Saturday, May 18, 2013

Khotbah Jum'at 28



Khutbah Jumat, 23 Jumadil Akhir 1434 H / 03 Mei 2013 M
Bukti Qudratullah
Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ، وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتَ بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ أَن تُنْبِتُوا شَجَرَهَا، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، جَعَلَ الأَرْضَ قَرَاراً وَجَعَلَ خِلالَهَا أَنْهَاراً، وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ، وَجَعَلَ بَيْنَ البَحْرَيْنِ حَاجِزاً، وأَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ عليهِ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ وعلَى مَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدِّينِ.
أمَّا بَعْدُ: فأُوصِيكُمْ عبادَ اللهِ ونفسِي بتقوَى اللهِ جلَّ وعَلاَ، قالَ تعالَى:] وَاتَّقُوا يَوْماً تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ[([1]).

Kaum muslimin : hayatilah ayat-ayat Allah, karena barang siapa yang menghayati ayat Allah akan memahami keagungan Penciptanya, keluasan ilmu-Nya, bukti-bukti kemampuan-Nya, dan akan teringatkan beberapa banyak nikmat dan keutamaan-Nya, sehingga kita menjadi orang yang selalu berdzikir kepada Allah dalam segala kondisi dan situasi, Allah Swt berfirman :
إنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأُولِي الأَلْبَابِ* الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Ali Imran 3 : 190-191). Dan diantara keagungan penciptaan dan bukti-bukti kemampuan Allah adalah bahwa Allah Swt mengangkat langit dan membangunnya menjadi tujuh tingkat, dijadikannya bumi sebagai tempat yang layak dihuni, dijadikannya gunung sebagai pancang bumi, dan Allah telah menundukkan semua yang di langit dan di bumi untuk manusia atas dasar kasih sayang dari-Nya, Allah Swt berfirman :
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي الأَرْضِ وَالْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَيُمْسِكُ السَّمَاءَ أَنْ تَقَعَ عَلَى الأَرْضِ إِلَّا بِإِذْنِهِ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada Manusia” (Al Hajj 22 : 65)
Dan tanda-tanda kauniyah ini tunduk pada kehendak Allah semata, tidak seorang pun menguasai dan mampu merubahnya, Allah berfirman :
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِن جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ اللَّيْلَ سَرْمَداً إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُم بِضِيَاءٍ أَفَلاَ تَسْمَعُونَ
“Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?" (Al Qashash 28 : 71)

Hamba Allah : dan diantara tanda-tanda kekuasaan Allah adalah gempa yang menggetarkan bumi, gerhana bulan dan matahari, turunnya hujan, tiupan angin dan lainnya, semua itu merupakan tanda-tanda keagungan Allah yang disaksikan oleh manusia pada setiap waktu, dan hendaknya tanda-tanda itu mampu menggungah jiwa seorang mukmin untuk mengakui kelemahannya dihadapan kemampuan Penciptanya, dengannya ia berserah diri pada kehendak dan perintah Allah, mengakui ke-Esaan-Nya, meyakini bahwa Allah mempunyai kebijakan dan kekuatan yang tiada berkesudahan, dengan kemampuan-Nya semua menjadi beraturan dan berjalan serasi, Allah Swt berfirman :
 وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الرَّجْعِ* وَالأَرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ* إِنَّهُ لَقَوْلٌ فَصْلٌ* وَمَا هُوَ بِالْهَزْلِ
“Demi langit yang mengandung hujan, dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan, sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang batil, dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau” (At Thariq 86 : 11-14)

Ayat-ayat kauniyah ini mampu mengingatkan seorang mukmin kepada Allah, menghidupkan hatinya, memperbaharui keimanannya dan menjadikannya selalu terhubung dengan Tuhannya, sehingga bila ia merasa ada getaran bumi ia langsung teringat firman Allah :
إِذَا زُلْزِلَتِ الأَرْضُ زِلْزَالَهَا* وَأَخْرَجَتِ الأَرْضُ أَثْقَالَهَا* وَقَالَ الإِنْسَانُ مَا لَهَا* يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا* بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا
“Apabila bumi diguncangkan dengan guncangannya dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya, dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (jadi begini)?", pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya” (Az Zalzalah 1-5). Sehingga iman dan keyakinannya bertambah dan ia selalu berusaha berbuat kebaikan.

Kaum mukminin : Rasulullah Saw telah menunjukkan pada sesuatu yang hendaknya dilakukan ketika menyaksikan fenomena-fenomena alam, seperti bila angin kencang berhembus maka hendaknya berdoa dengan :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan angin ini, kebaikan yang terdapat dalam angin ini dan kebaikan dari tujuan dikirimnya angin ini dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, keburukan yang terdapat dalam angin ini dan keburukan dari tujuan dikirimnya angin ini" (Muslim 899)
Disebutkan dalam sebuah atsar bahwa ketika mendengar suara petir dianjurkan berdoa :
سُبْحَانَ الَّذِي يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ، وَالْمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ
“Maha Suci Allah yang petir bertasbih dengan MemujiNya, begitu juga para Malaikat, karena takut kepadaNya”(Al-Muwaththa' 2/992)
Dan Rasulullah Saw bila hujan turun beliau berdoa :
اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ صَيِّباً نَافِعاً
“Ya Allah, jadikanlah hujan yang turun ini bermanfaat” (An Nisa'i 1523)
Dan bila hujan turun dengan sangat deras beliau berdoa :
اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا
“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami (di luar kawasan kami), bukan ke atas kami” (Bukhari 933)
Dan bila Beliau Saw melihat gerhana bulan dan matahari beliau menganjurkan berbuat perbuatan baik, seperti bertaubat, bersedekah, shalat, beristighfar dan berdoa, Nabi Saw bersabda :
إِنَّ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ، لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ، فَادْعُوا اللَّهَ، وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
"Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua dari tanda-tanda Allah dan keduanya tidak gerhana disebabkan oleh kematian seseorang atau kelahirannya, bila kalian melihat itu, maka berdoalah pada Allah, bertakbirlah, shalatlah dan bersedekahlah" (Muttafaq 'alaih)

Ya Allah jadikanlah kami termasuk dalam golongan orang bila diingatkan langsung kami sadar, bila kami bersalah langsung kami bertaubat dan beristighfar, bila melihat tanda-tanda langsung kami berfikir, dan bila kami mendapatkan hujanan rahmat langsung kami bersyukur, ya Allah berilah kami taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami untuk ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
 “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نفعَنِي اللهُ وإياكُمْ بالقرآنِ العظيمِ، وبِسنةِ نبيهِ الكريمِ صلى الله عليه وسلم،
أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.




Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه، وأَشْهَدُ أنَّ سيِّدَنا محمَّداً عبدُهُ ورسولُهُ، اللهمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ الطيبينَ الطاهرينَ وعلَى أصحابِهِ أجمعينَ، والتَّابعينَ لَهُمْ بإحسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan ketahuilah bahwa sedekah dan doa dapat mengangkat bala', dari Anas bin Malik RA berkata : Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّ الصَّدَقَةَ لَتُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وَتَدْفَعُ مِيتَةَ السُّوءِ
"Sesungguhnya sedekah dapat memadamkan amarah Tuhan dan menjauhkan dari kematian buruk" (At Tirmidzi 664). Dan dari Muadz bin Jabal RA dari Rasulullah Saw bahwa beliau bersabda :
لَنْ يَنْفَعَ حَذَرٌ مِنْ قَدَرٍ، وَلَكِنَّ الدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ، فَعَلَيْكُمْ بِالدُّعَاءِ عِبَادَ اللَّهِ
"Tidak akan bermanfaat kehati-hatian dihadapan takdir, akan tetapi doa dapat bermanfaat bagi sesuatu yang telah diturunkan dan yang belum diturunkan, karenanya hendaknya kalian berdoa wahai hamba Allah" (Ahmad 22964)
Karenanya, bersegeralah kalian semua  berbuat kebajikan yang dapat kalian ambil manfaat darinya di dunia dan akhirat, seperti sedekah, doa, shalat, dzikir dan istighfar.

هذَا وصلُّوا وسلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بالصلاةِ والسلامِ عليهِ، قَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2]) وقالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3])
اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا ونبيِّنَا مُحَمَّدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وعَنْ سائرِ الصحابِةِ الأكرمينَ، وعَنِ التابعينَ ومَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إنَّا نسألُكَ الجنةَ لنَا ولوالدينَا، ولِمَنْ لهُ حقٌّ علينَا، وللمسلمينَ أجمعينَ.
اللَّهُمَّ وفِّقْنَا للأعمالِ الصالحاتِ، وترْكِ المنكراتِ، اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِى قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وارزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وارزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، اللَّهُمَّ أصْلِحْ لَنِا نياتِنَا، وبارِكْ لَنَا فِي أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَاجْعَلْهم قُرَّةَ أَعْيُنٍ لنَا، واجعَلِ التوفيقَ حليفَنَا، وارفَعْ لنَا درجاتِنَا، وزِدْ فِي حسناتِنَا، وكَفِّرْ عنَّا سيئاتِنَا، وتوَفَّنَا معَ الأبرارِ، اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، ولاَ دَيْنًا إلاَّ قضيْتَهُ، وَلاَ مريضًا إلاَّ شفيْتَهُ،  ولاَ مَيِّتاً إلاَّ رحمتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا ويسَّرْتَهَا يَا ربَّ العالمينَ،رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدولةِ، الشَّيْخ خليفة وَنَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ. اللَّهُمَّ اغفِرْ للمسلمينَ والمسلماتِ الأحياءِ منهُمْ والأمواتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، والشَّيْخ مَكْتُوم، وإخوانَهُمَا شيوخَ الإماراتِ الذينَ انتقلُوا إلَى رحمتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بعفوِكَ وغفرانِكَ ورحمتِكَ آباءَنَا وأمهاتِنَا وجميعَ أرحامِنَا ومَنْ كانَ لهُ فضلٌ علينَا. اللَّهُمَّ أَدِمْ عَلَى دولةِ الإماراتِ الأَمْنَ والأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِينَ. اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ]وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([4]).








([1]) البقرة :281.
([2]الأحزاب : 56 .
([3]) مسلم : 384.
([4]العنكبوت :45.

 
Khutbah Jumat, 30 Jumadil Akhir 1434 H / 10 Mei 2013 M
Budaya minta maaf
Khutbah Pertama
 
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العالمينَ، أحمدُهُ سبحانَهُ حمداً يَلِيقُ بجلالِ وجهِهِ وعظيمِ سلطانِهِ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وأَشْهَدُ أَنَّ سيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، وصفِيُّهُ مِنْ خلقِهِ وخليلُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيِّدِنَا مُحمدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، ومَنْ تَبِعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فأُوصِيكُمْ عبادَ اللهِ ونفسِي بتقْوَى اللهِ جلَّ وعَلاَ، قالَ تعالَى:] يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ[([1]).
Kaum mukminin : dunia ini tempat transit dan tidak kekal, tempat seseorang mempersiapkan diri di dalamnya untuk akhiratnya, dari hidupnya untuk setelah matinya, dan orang yang berbahagia adalah orang yang datang menghadap Tuhannya dengan catatan yang bersih dan berusaha untuk mendapatkan keberuntungan di surga yang luasnya seluas langit dan bumi, Allah berfirman :
وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُوْلَئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُوراً
Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik. (Al Isra' 17 : 19) Hal yang dapat meninggikan derajat seorang hamba di akhirat adalah perasaan merasa diawasi oleh Allah dalam setiap gerak dan diamnya, memperbanyak amal baik, meminta maaf dengan taubat dan beristighfar atas kesalahan dan keteledoran, Allah berfirman :
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (Ali Imran 3 : 135). Rasulullah Saw bersabda :
لاَ أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعُذْرُ مِنَ اللَّهِ، وَمِنْ أَجْلِ ذَلِكَ بَعَثَ الْمُبَشِّرِينَ وَالْمُنْذِرِينَ
 "Tidak ada seorang pun yang mencintai pemaafan melebihi dari Allaholeh karena itu maka diutuslah para pemberi khabar gembira dan pemberi peringatan” (Muttafaq ‘alaih)
 
