Wednesday, June 07, 2017

SEREMONIAL DAN IBADAH

UMUM

Seremonial akan tidak terlalu menarik apabila hanya diartikan secara harfiah saja yang hanya berarti perayaan. Tetapi kalau diartikan secara lugat apalagi jika diartikan lebih mendalam lagi untuk dijadikan suatu istilah, maka kata seremonial akan lebih bermakna. Salah satu maknanya adalah, suatu kejadian yang bersifat simbolis yang dipakai sebagai "tanda" bahwa suatu kejadian yang telah atau yang akan dilakukan, perayaannya sedang dilaksanakan agar diketahui oleh banyak orang. Sederhananya  bermakna, suatu kejadian sebagai tanda yang bersifat simbolis saja bagi suatu peristiwa sesungguhnya yang lebih besar.

Sedangkan ibadah berarti menjalankan perintah Tuhan dengan menjauhi apa yang dilarang oleh Nya. Atau dengan kata lain bahwa ibadah berarti berbuat kebaikan baik untuk dirinya sendiri, orang lain ataupun terhadap lingkungannya serta tidak melakukan perbuatan buruk kepada siapa saja.

Dari kedua istilah yang disebutkan di atas akan tidaklah lengkap apabila tidak mengikuti tren keadaan saat ini, yaitu media sosial atau Medsos. Bahkan pemakaian Medsos saat ini bukan hanya sebagai pelengkap saja akan tetapi sebagai suatu persyaratan sahnya suatu peristiwa yang bersifat serimonial.

MENGAPA MATERI?

Dengan bergesernya tuntutan kebutuhan hidup ke arah materi, maka hampir seluruh kegiatan manusia diarahkan untuk mendapatkan materi. Materi untuk tuntutan kebutuhan sehari-hari. Materi untuk tuntutan lingkungan sosial sebagai hal yang akan dipertunjukkan agar memiliki kedudukan atau nama yang tinggi di tengah-tengah masyarakat sosialnya. Materi yang akan dipakai sebagai warisan untuk anak keturunannya, dan lain sebagainya. Sehingga apapun sulitnya, apapun rintangannya, apapun resikonya dan apapun akibatnya manusia akan melakukannya apabila ada imbalan yang bernama materi yang sesuai.

Apabila menyangkut suatu keinginan untuk mendapatkan materi, orang akan mencari segudang alasan untuk mempertahankan diri membenarkan apa yang telah/sedang atau yang telah dilakukannya, walaupun, terkadang itu sudah nyata-nyata merupakan suatu tindakan yang telah melanggar terhadap hukum yang berlaku. Mulai dari pelanggaran kecil, pelanggaran sedang sampai dengan pelanggaran besar atau berat dan terkadang tidak masuk akal sebagai orang sehat dan orang beradab, yaitu pelanggaran yang disertai dengan kekejaman.

Seorang anak melihat uang yang bukan miliknya, di atas lantai di dalam kelasnya, karena tidak ada orang lain kecuali dirinya ia lalu mengambil dan dipakainya. Anak ini sebenarnya telah melakukan pelanggaran yang dianggap kecil karena mengambil sesuatu yang bukan miliknya walaupun saat itu tidak ada pemiliknya, walaupun itu barang yang beraada di tempat sudah lama tidak ada yang mengambil, akan tetapi apabila bukan miliknya tidak diperbolehkan untuk mengambilnya. Pelanggaran yang dianggap pelanggaran kecil atau sedang adalah mengambil milik orang yang barangnya terjatuh tetapi tidak diketahuinya.

Pelanggaran yang lebih berat lainnya adalah mengambil milik orang lain yang sedang disimpan pada tempat tertentu, dengan alasan membiayai anak sekolah, atau membutuhkan biaya untuk orang tua yang sedang sakit lalu mengambil atau mencuri barang milik orang lain.

Sedangkan pelanggaran yang termasuk berat adalah kebiasaan orang tamak, sudah memiliki penghasilan yang tergolong cukup didalam membiayai kehidupannya sendiri dan/atau dengan keluarganya sehari-hari, tetapi masih juga mengambil yang bukan haknya, seperti melakukan korupsi. Korupsi di kantor tempat ia bekerja dengan menggunakan kekuasaan, posisi, jabatan dan lain sebagainya.

Sedangkan pelanggaran sangat berat misalnya adalah melakukan tindakan kriminal bukan saja hanya dengan mengambil harta benda yang bukan haknya melainkan juga diikuti dengan penganiayaan ataupun pembunuhan pemilik sahnya.

