Thursday, November 30, 2017

KE MUSIUM LOUVRE ABU DHABI

UMUM

Ketika masih dalam tahap pembangunan, khususnya bagi mereka yang tinggal di Abu Dhabi, banyak yang bertanya-tanya tentang gedung yang sedang dibangun persis terletak di bibir laut menghadap ke Abu Dhabi di Pulau Sakdiyat itu, "apa yang sedang dibangun itu?". Itu terjadi kira-kira dalam kurun waktu sekitar dua tahun lalu. Derek-derek tinggi yang mengelilingi area pembangunan seolah bekerja sama dalam menyelesaikan bangunan itu. Terpaan udara panas di musim panas yang akan menyengat setiap  kulit yang terbuka dengan suhu sampai 50 derajat Celsius itu  tidak dapat menghentikan laju pembangunan gedung-gedung itu, apalagi cuaca musim dingin, bekerja di luar dengan suhu sampai 15 derajat Celsius masih lebih baik daripada sengatan suhu di musim panas.

Ketika bagian-bagian atap-atapnya yang hanya semacam kerangka dipenuhi oleh lubang-lubang itu mulai dinaikkan, hal itu membuat aku semakin penasaran saja. Ada yang pernah menyebutkan bahwa bangunan itu akan menjadi pusat seni dan budaya setempat, ada pula yang mengatakan bahwa gedung yang sedang dibangun itu nantinya akan menjadi gedung mall besar di Abu Dhabi, dan bagi mereka yang mengikuti tentang berita setempat telah mengetahui bahwa gedung yang sedang dibangun itu merupakan musium besar yang akan hadir di tanah Abu Dhabi, tepatnya di Distrik Khusus Kebudayaan, Pulau Sakdiyat.

Ada sebuah iklan di stasiun TV internasional (khusus Geografi) terkadang memberikan sekilas tentang bagaimana dan untuk apa gedung itu dibangun. Insinyur-insinyur muda dan tua baik lokal ataupun dari manca negara, laki-laki ataupun perempuan ditampilkan dalam kapasitas mereka untuk menjelaskan tentang keunikan jalannya pembangunan ataupun keunikan gedung itu apabila telah jadi nantinya.

Tentu banyak orang yang sedang menunggu wujud dan waktu dibukanya calon musium besar dan yang terlihat seperti topi baja setengah bundar dari kejauhan itu. Aku terkadang melirik ingin mengetahui tentang kemajuan dari jalan pembangunannya ketika aku sedang menuju ke kantor pusat tempat aku bekerja yang terletak tepat di sisi seberang kanal antara Pulau Sakdiyat dan Pulau Utama Abu Dhabi.  Atau, terkadang ketika aku sedang melintasi melalui jembatan penghubung antara Pulau Utama Abu Dhabi dan Pulau Sakdiyat baik waktu aku mau ke luar dari Abu Dhabi atau sebaliknya.

Aku sudah jarang bahkan dapat dikatakan sudah lama tidak melintasi jembatan penghubung antara Pulau Abu Dhabi dan Sakdiyat itu, juga hampir dikatakan tidak pernah mengunjungi kantor pusat tempat aku bekerja selama enam bulan terkhir ini kecuali sekali di akhir Oktober lalu manakala aku lihat tidak ada lagi derek-derek yang mengelilingi gedung yang sedang dibangun, sampai ada berita dari mulut ke mulut bahwa musium yang ada di Pulau Sakdiyat itu telah dibuka untuk umum sejak tanggal 11 Nopember, 2017 lalu, dan nama dari musium itu adalah Louvre Abu Dhabi.

Yaa, Musium Louvre Abu Dhabi, suatu musium yang memiliki atap berbentuk kubah dengan biaya pembangunan menurut wekipedia.org ditaksir sekitar 600 juta Euro. Dan menurut  https://en.wikipedia.org/wiki/Louvre_Abu_Dhab merupkan suatu musium dengan pemakaian nama Louvre harus disyahkan oleh Parlemen Perancis, suatu musium yang ijin pemakaian namanya saja berharga 525 juta Dollar, suatu musium dengan luas tanah menurut sekitar 24000 meter persegi dan luas ruang pameran sekitar 8000 meter persegi yang terletak di daerah distrik khusus untuk kebudayaan. Dan suatu musium yang telah dideklarasikan menjadi musium terbesar di Dunia Arab.

KE MUSIUM LOUVRE

"Tanggal 24 Nopember ini kita akan ke musium baru itu, lho..!, itu yang di Sakdiyat Island...!, namanya seperti musium yang ada di Paris...., Louvre".  Itu yang dikatakan istriku ketika aku baru saja pulang kerja sekitar pertengahan Nopember lalu. Di benakku yang ada adalah, bayangan musium Louvre Paris di mana aku sekeluarga pernah mengunjunginya sekitar tujuh tahun yang lalu dengan bayangan yang masih terasa melekat di dalam ingatanku adalah; mummi sisa kerajaan Mesir Kuno, tiang-tiang bangunan sisa kerajaan Romawi dan Yunani kuno, lukisan-lukisan besar yang mengabadikan kehidupan awal masyarakat kristen berkulit putih, serta fosil-fosil dari kehidupan prasejarah. Kunjungan ke musium kembarannya yang ada di kota aku tinggal ini sekitar semingguan lagi, itu karena akan menemani putriku yang sedang akan menemani temannya yang akan datang ke Dubai dari Amerika Serikat sehari sebelumnya. Tanpa sepengetahuan istriku aku kernyitkan sedikit kedua alisku ketika dia telah sedang mengatakan bahwa karcis masuk ke dalam musium per orangnya adalah 60 Dirham, yang saat ini setara dengan duaratus enambelas ribu Rupiah. Istriku dan aku sepakat bahwa biaya masuk musium untuk aku dan dia tidak akan dibebankan kepada putriku karena ia sudah memiliki keluarga sendiri, serta tentunya sudah mengeluarkan biaya untuk melayani temannya ketika melakukan jalan-jalan di Dubai. Bahkan, setelah selesai keluar dari musium  lebih baik langsung pulang saja agar tidak ikut makan bersama mereka apabila mereka ingin makan.

Hari ini adalah tanggal 24 Nopember, aku ingatkankan istriku bahwa nanti siang akan ke musium, dia mengabarkan bahwa hari ini tidak jadi ke musium karena kemungkinan teman putriku masih lelah untuk ke Abu Dhabi, besok rencananya. Sejak beberapa malam sebelumnya istriku sudah mempersiapkan menu masakan yang akan disuguhkan kepada putriku dan suaminya serta temannya apabila mereka mampir ke rumah sebelum berkunjung ke musium nanti. Tidak salah, satu malam sebelumnya istriku sudah mulai sibuk mempersiapkan masakan yang akan dimasak untuk disuguhkan esok harinya.

Masakan sudah siap sejak sebelum pukul 9 pagi di hari Sabtu yang ceraah ini,  karena sebentar lagi menurut rencana putriku, dia sebentar lagi akan datang ke rumah sebelum pergi ke musium nanti. Di atas meja makan sudah berjejer masakan yang dipersiapkan istriku sejak tadi malam dan dilanjutkan memasak setelah bangun tidur pagi tadi. Ada kuah semcam soto daging, ada mie segar yang sudah direbus, ada irisan daun selada, ada tumpukan kecambah segar, ada irisan tahu goreng, ada irisan tumbukan ketela pohong, ada setoples plastik  kecil bawang merah goreng, ada sambal dan ada di mangkok kecil petis hitam serta ada se taperware kerupuk udang kevil-kecil yang apabila dirangkum semuanya biasa disebut sebagai menu 'tahu campur".

Pukul 9 aku baru saja selesai main tennis sejak pagi buta tadi dan sampai rumah sudah hampir pukul 10. Aku terpaksa langsung mandi pagi di hari libur yang mana biasanya tidak aku lakukan kecuali sebelum  sholat Duhur. Sehabis mandi aku langsung makan saja dulu, karena habis main tennis tenaga banyak terkuras, apalagi kedatang tamu yang ditunngu masih belum pasti kapannya walaupun putriku bilangnya, pagi. Sampai datang waktu mendekati sholat Duhurpun mereka yang ditunggu-tunggu belum juga muncul ketika istriku mengeluhkannya aku mengatakan, itulah anak-anak, lalu dia menghubunginya lewat telefon.

Tamu yang ditunggu-tunggu akhitnya muncul juga walaupun waktu sudah menunjukkan hampir pukul 2 siang. Kuah berwarna kekuningan sekarang waktunya untuk dipasi kembali sebelum dituangkan ke dalam mangkok terbesar yang ada di rumahku. Dalam keadaan kuah yang masih berkebul asap karena masih panas aku tawari para tamu di rumahku untuk segera memulai mengambil makanan yag sudah seratus persen siap.  Teman putriku yang didaulat untuk memuainya, akan tetapi dia kebingungan dan bertanya yang mana harus dicmpur dengan apa. Untuk lebih cepatnya aku menawarkan diriku sebagai pembuka agar yang belum mengetahui dapat mengikutinya.

Sungguh tahu campur buatan istriku enak rasanya, aku bagaikan makan tahu campur langgananku yang selalu lewat di depan rumahku manakala aku masih bekerja di Surabaya dulu. Bahkan putriku dan temannya juga merasakan hal yang sama, enak rasa tahu campurnya, demikian yang mereka katakan setelah memulai untuk memakannya. Aku terpaksa menambah lagi ketika tahu campur di dalam piring di depanku sudah mulai kosong, dan demikian pula teman putriku setelah aku minta dia untuk tambah lagi. Acara makan selesai tepat sebelum iqamah panngilan sholat Ashar dikumandangkan dan aku, menantuku dan teman putiku langsung menuju ke masjid sebelah rumah untuk melakukan sholat Ashar.

Setelah sholat Ashar berlima dalam satu mobil milik putriku berangkat menuju musium Louvre - Abu Dhabi yang terletak di pinggir laut Pulau Sakdiyat (Sakdiyat Island). Putriku yang mengemudikan sedan Accord miliknya, di sebelahnya duduk ibunya, sedangkan aku, menantuku dan temannya duduk di jok kursi belakang, aku di sebelah kanan, lalu menantuku di tengah dan yang paling kiri adalah teman putriku.

Aku sendiri belum pernah mengunjungi musium itu, walaupun, dari kejauhan terlihat jelas bangunannya. Memang musium itu baru saja dibuka untuk umum,  namun aku tidak banyak mengetahui tentangnya karena aku memang tidak begitu tertarik dengan masalah musium, entahlah, padahal bagiku ketika mengunjungi suatu musium aku terkadang tertegun dibuatnya manakala melihat barang-barang peninggalan dari masa yang lalu, manusia dengan keterbatasannya dapat menciptakan sesuatu yang menakjubkan. Akan tetapi untuk mengunjunginya lagi, aku merasa  sudah kehilangan semangat. Aku tidak tau persis tentang jalan masuk mana yang harus diambil setelah dari jalan raya bebas hambatan Syeikh Khalifa. Hanya saja letaknya di sebelah kanan jalan raya apabila datang dari rumahku, Al Reef. Aku kebanyakan memikirkan bagaimana membosankannya nanti manakala aku berada di dalam musium, akan tetapi karena harus menghormati tamu, maka aku rela untuk mengunjunginya walaupun harus membayar biaya untuk karcis masuknya. Menantuku mulai membuka telepfon genggamnya untuk memakai GPS agar menemukan jalan masuk ke arah musium Louvre yang dituju.

Jalan masuk menuju gedung musium sungguh bagus dan berisih. Rumah-rumah mewah dan berukuran besar yang didominasi dengan warna padang pasir berjejer di kanan jalan, dan kiri jalan langsung dapat melihat sisi laut melalui taman-taman asri sebelum pantai. Walaupun ada tanah luas yang kosong belum ada bangunannya, tetapi tanah-tanah itu dipagari semacam dinding yang terbuat dari pelat tipis (seng) lurus dan dilapisi dengan gambar-gambar dan tulisan tentang gedung yang bakal dibangun di dalamnya nanti. Sungguh di luar dugaanku ketika aku melihat begitu banyaknya mobil yang memenuhi tempat parkir arena yang terletak di depan gedung musium. Tidak salah ketika di luar area parkir ada banyak mobil yang diparkir karena tempat parkir yang disediakan seakan terisi penuh. Putriku memilih terus saja masuk ke area parkir walaupun nampak tidak mungkin dapat mnemukan slot kosong untuk parkir mobilnya. Ada beberapa mobil keluar lagi menuju ke arah tempat parkir tanah kosong di luar area parkir. Ketika belokan lajur-lajur parkir telah dilalui, maka lajur terakhir menuju ke pintu keluar diikuti. Setelah belok kanan sebelum menuju pintu utama keluar mobil dibelikkan masuk ke dalam area parkir yang kesemuanya memiliki atap pelindung panas. Keberuntungan ada pada mobil yang aku tumpangi karena begitu memasuki jalur area parkir aku lihat ada mobil di sebelah kanan depan yang sedang lampu mundurnya menyala menandakan akan keluar parkirnya, sebelum aku memberitau putriku dia sudah menginjakkan kakinya ke pedal remnya menghentikan mobilnya menandakan bahwa dia menunggu mobil yang sedang menyalakan lapu mundurnya untuk keluar. Akan tetapi mobil itu belum juga keluar sampai istriku melihat ada slot kosong di sebelah kiri tidak jauh dari tempat berhenti  mobil putriku, dan tempat itu akhirnya yang diambil.

