Rupiah?. Beliau mengatakan bahwa telah memberikan tantangan kepada Masdar (Masdar merupakan suatu institusi di UAE yang menekuni sumber enerji terbarukan terutama enerji solar), kalau mau membangun solar sel di Indonesia hasilnya akan kita beli seharga 6. Tanpa memberikan jawaban lanjutan tentang tawaran itu. Sedangkan tenaga nuklir sambil beliau menjuk ke arahku sebagai penanya tentang tenaga nuklir tadi, adalah lebih murah dari itu, tanpa memberikn kesimpulan tentang pemakaiannya di Indonesia.

Sejenak aku berpikir, ini artinya tenaga nuklir lebih murah tetapi mengapa tidak diambil sebagai prioritas dalam pemakaiannya. Demikian dalam benakku mengatakan. Apabila tenaga nuklir diambil sebagai opsi yang paling atas, hal ini akan sesuai dengan programnya sebagai Mentri ESDM, dalam membawa energi saat ini lebih effisien dari segi harga.

Dari jawaban yang ini pikiranku jadi kembali kepada pertanyaanku tadi. Jikalau ingin tenaga listrik yang murah, maka pakailah tenaga listrik yang dibangkitkan dengan tenaga nuklir. Cadangan uranium Indonesia menurut desas-desus adalah cukup banyak walaupun perkiraan jumlahnya belum ada kepastian. Artinya, secara tidak langsung Pak Mentri sudah mengakui bahwa tenaga nuklir itu seharusnya merupakan pilihan utama dibandingkan dengan pemilihan tenaga lainnya jika ditinjau dari segi harga.

Kini giliran penanya keempat yang terfokus tentang gas alam. Diawali dengan adanya "good news" dari Qatar bahwa  Pak Mentri telah menandatangani suatu kesepakatan tentang gas alam dengan pihak Qatar walaupun detailnya belum jelas. Yang pasti dalam penjelasan yang cukup jelas penanya menyimpulkan bahwa pihak UAE lah merupakan the future of gas on earth. Karena kecendrungan produksi gas alam UAE akan lebih meningkat, dan gasnya banyak mengandung butane. Sedangkan yang lain produksinya memiliki kecendrungan menurun, atau flat termasuk juga Qatar. UAE akan menjadi produser gas alam terbesar di dunia kecuali produksi shale gas. Untuk itu sebaiknya cobalah mendekati untuk bekerjasama dengan pihak UAE daripada dengan negara lain. 

Dengan santai Pak Mentri mengatakan bahwa, sebenarnya kita tidak ingin mengimpor LNG dari negara lain. Mengimpor gas alam itu sifatnya sementara. Untuk itu kita sedang mengembangkan energi batubara untuk menggantikan gas walaupun memasyarakatkan pemakaian energi batubara memiliki tantangan yang berat karena energi ini sangat korosif dan susah apabila tabung-tabung LPG saat ini tidak diganti. Jadi Indonesia tidak perlu mencari negara pensupplai yang memiliki LNG jumlah besar, akan tetapi hanya sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri dalam jangka waktu pendek saja.

Pertanyaan berikutnya datang dari lelaki semampai berkulit sawo matang dengan jaket polyester berwarna hitam tentang pemakaian tenaga geothermal atau panas bumi di Indonesia, alasannya adalah Indonesia memiliki sumber daya panas bumi terbesar di Dunia. Menurut Pak Mentri bahwa pemakaian tenaga panas bumi srbagai sumber tenaga listrik merupakan srsuatu yang sudah dicoba untuk dijalankan.Bahkan ada beberapa tempat yang sudah memanfaatkannya. Dan ada yang mengusulkan bahwa pemakaian tenaga ini untuk dikonversi ke tenaga listrik agar dibuat lebih ditingkatkan lagi karena Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tenaga panas bumi terbesar di dunia. Pak Mentri melanjutkan jawabannya bahwa pihaknya sangat setuju dengan usulan itu asalkan dengan syarat; not in any cost, artinya bukan dengan sembarang harga. Dengan kata lain boleh dipakai untuk konsumsi masyarakat luas asalkan harganya dapat murah, sehingga dapat bersaing dengan harga jual listrik kepada masyarakat saat ini. 