أيهَا المسلمونَ: لقَدْ ذكَرَ القرآنُ الكريمُ أمثلةً كثيرةً لاعتذاراتِ الأنبياءِ والرُّسُلِ واستغفارِهِمْ وتوبتِهِمْ للهِ تعالَى، وهُمْ أرفَعُ الناسِ مَقاماً، وأعلاَهُمْ درَجَةً، ترسيخاً لِسُلوكِ الاعتذارِ، فقَدِ اعتذرَ آدمُ وزوجُهُ حواءُ عليهِمَا السلامُ لربِّهِمَا العليمِ العلاَّمِ، قالَ تعالَى حكايةً عنْهُمَا:] قَالا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ[([2]) فقَبِلَ اللهُ اعتذارَهُمَا، وتَابَ عليهِمَا، قالَ سبحانَهُ:] فَتَلَقَّى آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ[([3]) واعتذَرَ نبِيُّ اللهِ نوحٌ عليهِ السلامُ لربِّهِ، وطلَبَ المغفرةَ منْهُ تعالَى فقالَ:] رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَإِلاَّ تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ[([4])كمَا اعتذرَ نبِيُّ اللهِ موسَى عليهِ السلامُ لربِّهِ وطلَبَ المغفرةَ منْهُ تعالَى قائِلاً:] رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ[([5]) واعتذَرَ نبِيُّ اللهِ يونسُ عليهِ السلامُ لربِّهِ وهُوَ فِي بَطْنِ الحوتِ، فقالَ:]لاَ إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ[([6])
Kaum muslimin : beberapa contoh permintaan maaf termaktub dalam Al Quran, seperti permintaan maaf para nabi dan rasul serta istighfar mereka dan taubat mereka, walaupun mereka tergolong manusia yang paling tinggi kedudukannya, tapi agar ini sebagai pelajaran bagi etika permintaan maaf, Adam dan Hawa meminta maaf pada Allah seperti tersebut dalam firman-Nya :
قَالا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi". (Al A'raf 7 : 23) Allah menerima permintaan maaf keduanya dan Allah mengampuni keduanya, Allah berfirman :
فَتَلَقَّى آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. (Al Baqarah 2 : 37) Nabi Nuh AS meminta maaf pada Tuhannya dan memohon ampunan-Nya, Allah berfirman :
رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَإِلاَّ تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakikat) nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi." (Hud 11 : 47) Sebagaimana Nabi Musa AS meminta maaf pada Tuhannya dan memohon ampunan-Nya, Allah berfirman :
رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Musa berdoa : "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al Qashash 28 : 16) Nabi Yunus AS meminta maaf pada Tuhannya saat ia berada di perut ikan hiu, Allah berfirman :
لاَ إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
"Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang dzalim." (Al Anbiya' 21 : 87)
 
Sebagaimana dikisahkan di dalam Al Quran kisah seorang sahabat Abdullah ibn Umm Maktum yang buta, ketika ia masuk menjumpai Rasulullah Saw dan berkata : wahai Rasulullah ajarilah aku, dan Rasulullah Saw sedang bersama beberapa orang kafir yang diajaknya untuk masuk ke dalam agama Islam, karena beliau mengharap kebaikan dari masuknya mereka ke dalam Islam, lalu Nabi Saw memintanya untuk bersabar sehingga ia menyelesaikan masalah para pembesar kaum Quraisy tersebut, tapi Abdullah terus mengharap, maka nabi membenci hal tersebut, hingga Allah menurunkan wahyu yang berbunyi :
عَبَسَ وَتَوَلَّى* أَنْ جَاءَهُ الأَعْمَى* وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى* أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?(Abasa 80 :  1-4). Dan setiap kali Nabi Saw menjumpainya (Abdullah ibn Maktum) berkata padanya : selamat datang orang yang telah menjadikannya Allah menegurku"(Tafsir Al Qurthubi 19/212)
 
Hamba Allah, sesungguhnya permintaan maaf merupakan bentuk dari ketinggian budaya, yang menunjukkan bahwa seseorang menghargai dirinya dan menghargai orang lain, karenanya tidak boleh bagi orang yang berakal untuk berlaku sombong, Umar bin Khattab berkata : "Manusia yang paling berakal adalah manusia yang paling banyak memberikan maaf pada sesama" (Tarikh Al Madinah 1/409 dan Mudaratun nas 1/49)
Rasulullah Saw telah menanamkan budaya minta maaf antara sesama manusia agar tumbuh rasa kasih sayang diantara mereka, tertanam rasa saling percaya antara sesama, karenanya beliau melarang tidak berbicara lebih dari tiga malam, dan orang yang memulai meminta maaf dan mengucapkan salam mendapatkan keutamaan, Rasulullah Saw bersabda :
لاَ يحِلُّ لِرجُلٍ أنْ يَهجُرَ أخَاهُ فَوقَ ثلاثِ ليَالٍ، يَلتَقِيَانِ فَيُعرِضُ هذا وَيُعرِضُ هذا، وَخَيرُهُمَا الذي يَبدَأُ بِالسّلامِ
 "Tidak halal bagi seorang muslim untuk tidak berbicara dengan saudaranya lebih dari tiga malam, keduanya berjumpa tapi yang satu berpaling dari yang lain, dan sebaik-baik keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam" (Muttafaq 'alaih). Meminta maaf tentunya harus diungkapkan dengan ucapan yang baik dan kata-kata yang lembut, Allah berfirman :
وَلاَ تَسْتَوِي الحَسَنَةُ وَلاَ السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ* وَمَا يُلَقَّاهَا إِلاَّ الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلاَّ ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
 
 Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (Fusshilat 41 : 34-35). Sungguh indah bila budaya meminta maaf itu menyebar memenuhi rumah kita, suami meminta maaf pada isterinya, sebaliknya isteri meminta maaf pada suaminya bila salah satu dari keduanya melakukan kesalahan, bila permintaan maaf itu diungkapkan dengan ucapan yang baik maka akan terbit dari salah satu keduanya rasa rela dan merasa dianggap, sehingga kembali menguat tali cinta dan kententraman yang telah ada, diriwayatkan oleh Abu Ad Darda' bahwasanya ia berkata pada isterinya Umm Ad Darda' RA :
إذَا غَضِبْتِ أَرْضَيْتُكِ، وإذَا غَضِبْتُ فَأَرْضِينِي، فإنَّكِ إِنْ لَمْ تَفْعَلِي ذلكَ فمَا أسرَعَ مَا نفتَرِقُ
"Bila kamu marah maka aku meminta maaf padamu, dan bila aku marah maka kamu meminta maaf padaku dan andaikata kamu tidak melakukan itu maka dengan cepat kita akan berpisah" (Tarikh Dimasq 70/152). Karena itu hendaknya kedua orang tua menjadi tauladan baik bagi anak-anak keduanya dalam permintaan maaf, pemaafan, toleransi, cinta kasih dan perdamaian.  
 
Kaum muslimin : sesungguhnya permintaan maaf merupakan keberanian yang tidak sedikitpun mengurangi nilai seseorang tersebut, bahkan akan menambah kedudukannya, walaupun permintaan maaf itu datang dari seorang ayah untuk anaknya, seorang guru untuk muridnya dan seorang manajer untuk pegawainya, ini semua merupakan kewibawaan, keberanian dan kehormatan dan seorang penduduk yang baik adalah yang selalu mengintrospeksi dirinya secara berkelanjutan, dan bila ia mendapati dan mengetahui bahwa ia telah berlaku salah atau teledor terhadap negaranya, maka ia segera meminta maaf kepada para pemimpinnya, karena mengakui kesalahan dan menutup kesalahan dan sebagaimana meminta maaf atas kesalahan, lebih baik daripada terus menerus melakukan kesalahan tersebut karena kesombongan, dan seseorang yang berani jujur terhadap dirinya, maka Allah akan menambah ketinggian derajatnya.
 
Ya Allah jadikanlah kami termasuk dalam golongan orang bila diingatkan langsung kami sadar, bila kami terjatuh dalam perbuatan dosa langsung kami bertaubat dan beristighfar, bila kami bersalah kami langsung meminta maaf dan bila ada orang meminta maaf langsung kami menerima permintaan maafnya, ya Allah berilah kami taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami untuk ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
 “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نفعَنِي اللهُ وإياكُمْ بالقرآنِ العظيمِ، وبِسنةِ نبيهِ الكريمِ صلى الله عليه وسلم،
أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.
 
 
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه، وأَشْهَدُ أنَّ سيِّدَنا محمَّداً عبدُهُ ورسولُهُ، اللهمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ الطيبينَ الطاهرينَ وعلَى أصحابِهِ أجمعينَ، والتَّابعينَ لَهُمْ بإحسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah pada Allah wahai hamba Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan teruslah merasa diawasi dalam kesendirian dan kebersamaan, dan ketahuilah bahwa diantara buah dari persatuan Emirates adalah penyatuan angkatan bersenjata, dan dengan pertolongan Allah dan dengan usaha para tentara yang menyerahkan dirinya dan jiwanya untuk menjaga tanah negara ini, membela dan menjaga kekayaan dan pencapaiannya, hingga sekarang dapat kita nikmati nikmat ketentraman dan persatuan, kita merasakan kedamaian dan kita hidup dalam kemewahan dan kemakmuran, mereka adalah pelindung negara ini dan bentengnya yang kokoh.
Dan hari ini kami sedang merayakan peringatan penyatuan angkatan bersenjata, dan kami mohon kepada Allah agar terus menjaga para tentara dan membimbing mereka pada jalan yang dicintai dan diridhai-Nya dan semoga Allah memberikan mereka balasan di akhirat sesuai dengan sabda Nabi Saw :
عَيْنَانِ لاَ تَمَسُّهُمَا النَّارُ : عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ، وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
"Dua mata yang tidak akan tersentuh oleh api neraka : mata yang menangis karena Allah dan mata yang berjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan saat berjihad di jalan Allah " (At Tirmidzi 1639)
هذَا وصلُّوا وسلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بالصلاةِ والسلامِ عليهِ، قَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([7]) وقالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([8])
اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا ونبيِّنَا مُحَمَّدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وعَنْ سائرِ الصحابِةِ الأكرمينَ، وعَنِ التابعينَ ومَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إنَّا نسألُكَ الجنةَ لنَا ولوالدينَا، ولِمَنْ لهُ حقٌّ علينَا، وللمسلمينَ أجمعينَ.
اللَّهُمَّ وفِّقْنَا للأعمالِ الصالحاتِ، وترْكِ المنكراتِ، اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِى قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وارزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وارزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، اللَّهُمَّ أصْلِحْ لَنِا نياتِنَا، وبارِكْ لَنَا فِي أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَاجْعَلْهم قُرَّةَ أَعْيُنٍ لنَا، واجعَلِ التوفيقَ حليفَنَا، وارفَعْ لنَا درجاتِنَا، وزِدْ فِي حسناتِنَا، وكَفِّرْ عنَّا سيئاتِنَا، وتوَفَّنَا معَ الأبرارِ، اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، ولاَ دَيْنًا إلاَّ قضيْتَهُ، وَلاَ مريضًا إلاَّ شفيْتَهُ،  ولاَ مَيِّتاً إلاَّ رحمتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا ويسَّرْتَهَا يَا ربَّ العالمينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدولةِ، الشَّيْخ خليفة وَنَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ للمسلمينَ والمسلماتِ الأحياءِ منهُمْ والأمواتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، والشَّيْخ مَكْتُوم، وإخوانَهُمَا شيوخَ الإماراتِ الذينَ انتقلُوا إلَى رحمتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بعفوِكَ وغفرانِكَ ورحمتِكَ آباءَنَا وأمهاتِنَا وجميعَ أرحامِنَا ومَنْ كانَ لهُ فضلٌ علينَا.
اللَّهُمَّ أَدِمْ عَلَى دولةِ الإماراتِ الأَمْنَ والأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِينَ.
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ]وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([9]).
 