Angin sepoi-sepoi menerpa kulit wajah dan tanganku ketika aku keluar dari mobil seolah menambah nikmatnya hawa yang sudah mulai dingin di sore tanggal 25 Nopember ini, tepatnya di depan gedung mesium Louvre pinggir laut Pulau Sakdiyat.  Taman yang terlihat baru saja selesai pengerjaannya masih memperlihatkan tanah berwarna kemerahan yang masih belum sepenuhnya tertutup  oleh lebatnya tanaman di atasnya. Tempat-tempat sampah berwarna kehitaman terasa bagus dan mewah karena terbuat dari bahan semacam fiberglass. Lampu-lampu taman yang masih belum menyalakan diri terlihat tertata apik. Tempat menunggu taksi dapat memaksa para calon penumpang untuk antri apabila ingin naik taksi. Kursi-kursi dipasang di dekat tempat menunggu taksi.  Orang-orang banyak melakukan foto-foto mengambil latar belakang gedung musium. Di pinggir laut sebelah gedung musium terlihat banyak seperti tiang pancang-tiang pancang berwarna putih yang sengaja dibuat begitu mengingatkan aku pada suatu tempat di pantai daerah Kaamal, Madura pada tiang-tiang yang dipakai sebagai tempat tambat peraahu-perahu kecil nelayang setempat. Dari dekat musium tidak bayak berbeda penampakannya dibandingkan dengan dari kejauhan, hanya saja perasaan menjadi berbeda ketika berdiri dekat dengan gedung musium. Suasana taman dan desiran angin pinggir laut serta lalu-lalang pengunjung sungguh memberikan rasa nikmat tersendiri apabila dinikmati. Atap gedung musium yang memiliki ciri tersendiri sebagai aikon tidak aku pernah mengerti apa maksudnya. Dari luar gedung menampakkan seolah cahaya matahari pasti dengan mudah dapat masuk ke dalam gedung musium dengan rancangan atap seperti berlubang-lubang. Semua dinding gedung didominasi oleh warna putih, namun atapnya berwarna coklat tua mendekati gelap.

Setelah istriku selesai mengambil foto-foto di depan gedung musium, lalu menuju ke arah pintu masuk gedung. Jalan masuk gedung dibagi dua jalur dengan pembagi darurat yang terbuat dari tali berwarna putih. Tiang setinggi dengkul pengikat tali yang berada di paling ujung depan pintu dipasangi satu papan darurat yang memberikan petunjuk dua arah, bagi mereka yang masih belum membeli karcis diarahkan ke jalur kiri sedangkan bagi mereka yang sudah membeli karcis melaui online diarahkan pada jalur sebelah kanan. Aku dan rombonganku memilih jalur sebelah kiri karena tidak satupun dari anggota rombonganku yang telah membeli karcis melalui online. Setelah melalui jalur kiri aku langsung menuju konter penjualan karcis. Aku lihat para pengunjung yang sedang antri untuk membeli karcis sudah mengular di dalam jalur berliuk-liuk yang mengarah ke konter penjual karcis. Aku lambatkan langkahku untuk memberikan kesempatan kepada putri dan menantuku yang akan membelikan karcis bagi anggota rombongan. Konter dibagi menjadi dua bagian, yang sebelah kanan khusus untuk pembeli karcis dengan memakai uang tunai dan yang kiri khusus bagi pembeli yang ingin memakai kartu kredit atau semacamnya.

Aku harus sabar menanti sampai pada giliran rombonganku. Tadi ketika aku dan rombongan masuk jalur antrian karcis ini jam tanganku menunjukkan tepat pukul 4:30 sore, sekarang setelah menunggu sekitar sepuluh menitan aku dan rombongan baru dapat berhadapan langsung dengan petugas konter. Istriku sudah menyiapkan uang untuk aku dan dia, putriku dan suaminya yang sedang menghadapi petugas penjual karcis akan memesan karcis masuk sekaligus untuk berlima. Putriku menolak uang pengganti ketika istriku memberikan uang tunai untuk biaya karcis untuk aku dan istriku. Aku ambil dua panflet di atas  meja konter, panflet-panflet yang memberikan informasi ssekilas tentang musium Louvre Abu Dhabi ini. Sambil berjalan keluar area konter aku membaca panflet-panflet yang ada di tanganku. Lalu aku berlima mulai memasuki ke dalam musium. tempat barang-barang bersejarah dipajang.

Ada dua penjaga pintu masuk yang berpakaian jas dengan bawahan serba hitam, mereka juga berdasi hitam nampak kontras karena dipadu dengan baju berwarna putih, yang satu adalah seorang wanita paruh baya berkulit lebih putih dari kulitku dan yang lainnya lagi adalah seorang pria dengan postur lebih tinggi dan lebih gelap warna kulitnya dibandingkan dengan aku. Keduanya memegang detektor untuk skan karcis masuk para pengunjung. Aku memilih seorang wanita saja karena dia yang lebih dekat dengan jalan yang aku lalui.

Sebelum memasuki lorong menuju ruangan-ruangan tempat barang-barang dipajang, tiba-tiba langkahku terhenti karena melihat seperti buku-buku yang sedang dipajang. Dalam hatiku bertanya apakah buku-buku  itu gratis ataukah harus membeli apabila ingin memilikinya, perasaanku mengatakan bahwa mereka gratis karena di negara ini banyak panflet, majalah ataupun koran yang bratis. Aku tetap tak beranjak di tempat seperti hall di mana di sebelah kanannya adalah tempat buku-buku atau pamflet-panflet tebal dipajang. Aku hampir saja menghampirinya sebelum aku menyadari bahwa buku dan panflet itu nampaknya dipajang di jalur jalan keluar setelah selesai masuk ke dalam ruangan tempat pemajangan barang-barang. Aku lalu memilih jalur ke arah kiri seagaimana anggota rombonganku telah melangkah mendahului aku dan bergerak memasuki ruangan-ruangan tempat barang-barang di pajang.

Begitu aku memasuki ruangan pertama tempat pemajangan barang, mataku seakaan terhipnotis dengan pajangan tiga tempat kuno untuk air atau mungkin juga teh di ruangan pertama ini. Aku coba mendakati  mereka. Satu diantaranya yang pertama aku perhatikan adalah yang terbuat dari bahan semacam kulit kerang nampak berwarna-warni akibat terangnya sorotan lampu ruangan, dia adalah tempat teh yang berasal dari Turki, dia adalah tempat teh peninggalan dari Kerajaan Dinasti Ottoman. Dan yang satunya lagi yang berada di sisi kirinya adalah tempat air teh atau air yang terbuat dari tembaga, dia berasal dari India. Sedangkan satunya yang paling kanan adalah tempat teh yang terbuat dari guci yang merupakan peninggalan dari suatu Dinasti di China kuno. Aku pikir pasti barang-barang itu harganya pasti mahal, untuk itu aku cukup lama memperhatikannya. Setelah melihat barang-barang itu aku jadi teringat pada sebuah lagu yang dipopulerkan oleh kelompok band tahun tujuhpuluhan, Queen,  judulnya, "Killer Queen". Di dalam benakku aku mencoba untuk menyikannya terutama untuk bait-bait yang pertaama.

Aku berniat bahwa aku ingin betul-betul memperhatikan seteliti mungkin semua barang-barang yang dipajang di dalam musium ini, sehingga aku mengatakan kepada istriku bahwa aku mungkin akan berjalan lambat dan apabila ia ingin lebih cepat, maka aku persilahkan, dan dia memenuhinya, maka aku berjalan sendirian karena rombonganku berjalan lebih cepat dari aku.

Aku lihat satu per satu hampir semua barang-barang yang dipajang, bahkan aku membaca judul-judul dari barang-barang yang dipajang yang tertulis pada kertas di bawah barang-barang itu. Walalupun aku membaca hanya judul, asal dan tahun beredarnya, itupun dapat memakan waktu dan dapat  membuat yang menunggu aku kehilangan kesabaran. Aku terus saja memperhatikan satu per satu, aku baca semua judul keterangan barang-barang yang aku lihat, aku sampai lupa bahwa aku datang bersama rombongan. Aku sekali melihat ada seorang guide lelaki berbaju orang lokal sedang menerangkan kepada pengunjung. Aku jadi tidak enak sendiri khawatir kalau guide itu merupakan orang bayaran yang harus dipesan terlebih dahulu, lalu aku meninggalkan si guide itu seketika aku merasa tidak enak. Aku juga melihat guide seorang wanita berpustur dari Asia Selatan, tapi aku mengacuhkan juga karena aku merasa bahwa dia merupakan guide bayaran.

Yang aku tertariki juga pajangan tentang Agama yang pernah ada di bumi ini. Utamanya Agama-agama yang masih eksis saat ini, mulai dari agama Bhuda, Hindu, Kristen dan Islam. Aku mencoba mengartikan sendiri tentang patung-patung yang dipajang dari hasil peninggalan agama-agama yang aku sebutkan di atas kecuali Islam yang aku tidak melihat adanya patung yang dipajang kecuali lukisan dan tulisan terutama dari kitab suci Alqur'an. Ada patung yang menggambarkan seorang lelaki tak berpakaian kecuali bagian auratnya dengan perut gendut sedang memegang semacam pentungan. Ada patung seorang wanita dengan empat tangan yang nampak sedang menari. Ada beberapa patung lelaki yang memang benar-benar telanjang kecuali memakai  kain yang diselendangkan di atas pundak dan tangannya, akan tetapi pada kemaluannya yang seharusnya ada sebagai pengganti dihilangkan bahkan ada setelah dipotong diganti dengan tanda bintang yang terbuat dari seng, tidak seperti yang aku lihat di Paris, alat kelaminnya dibiarkan utuh kecuali memang telah rusak. Terakhir di bagian ini aku mampir di tempat di mana Alqur'an dipajang, Alqur'an sejak dari jaman awal Islam di mana huruf-hurufnya terasa susah untuk aku baca walaupun tulisannya terasa masih jelas.

Aku jadi teringat dengan kisah Ibnu Batutta yang dipajang di Ibnu Batutta Mall, Dubai ketika aku melewati tempat khusus yang memajang tentang geografis kuno, alat-alat yang dipajang penampakannya mirip dengan apa yang dipajang di sini, ada gambar beberapa peta yang telah dipakai oleh mereka sebagai petunjuk dalam perjalanan berlayar di lautan, ada juga replika bola dunia yang dilengkapi dengan alat ukur pembaca posisi, dan lain sebaagainya yang berhubungan dengan ilmu bumi. Sungguh sekali lagi aku terasa takjub dibuatnya,  bagaimana mereka dapat membuat peta-peta itu dengan teliti dan detail sementara peralatan seperti satelit belumlah juga ada.

Kini aku memasuki daerah kerajaan-kerajaan yang pernah muncul di dunia ini, walaupun yang dipajang adalah tidak selengkap kejadian yang sebenarnya, akan tetapi di dalam musium ini aku rasa cukup banyak koleksinya. Berbicara kerajaan, maka tidak lepas juga harus berbicara siapa penguasanya. Ada tempat-tempat mummi yang sepertinya terbuat dari kayu dari kerajaan Mesir kuno. Ada patung-patung yang diambil juga dari kerajaan Mesir kuno. Serta tulisan-tulisan yang sepertinya ditulis kembali pada sehelai kain panjang menurut tulisan di bawahnya yang pernah dipakai sebagai kain pembalut mummi pada jaman kerajaan Mesir kuno. Ada pula patung-patung kecil yang konon ditemukan bekas dari kerajaan Bangsa Maya di Mesiko dan sekitarnya. Ada pakaian perang khas bekas kaisar Jepang di mana dipakai ketika sedang melakukan upacara khusus. Ada juga baju perang yang terbuat dari besi pelat tipis lengkap dengan pelindung kepala di mana baju itu merupakan baju canggih untuk berperang pada saat itu. Aku kini sedang melihat-lihat alat-alat tukar menukar atau uang di jaman yang lalu akan tettapi sebelum aku menyelesaikan acara melihat semua yang ada di dalam bagian ini, aku mendapatkan panggilan tetefon dari istriku untuk yang ketiga kalinya, maka aku cepatkan langkahku bahkan terkadang aku lewati saja barang pajangan yang aku anggap tidak terlalu aku senangi.

Aku coba untuk melambatkan lagi langkah kakiku ketika aku melewati bagian seni. Walaupun seni pasti ada hubungannya dengan masa suatu kerajaan atau dinasti, akan tetapi benda seni memiliki suatu harga yang bernilai. Pahatan-pahatan patung dan senjata yang mereka pakai dapat terlihat jelas digambarkan oeh pemahat-pemahat jaman dulu. Pahatan-pahatan gambar bercorak anggota tanaman yang terpahat pada lembaran daun pintu pada suatu jaman kira-kira sekitar seribu limaratus tahu yang lalu masih dapat dilihat. Tidak ketinggalan juga ada patung yang dipajang berasal dari Papua, patung dari seorang penduduk Papua yang sedang duduk dengan lutut yang dilipat dan dengan pahatan hidung yang lumayan besar dan terbuat dari kayu berwarna coklat tua kehitaman. Aku teliti dengan seksama, aku jadi teringat patung-patung pahatan dari suku Samat Papua. Semua mata tertuju pada lukisan seseorang yang sedang naik kuda yang ditempelkan tepat di dinding tembok yang berada di tengah di mana di sisi kanan dan kirinya merupakan jalan menuju ke ruang di belakangnya. Bahkan aku lihat banyak orang yang sedang melakukan memotret dirinya sendiri dengan latar belakang lukisan sebesar kira-kira ukuran orang dan kuda aslinya. Agar penasaranku menemui jawaban, lalu aku mendekatinya, aku rupanya sudah sering membaca nama si pengunggang kuda berbaju formal tahun pertengahan dengan kuda yang sedang mengikik yang berdidi di atas kedua kaki belakangnya dan kedua kaki depannya diangkat sambil ditekuk ke atas pada lukisan itu, dialah Napoleon Bonaparte. Setelah melalui lukisan itu aku sudah mencium bahwa pintu keluar sudah semakin dekat.

Aku lanjutkan saja terus menuju jalan yang ujungnya entah di mana sampai aku menemukan lift dan di sebelahnya adalah tangga turun dengan tanda panah mengatakan bahwa di bawah sana ada arena khusus untuk musium anak-anak. Aku menuruti saja tanda panah menurun dan tidak memilih masuk lift dengan harapan aku dapat singgah di tempat yang ditunjukkan oleh papan petunjuk agar mengetahui barang-barang yang sedang dipajang untuk anak-anak. Dugaanku tenyata tidak benar, ruangan yang mungkin untuk anak itu masih tidak ada barang yang dipajang, sambil aku clingak-clinguk telefon genggamku berbunyi, dan yang aku lihat di layar lelefonku adalah istriku. Aku jawab bahwa aku sudah dekat dan sedang menuju ke pintu keluar, dan aku tutup telefonku ketika aku lihat putriku sedang menjawab telefonku sedang duduk berjejer dengan keempat anggota rombongan membelakangi aku. Dan aku kini sudah keluar arena tempat barang-barang musium Louvre dipajang.