Dorongan ingin memiliki materi secara instan merupakan penyebab paling besar bagi manusia dalam melakukan pelanggaran hukum. Materi merupakan sumber utama dari ulah manusia untuk menjadi tidak toleran lagi. Materi menjadikan manusia untuk tidak merasa takut dalam melakukan sesuatu walaupun itu nyata-nyata melanggar hukum. Demi materi manusia bisa dikatakan akan rela untuk melakukan apa saja. Ketika sedang memikirkan untuk memperoleh materi, manusia seolah-olah akan hidup seribu tahun lagi. Jikalau mampu dunia ini akan ditelan sekaligus. Entah itu dikarenakan takut miskin atau karena memang tamak atau karena keterlaluan.

APA HUBUNGAN ANTARA SEREMONIAL DAN MATERI?

Tekanan pada setiap orang untuk mendapatkan materi sebanyak dan secepat mungkin merupakan faktor utama pengabaian norma-norma hukum yang berlaku. Apalagi, jika praktek untuk mendapatkan materi itu berada di daerah atau tempat yang kurang jelas dari segi hukum yang berlaku, atau dikenal dengan istilah daerah abu-abu, maka memperoleh materi di daerah itu dianggap berwarna putih alias legal.

Dulu banyak hal yang bisa didapat secara gratis, sekarang tanpa imbalan materi akan susah bahkan tidak mungkin untuk didapatkan. Dulu menurunkan atap dan membongkar rumah lama yang akan dibangun kembali akan dibantu oleh para tetangga dekat secara sukarela kecuali si pemilik rumah hanya menyediakan makan dan minum saja ketika waktu makan atau minum tiba, kini untuk melakukan itu harus ada ongkosnya. Dulu untuk menggali kuburan bagi orang yang meninggal dunia di desa-desa tanpa harus mengeluarkan biaya, sekarang penggali kuburan walaupun tetangga dekat yang sedang berkabung harus diberi ongkos. Dulu anak belajar mengaji atau belajar agama di Masjid-masjid tidak dipungut biaya apapun, sekarang..., pelajar diwajibkan untuk menyumbang. Bahkan kini semua yang tadinya dilakukan secara sukarela kini merupakan sebagai pekerjaan utama.

Lalu mengapa semua nilai-nilai itu menjadi berubah menuju ke arah materialistis?. Dimana, apa dan siapa yang telah melakukan kesalahan?. Atau memang semua itu dikarenakan adanya pergeseran nilai, sehingga apapun harus diukur dengan materi?. Penulis tidak tertarik untuk mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan itu karena penulis belum pernah melakukan penelitian untuk mendalami masalah itu. Selain itu, untuk mencari jawaban itu, penulis menganggap sama saja mencari jawaban pertanyaan mana yang lebih dahulu ada, telor atau ayamnya. Akan tetapi penulis lebih tertarik untuk melihat akibat dan dampak terhadap kehidupan sehari-hari.

TIDAK ADA BELAS KASIH

Umumnya setiap keluarga menginginkan anak-anak mereka mempelajari pengetahuan agama sejak usia dini. Seperti yang selalu setiap keluarga ajarkan pada anak-anak mereka bahwa, melakukan kegiatan agama adalah mendapatkan pahala. Bukan itu saja, didalam melakukan setiap kebaikan untuk siapa saja, baik untuk dirinya sendiri, untuk orang lain, untuk lingkungan, untuk hewan sekalipun akan mendapatkan balasan pahala. Itu merupakan kata kunci bagi setiap anak-anak kita.

Ketika anak-anak itu menjadi dewasa dan harus hidup dengan kemampuannya sendiri, maka kenyataan hidup yang dihadapi tidak semudah dan seelok yang dibayangkan. Setiap langkah yang dijalani ternyata memerlukan materi atau tidak cuma-cuma. Sekelilingnya sudah tidak lagi ada orang yang berbuat sesuatu tanpa meminta imbalan materi. Ketika materi tidak lagi tercermin di badan, orang-orang di sekelilingnya terlihat menjauh dari nya. Keadaan ini akan membawa perubahan bagi anak-anak yang tadinya memiliki pendapat bahwa pahala merupakan sesuatu yang bernilai paling tinggi akan berubah secara perlahan ke arah anggapan bahwa materilah yang bernilai paling tinggi dalam kenyataan hidup ini.