 
 
 


([1]الحشر : 18 .
([2]) الأعراف : 23.
([3]) البقرة :37.
([4]) هود:47.
([5]القصص : 16.
([6]) الأنبياء :87.
([7]الأحزاب : 56 .
([8]) مسلم : 384.
([9]العنكبوت :45.

Khotbah Jum'at 27



 
Khutbah Jumat, 09 Jumadil Akhir 1434 H / 19 April 2013 M
Menyantuni anak yatim dan janda
Khutbah Pertama
 
الحمدُ للهِ حمدًا كثيرًا طيبًا مُباركًا فيهِ، اللهمَّ لكَ الحمدُ حمدًا يُوافِي نِعَمَكَ ويُكافِئُ مَزِيدَ فَضْلِكَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وأَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، وصفيُّهُ مِنْ خلقِهِ وخليلُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا ونبيِّنَا مُحمدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ وعلَى مَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ.
أمَّا بعدُ: فأُوصيكُمْ عبادَ اللهِ ونفسِي بتقوَى اللهِ جلَّ وعلاَ، قالَ تعالَى:] يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ[([1]).
 
Kaum mukminin : Islam memberikan perhatian penuh pada seluruh anggota masyarakat, memandang semua perbedaan tingkatan mereka, sebagaimana Islam memberikan perhatian lebih terhadap orang-orang lemah, dianjurkan untuk merawat mereka, dianjurkan untuk berbuat baik kepada mereka dan menjadikan kebaikan ada pada perawatan mereka, Allah berfirman :
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ
 "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin" (Al Baqarah 2 : 177)
 
Dan diantara salah satu bentuk perbuatan baik itu adalah menyantuni anak yatim dan membantu para janda, ini merupakan tuntunan kemanusiaan dan merupakan bentuk dari ketinggian budaya, Islam mengajak melakukannya seperti terdapat dalam beberapa nash-nashnya, dan mengarahkan manusia untuk memberikan bantuan dan kepedulian tersebut dengan berbagai media yang ia mampu. Yatim adalah anak-anak yang kehilangan bapak mereka, sehingga mereka kehilangan pula perawatan dan kasih sayang mereka, karenanya Allah memerintahkan untuk berbuat baik terhadap anak yatim, perintah tersebut termuat dalam firman-Nya :
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي القُرْبَى وَالْيَتَامَى
 “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim"(An Nisa 4 : 36). Allah berwasiat untuk memperlakukan anak yatim dengan baik, firman-Nya :
فَأَمَّا اليَتِيمَ فَلاَ تَقْهَرْ
Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.(Ad Dhuha 93 : 9)
Dianjurkan untuk berinfak kepadanya, seperti terdapat dalam firman-Nya :
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ قُلْ مَا أَنفَقْتُم مِّنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَى
“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim" (Al Baqarah 2 : 215). Dan dilarang memakan harta anak  yatim, hal ini terdapat dalam peringatan Allah yang tersebut dalam Al Quran :
إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ اليَتَامَى ظُلْماً إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ نَاراً وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرا
"Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara lalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)" (An Nisa’ 4 : 10)
 
Rasulullah Saw menganjurkan untuk menyantuni anak yatim, dan orang yang menyantuni anak yatim akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di surga nanti, Rasulullah Saw bersabda :
أَيُّمَا مُسْلِمٍ ضَمَّ يَتِيمًا بَيْنَ أَبَوَيْنِ مُسْلِمَينِ إِلَى طَعَامِهِ وَشَرَابِهِ حَتَّى يَسْتَغْنِيَ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ الْبَتَّةَ
"Setiap muslim yang mengajak seorang anak yatim diantara kedua orang tua muslim, mengajaknya makan dan minum sehingga ia terpuaskan, maka wajib baginya surga semata”(Ahmad 19441). Rasulullah Saw memberikan kabar gembira bagi orang yang menyantuni anak yatim dengan kebersamaan dengannya di surga, sabdanya :
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ كَهَاتَيْنِ فِي الْجَنَّةِ». وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى
 “Aku dan orang yang menyantuni anak yatim seperti ini di surga” Kemudian beliau (Rasulullah saw) memberi isyarat dengan jari jempol dan jari tengahnya” (Bukhari 5304, 6005, Abu Daud 5150). Ini merupakan keutamaan yang sangat agung, dekat dengan kedudukan Nabi Saw pada hari kiamat merupakan tujuan yang utama, dan merupakan tuntutan yang mulya bagi setiap orang yang menginginkan keselamatan pada hari tersebut, dan inilah keberuntungan yang didapat oleh orang yang menyantuni anak yatim, dan untuk menegaskan kedekatan tersebut pada hari kiamat, Nabi Saw mengisyaratkan bagaikan kedekatan kedua jari jempol dan jari tengahnya, dan diantara hikmah pemberian balasan kedudukan dekat dengan kedudukan para nabi, karena mereka diutus pada kaum yang tidak mengerti urusan agama mereka, lalu mereka mengajarkan, mengarahkan mereka hal-hal kebaikan dunia dan akhirat mereka, begitu pula dengan orang yang menyantuni anak yatim, sesungguhnya mereka telah menyantuni seseorang yang tidak mengerti urusan agama dan dunianya, lalu ia mengajarkan dan mengarahkannya pada kebaikan agama dan dunianya (Fathul Bari 17/142)
 
Menyantuni anak yatim adalah dengan merawatnya, memberikan nafkah padanya, mendidiknya, mengarahkannya, menyekolahkannya, memperhatikan semua kondisinya, menganjurkannya pada kebaikan ucapan dan perbuatan serta memperingatkan dari segala keburukan ucapan dan perbuatan, memberikannya sentuhan kasih sayang dan memperbaiki kondisi kehidupannya, sehingga ia dapat tumbuh besar dengan baik terjauhkan dari segala masalah sosial dan etika, dan agar ia mampu menjalankannya peran aktifnya dalam membangun masyarakat, sebagai buah keutamaan perawatan dini yang telah dilakukan, yang dapat berkontribusi dalam mengungkap keahlian mereka, sehingga mereka dapat menjadi bekal bagi negara mereka, karena kemajuan masyarakat itu tergantung pada sejauh mana pemanfaatan sumber daya manusianya yang ikut andil dalam pembangunan kebudayaan.
 