Sebenarnya masih ada satu penanya lagi yang harus aku tunggu tetapi secara tiba-tiba aku didekati dan dibisiki oleh seseorang yang aku kenal wajahnya dari belakangku lalu menanyakan; apakah aku sebagai pemilik Honda CRV berwarna emas yang diparkir di pojokan di depan rumah sebelah kanan depan Wisma Duta. Setelah aku jawab benar, lalu dia memberitahuku bahwa pemilik rumah dekat tempat parkir mobilku marah-marah sejak tadi dan orangnya tidak memperbolehkan siapapun memparkir mobilnya di situ karena di situ dipakai sebagai jalan masuk untuk mobil si pemilik rumah. Aku sungguh tidak paham maksudnya, sambil aku beranjak dari kursi aku mengingat kembali sebelum aku mempatkir mobilku tadi. Seingatku aku sudah  memastikan bahwa tempat yang sedang aku gunakan untuk parkir mobilku itu tidak mengganggu jalan lalulintas di depan rumah, tidak menggaggu jalan masuk mobil pemilik tumah karena berada di tempat yang tidak diaspal atau dipaving atau dilaster, dan yang pasti menurutku tidak sedang mengambil haknya orang lain. Setelah pasti tidak, lalu aku berani memparkir mobilku sebagaimana seharusnya.

Beberapa waktu yang lalu aku dibuat jera oleh suaatu peristiwa yang hampir sama dengan masalah parkir di atas. Waktu itu aku sedang menghadiri undangan menemani istriku di rumah temannya. Rumah temannya merupakan salah satu villa di sekitar Karamah Road sana. Taanpa ragu aku memparkir mobilku di depan rumah tetangga teman istriku, tentu saja mobilku tidak menutupi pintu masuk mobil si pemilik rumah. Aku pikir walaupun di depan rumah orang, akan tetapi jalan aspal di depannya adalah milik Baladiyah (Pemerintah Kota). Acara di rumah teman istriku sampai hampir tengah malam. Dan ketika aku akan masuk mobilku aku lihat ada dua mobil yang diparkir di depan dan belakang mobilku dengan jarak keduanya sungguh sangat sempit, sehingga apabila aku mengeluarkan mobilku sendirian rasanya tidak akan bisa.

Aku jadi curiga, jangan-jangan ini perbuatan yang disengaja oleh pemilik rumah karena aku memparkir mobilku di depan rumahnya. Aku coba menengok ke dalam rumah melalui pintu pagarnya tidak ada seorangpun, demikian pula ketika aku tengaok ke atas, semua jendelanya sudah dalam keadaan gelap. Aku harap apabila melihat seseorang aku akan meminta maaf apabila mobilku diparkir ditempat yang sudah menjadi tempat parkirnya. Tanpa banyak pikir lalu kawanku yang sama-sama akan pulang menawarkn untuk membantuku mengawasi dan memberi aba-aba menggerakkan mobilku sedikit-demi sedikit agar supaya dapat keluar parkir yang menjepit mobilku.

Aku hidupkan mobilku. Rekanku mulai memberikan aba-aba agar aku bergerak maju. Aku lakukan apa yang dia minta. Lalu dilanjutkan dengan aba-aba bergerak mundur, akupun mengikutinya. Begitu seterunya sampai tiba-tiba mobil Mercedes yang diparkir di depanku memberikan bunyi alarem menandakan bahwa bagian mobilnya ada yang menyentuh. Aku merasa tenang saja sambil terus menggerakkan mobilku sesuai aba-aba rekanku. Dan tiba-tiba ada lelaki rambut keriting seusia separuh usiaku berjubah putih keluar dari arah belakang mobilku dan meminta aku untuk keluar dari mobilku. Aku keluar memenuhi permintaannya. Dia langsung menuduhku telah menabrak mobilnya. Aku mulai curiga bahwa dia sebenarnya ada di tempat yang tidak dapat aku lihat, namun ketika mobil-mobil yang menghimpit mobilku tersentuh dan bunyi alaremnya hidup, maka bergegaslas dia ke arahku. Pertama-tama yang dia lihat justru mobilnya yang seperti truk diparkir melintang di belakang mobilku. Dia merasa khawatir bahwa pelat badan mobilnya telah bersentuhan dengan mobilku. Setelah dipastikan bahwa tidak ada sentuhan di badan mobilnya lal dia melirik ke arah bagian belakang mobilku.

Setelah dipastikan bagian belakang mobilku tidak pernah menyentuh mobilnya, lalu dia pindak ke mobil Mercedes yang diparkir di depan mobilku. Aku lihat pula keadannya. Nampak ada sedikit goresan di bagian depan bemper mobilku, dan aku lihat pelat nomer bobil milik orang berjubah putih itu sedikit dekok.Sudah pasti begitu dia melihat ada sedikit dekok akan semakin marah lalu dia mengancam akan memanggil Polisi. Aku menurut saja apa yang akan dia akukan walaupun sebelumnya aku sudah meminta maaf dan dekok seperti itu dapat aku perbaiki dengan tangan kosong. Dia tetap saja bersikeras untuk memanggil Polisi walaupun kemaunnya itu tidak pernah ia laksanakan walaupun aku telah menyetujuinya. Di dalam hatiku sudah ada jawaban mengapa hal itu harus terjadi. Dan kemudian aku dan mobilku diijinkan untuk meninggalkan tempat parkir depan rumah teman istriku itu.

Ketika aku keluar pintu utama Wisma Duta dikarenakan bisikan rekanku tadi, aku lihat jam tanganku sudah menunjukkan hampir pukul 11 malam. Aku pikir di acara yang sedang aku tinggal ini akan masih ada satu prrtanyaan lagi, suatu pertanyaan terakhir dari seorang mahasiswa post doktor di Masdar Science and Engineering Institute. Selain itu, malam ini aku harus ke mesin ATM untuk memasukkan cek dati putriku ke dalam rekening bankku. Karena aku khawatir kemalaman untuk ke mesin ATM, lalu aku putuskan tidak memindah mobilku, melainkan aku langsung terus cabut saja dari acara di Wisma Duta dengan Pak Metri ESDM malam ini untuk menuju ke mesin ATM di Musaffah sana tanpa meminta ijin terlebih dahulu kepada yang mengundang.

Jalan Al-ain Road sudah cukup sepi malam seperti ini. Dan aku dapat secepat yang aku inginkan sampai ke Kantor Bankku di Musaffah sana apabila aku mau. Tapi karena kecepatan mobil dibatasi hanya 100 KM per jamnya, maka aku ikuti saja aturan jalan raya ini daripada aku kena jepretan radar dan konsekwensi membayar denda nantinya.

Ketika aku sampai di Bank tempat mesin ATM yang aku tuju, aku langsung memparkir mobilku di belakang gedung Bank itu. Parkir samping-samping Bank nampaknya sudah dipenuhi oleh mobil-mobil yang diinapkan di situ. Di belakang pintu masuk dalam Bank ada dua meain ATM. Walaupun bank dalam keadaan tutup aku lihat seorang penjaga keamanan duduk di belakang pintu masuk utama Bank dimana dua mesin ATM berada. Aku pikir akan merasa aman mengambil ataupun mmemasukkan uang hampir tengah malam seperti ini. Tanpa ada kesulitan aku memasukkan cek ke dalam rekeningku melalui mesin ATM. Setelah aku dapat cetakan kwitansi yang dikeluarkan oleh mesin ATM,  lalu aku segera pulang karena aku sudah mulai mengantuk.

END.