Kenyataan di atas akan membawa seseorang mengalihkan prioritas perilaku selanjutnya. Sebelumnya menjadi orang baik merupakan impian kini menjadi orang bermateri lebih menjanjikan. Dengan meninggalkan semua di belakang tanpa kenal lelah yang dikejar hanyalah materi. Kenyataan yang dihadapi adalah dengan materi apapun keinginan akan dapat digapai. Dengan materi semua akan menjadi mudah. Dengan materi semua mata akan memperhatikan. Dengan memiliki materi siapapun akan datang.

Hubungan sesama utamanya didasari atas keuntungan secara materi. Ini sudah menjadi aturan tak tertulis dan berlaku umum. Istilah orang DKI, "Lu.., ya.., lu, que,... ya.., que".

Memang pada kenyataannya sekarang adalah, orang tidak kenal lelah didalam mencari materi. Pagi, siang sore dan malam. Hal ini akan mengakibatkan pada seseorang akan memperlakukan materi sebagai masternya. Bahkan secara tidak sadar seseorang akan dapat menjadi budak daripada yang disebut materi. Budak dalam banyak bentuk. Yang paling ekstrim misalnya diminta untuk menghabisi nyawa orang lainpun akan dilakukan demi imbalan atau mendapatkan suatu materi.

Inilah keadaan sebenarnya kehidupan sampai saat ini, semakin lama lama keadaannya akan semakin lebih parah lagi. Semakin lama ketergantungan manusia akan materi akan semakin tidak dapat dilepas, semakin tidak dapat dipisahkan. akhirnya semua aktivitas hanyalah untuk mendapatkan materi.

IBADAH

Di atas telah ditulis mengenai bagaimana materi itu mempengaruhi kehidupan secara umum manusia sehari-hari. Lalu bagaimana dengan kegiatan ibadah formal manusia kepada Tuhan setelah pengaruh materi melekat?.

Pertanyaan ini yang senantiasa menarik untuk dibahas, dimana, apabila dibahas penulis yakin akan tidak sanggup menjelaskan hanya dalam tulisan blog saja, bahkan pembahasan ini dapat menghasilkan buku, bahkan banyak buku.

Kita barangkali pernah ada yang mengalami hal seperti berikut ini;

Ketika akan menghadiri suatu pertemuan ceramah agama yang biasanya dikenal dengan istilah pengajian agama, atau majelis kajian belajar agama, pasangan anda setelah memakai pakaian untuk menghadiri acara itu masih bertanya kepada anda, apakah pakaian yang sedang ia gunakan itu pantas atau tidak pada acara yang akan di hadiri ini. Serasi atau tidak. Bahkan pertanyaannya lebih jauh lagi apakah tidak memalukan apabila pakaian yang sedang dipakai ini dipakai untuk menghadiri acara seperti itu.

Setelah selesai untuk urusan pakaian, tidak lupa juga harus memilih parfum yang mana yang akan dioleskan ke pakaian atau badan agar baunya dapat serasi dengan acara yang akan dihadiri. Dan seterusnya..

Tanpa disadari sebenarnya pasangan yang sedang menanyakan itu nantinya ingin mendemenstrasikan bahwa dia sedang berpakaian bukan saja bagus akan tetapi agar juga mendapatkan pujian dari yang hadir lainnya. Dengan kata lain, selain mengunjungi ceramah agama dengan pakaian bersih juga menggunakan kesempatan itu sebagai unjuk gigi memperlihatkan pakaian dan atau aksessori yang sedang dipakai.

Contoh di atas mungkin merupakan suatu contoh kecil saja bagaimana ibadah (menghadiri ceramah agama) bagi seseorang yang telah dipengaruhi materialistisnya, sehingga dipakai juga sebagai tempat ajang menunjukkan keakuannya didalam memamerkan pakaian dan parfum yang sedang dipakainya. Inti dari menghadiri pengajian telah dinodai oleh adanya rasa ingin memamerkan pakaian dan atau parfum, sehingga mengharapkan pujian dari siapa yang melihatnya, baik yang diucapkan ataupun yang tidak.

Ada kalanya materi yang disampaikan oleh si Penceramah tidak sepenuhnya didengarkan karena sibuk dengan aktivitasnya sendiri lebih membperdulikan berbicara dengan temannya baik yang duduk di sebelahnya atau teman yang sedang mengobrol melalui media sosialnya. Ini artinya muatan ibadahnya tidak diperhatikan sebagaimana mestinya. Ibadah hanya sebagai judul, akan tetapi isinya adalah ajang pamerkan diri sendiri.