PENUTUP

Ketika aku keluar gedung dan akan memasuki areal parkir, aku masih saja terpengaruh suasana barang-barang yang sedang dipajang di dalam musium tadi. Pikiranku ingin memberikan suatu penilaian, lalu aku mencoba mengeluarkan penilaianku itu dengan mengucapkannya kepada menantuku, aku katakan bahwa kalau aku harus menilai tentang keadaan barang-barang yang dipajang tadi adalah "bagus" atau "good", bukan luar biasa atau "excellence", dimana penilaianku itu diiyyakan oleg dia. Penilaian itu didasari kepada ingatanku pada musium Louvre yang ada di Paris. Akan tetapi, agar lebih jelas dalam membuktikan pendapatku itu penulis sarankan agar pembaca mengunjunginya sendiri, karena penilaian yang aku sebutkan di atas  merupakan penilaian pribadi. Ibarat menilai rasa asam dan manisnya buah jeruk, aku yakin antara orang satu dan lainnya akan berbeda, untuk itu rasakanlah sendiri sebelum mempercayainya.

Aku jadi membayangkan keadaan musium di Indonesia, untuk membawa pengunjung untuk berkunjung saja aku pikir sangat sulit,. Pengunjung biasanya ada atau datang karena ada program untuk murid-murid sekolah yang sedang melakukan kunjungan.  Bahkan ada suatu berita di tanah air bahwa suatu musium dibiarkan tidak terawat karena tidak memiliki dana untuk melakukan perawatan. Dan yang lebih tragis lagi adalah, isi barang-barang berharga milik suatu musium ditukar dengan yang palsu, diembat, dicuri oleh oknum demi keuntungan pribadi tanpa menghiraukan nilai yang terkandung pada barang yang sedang dijahili. Aku tidak ingin membicarakan keadaan musium di tanah air lebih panjang lagi, selain aku hanya mengetahui dari berita, aku tidak ingin menjadi lebih sedih lagi dibuatnya.

The END.

Medeo: Abu Dhabi, 30/11/2017.

Friday, June 09, 2017

SIAPAKAH KITA?

UMUM

Tulisan ini mulai dibuat pada minggu terakhir acara kampanye Pilgub DKI atau yang biasa disebut Pilkada DKI, 2017. Dimana Pilkadanya sendiri hanya tersisa hampir satu minggu lagi. Hiruk-pikuk perjalanan Pilkada DKI kali ini memang secara politik luar biasa panasnya. Barangkali, adalah suatu kelumrahan apabila Pilkada Ibu Kota suatu negara menjadi perhatian hampir semua masyarakat yang berada di negara tersebut, bahkan mungkin perhatian dari masyarakat yang berada di negara luar. Demikian pula dengan Pilkada yang sedang terjadi di Ibukota Indonesia, Jakarta. Namun gaung benturan antara kubu yang akan bertarung sungguh berada di luar koridor peraturan Pilkada itu sendiri. Apabila disimpulkan secara serampangan, maka antara kubu yang satu dan kubu yang lainnya seolah-olah mereka sedang bersaing bukan antara sesama Warga Negara Indonesia, seolah-olah antara mereka tidak saling menginjakkan kaki mereka pada bumi Indonesia, seolah-olah mereka tidak menggunakan Bahasa Nasional yang sama yaitu Bahasa Indonesia, bahkan seolah-olah mereka tidak menggunakan UUD dan Dasar Negara yang sama pula.

Penulis sebagai warga negara walaupun sedang menetap di Luar Negeri lebih dari 23 tahun, masih senang juga terus mengikuti perkembangan Pilkada DKI melalui beberapa media sebagaimana masyarakat Indonesia yang lain baik mereka yang menetap di Tanah Air ataupun di Luar Negeri. Apalagi saat ini suasananya sungguh penulis anggap sangat luar biasa panasnya. Hal ini bukan hanya panas di bidang politik saja, akan tetapi panas juga di bidang-bidang lainnya terutama seperti bidang sosial.

Tentu sebagai warga negara, penulis tetap akan berharap bahwa bagaimanapun panas-dingin suhu akibat politik Pilkada ini dapat berakhir dengan damai, sehingga hal ini akan menambah kedewasaan masyarakat Indonesia didalam berdemokrasi.

Tulisan ini sengaja diberi judul sesederhana mungkin karena yang tampak dan dapat diamati bahwa dari suhu politik yang ada dan dengan reaksi individu masing-masing didalam memberikan reaksi terhadap suhu itu sebenarnya dapat memberikan suatu indikasi terhadap individu itu sendiri, yaitu sebenarnya siapakah si individu itu sendiri. Ini bukan akan membahas tentang kecendrungan individu condong ke pihak (baca Cagub) yang mana atau mendukung Partai yang mana, ini hanya ingin melihat sifat dari diri kita ketika melakukan reaksi terhadap apa yang terjadi selama proses Pilkada, hal ini untuk menentukan siapa sebenarnya diri kita ini.

TITIK AWAL

Seperti yang telah diketahui sejak sebelum rentetan pelaksanaa Pilkada DKI 2017 dimulai, KPU(D) telah memberikan pengumuman bahwa semua calon yang ingin bertarung pada Pilkada ini harus memenuhi suatu persyaratan yang telah ditentukan oleh Undang-Undang Pilkada yang berlaku. Yang pasti, calon-calon yang akan dipilih dapat diusulkan dan dikatagorikan menjadi dua katagori. Yang pertama melalui non-partai atau biasa dikenal dari calon independen, dan yang kedua melalui Partai Politik. Kedua katagori ini memiliki aturan dan persyaratan masing-masing. Yang manapun yang akan ditempuh memerlukan persyaratan yang tidak mudah.

Untuk katagori yang pertama, yaitu seorang calon mencalonkan diri dari jalur non-partai yang lebih dikenal dengan istilah jalur independen, adalah mencalonkan diri sesuai dengan kehendaknya sendiri dengan persyaratan utama harus didukung oleh warga setempat (dimana Pilkada itu diselenggarakan) minimal sebanyak 6,5 sampai dengan 10 persen dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pilkada sebelumnya dengan bukti salinan identitas yang berlaku (Kartu Tanda Penduduk, KTP). Persentase itu tergantung dari jumlah DPT dimaksud.

Untuk DPT sampai dua juta orang dipersyaratkan mengumpulkan KTP 10% dari DPT-nya, dan untuk DPT lebih dari dua juta orang sampai dengan enam juta orang KTP yang dikumpulkan minimum harus 8,5% dari DPT-nya. Sedangkan untuk DPT antara enam juta sampai dengan duabelas juta orang harus mengumpulkan KTP minimum 7,5% dari jumlah DPT-nya. Dan bagi jumlah DPT lebih dari duabelas juta orang, maka minimum jumlah KTP yang dikumpulkan harus 6,5% dari DPT-nya.

Karena pada Pilkada DKI tahun 2012 yang lalu adalah antara enam juta sampai sepuluh juta, maka bagi calon independen yang ingin mencalonkan diri menjadi Calon Gubernur harus mampu mengumpulkan dukungan KTP sekitar 7,5% dari DPT tahun 2012.

Perlu dicatat bahwa, dalam mengajukan diri sebagai calon Gubernur, KPU mempersyaratkan bahwa ketika mencalonkan diri harus mencantumkan juga nama Wakil Gubernurnya. Ini artinya KTP yang dikumpulkan harus pula mencantumkan dukungan bagi keduanya, calon Gubernur dan Wakilnya.

Seperti telah diketahui, bahwa Gubernur DKI non-aktip saat ini yang dikenal dengan nama Ahok, telah akan mencalonkan diri sebagai calon Gubernur untuk pemilihan Gubernur (Pilgub) yang akan datang. Akan tetapi akan maju sebagai calon bukan dari usulan Partai Politik melainkan maju secara independen. Usaha untuk memenuhi perolehan dukungan formal telah dilakukan dan hasilnya sudah memenuhi syarat untuk mengajukan diri sebagai calon dari bukan Partai. Namun ada desas-desus bahwa DPR akan membuat undang-undang baru yang sifatnya akan memperberat persyaratan calon independen. Ada berbagai pendapat mengapa desas desus ini keluar. Akan tetapi isu yang kuat alasannya adalah; persyaratan calon independen dianggap terlalu mudah, sehingga dapat mendeskreditkan usaha Partai Politik dalam mencari calon Kepala Daerah. Orang akan lebih memilih melalui cara independen daripada melalui Partai Politik.

Sepert gayun bersambut, akhirnya Pak Ahok maju sebagai Calon Gubernur melalui jalur Partai Politik. Dukungan simpatisannya yang selama ini telah memperjuangkannya agar dapat maju sebagai Cagub dari jalur independen harus merelakan dan melepasnya untuk maju dari jalur Partai Politik.

Seperti yang telah diketahui, bahwa gaya kepemimpinan Pak Ahok selama ini sangat unik. Pembenahan DKI sana-sini baik secara administrasi dan lapangan, serta gaya ngomong yang ceplas-ceplos terkadang dengan intonasi tinggi dan marah, membuat banyak orang tidak menyukainya walaupun tidak sedikit pula pula yang menyukainya. Sampai-sampai hubungan Pemda DKI dan DPRDnya tidak terlalu harmonis.

Hasil kerja kepemimpinan Pak Ahok nyata terhadap perubahan DKI ke arah yang lebih baik daripada sebelumnya. Pelayanan para Pamong di kantor-kantor Pemerintahan DKI menurut banyak orang menjadi lebih baik. Pujian bagi Pak Ahok seolah mengalir terus akibat setiap tindakan yang dilakukan, walaupun banyak juga yang mencemoohkannya.

Tentu Pak Ahok dibenci juga oleh banyak orang terutama para anggota DPRD dari Partai Oposisi Pemerintah sekarang.  Pak Ahok seolah tidak memperdulikan kepada yang membencinya. Kerja yang dianggap untuk masyarakat DKI lebih didahulukan daripada bergeming pada mereka yang membenci dan memusuhinya.

Tak ada gading yang tak retak, Pak Ahok pasti memiliki kelemahan. Beliau sendiri beragama lain dari kebanyakan masyarakat yang dipimpinnya, lazimnya dari golongan Agama minoritas. Dan bukan itu saja, Pak Ahok dari keturunan minoritas yang berasal dari luar Indonesia. Inilah yang menjadi sasaran empuk para pendukung lawan-lawannya. Ha ini menjadikan suatu titik lemah yang dipandang oleh lawan-lawannya, sehingga apapun program yang telah dijalankan atau yang sedang direncanakan akan dibelokkan dengan tuduhan demi memunculkan dominasi minoritas.

Lain halnya bagi Cagub yang akan mencalonkan diri melalui jalur Partai Politik. Partai Politik (dapat sendiri atau koalisi dengan partai lain) harus meraih minimum jumlah suara sebanyak 25% dari total jumlah suara pada Pemilu yang baru dilalui, atau minimal mendapatkan 20% dari jumlah kursi yang diperebutan dalam Pemilu Legislatip. Hal ini sebenarnya lebih mudah dalam prakteknya karena si Cagup tidak perlu lagi bersusah payah untuk mengumpulkan Kartu Identitas pendukungnya, semuanya akan dilakukan oleh Partai baik melalui jalan koalisi ataupun sendiri.

ARAH SELANJUTNYA

Panasnya pre-kampanye Pilkada (pemakaian kata pre karena walaupun kampanye resmi belum dimulai akan tetapi para Cagub yang akan berkompetisi sudah memulai melakukan promosi diri) ini akhirnya terbentur pada issu yang sangat sensitip. Acara resmi dalam memberikan sambutan di Kepulauan Seribu pada suatu acara resmi di depan suatu komunitas mayoritas Islam Pak Ahok mengingatkan masyarakat bahwa banyak orang memakai surat Almaidah untuk tidak memilih dirinya. Pak Ahok mungkin lupa bahwa dirinya akan selalu diintai oleh para musuh-musuhnya di Pilkada ini nanti. Bagai gayung disambut, ucapannya itu dijadikan pemicu atas dirinya bahwa dia telah menodai Kitab Suci umat Islam dengan mengatakan bahwa ayat Alqur'an tidak benar.

Inilah awal dari malapetaka Pak Ahok yang tadinya semacam orang yang tidak akan tertandingi dalam Pilkada yang akan datang ini telah membuat pernyataan yang sangat sensitip terlepas apa tujuannya. Orang Islam yang tadinya masih ada keraguan walaupun telah menetapkan pilihan kepadanya, akan berubah pikiran untuk mengalihkan suaranya. Banyak yang memperkirakan bahwa apabila Pak Ahok tidak pernah terpeleset membuat pernyataan di Kepulauan Seribu itu, kemungkinan memenangkan Pilgub dalam satu putaran sangat memungkinkan. Akan tetapi jalannnya Pilgub berbicara lain, sehingga walaupun pada Pilgub di putaran pertama menjadi yang paling unggul, namun Pilgub harus dilanjutkan dengan Pemilu seri kedua.

Suasana tidak semakin memihak kepada Pak Ahok, ini terutama setelah ucapannya yang dianggap kontroversial oleh lawan-lawannya itu berujung pada dilaporkannya kepada pihak yang berwajib. Terlebih lagi setelah keluarnya Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengkatagorikan bahwa, apa yang telah diucapkan Pak Ahok di Kepulauan Seribu merupakan suatu bentuk Penistaan terhadap Agama Islam.

BAGAI PERANG BARATAYUDA

Peristiwa di atas menjadikan suasana politik di tanah air khususnya di DKI dan sekitarnya menjadi panas sekali. Demonstrasi yang tadinya tidak memiliki landasan kuat menjadi memiliki dukungan dari fatwa MUI sebagai pengesahan  legalitas atas tuntutan pihak-pihak yang menentang Pak Ahok. Isu-isu Agama dan Ras semakin memuncak.  Tidak jarang seorang tokoh dengan sengaja merendahkan asal-usul ras dari Pak Ahok. Perlawanan dari pendukung Pak Ahok juga tidak kalah sengitnya didalam membela Pak Ahok. Para ahli dan cendikiawan dari kedua kubu saling melontarkan serangan atau pembelaan terhadap Pak Ahok ataupun lawan-lawannya.  Seandainya diibaratkan, maka persiteruan di Media Sosial (Medsos) layak diberi gelar Perang Barata Yuda ala Pilkada DKI di Medsos.

