Tahun 2018 ini dimaklumi sebagai tahun politik di Indonesia. Hal ini karena Persiapan untuk Pemilu (Legislatip, Presiden dan beberapa Kepala Daerah) 2019 dipersiapkan sejjak dari tahun 2018. Dimulainya pendaftaran Calon Presiden dan Wakilnya, Calon Legislatip dan juga penyelenggaraan Pumilihan Kepala Daerah serentak dilakukan pada tahun 2018. Tentu seperti yang telah menjadi suatu kelumrahan sejak memasuki Era Reformasi ini suasana politik sebelum Pemilu menjadi lebih panas dari biasanya.
Dalam menyongsong Pemilu itu setiap Partai mencari koalisi masing-masing untuk dapat mengusulkan calon-calon baik Kepaala Daerah ataupun Kepala Negara dan para Wakil mereka. Tidak diketahui mekanisme yang Partai adopsi untuk mencalonkan para kandidat yang akan diusulkan, akan tetapi kebanyakan untuk Kepala Daerah merupakan Ketua Partai di Daerah di mana Pemilu akan dilaksanakan. Untuk Kepala Daerah A, maka kandidat Calon Kepala Daerah dan Calon Wakilnya merupakan Ketua Daerah dari Partai pengusung, atau mereka yang memiliki kepopuleran tinggi di daerah pemilihan A, begitu juga di daerah-daerah lainnya.
Seperti yang sudah diketahui bahwa tentang penentuan Capres tidak ada masalah, semua orang semacam sudah mengetahui dan memaklumi, akan tetapi yang lebih menarik justru penentuan Cawapres para Capres yang sudah dimaklumi itu. Hal inilah yang membawa massa sebelum penentuan Cawapres menjadikan suhu politik sidah terrasa semakin panas. Ada pihak yang memanfaatkan ulama untuk memberikan dukungan dan rekomendasi tentang sosok seorang Cawapres. Ini akan menjadikan massa semakin penasaran. Dan di pihak yang lain juga tidak akan menyebutkan atau menentukan nama Wakilnya sebelum sampai pada hari pendaftaran Pilpres dibuka.
Para pendukung kedua belah pihak sudah pada ribut-ribut sendiri di Medsos. setiap berita tentang Pemilu akan dipakai sebagai bahan diskusi, pembicaraan dan meme semau mereka. Setiap anggota partai akan memberikan komentar membela yang didukung ataupun merendahkan yang berada berseberangan. Bahkan terkadang komentar mereka terkesan sembarangan asal bunyi saja walaupun tidak masuk akal. Akan tetapi itulah geliat politik di Tanah Air.
Yang tidak kalah menariknya adalah seperti yang telah diketahui bahwa, pembentukan koalisi partai-partai membuat banyak oarang menunggu dan memantau atau wait and see. Tidak hanya anggota parpolnya saja, masyarakat awampun juga sama, ini dikarenakan ada beberapa partai yang menunjukkan masih belum menentukan tentang arah koalisi mereka waalaupun Capres sudah dapat dikatakan tetap walaupun secara samar-samar sudah mendeklarasikan tentang pencalonan mereka.
PARPOL DAN MASSA
Tujuan seseorang mendirikan Partai Politik (Parpol) adalah untuk digunakan sebagai tempat atau wadah yang dapat menampung para anggota yang memiliki idiologi dan pandangan bernegara yang sama dengan idiologi Partai, di mana para anggata Partai ini nantinya akan menjadi sebagai wakil daripada mereka yang memilihnya dalam menyalukan aspirasi pemilih yang diwakili di dalam setiap mengambil suatu keputusan baik di dalam gedung ataupun di luar gedung parlemen. Semakin banyak wakil dari anggota Parpol duduk sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat, DPR (Pusat dan/atau Daerah), maka akan semakin dipandang sukses suatu Parpol, karena kekuatan suatu Partai adalah berbanding lurus dengan jumlah anggota perwakilan dari partainya (DPR dan/atau DPRD). Untuk itu suatu Partai akan berjuang agar para Calon yang ditawarkan oleh mereka mendapatkan pujian, dianut dan akhirnya dipilih. Semakin banyak suara pemilih yang didapat, maka akan semakin banyak pula calon yang telah ditawarkan akan menjadi wakil para pemilih.
Pemilih yang merupakan anggota masyarakat banyak menjadi rebutan Partai-partai yang akan berjuang untuk Pemilu. Khusus untuk Pemilu tahun 2019 ini, ada banyak cara yang telah mereka (Partai-partai) lakukan, bahkan terkadang menabrak aturan sosial yang ada. Tidak jarang juga menggunakan isu-isu yang berbau SARA. Bahkan seakan semua media tidak pernah sepi dari saling menghujat, saling menjatuhkan dan saling klaim tentang keunggulan, dan sejenisnya dari kandidat yang diangkat.
Dengan cara-cara yang mereka lakukan itu mencerminkan bahwa mereka bukan lagi mencari pemilih yang sejalan dengan idiologi Partai mereka, akan tetapi yang paling penting mendapatkan pemilih sebanyak apapun tanpa perduli apa idiologi si pemilih. Partai seakan sudah tidak menjual program untuk ditawarkan kepada calon pemilih, melainkan mencari calon pemilih dengan cara apapun yang penting pemilih dapat memberikan suara untuk Partai mereka. Dengan kata lain, yang penting kepentingan saat ini dapat terpenuhi, untuk ke depannya terserah apa katanya nanti. Keadaan yang telah diciptakan oleh politikus Parpol-Parpol itu bahkan sering menimbulkan permusuhan antara para calon pemilih itu sendiri. Tidak jarang adanya sedikit kesalahan baik itu tidak disengaja akan menjadi bahan olokan ataupun gunjingan yang dapat menjatuhkan si pelaku bahkan Partainya.
Semakin lama para calon pemilih seakan-akan semakin terbuai dan secara tidak terasa semakin terbawa arus pusaran yang telah dibuat oleh para politikus. Karena seringnya berdebat, seringnya membaca berita tentang kabar-kabar yang dibuat atau dilakukan oleh para politikus, calon pemilih semakin lama semakin menjadi lepas kontrol, atau dapat dikatakan semakin menjadi radikal. Akibatnya, apapun kabar berita dari pihak yang berseberangan merupakan suatu berita buruk olehnya, sehingga memerlukan perlawanan. Demikian juga, apapun berita atau kabar yang sedang diterima tentang keadaan yang didukungnya merupakan kabar atau berita baik yang setelahnya harus disebarkan agar semua orang mengetahuinya.
Hampir semua lapisan masyarakat akan membicarakan tentang situasi Pemilu 2019 ini, tidak perduli tua ataupun mudan, laki-laki ataupun perempuan. Membicarakan tentang Pemilu 2019 seakan menjadikan suatu kecanduan masyarakat, tanpa membicarakannya ketika sedang bertemu kawan sesama warga Indonesia seakan ada yang kurang. Dan semua seolah memakluminya.
ISU YANG PALING IDEAL
Kekuasaan antara dua lembaga negara; peyelenggara yang dikenal sebagai Eksekutip atau Pemerintah, dan pengawas yang dikenal dengan Legislatip atau Dewan Perwakilan Rakyat, DPR.
MENCARI PEMILIH