Hamba Allah, dan orang-orang yang mendapatkan perhatian penuh dari agama Islam adalah para janda, Rasulullah Saw bersabda :
اللَّهُمَّ إِنِّي أُحَرِّجُ حَقَّ الضَّعِيفَيْنِ: الْيَتِيمِ وَالْمَرْأَةِ
Ya Allah, sesungguhnya aku turut menanggung dosa atas hak dua orang lemah ini : anak yatim dan wanita” (Ibnu Majah 3678)Karena biasanya kondisi wanita terlemah adalah saat ia kehilangan suaminya, kehilangan orang yang paling disayanginya, kehilangan penopang hidupnya dan pengayomnya, sehingga ia menjadi janda yang kehilangan perlindungan dirinya dan anak-anaknya, dan betapa pedih perasaan yang dialami oleh wanita yang ditinggal wafat oleh suaminya, ia merasa lemah dan letih, karenanya disebutkan dalam sifat Rasulullah Saw bahwa beliau banyak berdzikir, sedikit bercanda, memperpanjang shalat, memendekkan khutbah, dan beliau tidak mampu berjalan dengan janda dan orang miskin sehingga beliau memenuhi kebutuhannya (An Nasa'i 1414). Dan karena menjanda merupakan cobaan yang sangat berat dan menyakitkan bagi seorang isteri, hanya saja jangan sampai cobaan ini membawanya pada kehancuran, akan tetapi hendaknya ia terus berkarya, dan menjadikan dari kesabaran serta kekuatan imannya sebagai kekuatan tambahan atas keluarganya, melindungi anak-anaknya dengan kasih sayang dan perawatan. Dan harapan pahala dari Allah lah yang membuat seorang janda bertahan dan berjuang hingga ia dapat memasuki surga-Nya.
 
Kaum muslimin : termasuk dalam kategori hukum anak yatim, adalah anak yang kehilangan perawatan keluarga, yang hidup berada di tengah masyarakat menunggu perawatan, pertolongan, perlindungan dan kebaikan mereka, maka beruntunglah bagi setiap orang yang mencari janda untuk membantunya dan berusaha menemukan anak yatim untuk menyantuninya dan beruntuglah orang yang mencari orang yang kehilangan perawatan keluarga untuk diberikan pertolongan padanya, karena perhatian masyarakat pada golongan orang seperti ini menuntut perhatian dan kunjungan serta menanyakan kondisi mereka, dan orang yang bahagia adalah orang yang mampu membangkitkan senyum pada jiwa-jiwa orang yang membutuhkan dan memberikan pertolongan pada mereka, Rasulullah Saw telah menjelaskan bahwa orang yang berbuat kebaikan adalah orang-orang yang paling dahulu memasuki surga, dari Umm Salamah RA berkata : Rasulullah Saw bersabda :
كُلُّ مَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ، وَأَهْلُ الْمَعْرُوفِ فِي الدُّنْيَا أَهْلُ الْمَعْرُوفِ فِي الآخِرَةِ... وَأَوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أَهْلُ الْمَعْرُوفِ
“Setiap kebaikan berpahala sedekah, dan pelaku kebaikan di dunia adalah pemilik kebaikan di akhirat dan orang pertama yang masuk surga adalah pelaku kebaikan” (At Thabrani dalam kitab Al Awsath 6/163)
 
Ya Allah berikanlah kepada kami taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami untuk ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
 “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 59).
 
نفعَنِي اللهُ وإياكُمْ بالقرآنِ العظيمِ وبِسنةِ نبيهِ الكريمِ صلى الله عليه وسلم أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ
 
 
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ ربِّ العالمينَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وأَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، ومَنْ تَبِعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدِّينِ.
 
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dengan sebenar-benarnya takwa, dan jagalah untuk selalu menaruh perhatian kepada semua orang yang kehilangan perhatian keluarga, memberikan pertolongan pada mereka, berkontribusi terhadap lembaga dan institusi yang bekerja untuk memberikan jaminan keluarga pengganti terhadap orang-orang yang kehilangan keluarga, membesarkan mereka atas dasar ajaran agama, nilai dan adat istiadat asli, memberikan kesempatan kerja pada mereka, karena ini merupakan kewajiban nasional, social dan kemanusiaan, ia juga termasuk salah satu pintu kebaikan yang diperintahkan oleh Allah dalam firman-Nya :
وَافْعَلُوا الخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapatkan kemenangan" (Al Hajj 22 : 77)
 
هذَا وصلُّوا وسلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بالصلاةِ والسلامِ عليهِ، قَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2])
وقالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3]) اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا ونبيِّنَا مُحَمَّدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وعَنْ سائرِ الصحابِةِ الأكرمينَ، وعَنِ التابعينَ ومَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إنَّا نسألُكَ الجنةَ لنَا ولوالدينَا، ولِمَنْ لهُ حقٌّ علينَا، وللمسلمينَ أجمعينَ.
اللَّهُمَّ وفِّقْنَا للأعمالِ الصالحاتِ، وترْكِ المنكراتِ، اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِى قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.
اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وارزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وارزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، اللَّهُمَّ أصْلِحْ لَنِا نياتِنَا، وبارِكْ لَنَا فِي أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَاجْعَلْهم قُرَّةَ أَعْيُنٍ لنَا، واجعَلِ التوفيقَ حليفَنَا، وارفَعْ لنَا درجاتِنَا، وزِدْ فِي حسناتِنَا، وكَفِّرْ عنَّا سيئاتِنَا، وتوَفَّنَا معَ الأبرارِ، اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، ولاَ دَيْنًا إلاَّ قضيْتَهُ، وَلاَ مريضًا إلاَّ شفيْتَهُ،  ولاَ مَيِّتاً إلاَّ رحمتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا ويسَّرْتَهَا يَا ربَّ العالمينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدولةِ، الشَّيْخ خليفة وَنَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ للمسلمينَ والمسلماتِ الأحياءِ منهُمْ والأمواتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، والشَّيْخ مَكْتُوم، وإخوانَهُمَا شيوخَ الإماراتِ الذينَ انتقلُوا إلَى رحمتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بعفوِكَ وغفرانِكَ ورحمتِكَ آباءَنَا وأمهاتِنَا وجميعَ أرحامِنَا ومَنْ كانَ لهُ فضلٌ علينَا. اللَّهُمَّأَدِمْ عَلَى دولةِ الإماراتِ الأَمْنَ والأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِينَ.
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ]وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([4]).
 
 


([1]) الحشر : 18.
([2]الحج :77.
([3]) مسلم : 384.
([4]العنكبوت :45.


Khutbah Jumat, 16 Jumadil Akhir 1434 H / 26 April 2013 M
Bersama Surah Al Hujurat
Khutbah Pertama
 
الحمدُ لِلَّهِ الذِي أنزَلَ القرآنَ الْمُبينَ، نُورًا وهُدًى للعالمينَ، وجعلَهُ رحمةً للمؤمنينَ، أحمدُهُ سبحانَهُ وتعالَى علَى نِعمَةِ الإسلامِ،وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ, وأَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ وصفيُّهُ مِنْ خلقِهِ وحبيبُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، ومَنْ تَبِعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدِّينِ.
أَمَّا بعدُ: فأُوصيكُمْ عبادَ اللهِ ونفسِي بتقوَى اللهِ تعالَى القائلِ :] يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ[([1])
Kaum mukminin : Al Quran merupakan anugrah Allah terhadap hamba-Nya di muka bumi, ia adalah petunjuk bagi orang yang mau mengambil petunjuk darinya, pelindung bagi orang yang beriman padanya, ia adalah tali Allah yang kuat dan pengingat yang bijak, ia adalah jalan lurus yang tidak dapat dibengkokkan oleh hawa nafsu, para ulama tidak pernah kenyang darinya, ia tidak pernah lekang walaupun berkali-kali dikaji, ia tidak pernah sirna keajaibannya, barang siapa berkata bersandarkan padanya, maka ucapannya jujur, barang siapa beramal dengannya berpahala, barang siapa menghukum dengannya, maka hukumnya adil, barang siapa mengajak kepadanya, maka ia akan mendapatkan hidayah pada jalan yang lurus, didalamnya terdapat sebuah surah yang merangkum semua kebaikan, dijelaskan didalamnya berbagai keutamaan masyarakat dan ada istiadat, yang dapat mengatur hubungan individu dengan masyarakat didalamnya, ia adalah keutamaan yang harus diketahui oleh semua budayawan dan tidak boleh terlewatkan oleh orang yang berakal, ia adalah surah Al Hujurat, dan diantara adab dan arahan yang terdapat didalamnya adalah : meneliti dan mencari tahu berita yang beredar sehingga tidak memperkeruh kejernihan hubungan sosial dan menyebabkan perpecahan disebabkan berita bohong yang tersebar, Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
 "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan sesuatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu" (Al Hujurat 49 : 6)
 
Meneliti dan berhati-hati ketika mendegarkan berita dan ucapan yang disebarkan oleh sebagian orang merupakan tuntutan, karena berapa banyak ketidak telitian itu telah melahirkan perpecahan, kedengkian dan permusuhan disebabkan berita yang tidak jelas sumber dan kebenarannya, dalam hal ini Al Quran mengajarkan kita untuk memilah dan memilih berita langsung dari sumbernya dan memindahkan pengetahuan langsung dari pemiliknya, dan walaupun Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, hanya saja Dia tetap bertanya pada nabi-Nya Isa AS, seperti tersebut dalam firman-Nya :
يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ
 "Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?" Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib" (Al Maidah 5 : 116)
 
Nabi Saw mengancam dan memperingatkan siapa saja yang mengadu domba dan menyebarkan berita untuk membuat kerusakan antara sesama, tersebut dalam sabdanya :
خِيَارُ عِبَادِ اللَّهِ الَّذِينَ إِذَا رُءُوا ذُكِرَ اللَّهُ، وَشِرَارُ عِبَادِ اللَّهِ الْمَشَّاءُونَ بِالنَّمِيمَةِ، الْمُفَرِّقُونَ بَيْنَ الأَحِبَّةِ، الْبَاغُونَ الْبُرَآءَ الْعَنَتَ
“Sebaik-baik hamba Allah adalah mereka yang membuat orang lain mengingat Allah saat melihat mereka, dan seburuk-buruk hamba Allah adalah mereka yang berjalan ke sana ke mari menyebarkan fitnah, yang menyebabkan perpisahan di antara orang-orang yang saling mencintai, yang berusaha mendatangkan kesulitan kepada orang-orang yang tidak bersalah” (Ahmad 18483)
 
Kaum muslimin : dan diantara arahan surah Al Hujurat, adalah mencegah dari segala bentuk tindakan dan etika yang bertentangan dengan kesempurnaan iman dan perbuatan baik, seperti memperolok-olok, membanggakan diri dan memanggil dengan julukan yang buruk, karena semua itu merupakan tindakan yang menyebabkan permusuhan antara anggota masyarakat, Allah Swt berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلاَ نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلاَ تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلاَ تَنَابَزُوا بِالأَلْقَابِ بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
"Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim” (Al Hujurat 49 : 11)
 
Rasulullah Saw menegaskan keharaman kebiasaan buruk tersebut dalam sabdanya :
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لا يَظْلِمُهُ وَلا يَخْذُلُهُ وَلا يَحْقِرُهُ، التَّقْوَى هَاهُنَا- وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاثَ مَرَّاتٍ- بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ
"Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya, tidak boleh mendzaliminya, merendahkannya dan tidak boleh menghinakannya, takwa itu ada disini –Beliau mengisyaratkan pada dadanya tiga kali- cukuplah seseorang berbuat keburukan dengan menghina saudaranya yang muslim" (Muslim 2564)
 
Hamba Allah : Allah mengajak kita di dalam surah Al Hujurat untuk membangun sebuah masyarakat yang dipenuhi oleh rasa cinta antara individu di dalamnya, yang dipenuhi oleh kasih sayang yang mampu melindungi harga diri, darah dan harta mereka, yang kuat tidak berlaku dzalim terhadap yang lemah. Yang kaya berusaha memenuhi kebutuhan orang yang fakir, tetangga saling menanyakan kondisi tetangganya, yg sehat menjenguk yang sakit, setiap individu mampu menguasai omongannya menjauh dari menggunjing kehormatan orang lain, tidak ada kebohongan diantara mereka, tidak ada individu yang menyakiti anggota masyarakat lainnya, akan tetapi semuanya hidup dalam kedamaian dan ketentraman, mereka disatukan oleh cinta agama dan negara, itulah semua sifat-sifat masyarakat yang diharapkan seperti tersebut dalam firman Allah :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Al Hujurat 49 : 13)
Ya Allah jadikanlah kami termasuk dalam golongan orang yang mendengarkan ucapan dan mengikuti yang terbaik darinya, dan berilah kami taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami untuk ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
 “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نفعَنِي اللهُ وإياكُمْ بالقرآنِ العظيمِ، وبِسنةِ نبيهِ الكريمِ صلى الله عليه وسلم،
أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.
 
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ ربِّ العالمينَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وأَشْهَدُ أنَّ سيِّدَنَا محمَّداً عبدُهُ ورسولُهُ، اللهمَّ صَلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ الطيبينَ الطاهرِينَ وعلَى أصحابِهِ أجمعينَ، والتَّابعِينَ لَهُمْ بإحسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dan ketauhilah bahwa syariat Islam telah mengharamkan ghibah karena didalamnya terdapat kemudaratan yang besar terhadap individu dan masyarakat, Allah berfirman :
وَلاَ يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
"Dan  janganlah sebagian kamu menggunjing sebahagian yang lain, sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang” (Al Hujurat 49 : 12)
 
Rasulullah Saw bertanya :
« أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ؟» قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ:« ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ» قِيلَ: أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟ قَالَ:« إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
"Tahukah kalian apa itu ghibah ? mereka menjawab : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau menjawab : Kamu membicarakan saudaramu tentang sesuatu yang ia tidak menyukainya. Beliau ditanya : bagaimana  jika pada saudaraku itu terdapat apa yang aku katakan tadi? Beliau menjawab: Jika padanya terdapat apa yang kamu bicarakan itu, maka berarti kamu telah mengumpat dia, dan jika tidak seperti apa yang kamu bicarakan itu, maka berarti kamu telah menuduhnya” (Muslim 2589)
 
Sesungguhnya kehormatan seorang muslim sangat agung di sisi Allah, karenanya tidak boleh bagi seorang pun untuk menodai darah, harta atau kehormatannya, Rasulullah Saw bersabda :
كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ
 "Setiap muslim, haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya atas muslim lainnya” (Muslim 2589)
 
هذَا وصلُّوا وسلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بالصلاةِ والسلامِ عليهِ، قَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2]) وقالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3])
اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا ونبيِّنَا مُحَمَّدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وعَنْ سائرِ الصحابِةِ الأكرمينَ، وعَنِ التابعينَ ومَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إنَّا نسألُكَ الجنةَ لنَا ولوالدينَا، ولِمَنْ لهُ حقٌّ علينَا، وللمسلمينَ أجمعينَ.
اللَّهُمَّ وفِّقْنَا للأعمالِ الصالحاتِ، وترْكِ المنكراتِ، اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِى قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وارزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وارزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، اللَّهُمَّ أصْلِحْ لَنِا نياتِنَا، وبارِكْ لَنَا فِي أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَاجْعَلْهم قُرَّةَ أَعْيُنٍ لنَا، واجعَلِ التوفيقَ حليفَنَا، وارفَعْ لنَا درجاتِنَا، وزِدْ فِي حسناتِنَا، وكَفِّرْ عنَّا سيئاتِنَا، وتوَفَّنَا معَ الأبرارِ، اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، ولاَ دَيْنًا إلاَّ قضيْتَهُ، وَلاَ مريضًا إلاَّ شفيْتَهُ،  ولاَ مَيِّتاً إلاَّ رحمتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا ويسَّرْتَهَا يَا ربَّ العالمينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدولةِ، الشَّيْخ خليفة وَنَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ. اللَّهُمَّ اغفِرْ للمسلمينَ والمسلماتِ الأحياءِ منهُمْ والأمواتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، والشَّيْخ مَكْتُوم، وإخوانَهُمَا شيوخَ الإماراتِ الذينَ انتقلُوا إلَى رحمتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بعفوِكَ وغفرانِكَ ورحمتِكَ آباءَنَا وأمهاتِنَا وجميعَ أرحامِنَا ومَنْ كانَ لهُ فضلٌ علينَا.
اللَّهُمَّ أَدِمْ عَلَى دولةِ الإماراتِ الأَمْنَ والأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِينَ.
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ]وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([4]).
 
 


([1]) الحجرات : 1.
([2]الأحزاب : 56 .
([3]) مسلم : 384.
([4]العنكبوت :45.