Tak akan terhindarkan lagi adanya godaan bagi banyak pihak. Orang yang tadinya pendiam atau pasif dan susah ditebak turut pula angkat bicara. Apalagi mereka yang sudah biasa aktip di Medsos, mereka seperti tidak akan ada kehidupan apabila belum melihat suasana berita dan atau Medsos setiap harinya. Mereka seolah-olah merasa diinjak-injak oleh pihak seberang apabila tidak memberikan komentar atau serangan balik di Medsos terhadap setiap berita yang berkenaan dengan perkembangan persiteruan antara dua kubu Pilkada DKI ini.

Persiteruan ini tidak dapat menghindari lahirnya idola-idola baru (new idols).  Orang yang tadinya bukan siapa-siapa mendadak menjadi terkenal karena status di Medsosnya menjadi terkenal atau viral. Meraka yang tadinya tidak dikenal mendadak menjadi idola baru karena suaranya telah memberikan semangat atau sedang menohok pihak lawan.

Bully dan olok-olok sudah menjadi suatu kebiasaan yang dianggap normal didalam menjatuhkan pihak lawan. Kawan yang tadinya seperti anak manis mendadak menjadi  sosok  yang harus dibenci bahkan dimusuhi karena perbedaaan dukungan Calon Pimpinan saja. Grup Medsos yang tadinya seperti air tenang tiba-tiba beriak bahkan sampai left atau di-unfriend  dikarenakan perbedaan dukungan. Bahkan pada puncaknya tidak jarang bukan benar atau salah yang dibela melainkan sosok siapa yang harus dibela tidak memperdulikan apapun yang dikatakan oleh yang didukung. Akhirnya pengkultusan terhadap tokoh yang diidolakan secara tersembunyi telah terjadi. Dengan demikian mata hati dan pikiran tidak lagi dipakai sebagaimana seharusnya. Yang penting tokohku tidak layak untuk disalahkan, dan "dia" harus menang apapun caranya dan resikonya.

SIAPAKAH KITA?

Perang di Medsos seolah semakin seru, saling jatuh-menjatuhkan pihak lawan dari berbagai penjuru tidak dapat dihindari lagi. Semua yang terlibat semakin terbuai, sehingga lupa handai tolan yang telah lama bersaamaan. Demikian pula pujian atau sanjungan kepada yang didukung juga silih berganti didalam mempertahankan yang didukung. Semua yang terlibat semakin terbuai dan menjadi lupa diri karena asyiknya didalam pertempuran di Medsos. Dan dengan adanya persiteruan itu terkadang akan membawa diri kita juga ikut terlarut di dalamnya.  Hal ini disebabkan isu Agama, Sosial dan Ras serta Politik tercakup di dalamnya. Perumpamaannya seperti tumbuhan yang tumbuh di atas tanah, ketika banjir datang, maka bagi yang masih tumbuh lemah baik batang ataupun akarnya, mereka akan terhanyut juga. Dan hal ini menyebabkan apa yang tadinya tidak diketahui orang lain tentang pandangan atau kecondongan kita atau seseorang, akan menjadi nampak yang terkadang buram dan terkadang terang benderang. Walaupun penampakan ini bukan berarti tidak akan berubah walaupun adakalanya dan tidak jarang yang permanen.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa reaksi terhadap suatu persoalan terutama yang datang dari bawah sadar sebenarnya dapat membuka, menguak atau menunjukkan identitas diri seseorang, seolah memunculkan "nilai"  asli dari orang tersebut.

Akan tetapi ada bahkan banyak yang melihat persiteruan ini membuat dirinya sendiri tidak dapat menentukan di pihak mana posisinya  harus berpihak. Dia seolah bagai berada di persimpangan jalan. Melihat yang sebelah sisi satunya benar, sebelah sisi lainnya juga benar. Hal ini juga sebagai penunjukan karakter identitas diri dari seseorang diakibatkan oleh kekurang mampuannya didalam melihat dengan jernih persiteruan antara kedua kubu yang sedang berperang, sehingga dia menjadi ragu-ragu. Dia tidak memiliki prinsip untuk berpijak didalam menilai suatu permasalahan yang variannya lebih dari satu (kompleks).

Dari semua itu yang terpenting adalah,  mereka yang sebelumnya tidak teridentifikasi oleh teman di komunitasnya, kini telah diketahui dan bahkan diberi label apakah dia termasuk yang identitasnya serupa dengan teman di Medsosnya atau bahkan bertolak belakang. Teman yang tadinya tidak ada gejolak setelah adanya persiteruan akibat Pilgub DKI menjadi terbelah dua kubu. Bahkan tidak jarang teman yang tadinya suka bersenda gurau di Medsos kini menjadi musush bahkan keluar atau dikeluarkan dari akon kelompok atau akon pribadi di Medsos.

Namun banyak yang lupa mungkin, apakah keadaan setelah persiteruan Pilgub DKI akan masih terus bersiteru tanpa ada kata damai dan tetap bermusuhan? Karena  masing-masing kandidat sebenarnya tujuannya hanya satu, yaitu maju untuk menang dan meraih jabatan yang diperebutkan. Hal ini bukaan karena tanpa alasan, akan tetapi setiap kandidat telah mengeluarkan tenaga, biaya, waktu dan pikiran yang tidak sedikit jumlahnya. Sehingga apabila mengalami kekalahan, maka kerugian-kerugian yang telah dibayar ketika berjuang tidaklah sedikit. Inilah yang mengakibatkan adanya persiteruan yang tidak mengenal batas norma-norma kehidupan bersosial. Bahkan terkadang norma hukumpun diterjang demi untuk memenangkan yang sedang dalam pertarungan. Dan yang dijadikan korban adalah massa yang akan mengikuti Pilgub itu bahkan sampai massa yang berada di luar wilayah DKI ikut juga terpengarus dan bertikai.

Apapun yang telah dan akan terjadi akibat dari Pilgub DKI penulis melihat dari segi positipnya saja, yaitu, semua itu merupakan bagian dari suatu proses didalam mendewasakan Bangsa Indonesia di dalam berdemokrasi. Hal ini dengan catatan, persiteruan di Medsos tidak berlanjut menjadi persiteruan secara nyata yang melibatkan fisik masing-masing untuk menjadi korban. Karena persiteruan fisik akan merugikan siapa saja yang terlibat. Baik kubu yang menang ataupun kubu yang kalah. Semoga apa yang penulis harapkan memang ini yang terjadi, sehingga nantinya menguatkan pondasi komponen bangsa di dalam berdemokrasi. Akan tetapi kini anda sudah dikuak siapa sebenarnya diri anda itu.

End.

Medio Abu Dhabi, 9/6/2017.



Wednesday, June 07, 2017

SEREMONIAL DAN IBADAH

UMUM

Seremonial akan tidak terlalu menarik apabila hanya diartikan secara harfiah saja yang hanya berarti perayaan. Tetapi kalau diartikan secara lugat apalagi jika diartikan lebih mendalam lagi untuk dijadikan suatu istilah, maka kata seremonial akan lebih bermakna. Salah satu maknanya adalah, suatu kejadian yang bersifat simbolis yang dipakai sebagai "tanda" bahwa suatu kejadian yang telah atau yang akan dilakukan, perayaannya sedang dilaksanakan agar diketahui oleh banyak orang. Sederhananya  bermakna, suatu kejadian sebagai tanda yang bersifat simbolis saja bagi suatu peristiwa sesungguhnya yang lebih besar.

Sedangkan ibadah berarti menjalankan perintah Tuhan dengan menjauhi apa yang dilarang oleh Nya. Atau dengan kata lain bahwa ibadah berarti berbuat kebaikan baik untuk dirinya sendiri, orang lain ataupun terhadap lingkungannya serta tidak melakukan perbuatan buruk kepada siapa saja.

Dari kedua istilah yang disebutkan di atas akan tidaklah lengkap apabila tidak mengikuti tren keadaan saat ini, yaitu media sosial atau Medsos. Bahkan pemakaian Medsos saat ini bukan hanya sebagai pelengkap saja akan tetapi sebagai suatu persyaratan sahnya suatu peristiwa yang bersifat serimonial.

MENGAPA MATERI?

Dengan bergesernya tuntutan kebutuhan hidup ke arah materi, maka hampir seluruh kegiatan manusia diarahkan untuk mendapatkan materi. Materi untuk tuntutan kebutuhan sehari-hari. Materi untuk tuntutan lingkungan sosial sebagai hal yang akan dipertunjukkan agar memiliki kedudukan atau nama yang tinggi di tengah-tengah masyarakat sosialnya. Materi yang akan dipakai sebagai warisan untuk anak keturunannya, dan lain sebagainya. Sehingga apapun sulitnya, apapun rintangannya, apapun resikonya dan apapun akibatnya manusia akan melakukannya apabila ada imbalan yang bernama materi yang sesuai.

Apabila menyangkut suatu keinginan untuk mendapatkan materi, orang akan mencari segudang alasan untuk mempertahankan diri membenarkan apa yang telah/sedang atau yang telah dilakukannya, walaupun, terkadang itu sudah nyata-nyata merupakan suatu tindakan yang telah melanggar terhadap hukum yang berlaku. Mulai dari pelanggaran kecil, pelanggaran sedang sampai dengan pelanggaran besar atau berat dan terkadang tidak masuk akal sebagai orang sehat dan orang beradab, yaitu pelanggaran yang disertai dengan kekejaman.

Seorang anak melihat uang yang bukan miliknya, di atas lantai di dalam kelasnya, karena tidak ada orang lain kecuali dirinya ia lalu mengambil dan dipakainya. Anak ini sebenarnya telah melakukan pelanggaran yang dianggap kecil karena mengambil sesuatu yang bukan miliknya walaupun saat itu tidak ada pemiliknya, walaupun itu barang yang beraada di tempat sudah lama tidak ada yang mengambil, akan tetapi apabila bukan miliknya tidak diperbolehkan untuk mengambilnya. Pelanggaran yang dianggap pelanggaran kecil atau sedang adalah mengambil milik orang yang barangnya terjatuh tetapi tidak diketahuinya.

Pelanggaran yang lebih berat lainnya adalah mengambil milik orang lain yang sedang disimpan pada tempat tertentu, dengan alasan membiayai anak sekolah, atau membutuhkan biaya untuk orang tua yang sedang sakit lalu mengambil atau mencuri barang milik orang lain.

Sedangkan pelanggaran yang termasuk berat adalah kebiasaan orang tamak, sudah memiliki penghasilan yang tergolong cukup didalam membiayai kehidupannya sendiri dan/atau dengan keluarganya sehari-hari, tetapi masih juga mengambil yang bukan haknya, seperti melakukan korupsi. Korupsi di kantor tempat ia bekerja dengan menggunakan kekuasaan, posisi, jabatan dan lain sebagainya.

Sedangkan pelanggaran sangat berat misalnya adalah melakukan tindakan kriminal bukan saja hanya dengan mengambil harta benda yang bukan haknya melainkan juga diikuti dengan penganiayaan ataupun pembunuhan pemilik sahnya.

Dorongan ingin memiliki materi secara instan merupakan penyebab paling besar bagi manusia dalam melakukan pelanggaran hukum. Materi merupakan sumber utama dari ulah manusia untuk menjadi tidak toleran lagi. Materi menjadikan manusia untuk tidak merasa takut dalam melakukan sesuatu walaupun itu nyata-nyata melanggar hukum. Demi materi manusia bisa dikatakan akan rela untuk melakukan apa saja. Ketika sedang memikirkan untuk memperoleh materi, manusia seolah-olah akan hidup seribu tahun lagi. Jikalau mampu dunia ini akan ditelan sekaligus. Entah itu dikarenakan takut miskin atau karena memang tamak atau karena keterlaluan.

APA HUBUNGAN ANTARA SEREMONIAL DAN MATERI?

Tekanan pada setiap orang untuk mendapatkan materi sebanyak dan secepat mungkin merupakan faktor utama pengabaian norma-norma hukum yang berlaku. Apalagi, jika praktek untuk mendapatkan materi itu berada di daerah atau tempat yang kurang jelas dari segi hukum yang berlaku, atau dikenal dengan istilah daerah abu-abu, maka memperoleh materi di daerah itu dianggap berwarna putih alias legal.

Dulu banyak hal yang bisa didapat secara gratis, sekarang tanpa imbalan materi akan susah bahkan tidak mungkin untuk didapatkan. Dulu menurunkan atap dan membongkar rumah lama yang akan dibangun kembali akan dibantu oleh para tetangga dekat secara sukarela kecuali si pemilik rumah hanya menyediakan makan dan minum saja ketika waktu makan atau minum tiba, kini untuk melakukan itu harus ada ongkosnya. Dulu untuk menggali kuburan bagi orang yang meninggal dunia di desa-desa tanpa harus mengeluarkan biaya, sekarang penggali kuburan walaupun tetangga dekat yang sedang berkabung harus diberi ongkos. Dulu anak belajar mengaji atau belajar agama di Masjid-masjid tidak dipungut biaya apapun, sekarang..., pelajar diwajibkan untuk menyumbang. Bahkan kini semua yang tadinya dilakukan secara sukarela kini merupakan sebagai pekerjaan utama.

Lalu mengapa semua nilai-nilai itu menjadi berubah menuju ke arah materialistis?. Dimana, apa dan siapa yang telah melakukan kesalahan?. Atau memang semua itu dikarenakan adanya pergeseran nilai, sehingga apapun harus diukur dengan materi?. Penulis tidak tertarik untuk mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan itu karena penulis belum pernah melakukan penelitian untuk mendalami masalah itu. Selain itu, untuk mencari jawaban itu, penulis menganggap sama saja mencari jawaban pertanyaan mana yang lebih dahulu ada, telor atau ayamnya. Akan tetapi penulis lebih tertarik untuk melihat akibat dan dampak terhadap kehidupan sehari-hari.

TIDAK ADA BELAS KASIH

Umumnya setiap keluarga menginginkan anak-anak mereka mempelajari pengetahuan agama sejak usia dini. Seperti yang selalu setiap keluarga ajarkan pada anak-anak mereka bahwa, melakukan kegiatan agama adalah mendapatkan pahala. Bukan itu saja, didalam melakukan setiap kebaikan untuk siapa saja, baik untuk dirinya sendiri, untuk orang lain, untuk lingkungan, untuk hewan sekalipun akan mendapatkan balasan pahala. Itu merupakan kata kunci bagi setiap anak-anak kita.

Ketika anak-anak itu menjadi dewasa dan harus hidup dengan kemampuannya sendiri, maka kenyataan hidup yang dihadapi tidak semudah dan seelok yang dibayangkan. Setiap langkah yang dijalani ternyata memerlukan materi atau tidak cuma-cuma. Sekelilingnya sudah tidak lagi ada orang yang berbuat sesuatu tanpa meminta imbalan materi. Ketika materi tidak lagi tercermin di badan, orang-orang di sekelilingnya terlihat menjauh dari nya. Keadaan ini akan membawa perubahan bagi anak-anak yang tadinya memiliki pendapat bahwa pahala merupakan sesuatu yang bernilai paling tinggi akan berubah secara perlahan ke arah anggapan bahwa materilah yang bernilai paling tinggi dalam kenyataan hidup ini.

Kenyataan di atas akan membawa seseorang mengalihkan prioritas perilaku selanjutnya. Sebelumnya menjadi orang baik merupakan impian kini menjadi orang bermateri lebih menjanjikan. Dengan meninggalkan semua di belakang tanpa kenal lelah yang dikejar hanyalah materi. Kenyataan yang dihadapi adalah dengan materi apapun keinginan akan dapat digapai. Dengan materi semua akan menjadi mudah. Dengan materi semua mata akan memperhatikan. Dengan memiliki materi siapapun akan datang.

Hubungan sesama utamanya didasari atas keuntungan secara materi. Ini sudah menjadi aturan tak tertulis dan berlaku umum. Istilah orang DKI, "Lu.., ya.., lu, que,... ya.., que".

Memang pada kenyataannya sekarang adalah, orang tidak kenal lelah didalam mencari materi. Pagi, siang sore dan malam. Hal ini akan mengakibatkan pada seseorang akan memperlakukan materi sebagai masternya. Bahkan secara tidak sadar seseorang akan dapat menjadi budak daripada yang disebut materi. Budak dalam banyak bentuk. Yang paling ekstrim misalnya diminta untuk menghabisi nyawa orang lainpun akan dilakukan demi imbalan atau mendapatkan suatu materi.

Inilah keadaan sebenarnya kehidupan sampai saat ini, semakin lama lama keadaannya akan semakin lebih parah lagi. Semakin lama ketergantungan manusia akan materi akan semakin tidak dapat dilepas, semakin tidak dapat dipisahkan. akhirnya semua aktivitas hanyalah untuk mendapatkan materi.

IBADAH

Di atas telah ditulis mengenai bagaimana materi itu mempengaruhi kehidupan secara umum manusia sehari-hari. Lalu bagaimana dengan kegiatan ibadah formal manusia kepada Tuhan setelah pengaruh materi melekat?.

Pertanyaan ini yang senantiasa menarik untuk dibahas, dimana, apabila dibahas penulis yakin akan tidak sanggup menjelaskan hanya dalam tulisan blog saja, bahkan pembahasan ini dapat menghasilkan buku, bahkan banyak buku.

Kita barangkali pernah ada yang mengalami hal seperti berikut ini;

Ketika akan menghadiri suatu pertemuan ceramah agama yang biasanya dikenal dengan istilah pengajian agama, atau majelis kajian belajar agama, pasangan anda setelah memakai pakaian untuk menghadiri acara itu masih bertanya kepada anda, apakah pakaian yang sedang ia gunakan itu pantas atau tidak pada acara yang akan di hadiri ini. Serasi atau tidak. Bahkan pertanyaannya lebih jauh lagi apakah tidak memalukan apabila pakaian yang sedang dipakai ini dipakai untuk menghadiri acara seperti itu.

Setelah selesai untuk urusan pakaian, tidak lupa juga harus memilih parfum yang mana yang akan dioleskan ke pakaian atau badan agar baunya dapat serasi dengan acara yang akan dihadiri. Dan seterusnya..

Tanpa disadari sebenarnya pasangan yang sedang menanyakan itu nantinya ingin mendemenstrasikan bahwa dia sedang berpakaian bukan saja bagus akan tetapi agar juga mendapatkan pujian dari yang hadir lainnya. Dengan kata lain, selain mengunjungi ceramah agama dengan pakaian bersih juga menggunakan kesempatan itu sebagai unjuk gigi memperlihatkan pakaian dan atau aksessori yang sedang dipakai.

Contoh di atas mungkin merupakan suatu contoh kecil saja bagaimana ibadah (menghadiri ceramah agama) bagi seseorang yang telah dipengaruhi materialistisnya, sehingga dipakai juga sebagai tempat ajang menunjukkan keakuannya didalam memamerkan pakaian dan parfum yang sedang dipakainya. Inti dari menghadiri pengajian telah dinodai oleh adanya rasa ingin memamerkan pakaian dan atau parfum, sehingga mengharapkan pujian dari siapa yang melihatnya, baik yang diucapkan ataupun yang tidak.

Ada kalanya materi yang disampaikan oleh si Penceramah tidak sepenuhnya didengarkan karena sibuk dengan aktivitasnya sendiri lebih membperdulikan berbicara dengan temannya baik yang duduk di sebelahnya atau teman yang sedang mengobrol melalui media sosialnya. Ini artinya muatan ibadahnya tidak diperhatikan sebagaimana mestinya. Ibadah hanya sebagai judul, akan tetapi isinya adalah ajang pamerkan diri sendiri.

MEDIA SOSIAL (MEDSOS)

Adanya media sosial telah merubah prilaku manusia dalam bersosial. Silaturahmi dapat dilaksanakan dengan ongkos yang lebih murah dengan hanya saling bertemu lewat grup Medsos. Kongko-kongko sambil ngopi dan merokok duduk bersama sudah jarang dilakukan. Gangguan cuaca panas, dingin atau hujan bukan lagi sebagai hambatan untuk terus mengobrol atau berkomunikasi lewat Medsos. Khabar di suatu tempat dapat diketahui secara real time hanya dengan sebutan "share". Ini juga berguna dalam saling berbagi apa saja yang sedang terjadi pada diri sendiri atau di sekitarnya agar secara cepat dapat diketahui bahkan diperhatikan oleh rekan-rekan di Medsos-nya.

Hal ini tidak jarang media ini yang tujuannya memang untuk ajang saling bertemu dijadikan pula sebagai tempat untuk melakukan promosi. Promosi baik untuk kepentingan pribadi akibat dari sambungan lewat ketikan dan foto, juga dipakai untuk ajang promosi jual-beli barang dagangan.  Untuk yang pertama itu adalah sesuai dengan fungsi utama daripada Medsos, maka apabila tidak hati-hati lama kelamaan akan tergelincir dan berakibat sebagai ajang untuk memamerkan diri. Sedangkan untuk yang kedua tentu sejatinya agar menjadikan apa yang akan dijual lebih dikenal oleh kolega di Medsos-nya.

Yang menjadi perhatian di sini adalah pemakaian Medsos sebagai ajang memamerkan diri agar apa yang sedang terjadi dapat diketahui dan dipuja oleh teman-teman Medsos-nya.  Tentu pada awalnya mungkin hanya dipakai sebagai salah satu alat dokumentasi dari kegiatan dirinya. Akan tetapi akibat banyaknya perhatian baik adanya tag "like" ataupun komentar yang bersifat pujian, maka pemasangan update status di Medsos lambat laun akan menggelincirkan orang itu ke arah tempat untuk memamerkan diri. Baik itu berupa kegiatan sehari-hari atau juga dipakai sebagai tempat untuk berkeluh-kesah terhadap permasalahan yang sedang terjadi di selilingnya ataupun yang sedang dihadapi  olehnya guna untuk utamamanya mendapatkan perhatian, simpati selain untuk mendapatkan pertolongan dari teman-teman di Medsos-nya. Walaupun tidak jarang pula dipakai sebagai alat saling pengingat, menasehati dan lain sebagainya.

Dengan  demikian pemakaian Medsos sudah bukan lagi sebagai alat penghubung untuk bertukar pikiran tentang adanya permasalahan yang ada atau topik apapun yang sedang ramai di sekeliling para anggota, melainkan beralih menjadi ajang adu unjuk diri tentang apa yang sedang dilakukannya.  Apakah itu  kegiatan ketika sedang bekerja, bersantai, menyiapkan masakan bagi keluarganya, acara makan di rumah atau acara makan di luar baik bersama keluarga atau handai taulan, bahkan kegiatan ibadah yang sedang dilakukan sekalipun dipamerkan di grup Medsosnya.

Pada peristiwa yang lebih besar bahkan kejadiannya lebih fulgar lagi. Memberikan suatu sumbangan untuk pembangunan suatu rumah ibadah dipajang fotonya di media sosialnya dengan tujuan selain sebagai untuk dokumenntasi juga untuk mendapatkan tag "suka" atau komentar pujian dari teman media sosialnya juga. Akibatnya apa yang telah dilakukan dalam menyumbangkan hartanya untuk pembangunan rumah ibadah telah tercemar oleh rasa keinginan akan pujian dari yang mengetahuinya. Akhirnya, kegiatan pengambilan gambar dirnya ketika melakukan kegiatan lebih penting daripada sumbangan yang diberikan.

Demikian pula bagi yang lain, terutama bagi mereka yang memiliki kedudukan sosial yang baik di masyarakat. Bahkan idak jarang pula seorang pengurus suatu organisasi keagamaan yang hanya mementingkan berfoto-foto (selfi?) untuk dipajang di media sosial ketimbang kehadirannya untuk menikmati kegiatan misalnya mendengarkan materi ceramah dari seorang da'i.

Akhirnya, suatu ibadah itu memang dipandang perlu, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah pengambilan gambarnya yang akan dipakai sebagai dokumen dengan tujuan untuk dipajang di dalam Medsos-nya. Ini artinya, serimonial lebih penting daripada hakiki kegiatan ibadah itu sendiri.

End.

Medio Abu Dhabi,  7/6/'17

FIGUR SEORANG PEMIMPIN

UMUM

Di hampir setiap pertemuan atau diskusi sering muncul topik tentang kondisi tanah air saat ini dikarenakan adanya krisis kepemimpinan di Tanah Air Tescinta Indonesia. Tidak jarang akan berujung pada suatu kesimpulan bahwa, semua keadaan yang ada saat ini dikarenakan figur pemimpin yang tidak disegani rakyat, untuk itu diperlukan seorang pemimpin yang memiliki figur kewibawaan yang tinggi, sehingga ia dapat dipakai sebagai panutan oleh masyarakat Indonesia yang saat ini merasakan ketidakpastian tentang arah tujuan, baik alur roda ataupun pembangunan Negeri ini, bagaimana ia akan berlayar mengarungi untuk mencappai tujuannya.

Permasalahan di atas bukanlah permasalahan saat ini saja, akan tetapi muncul paska tumbangnya Rezim Orde Baru (Orba), suatu rezim yang menerapkan cengkraman di setiap sudut kehidupan bermasyarakat, sehingga rezim Orba dapat mengendalikan kehidupan bernegara sesuai dengan arah yang telah digariskan oleh si Pengusa Rezim.

Banyak orang yang melihat dan membandingkan keadaan masa kini dan masa yang telah berlalu di bawah Orde Lama dan Orde Baru, di mana pada masa lalu pada keduanya memiliki pemimpin-pemimpin yang memiliki figur berwibawa yang menjadi panutan banyak orang. Sehingga suara seorang pemimpin benar-benar didengar dan dilaksanakan. Sedangkan pada masa kini, suara dari seorang pemimpin malah menjadi polemik sebagai pengganti pelaksanaan. Bahkan tidak jarang perintah dari sang pemimpin tertinggi merubah menjadi olok-olok atau cibiran di dalam masyarakat.

Tulisan berikut akan sedikit membahas  tentang perlunya seorang figur untuk menjadi pemimpin suatu bagnsa.  Tentu saja, dikarenakan keterbatasan pengetahuan penulis dalam bidang ini, kemungkinan tulisan ini hanyalah suatu hasil dari pengamatan dan pemikiran yang terbatas, akan tetapi penulis merasa perlu untuk mendokumentasiknnya paling tidak apa yang telah didapat oleh penulis tidak hilang dan bahkan dapat dibagi dengan yang lain.

LATAR BELAKANG SEJARAH

Kepemimpinan Jaman Awal sampai Pertengahan

Manusia sudah mengenal kepemimpinan sejak jaman primitip di mana budaya sudah mulai dipakai oleh manusia di dalam bersosial. Itu dikarenakan di dalam bersosial-budaya akan ada kedudukan dari masing-masing anggota sosial tersebut. Untuk itu seorang pemimpin diperlukan.

Kemudian berkembang dengan dikenalnya Agama, di mana orang yang membawanya merupakan atau dipercaya yang mewakili Tuhan dari agama yang sedang ia bawa, bahkan tidak jarang bahwa si pembawa agama itu merupakan Tuhan dari agama yang dia bawa. Dengan demikian apapun aturan yang keluar dari mulut si pembawa agama, maka itu merupakan apa yang diminta oleh Tuhan dari agama itu. Artinya, apa yang diucapkan merupakan suatu kata suci berupa konstitusi yang datang dari Tuhan melalui seorang yang dianggap dewa, nabi dan lain sebagainya. Mereka itu (para Dewa dan Nabi) merupakan representasi Tuhan kepada manusia, sehingga petuahnya merupakan petuah Tuhan. Dengan demikian secara otomatis dia menjadi pemimpin bagi kaumnya. dan secara otomatis pula akan dihormati oleh kaumnya. Inilah yang menjadikan dia sebagai seorang figur panutan bagi kaumnya. Para Dewa, Nabi atau Rasul atau semacamnya akan memiliki konstitusi, biasanya berupa kitab suci yang diwahyukan kepada mereka. Dan kitab suci inilah sebagai konstitusi untuk kaumnya di dalam melaksakan kehidupan bersosial-budaya sehari-hari, itu termasuk ekonomi dan politik.

Tidak jelas kapan munculnya suatu kerajaan yang dikepalai oleh seorang Raja, akan tetapi sejarah mencatat bahwa pada umumnya pada zaman dikenalnya para Dewa, para Nabi dan sejenisnya dikenal juga istilah Raja sebagai  pemimpin,  itu tertulis di dalam setiap kitab suci agama. Bahkan tidak jarang pula seorang pemimpin sekaligus sebagai pemuka agama. Apabila ini yang terjadi, maka si Raja merupakan pemilik daerah yang dikuasai dan juga dia sebagai perwakilan Tuhan bagi kaumnya.

Apabila si Raja hanya sebagai penguasa saja (tidak termasuk pemuka agama), maka konstitusinya adalah apa yang dia perintahkan dan ucapkan. Akan tetapi apabila si Raja juga sebagai pemuka agama, maka konstitusinya adalah kitab sucinya dan ucapannya. Yang manapun dari keduanya, Raja merupakan sosok figur yang harus ditaati,  apabila tidak, maka akan dianggap pembangkang perintah Raja, yang mana tak seorangpun ingin menghadapi kosekwensi dari pembangkangan perintah Seorang Raja.

Kepemimppinan Setelah Abad 19

Setelah berakhirnya perang dunia pertama, maka kekaisaran Jerman, Rusia, Austria-Honggaria dan Usmaniyah runtuh. Negara-negara baru terbentuk baik di Eropah maupun di Asia akibat jajahan yang ditinggalkan oleh tuan mereka karena kekacauan di dalam negeri mereka sendiri, maka harus turun tahta akibat kalah perang. Lalu dibentuknya Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1919 sebagai kelanjutan dari Perserikatan Bangsa Bangsa yang dikenal saat ini. Serta yang terpenting adanya perubahan Pemerintahan akibat peleburan kelas sosial menjadi lebih demokratis. Hal inilah yang memulai bahwa setiap warga negara adalah sama kedudukannya dalam bernegara.

Akibat dari itu setiap negara menjadi sibuk dalam menyusun konstitusi yang bertujuan mengatur kehiduoan bernegara secara demokratis. Bukan hanya negara yang berbentuk non-monarki saja yang berbenah ke arah yang lebih demokratis, akan tetapi negara-negara yang masih mempertahankan monarki merekapun harus berubah ke arah yang demokratis. Raja yang sebelumnya memiliki kekuasaan absolut kini kekuasaan itu harus dialihkan kepada kehendak rakyatnya. Kerajaan lebih dipandang hanyalah sebagai simbol yang perlu dihormati sedangkan kekuasaannya sudah dipindahkan kepada rakyat melalui sistem demokrasi. Kerajaan tidak lagi mengurusi urusan kenegaraan, rakyatlah yang mengurusinya melalui perwakilan mereka yang telah mereka pilih dan dudukkan di parlemen.

Pimpinan dan konstitusi negara yang sebelumnya berada di dalam genggaman seorang Raja atau Ratu saja, sekarang beralih kepada Perdana Menteri atau Presiden yang telah dipilih oleh kebanyakan rakyat secara demokratis. Dan yang terpenting, mereka (perdana mentri dan presiden) semua harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan konstitusi yang telah disepakati, tidak perduli siapa yang akan duduk di atas kursi puncak pimpinan atau bahkan semua yang berada di dalam negara itu termasuk Raja atau Ratu, para Anggota Perwakilan Rakyat yang duduk di dalam gedung parlemen maupun masyarakatnya, semua harus tunduk kepada konstitusi negara.

Singkat kata adalah, siapapun yang akan duduk sebagai puncak pimpinan di suatu negara demokratis, maka dia harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh semua komponen bangsa dan yang telah tertuang di dalam konstitusi negara, tidak ada pilihan lain, tidak ada argumentasi lagi. Dan rakyat yang berada di bawahnya akan mematuhi perintah pimpinan selama perintah itu tidak keluar daripada konstitusi negara.

PARA PEMIMPIN YANG MELAHIRKAN INDONESIA

Hampir semua lapisan masyarakat sebelum Indonesia merdeka akan mengenal sosok Soekarno, Bapak Bangsa Indonesia. Indonesia yang telah dijajah oleh Belanda selama hampir tigaratus limapuluh tahun lamanya sebenarnya masyarakatnya telah melakukan perlawanan di dalam mengusir penjajah Belanda. Di mana hampir di setiap penjuru Nusantara perlawanan-perlawanan itu telah terjadi terhadap pihak penjajah. Akan tetapi mereka bergerak atau melakukan perlawanan secara sendiri-sendiri baik cara dan tujuannya sesuai dengan kelompok atau wilayah kekuasaan raja-raja daerah itu. Perlawanan mereka berdasarkan atas kepentingan wilayah mereka dan dapat dikatakan tanpa ada yang memberikan arahan tentang arah perlawanan dan perjuangan mereka untuk menyatukan seluruh wilayah Indonesia agar terbentuk sebuah Negara Kesatuan Indonesia. Yang terpenting bagi mereka agar wilayah mereka tidak dieksploitasi atau diduduki oleh penjajah.

Kira-kira di awal abad ke sembilan belas baru ada organisasi-organisasi kepemudaan atau nasionalis bermunculan yang kemudian dapat dipakai sebagai kendaraan untuk menuju suatu tujuan yang sama, yaitu untuk mengusir penjajah dan membentuk Negara Kesatuan Indonesia.  Pendek kata, dari sinilah akhirnya muncul nama para tokoh besar,  lalu diikuti dan dilanjutkan oleh penerus berikutnya serta diikuti oleh figur-figur lain yang akhirnya dapat melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Figur Soekarno merupakan suatu figur pemersatu untuk tujuan yang sama itu, utmanya yaitu mengusir penjajah dan membentuk Negara Indonesia yang merdeka. Soekarno seolah merupakan simbol perjuangan ke arah pembentukan suatu Negara Kesatuan Indonesia.  Ucapan-ucapannya melalui pidato dan orasinya menjadi sebuah arahan bahkan perintah yang memberikan alur ke mana semua masyarakat seantero Nusantara harus bergerak. Sehingga tidak jarang Soekarno menjadi sasaran pihak penjajah Belanda, baik itu penangkapan, pemenjaraan, serta pembuangan ke wilayah di luar Pulau Jawa.

Tipikal perjuangan yang dilakukan rakyat Indonesia waktu itu merupakan tipikal yang berlaku umum di dunia. Ambil contoh perjuangan yang dilakukan oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), mereka memerlukan sosok pemersatu mereka yaitu mendiang Ketua PLO, Yaser Arafat. Perjuangan yang dilakukan oleh rakyat China dalam melawan Dinasti Qing. Serta banyak lagi contoh yang membutuhkan peran seorang figur didalam pencapai tujuannya.

Demikian pula dengan Indonesia, perjuangan di bawah pimpinan Soekarno merupakan sesuatu yang diperlukan di dalam mengomandoi arah jalannya perjuangan agar dapat menghasilkan sesuatu yang seragam dan fokus pada satu tujuan. Hal ini dikarenakan tidak adanya rujukan lain sebagai aturan layaknya sebuah negara yang memiliki suatu konstitusi. Artinya, konstitusi ketika Indonesia belum merdeka adalah ucapan Soekarno.

Di sinilah menariknya. Figur itu diperlukan untuk mempersatukan tujuan sebagai pengganti konstitusi. Lalu pertanyaannya adalah;

Apakah pada suatu negara yang sudah memiliki konstitusi masih diperlukan seorang figur sebagai pemimpin?

Jawabannya bisa "iya" bisa juga "tidak", akan tetapi untuk memastikan hal ini marilah kita lihat pemaparan berikut ini.

Seperti telah dijelaskan di atas, ketika suatu masyarakat memperjuangkan kepentingannya untuk memperjuangkan suatu negara yang merdeka, sebenarnya masyarakat itu harus memiliki suatu konstitusi sebagai pegangan yang dapat mengarahkan, mengomandoi dan memberitahu tentang arah dan batasan perjuangan mereka. Karena negara belum terbentuk, maka konstitusi juga belum ada. Hal inilah yang menyebabkan dijadikannya ucapan pemimpin pergerakan sebagai konstitusi itu sendiri. Atinya konstitusi ketika negara belum terbentuk adalah ucapan dari pemimpinnya itu sendiri. Lain halnya apabila perjuangan suatu masyarakat yang sudah memiliki negara, arah perjuangannya adalah konstitusi negara itu sendiri sebagai haluan negaranya.

IBARAT DOKTER DAN PASIEN

Pada suatu negara merdeka dalam menuju kepada cita-cita nasionalnya bukanlah sesuatu hal yang mudah bagaikan membalik telapak tangan, akan tetapi memerlukan perjuangan yang berat juga tentunya. Sebagai contoh adalah Indonesia, sejak merdeka sampai sekarang berbagai peristiwa kecil sampai yang besar dan bahkan sampai memakan banyak korban jiwa telah dialaminya. Adanya pemberontakan Madiun, DITII, Peristiwa Gestapo atau G30-S dan lain sebagainya.

Sampai sekarang apabila ditanyakan kepada setiap penduduk Indonesia, sampai dimanakah cita-cita Bangsa saat ini?.  Tentu tidak ada yang dapat menjawabnya secara tepat. Bahkan mereka akan lebih setuju jika Indonesia saat ini sedang sakit komplikasi, jangan ditanya tentang sampai di mana jalan cita-cita bangsanya, akan tetapi tanyalah bagaimana Indonesia dapat sembuh dari sakit yang sedang dideritanya ini.

Katakanlah Indonesia (baca seluruh komponen bangsa Indonesia) memang betul-betul sakit (komplikasi), maka akan diperlukan seorang pemolong untuk menyembuhkannya, katakanlah dokter. Dokter ini merupakan seorang yang memang sudah dipilih oleh kebanyakan rakyat Indonesia, sehingga dia dinobatkan sebagai dokter pribadi Indonesia selama 5 tahu ke depan.

Setelah dilakukan suatu diaognosa dan diketahui penyakitnya, lalu dokter memberikan cetak biru untuk program penyembuhan, dan dibuatlah program penyembuhannya. Mulai dari program tidur dan istirahat lainnya, makan, minum, olahraga dan hiburan,serta obat yang harus dikonsumsi. Itu semua demi untuk penyembuhan penyakit yang sedang diderita oleh pasien yang disebut Indonesia.

Di sini ternyata ada 3 unsur untuk mencapai tujuan penyembuhan si pasien yang sedang sakit, Indonesia. Pertama adalah si dokter, kedua adalah programnya, dan yang ke tiga adalah si pasien yang sedang sakit yaitu Indonesia.  Dari ketiga unsur itu akan saling tergantung satu dan lainnya, apabila salah satunya tidak ada, maka mengharapkan kesembuhan si pasien akan sulit dilakukan, bahkan dapat dikatakan mustahil untuk disembuhkan. Si dokter harus memantau perkembangan si pasien, si pasien harus disiplin dalam menjalankan program yang telah diberikan oleh si dokter.

Demikian pula bagi Indonesia, si dokter (baca pimpinan negara) harus serius didalam menangani pengobatan untuk kesembuhan pasien (komponen bangsa) yang sedang ditangani. Program-program yang sudah dibuat harus sesuai dengan konstitusi yang sudah disepakati. Komponen bangsa sebagai pasien harus taat didalam penyelenggaraan bernegara sesuai arahan si dokter/pimpinan. Di sini terlihat bahwa, siapapun dokter yang akan menangani kesembuhan si pasien, si pasien harus disiplin dalam mengikuti apa yang telah dinasehatkan oleh si dokter. Artinya, siapapun pemimpin tertinggi yang mengomandoi duduk di atas kursi komando dalam membawa arah untuk mencapai tujuan sesuai haluan negara, maka semua komponen bangsa harus tunduk kepada aturan atau program yang telah dibuat. Tanpa kedisiplinan si pasien, maka jangan harap kesembuhan penyakit yang sedang diderita oleh si pasien akan dapat disembuhkan.

KESIMPULAN

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan secara sederhana seperti berikut:
  1. Seorang figur itu diperlukan manakala tidak adanya aturan main atau konstitusi yang baku di dalam menjalankan arah tujuan suatu perjuangan.
  2. Apabila aturan main sudah hadir, maka siapapun yang duduk sebagai pemimpin, dia harus menjalankan tugas dalam mencapai tujuan yang sedang diperjungkan dengan membuat suatu program yang sejalan dengan apa yang termaktub di dalam konstitusinya. 
  3. Semua komponen bangsa yang dianggap sebagai bagian pasien dari seorang pemimpin yang sudah dipilih, harus secara disiplin mengikuti apa yang telah dipperintahkan oleh pemimpin terpilih.
  4. Sesuai dengan apa yang telah disebutkan pada titik 2 dan 3, maka seorang figur itu tidak diperlukan karena sudah adanya konstitusi, yang lebih penting dari itu adalah si pasien (termasuk komponen bangsa yang sedang sakit) harus berlaku disiplin di dalam mengikuti apa yang diarahkan oleh si dokter sebagai pemimpin tertinggi negara.
End.

Medio Abu Dhabi, 7/6/'17

Sunday, February 12, 2017

MENCARI DUA SISI MATA UANG, ARTI DAN TUJUAN HIDUP

"Tidak Aku jadikan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku" (QS: Azzuriat-56)

UMUM

Ada orang di sepanjang hidupnya tidak pernah mengerti mengapa dia hidup. Bahkan terkadang ada seorang yang mengeluh tentang hidupnya sendiri dengan mengatakan bahwa, kalau begini keadaan hidup ini, maka mengapa aku harus dilahirkan, aku lebih baik mati saja.

Ada banyak orang mengartikan kehidupan ini dengan tujuan melestarikan keturunan, ada pula untuk mendapatkan kekuasaan dan atau kekayaan. Ada pula untuk mempertahankan golongannya dan ada pula untuk semuanya yang telah disebutkan itu, serta mungkin yang lain semacamnya. 

Tujuan-tujuan yang telah disebutkan di atas itu tidak mudah untuk dicapai bagi seseorang. Tujuan-tujuan itu bisa dikatakan tidak bisa berlaku umum. Untuk memperpanjang keturunan, maka seseorang harus melakukan perkawinan, itupun dengan syarat bahwa diantara pasangannya harus memiliki kemampuan untuk mendapatkan keturunan. Untuk mempertahankan golongan dari kepunahan atau dari kuasa golongan yang lain, maka golongan itu harus berintegrasi hanya dengan gologanya sendiri untuk mendapatkan keturunan dari golongannya sendiri, serta harus tetap kuat agar tidak dikuasai oleh golongan yang lain. Serta tujuan-tujuan lainnya juga akan memiliki persyaratan yang khusus pula dimana pada kenyataannya ada beberapa individu memiliki keterbatasan untuk mencapainya. 

Jika tujuan-tujuan itu yang dicari karena itu sebagai tujuan hidup, maka ada sebagian bahkan banyak orang yang mungkin tidak pernah dapat meraih satu atau semua tujuan hidupnya. Apabila itu yang terjadi tentu akal kita dapat menyimpulkan bahwa seseorang diciptakan dengan suatu kelemahan akan tetapi memiliki tujuan hidup yang tidak mungkin untuk dapat digapai selama masa hidupnya. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa manusia telah diciptakan sebagai individu dengan suatu kekurangan didalam mencapai tujuannya. 

Pertanyaannya adalah, apakah memang demikian tujuan hidup manusia diciptakan?. Suatu ciptaan yang masih memiliki beberapa kelemahan didalam menggapai tujuan hidupnya. Uraian di bawah diharapkan dapat memberikan sedikit penjelasan tentang arti dan tujuan hidup ini sebenarnya.

TERJADINYA ALAM SEMESTA

Seluruh yang ada di dunia ini awalnya tidak pernah ada. Akan tetapi ilmu pengetahuan telah dapat menunjukkan bahwa, seluruh yang ada ini telah diawali oleh suatu peristiwa ledakan dahsyat yang disebut "Big Bang" yang terjadi kira-kira 14,7 milyar tahun yang lalu. Sehingga dari ledakan itu menimbulkan hamburan elemen-elemen materi yang sangat panas dan berenergi tinggi ke seluruh penjuru alam semesta ini. Hal ini yang membuat seluruh elemen-elemen materi tidak dapat saling mengikat.

Perlu dicatat bahwa sebelum terjadinya peristiwa "Big Bang" tak satupun ahli dapat mengungkapkan apa yang terjadi, akan tetapi mereka meyakini pasti ada sesuatu yang kepadatannya sunnguh mahapadat.

Seiring berkembangnya alam semesta saat itu pula penurunan suhu yang disebut "masa pendinginan". Dan pada saat yang tepat akan menimbulkan keseimbangan, dan mulailah tampak kumpulan-kumpulan gas yang merupakan proses awal pembentukan dari semua galaksi di seluruh jagad raya ini. Gas-gas tadi semakin merapat dan menyatu membentuk planet-planet yang menyusun galaksi-galaksi yang ada.

Terbentuknya planet Bumi sendiri dan telah siap menerima kehidupan diperkirakan sekitar 3,5 milyar tahun yang lalu. Hal itu ditandai oleh mulai munculnya kehidupan yang paling sederhana. Galaksi Milky Way sendiri sudah mulai terbentuk sejak kira-kira 9,6 milyar tahun setelah peristiwa Big Bang itu, ini berarti sekitar 5,1 milyar tahun lalu. Seiring dengan mendinginnya suhu di dalam galaksi Milky Way, maka planet bumi mulai terbentuk yaitu sekitar 5 milyar tahun yang lalu. 

Selama 2 milyar tahun proses kehidupan bersel satu dari yang paling sederhana menjadi yang lebih kompleks berlangsung sampai muncul kehidupan bersel banyak. Dan kemudian kehidupan seolah mengalami percepatan selama delapan ratus lipuluh tahun sampai munculnya kehidupan yang lebih kompleks dari yang sebelumnya dan membentuk berjuta jenis tumbuhan, hewan, bakteri, jamur-jamur dan lain sebagainya.

TERCIPTANYA MANUSIA

Yang menarik untuk dibahas terlebih dahulu adalah arti kata "cipta". Ini agar tidak menimbulkan arti yang bermakna jauh dari yang seharusnya. Banyak orang berpandangan bahwa kata "cipta" bermakna menciptakan sesuatu yang baru samasekali dari yang tidak ada samasekali baik secara zat maupun rupa. Namun bukti mengatakan tidak demikian, melainkan kata "cipta" berarti membuat sesuatu yang baru yang awalnya tidak ada secara rupa akan tetapi ada secara zat atau benda, lalu menjadi sesuatu yang baru secara rupa dan bentuk dengan tanpa mengadakan perubahan secara zat. Karena menciptakan sesuatu yang baru dari yang tidak ada samasekali baik secara zat maupun rupa adalah hal yang mustahil.

Arti Kata "cipta" Menurut Agama Islam

Di dalam kitab suci Al-Qur'an diterangkan bahwa manusia itu diciptakan dari tanah, serta malaikat dan iblis dari api;

(QS Al-a'raaf (11 & 12): Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam", maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud (11) .& Allah berfirman "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan Adam dari tanah" (12)

Bahkan dalam ayat lain disebutkan bahwa penciptaan manusia ditunjukkan dalam proses yang nyata yang dapat disimak saat ini, dimulai dari unsur tanah kemudian air mani yang membuahi sel telur, lalu darah dan seterusnya sampai berbentuk rupa manusia yang sempurna sebelum ditiupkan Ruh-Nya ke dalamnya. Lalu si bayi lahir ke dunia dan dimatikan kembali.

Meskipun ada ayat yang menyatakan bahwa ketika Tuhan sedang akan menciptakan sesuatu Dia hanya akan berfirman, "Kun, maka jadilah ia (sesuatu itu)", ini bukan berarti dari yang tidak ada samasekali secara zat dan rupa kemudian muncul zat baru dan rupa baru juga, sepenuhnya bukan hal itu. Jika demikian, maka hal ini tidak sesuai dengan ajaran ayat-ayat yang lain tentang pengajaran Tuhan menciptakan sesuatu yang baru.

Sebetulnya ajaran di atas bukan mengartikan bahwa Tuhan tidak mampu menciptakan sesuatu dari yang tidak ada samasekali secara zat dan rupa menjadi ada secara zat dan rupa baru, bukan..!. Melainkan, Tuhan telah mengajarkan kepada kita bahwa segala sesuatu yang baru itu berawal dari sesuatu yang lama. Segala yang ada di dunia ini tidak akan terjadi begitu saja tanpa adanya suatu wujud awalan sebelumnya.

Untuk keadaan sesuatu berakhir tanpa akhir sudah ditunjukkan oleh ayat-ayat Al-Qur'an dengan firman Tuhan yang menyebutkan bahwa kehidupan di surga dan neraka adalah kekal di dalamnya.

Dengan demikian, seluruh kejadian sampai terjadinya sesuatu yang baru pasti akan memiliki suatu awalan, dan dengan suatu proses berantai yang bersambung secara terus menerus, sehingga segala yang ada tidak akan terjadi secara tiba-tiba tanpa sebab. Dengan demikian semua yang terjadi pasti ada penyebabnya, jika ada penyebabnya tentu ada tujuannya, dan jika ada tujuannya tentu akan ada nilainya. Dengan demikian, maka kehidupan ini memiliki nilai.

Proses terciptanya manusia yang difirmankan Tuhan itu sebetulnya bermakna apa?. Ini sebetulnya Tuhan telah mengajarkan kepada manusia bahwa semua yang ada di alam semesta ini adalah diciptakan dari sesuatu yang sudah ada terlebih dahulu sebelumnya, baik secara zat dan rupa, Tuhan hanya merubah mereka kedalam bentuk yang lain atau rupa baru dengan tetap mengandung unsur zat yang sama dengan bentuk komposisi zat yang diciptakan-Nya. Hal itu dilakukan dengan melalui suatu proses sesuai dengan kebutuhannya.

Jadi, adanya sesuatu yang baru harus diawali oleh adanya wujud lain sebelumnya. Hal ini menunjukkan atau memperkuat indikasi bahwa sebelum adanya alam semesta sekarang yang kita ketahui ini dipastikan telah ada sesuatu terlebih dahulu sebagai bahan awal dari terjadinya wajah baru alam semesta sekarang ini. Dengan demikian dapat disimpulkan entitas alam ini adalah abadi, yaitu "berawal tanpa awal dan berakhir tanpa akhir".

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, kata "cipta" bukanlah menciptakan sesuatu yang baru dari sesuatu yang samasekali tidak ada baik secara zat ataupun secara bentuk/rupa, akan tetapi secara arti fisik adalah merubah (membuat) zat lama dan atau rupa lama menjadi zat baru (baca komposisi zat baru) dan/atau rupa baru. Secara singkat berati mencipta yang dimaksud Tuhan tanpa dapat dibantah lagi adalah merubah atau membuat sesuatu dari yang lama menjadi sesuatu yang baru.

ARTI HIDUP

Tidak jarang seseorang secara sengaja atau tidak, dapat menemui arti hidup ini, baik itu dilakukan dalam proses pencaharian secara sengaja ataupun tidak. Namun banyak dari mereka yang tidak mengetahui bahwa apa yang sedang dicari atau dilakukan itu merupakan pengimplementasian daripada arti hidup yang sebenarnya. Bahkan banyak pula orang yang tidak memahami atau tidak mengetahui samasekali tentang apa sebenarnya arti hidup ini. Hal ini akan mengakibatkan pada seseorang tidak mengetahui pula apa yang harus dilakukan dengan kehidupan ini. Setiap orang menyimpulkan variasi tentang arti hidup ini yang jika dilihat lebih jauh lagi tergantung dari permasalahan yang dihadapi oleh setiap individu itu sendiri. Namun pertanyaannya adalah, apakah benar arti hidup itu sedemikian tergantung dari permasalahan yang dihadapi oleh setiap individu?.

Manusia diciptakan dengan bentuk bangunan yang bisa dikatakan serupa. Walaupun didapati adanya perbedaan dalam warna kulit misalnya, hal itu bukanlah suatu perbedaan yang bersifat kelainan secara hakiki sebagai yang disebut manusia, bahkan dapat dikatakan perbedaan itu dapat diabaikan. 

Tentunya yang disebut manusia adalah berjalan dengan kedua kakinya, memiliki dua tangan yang fungsi utamanya untuk memungut, memiliki kepala di bagian atas badan yang disambung oleh leher berisi otak untuk berpikir, memiki dua mata yang terletak di bagian depan kepala yang berfungsi untuk melihat, ada hidung yang bergunna sebagai jalan  masuk dan keluar udara untuk bernaafas dan mencium, serta di bagian yang sama ada mulut untuk makan dan minum dan berbicara serta dua daun telinga di bagian samping kepala untuk mendengar dan lain sebagainya. Walaupun ada beberapa perbedaan seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, dan yang lainnya pada manusia dari yang satu dengan yang lainnya akan tetapi hal itu tidak mempengaruhi secara filosofis tentang makhluk yang disebut manusia. Hal inilah yang menunjukkan bahwa penciptaan manusia seharusnya memiliki arti hidup dan tujuan hidup yang sama pula (tentang tujuan hidup akan dibahas pada bagian berikutnya) bagi semua yang disebut manusia. Sehingga keduanya baik arti hidup dan tujuan hidup manusia itu harus universal.

Arti hidup yang universal inilah yang akan dicari. Apabila arti hidup ini tidak universal yang berlaku bagi semua yang disebut manusia, maka antara seorang bayi yang dilahirkan dalam keadaan sempurna dan seorang bayi yang dilahirkan cacat akan memiliki arti hidup yang berbeda. Maka antara seorang di tempat dan waktu yang berbeda tidak akan sama arti hudupnya dengan mereka yang hidup di tempat dan waktu yang lain. Maka akan berbeda pula antara mereka yang memiliki warna kulit cerah dengan orang yang memiliki warna kulit gelap. Maka arti hidup bagi mereka yang berbaring di Rumah Sakit karena penyakit tertentu akan berbeda dengan mereka yang sehat. Maka arti hidup bagi mereka yang memiliki jumlah harta yang banyak akan berbeda dengan mereka yang memiliki jumlah harta sedikit atau kekurangan harta. Dan seterusnya karena perbedaan, maka arti hidup mereka akan berbeda pula. 

Inilah yang dapat menuntun kita jika dilihat dari keadilan bagi semua manusia bahwa sebenarnya arti hidup ini adalah universal bagi semua orang. Semua orang akan memiliki arti hidup yang sama karena yang menciptakan mereka adalah Tuhan yang sama (terlepas perbedaan keyakinannya). Serta mereka diciptakan dari bahan yang sama pula. Serta mereka diciptakan dengan suatu proses yang sama pula, dan juga mereka akan kembali menjadi sesuatu yang sama pula setelah melalui kehidupan ini.

Bukan karena setuju atau tidak setuju apabila arti hidup setiap individu itu berbeda. Ini merupakan suatu yang salah arah, dimana akan mengakibatkan satu manusia akan lebih penting dari manusia yang lainnya. Meyebabkan yang satu lebih unggul dari yang lainnya. Menjadi penguasa bukan berarti memiliki suatu legalitas untuk menobatkan dirinya memiliki arti hidup yang lebih tinggi daripada mereka yang dipimpinnya. Bukan berarti seorang pimpinan perusahaan memiliki arti hidup lebih tinggi dari pada para pekerja lain di dalam perusahaan tersebut. Bukan berarti seorang suami memiliki arti hidup yang lebih tinggi dari pada seorang istri. Bukan berarti lelaki memiliki arti hidup yang lebih tinggi daripada seorang perempuan. Bukan berarti orang tua akan lebih tinggi nilai hidupnya daripada anak-anaknya. Dan lain sebagainya.

Jika arti hidup ini berbeda dikarenakan suatu perbedaan tatanan sosial atau warna kulit atau kesempurnaan seseorang, maka dapat diartikan bahwa Sang Pencipta manusia sejak awal sudah memberikan perbedaan arti hidup berdasarkan perbedaan masing-masing. Jika demikian adanya, maka sebutan Tuhan sebagai sosok Yang Maha Adil akan menjadi tanda tanya besar. Sifat Tuhan sebagai sosok Yang Maha Penyayang bagi siapa saja akan menjadi tanda tanya besar pula. Jika arti hidup ini dibedakan karena tempat kelahiran, maka seseorang akan dibebani selama hidupnya dengan beban yang lebih berat dikarenakan telah dilahirkan di tempat yang mengakibatkan arti hidupnya lebih rendah daripada yang dilahirkan di tempat yang lain. Maka seseorang akan terbebani lebih berat dikarenakan telah terlahir dengan warna kulit yang membawa arti hidupnya lebih rendah daripada yang dilahirkan dengan warna kulit yang lain. Maka seseorang akan terbebani lebih berat dikarenakan telah terlahir dengan ras yang membawa arti hidupnya lebih rendah daripada yang dilahirkan dengan ras yang lain. Dan lain sebagainya.

Berpegang pada ketentuan dari Sang Pencipta bahwa semua manusia itu diciptakan untuk tujuan yang sama, dengan demikian, maka dapat dituntut pula bahwa semua manusia akan memiliki arti hidup yang sama pula.

Kehadiran kehidupan di dunia ini bukanlah suatu keadaan yang secara tiba-tiba seperti suatu kecelakaan. Kalau ditilik dari keterangan di atas, maka adanya kehidupan ini diawali dengan adanya "Big Bang" sekitar 14,7 milyar tahun yang lalu. Peristiwanya terus sambung menyambung sampai terjadinya kehidupan saat ini.

Coba anda berdiri di suatu kegelapan malam di mana saat itu langit sedang cerah, dan anda memandangi bintang-bintang yang terlihat begitu menakjubkan. Coba lontarkan suatu pertanyaan sederhana, seandainya salah satu dari bintang atau planet itu pernah melakukan benturan dengan bumi yang kita hidup di atasnya saat ini, apakah akan ada kehidupan ini saat ini di bumi ini?. Apakah anda akan berdiri seperti itu memandangi langit melihat berjuta bintang di atas anda saat ini?. Seandainya salah satu dari leluhur anda dimangsa binatang buas sebelum bertemu dengan pasangan leluhur anda yang lain, apakah anda masih akan dapat berdiri seperti itu saat ini?. Apabila salah satu sel telur dari ibu anda tidak dibuahi oleh  salah satu seperma dari berjuta sel sperma ayah anda yang telah membuat anda dilahirkan saat itu, apakah anda akan dapat berdiri di situ saat ini?.

Tentu pertanyaan-pertanyaan di atas itu apabila dijawab secara logis akan cukup membuktikan dan sekaligus dapat menjawab suatu pokok pertanyaan bahwa, adanya anda hidup saat ini bukanlah suatu kecelakaan yang terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi anda telah melalui suatu proses yang demikian panjang dan dalam pengembaraan yang jauh sejak dari ujung alam semesta yang telah dimulai sejak kira-kira 14,7 milyar tahun lalu. Dan bahkan dengan suatu proses yang rumit sampai pada anda hidup saat ini. Dimana akan memberikan suatu kesimpulan bahwa arti hidup anda terhadap alam semesta ini adalah sama pentingnya dengan manusia-manusia yang lain. Karena merekapun sampai pada kehidupan mereka baik yang sudah mendahului anda atau yang sedang hidup di manapun saat ini ataupun mereka yang akan datang telah memiliki suatu awal proses yang sama, yaitu diawali sejak dari adanya "Big Bang" saat itu. Tidak perduli siapapun mereka, apakah orang cacad, apakah orang normal, apakah orang berambut lurus atau apakah orang yang berambut keriting. Semuanya memiliki arti yang sama jika dilihat melalui teropong atau kacamata seluruh alam semesta ini.

Jika demikian, lalu apa yang menyebabkan arti hidup dari semua manusia itu sama?. Untuk menjawab pertanyaan ini bukanlah suatu perihal yang mudah kalau bukan dikatakan tidak mungkin untuk dijawab. Mengapa? Karena untuk menjawab pertanyaan sederhana inipun juga bukan sesuatu hal yang mudah juga.

Ketika anda dilahirkan anda tidak memiliki bandrol harga. Sehingga nilai anda yang sebenarnya tidak ada yang mengetahuinya. Lain halnya apabila ketika anda lahir anda sudah memiliki bandrol harga, maka anda akan memilki harga dimana harga yang tercantum pada diri anda ketika lahir itu mengartikan adalah arti hidup anda. Dengan kata lain, hidup anda akan bisa dimiliki oleh siapa saja apabila ada orang lain yang mampu membayar sesuai bandrol yang ada terpasang pada diri anda itu. Namun, karena anda sejak lahir ataupun sampai saat ini anda tumbuh menjadi orang dewasa tidak memiliki bandrol harga, maka nilai anda atau arti hidup anda tidak ada yang mengetahuinya.

Coba kita setujui satu hal saja tentang apa yang telah dijelaskan di atas, bahwa siapapun orangnya akan memiliki hak hidup dan hak mencari kehidupan yang sama di dunia ini. Dengan demikian coba pula anda mengunjungi suatu Rumah Bersalin. Katakanlah ada banyak bayi-bayi yang baru dilahirkan. Mereka terdiri dari berbagai macam perbedaan termasuk juga jenis kelamin mereka. Seandainya bayi-bayi itu dijejer sedemikian rupa dari berbagai perbedaan mereka. Lalu tanyakan kepada diri anda sendiri, apakah yang menyebabkan bayi-bayi itu bernilai bagi kehidupan mereka?.

Apabila bayi-bayi itu diibaratkan suatu permata yang masih belum disentuh siapapun, sebenarnya permata-permata itu dapat menjadi berharga mahal apabila dikerjakan dengan benar dan oleh orang yang ahli di bidangnya. Bahkan permata yang masih belum diolah itu dapat berharga murah atau tidak berharga samasekali apabila dikerjakan oleh orang yang salah karena menjadi rusak dibuatnya. Jadi, sebenarnya apa yang tersimpan oleh permata-permata itu adalah sama juga dengan apa yang tersimpan oleh bayi-bayi yang baru lahir di Rumah Bersalin itu. Suatu nilai yang tersimpan itu disebut "potensi diri".

Akan tetapi apabila bayi-bayi itu dinilai sebagaimana mestinya, yaitu sebagai manusia seutuhnya, lalu tanyakanlah hal-hal yang sederhana sampai dengan hal yang tinggi-tinggi. Dapatkah bayi-bayi itu kelak menjadi seorang professor? Dapatkah bayi-bayi itu kelak menjadi seorang direktur suatu perusahaan? Dapatkah bayi-bayi itu kelak menjadi pengusaha yang sukses? Dapatkah bayi-bayi itu kelak akan menjadi pemuka agama? Dapatkah bayi-bayi itu kelak menjadi seorang mentri? Dapatkah bayi-bayi itu kelak menjadi seorang Pemimpin Negara? Dan lain sebagainya.

Atau sebaliknya, dapatkah bayi-bayi itu kelak menjadi orang yang tidak ingin melanjutkan pendidikannya? Dapatkah bayi-bayi itu kelak menjadi seorang pengangguran atau pemalas? Dapatkah bayi-bayi itu kelak menjadi orang yang tidak memiliki harta? dapatkah bayi-bayi itu kelak menjadi orang jahat?. Dan lain sebagainya.

Tentu jawabannya adalah "dapat". Itu tergantung bagaimana dia digali potensi dirinya. Apakah potensi itu digali oleh orang-orang dekatnya dan/atau oleh dirinya sendiri. Yang jelas semua dari mereka sama-sama memiliki suatu kemungkinan untuk menjadi apa saja. Karena mereka semua sama-sama memiliki suatu hal yang disebut "potensi diri".

Mungkin hal ini banyak yang lupa atau tidak memahaminya, bahwa pada diri setiap manusia itu memiliki banyak potensi. Dimana potensi-potensi itulah sebagai nilai anda yang tersimpan. Dan potensi-potensi itu apabila digali dengan baik akan menjadikan suatu nilai yang tinggi pada diri anda. Inilah sebenarnya arti hidup seseorang.

Setiap manusia yang hidup tentu memiliki potensi-potensi dimana untuk memunculkan potensi-potensi itu menjadi suatu nilai hidup memerlukan suatu penggalian secara terus-menerus. Tidak perduli siapa orangnya apabila potensinya digali dengan baik akan menjadikan dia seorang manusia yang bernilai tinggi. Artinya ketika seseorang memiliki nilai yang tinggi, maka dirinya telah melakukan sesuatu di dalam hidupnya dalam arti hidup yang tinggi pula.

Ketika melihat orang yang dalam hidupnya hanya dapat berjalan dengan bantuan kursi roda apabila potensinya digali dengan baik, dia akan dapat lebih bernilai (baca berarti) dibandingkan dengan mereka yang dapat berjalan dengan normal akan tetapi potensinya tidak pernah digali atau digalipun pada jalan yang salah. Ini berarti orang yang telah menggali potensinya dengan baik berarti orang itu telah menjalani hidupnya dalam mencapai nilai hidup yang lebih baik pula. Demikian pula sebaliknya, orang yang tidak menggali potensinya dengan baik berarti dia telah menyia-nyiakan hidup yang bernilai ini menjadi tidak bernilai. Karena dia tidak memaknai arti hidupnya.

Jadi, nilai hidup sebenarnya adalah tergantung dari bagaimana seseorang menggali potensi dirinya sendiri. Semakin baik seseorang didalam menggali potensi dirinya, maka semakin baik pula dalam mengarahkan dirinya untuk mendapatkan nilai hidup yang lebih tinggi. Dengan demikian, maka arti hidup dari orang tersebut akan semakin baik pula. Ini tidak perduli bagaimana dan siapa mereka. Artinya, nilai hidup sebenarnya tergantung dari bagaimana maksimalnya seseorang menggali potensi dirinya dimana potensi diri yang digali adalah arti hidup itu sendiri. 

TUJUAN HIDUP

Coba perhatikan ayat berikut ini:

"Tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku" (QS: Azzuriat-56).

Ayat di atas merupakan suatu tuntutan dari Sang Pencipta jin dan manusia bahwa mereka diciptakan dengan tujuan tertentu, yaitu beribadah. Yang menarik adalah bagaimana memaknai kata "ibadah" ini. Kata ini dapat bermakna dengan cakupan yang luas, bahkan ada yang terpaku pada suatu perbuatan sesuai dengan yang diperintahkan oleh Tuhan. 

Ibadah secara istilah adalah melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Secara umum dapat diartikan agar jin dan manusia selalu berbuat baik, apakah itu untuk dirinya sendiri, apakah itu untuk orang lain, apakah itu untuk lingkungannya, serta apakah itu untuk seluruh alam semesta ini. Karena perintah Tuhan itu pasti untuk kebaikan.

Sayangnya, ketika manusia dilahirkan tidak pula mereka dilengkapi bersama mereka suatu buku pedoman atau buku petunjuk tentang ke mana sebenarnya tujuan hidup mereka. Akibatnya, didalam mencari tujuan hidup, mereka harus belajar dari orang-orang dekat mereka, dari pengamatan lingkungan di sekitar mereka, serta mereka harus belajar kepada siapa saja yang mereka anggap ahli dalam bidang kebaikan baik ahli agama dan/atau ahli dalam ilmu sosial masyarakat. Bahkan akibat dari tidak adanya buku petunjuk pada setiap bayi yang dilahirkan adalah, beberapa dari mereka belajar dari orang-orang dan/atau yang mendapatkan lingkungan yang salah, bergaul dengan orang-orang yang salah, diajari oleh orang-orang yang salah, sehingga mereka tumbuh dengan mengarungi suatu jalan ke arah tujuan hidup yang salah pula.

Tidak sedikit orang yang tidak mengetahui tentang apa tujuan hidup ini sebenarnya. Seperti yang telah disebutkan di awal tulisan ini. Banyak orang menganggap bahwa tujuan-tujuan hidup itu sebenarnya banyak, dan itu tergantung dari permasalahan yang sedang dimiliki oleh orangnya, tergantung dari masyarakatnya dan lain sebagainya. Sehingga setiap orang belum tentu memiliki tujuan hidup yang sama. Sehingga setiap golongan belum tentu memiliki tujuan hidup yang sama pula. Inilah yang akan diulas, apakah tujuan hidup itu memang begitu.

Bagi mereka yang tidak mengetahui tentang arti hidup ini bagaimana mungkin dapat mencapai tujuan hidup mereka. Jikapun ada diantara mereka yang dapat mencapai tujuan hidupnya, maka dipastikan itu dilakukan atas dasar kebetulan saja. Karena untuk memenuhi tujuan hidup itu dituntut mengetahui tentang apa arti hidup ini. Setelah mengetahui tentang arti hidup yaitu memaksimalkan dalam menggali potensi dirinya, lalu dalam mencari tujuan hidup adalah bagaimana potensi itu digunakan untuk tujuan "ibadah". 

Dari hasil penggalian potensi yang sudah maksimal itu seseorang harus berusaha untuk melakukan kebaikan dalam arti, apakah itu kebaikan untuk dirinya sendiri, apakah itu kebaikan untuk lingkungannya ataupun kebaikan untuk manusia yang lain. Sehingga hasil dari penggalian potensi yang maksimal itu digunakan sedemikian rupa guna memperbaiki kehidupan itu sendiri. 

Walaupun seseorang sudah mencapai pada jabatan tertinggi, akan tetapi jabatan itu tidak digunakan dalam memperbaiki kehidupan, maka orang seperti itu tidak melangkah sesuai dengan arah tujuan hidup sebenarnya. Apabila seseorang sudah menggali potensi hidupnya sampai mencapai tingkatan yang tinggi akan tetapi pencapaian itu tidak dipakai untuk memperbaiki kehidupan ini, maka orang itu tidak berjalan di jalan menuju ke tujuan hidup sebenarnya. 

Ini artinya, tujuan hidup sama dan akan tetap ada pada setiap individu sepanjang hidupnya. Karena sepanjang hidupnya dia harus berusaha menggali potensinya secara terus menerus ke arah yang lebih maksimal lagi. Lalu potensi-potensi yang didapat itu secara terus menerus dipakai guna memperbaiki kehidupan itu sendiri. Inilah keterkaitan antara nilai hidup dan tujuan hidup bagi manusia, bagai dua sisi mata uang. 

"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri" (bagian QS: Al-isra'-7)

END.

Medeo 11/02/2017

Oleh: Mr. Q