MEDIA SOSIAL (MEDSOS)

Adanya media sosial telah merubah prilaku manusia dalam bersosial. Silaturahmi dapat dilaksanakan dengan ongkos yang lebih murah dengan hanya saling bertemu lewat grup Medsos. Kongko-kongko sambil ngopi dan merokok duduk bersama sudah jarang dilakukan. Gangguan cuaca panas, dingin atau hujan bukan lagi sebagai hambatan untuk terus mengobrol atau berkomunikasi lewat Medsos. Khabar di suatu tempat dapat diketahui secara real time hanya dengan sebutan "share". Ini juga berguna dalam saling berbagi apa saja yang sedang terjadi pada diri sendiri atau di sekitarnya agar secara cepat dapat diketahui bahkan diperhatikan oleh rekan-rekan di Medsos-nya.

Hal ini tidak jarang media ini yang tujuannya memang untuk ajang saling bertemu dijadikan pula sebagai tempat untuk melakukan promosi. Promosi baik untuk kepentingan pribadi akibat dari sambungan lewat ketikan dan foto, juga dipakai untuk ajang promosi jual-beli barang dagangan.  Untuk yang pertama itu adalah sesuai dengan fungsi utama daripada Medsos, maka apabila tidak hati-hati lama kelamaan akan tergelincir dan berakibat sebagai ajang untuk memamerkan diri. Sedangkan untuk yang kedua tentu sejatinya agar menjadikan apa yang akan dijual lebih dikenal oleh kolega di Medsos-nya.

Yang menjadi perhatian di sini adalah pemakaian Medsos sebagai ajang memamerkan diri agar apa yang sedang terjadi dapat diketahui dan dipuja oleh teman-teman Medsos-nya.  Tentu pada awalnya mungkin hanya dipakai sebagai salah satu alat dokumentasi dari kegiatan dirinya. Akan tetapi akibat banyaknya perhatian baik adanya tag "like" ataupun komentar yang bersifat pujian, maka pemasangan update status di Medsos lambat laun akan menggelincirkan orang itu ke arah tempat untuk memamerkan diri. Baik itu berupa kegiatan sehari-hari atau juga dipakai sebagai tempat untuk berkeluh-kesah terhadap permasalahan yang sedang terjadi di selilingnya ataupun yang sedang dihadapi  olehnya guna untuk utamamanya mendapatkan perhatian, simpati selain untuk mendapatkan pertolongan dari teman-teman di Medsos-nya. Walaupun tidak jarang pula dipakai sebagai alat saling pengingat, menasehati dan lain sebagainya.

Dengan  demikian pemakaian Medsos sudah bukan lagi sebagai alat penghubung untuk bertukar pikiran tentang adanya permasalahan yang ada atau topik apapun yang sedang ramai di sekeliling para anggota, melainkan beralih menjadi ajang adu unjuk diri tentang apa yang sedang dilakukannya.  Apakah itu  kegiatan ketika sedang bekerja, bersantai, menyiapkan masakan bagi keluarganya, acara makan di rumah atau acara makan di luar baik bersama keluarga atau handai taulan, bahkan kegiatan ibadah yang sedang dilakukan sekalipun dipamerkan di grup Medsosnya.

Pada peristiwa yang lebih besar bahkan kejadiannya lebih fulgar lagi. Memberikan suatu sumbangan untuk pembangunan suatu rumah ibadah dipajang fotonya di media sosialnya dengan tujuan selain sebagai untuk dokumenntasi juga untuk mendapatkan tag "suka" atau komentar pujian dari teman media sosialnya juga. Akibatnya apa yang telah dilakukan dalam menyumbangkan hartanya untuk pembangunan rumah ibadah telah tercemar oleh rasa keinginan akan pujian dari yang mengetahuinya. Akhirnya, kegiatan pengambilan gambar dirnya ketika melakukan kegiatan lebih penting daripada sumbangan yang diberikan.

Demikian pula bagi yang lain, terutama bagi mereka yang memiliki kedudukan sosial yang baik di masyarakat. Bahkan idak jarang pula seorang pengurus suatu organisasi keagamaan yang hanya mementingkan berfoto-foto (selfi?) untuk dipajang di media sosial ketimbang kehadirannya untuk menikmati kegiatan misalnya mendengarkan materi ceramah dari seorang da'i.

Akhirnya, suatu ibadah itu memang dipandang perlu, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah pengambilan gambarnya yang akan dipakai sebagai dokumen dengan tujuan untuk dipajang di dalam Medsos-nya. Ini artinya, serimonial lebih penting daripada hakiki kegiatan ibadah itu sendiri.

End.

Medio Abu Dhabi,  7/6/'17

No comments: