Tuesday, July 21, 2015

MALAM BERKAH DAN AL QUR'AN

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam Qadar". (QS Al-Qadr: 1).

UMUM 

Tulisan ini bukan untuk memberikan dukungan atau bantahan terhadap pendapat tentang di mana tempat turunnya Al Qur'an pada malam yang disebut Lailatul Qadar yang beredar sekarang, akan tetapi penulis terkadang merasa ada yang perlu dijelaskan dengan akal agar pendapat itu lebih mantab duduk di dalam lubuk hati, karena ada banyak yang berpendapat (ingat pendapat) bahwa Al Qur'an itu diturunkan di Lauhul Makhfuz pada malam Qadar. Dan juga ada yang berpendapat bahwa Al Qur'an diturunkan dari Lauhul Makhfuz ke Langit Bumi di malam Qadar serta ada yang berpendapat bahwa Al Qur'an itu diturunkan secara langsung kepada Nabi Muhammad dari Tuhan dengan perantara Malaikat Jibril.
Dengan adanya kata "pendapat", maka itu bisa saja benar atau mungkin bisa saja salah walaupun pendapat itu telah dianut oleh banyak orang. Sehingga untuk lebih memantabkan keimainan pada apa yang telah beredar, maka diperlukan kemampuan akal untuk membantunya.
Penulis juga bukan sedang melihat suatu kesalahan tentang apa yang sudah menjadi pendapat yang juga menjadi keimainan banyak orang itu, akan tetapi seperti yang dikatakan di atas, agar pendapat itu bisa lebih mantab diterima sebagai pondasi keimanan yang kokoh, maka pemakaian akal dalam mendukungnya adalah mutlak diperlukan. Karena, iman tanpa akal sama dengan barang yang terapung di atas gelombang tanpa tujuan.

ALQUR'AN

Sungguh tidak akan pernah berakhir tentang pembahasan bagaimana diturunknnnya Al Qur'an ini. Ini bukan saja di kalangan ummat Islam, akan tetapi juga untuk kalangan di luar pemeluk Islam. Pembahasannya pun bukan tentang isi yang ada di dalamnya, akan tetapi juga aspek lainnya termasuk bagaimana Al Qur'an itu diturunkan. Kalaupun dikumpulkan jumlah literaturnya, mungkin jumlahnya akan mencapai ratusan rubu bahkan jutaan telah ditulis oleh banyak orang dari berbagai kalangan untuk membahas mengenai topik Al Qur'an atau yang berhubungan dengannya.
Sekarang ini Al Qur'an indentik dengan Islam. Mengapa penulis katakan demikian? Bukankah sebelum Al Qur'an diwahyukan melalui Rasul Muhammad SAW, Islam sudah ada?. Bukankan Nabi Ibrahim AS juga menjalankan Islam pada jamannya? Demikian juga dengan para Nabi AS yang lainnya.
Penulis ingin menggaris bawahi bahwa, Islam Moderen adalah Al Qur'an sepenuhnya. Bahkan sampai saat ini dikenal dua masa, masa sebelum Islam (baca sebelum Al Qur'an diwahyukan melalui Rasul Mohammad SAW atau sebelum Islam Moderen), merupakan masa Jahiliah, dan masa sesudah Al Qur'an diturunkan (baca diwahyukan kepada Rasul SAW) atau masa Islam (baca masa Islam Moderen).
Di mana arti Jahiliah adalah kebodohan, akan tetapi yang dimaksud Jahiliah di sini bukan berarti kebodohan akal, karena masyarakatnya bukanlah masyarakat yang bodoh, akan tetapi merupakan masa yang tidak memiliki cukup petunjuk yang benar untuk hidup di zaman moderen, jaman kompleks baik tatanan sosial, ekonomi dan tekhnologinya. Inilah maksud dari Jahiliah menurut penulis yang disadur dari buku yang berjudul Muhammad yang ditulis oleh Karen Amstrong. Selain itu banyak petunjuk melalui wahyu terdahulu sudah terdeviasi, baik secara penulisan, praktek dan pendapat. Inilah juga yang dimaksud dengan jaman Jahiliah.
Jadi, turunnya Al Qur'an melalui wahyu merupakan pembatas antara jaman Islam Jahiliah dan jaman Islam Moderen. Yang menjadi pertanyaan adalah; di mana Al Qur'an itu diturunkan pada malam yang disebut Lailatul Qadar itu?
Jawaban dari pertanyaan ini memang tidak akan pernah terjawab dengan pasti, karena tidak ada petunjuk tentang di mana tempat Ia diturunkan. Yang ada petunjuknya hanyalah waktunya, yaitu suatu malam yang disebut Lailatu Qadar, jika diartikan adalah Malam Penuh Berkah, Malam Jaya. Mengapa penulis mengartikannya demikian, bukan malam mulia misalnya, atau malam unggul lainnya. Karena, sejak diturunkannya al Qur'an, maka manusia melangkah dari jaman Jahiliah, dari jaman kegelapan menuju ke jaman terang penuh dengan petunjuk. Dan diturunkan di Bulan Ramadan. Serta petunjuk lainnya adalah cara Al Qur'an diturunkan, yaitu secara berangsur-angsur. Sedangkan mengenai tempat al-Qur'an diturunkan, petunjuknya hanyalah dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah, untuk itu dipakai kata "anzalna, atau diturunkan".

PENDAPAT YANG BEREDAR

 Pendapat yang beredar tentang tempat di mana Al Qur'an diturunkan telah didasarkan pada 4 ayat berikut ini:
"Bulan Ramahan, bulan diturunkan di dalamnya Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dan yang batil". (QS Al-Baqarah: 185).
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada Lailatul (malam) Qadar. (QS Al-Qadr: 1)
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam yang diberkahi. (QS Ad-Dukhan: 3).
Dan Al-Qur`an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (QS Al-Isra`: 106)
Sebenarnya banyak orang yang sudah mengetahui tentang beberapa pendapat para ulama mengenai tempat dimana Al Qur'an diturunkan. Ada sebagian yang berpendapat bahwa Al Qur'an turun dengan dua tahap. Pertama pada malam Qadar (Lailatul Qadar) dari Lauhul Makhfuz ke Baitul Izza, langit dunia sekaligus, kemudian tahap berikutnya dari langit dunia secara berangsur-angsur ke pada manusia melalui Malikat Jibril AS dan Rasulullah Muhammad SAW.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah, apa yang dimaksud dengan Al Qur'an diturunkan pada malam yang disebut Lailatul Qadar? Lalu dari mana ke mana Al Qur'an diturunkan pada malam yang disebut Lailatul Qadar itu?. Apakah dari Allah ke Lauhul Makhfud? Atau dari Allah langsung ke Langit Bumi? Atau dari Lauhul Makhfud ke Langit Bumi?. Atau bahkan langsung dari Allah kepadaa Rasul SAW melalui Malaikat Jibril..?.Inilah teka-teki para ahli kalam yang sangat menarik untuk disimak.
Pendapat-pendapat sebagaimana dikutip melalui http://www.eramuslim.com/alquran/kapan-al-qur-039-an-diturunkan.htm#.VaPhY_m1lHS yang diasuh oleh Ustaz Ahmad Sarwat, Lc. menyatakan bahwa; ada 3 mahzab tentang turunnya Al Qur'an seperti berikut:

----------Salinan dari eramuslim.com dimulai----------
Madzab Pertama 

Pendapat Ibn Abbas dan sejumlah ulama serta yang dijadikan pegangan oleh umumnya para ulama.
Menurut mereka, yang dimaksud dengan turunnya Qur’an dalam ketiga ayat di atas adalah, turunnya al-Qur’an sekaligus ke Baitul `Izzah di langit dunia agar para malaikat menghormati kebesarannya. Kemudian sesudah itu Qur’an diturunkan kepada rasul kita Muhammad SAW. Secara bertahap selama dua puluh tiga tahun.
Sesuai dengan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian sejak dia diutus sampai wafatnya. Beliau tinggal di Makkah sejak diutus selama tiga belas tahun dan sesudah itu beliau hijrah dan tinggal di Madinah selama sepuluh tahun. Pendapat ini didasarkan pada berita-berita yang sahih dari Ibn Abbas dalam beberapa riwayat. Antara lain:
A. Ibn Abbas r.a berkata, "Qur’an sekaligus diturunkan ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar, kemudian setelah itu ia diturunkan selama dua puluh tahun. Lalu ia membacakan:
Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (QS Al-Furqan: 33).
Dan Al-Qur`an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (QS Al-Isra`: 106).
B. Ibn Abbas r.a. berkata, "Qur’an itu dipisahkan dari az-Zikr, lalu diletakkan dai Baitul Izzah di langit dunia. Maka Jibril mulai menurunkannya kapada Nabi SAW"
C. Ibn Abbas r.a. mengatakan, "Allah menurunkan Qur`an sekaligus ke langit dunia, tapi turunnya secara beransur-ansur. Lalu Dia menurunkannya kepada Rasul-Nya bagian demi bagian."
D. Ibn Abas r.a. berkata, "Qur’an diturunkan pada malam Lailatul Qadar, pada bulan Ramahan ke langit dunia sekaligus; lalu ia diturunkan secara berangsur-angsur."

Madzab Kedua

Yaitu yang diriwayatkan oleh Asy-Sya`bi. Mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan turunnya Qur’an dalam ketiga ayat di atas adalah permulaan turunnya Qur’an kepada Rasulullah SAW. Permulaan turunnya Qur’an itu di mulai pada malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan, yang merupakan malam yang diberkahi.
Kemudian turunnya berlanjut sesudah itu secara bertahap sesuai dengan kejadian dan peristiwa-peristiwa selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. Dengan demikian Qur’an hanya satu macam cara turun, yaitu turun secara bertahap kepada Rasulullah SAW. Sebab yang demikian inilah yang dinyatakan dalam Qur’an:
Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (QS Al-Isra`: 106).
Dan keistimewaan bulan Ramahan dan malam Lailatul Qadar yang merupakan malam yang diberkahi itu tidak akan kelihatan oleh manusia kecuali apabila yang dimaksudkan dari ketiga ayat di atas adalah turunnya Qur’an kepada Rasulullah SAW. Yang demikian ini sesuai dengan apa yang terdapat dalam firman Allah mengenai perang Badar:
Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS Al-Anfal: 41).
Perang Badar terjadi pada bulan Ramadan. Dan yang demikian ini diperkuat pula oleh hadis yang dijadikan pegangan para penyelidik hadis permulaan wahyu.
Aisyah r.a berkata, "Wahyu yang mula-mula diturunkan kepada Rasulullah SAW ialah mimpi yang benar diwaktu tidur. Setiap kali bermimpi ia melihat ada yang datang bagaikan cahaya yang terang dipagi hari. Kemudian ia lebih suka menyendiri. Ia pergi ke gua hira untuk bertahanus beberapa malam, dan untuk itu ia membawa bekal. Kemudian ia kembali ke rumah Khadijah, dan Khadijahpun membekali seperti itu biasanya. Sehingga datanglah `kebenaran` kepadanya sewaktu ia berada di gua hira`. Malaikat datang kepadanya dan berkata, "Bacalah!" Rasulullah SAW berkata, "Aku tidak pandai membaca." Lalu malaikat merangkulnya sampai kepayahan. Kemudian ia melepaskan aku, lalu katanya, "Bacalah!" Aku menjawab, "Aku tidak pandai membaca" Lalu ia merangkulku lagi sampai aku kepayahan. Lalu ia lepaskan aku. Lalu katanya, "Bacalah!" Aku menjawab aku tidak pandai membaca. Lalu ia merangkulku untuk ketiga kalinya, sampai aku kepayahan, lalu ia lepaskan aku lalu katanya, "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan sampai dengan apa yang belum diketahuianya."
Para penyelidik menjelaskan bahwa Rasulullah SAW pada mulanya diberitahu dengan mimpi di bulan kelahirannya, yaitu bulan Rabi`ul Awal. Pemberitahuan dengan mimpi itu lamanya enam bulan. Kemudian ia diberi wahyu dengan keadaan sadar (tidak dalam keadaan tidur ) pada bula Ramadhan dengan Iqra`. Dengan demikian maka nash-nash yang terdahulu itu menunjukkan pada satu pengertian.

Madzab Ketiga 

Bahwa Qur’an diturunkan ke langit dunia selama dua puluh tiga malam Lailatul Qadar yang pada setiap malamnya selama malam-malam Lailatul Qadar itu ada yang ditentukan Allah untuk diturunkan pada setiap tahunnya. Dan jumlah wahyu yang diturunkan ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar, untuk masa satu tahun penuh itu kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW sepanjang tahun. Madzab ini adalah hasil ijtihad sebagian mufasir tapi tidak mempunyai dalil.
Adapun madzab kedua yang diriwayatkan dari as-Sya`bi, dengan dali-dalil yang sahih dan dapat diterima, tidaklah bertentangan dengan madzab yang pertama yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas.
Dengan demikian, maka pendapat yang kuat ialah bahwa Al-Qur’an Al-Karim itu dua kali diturunkan:
Pertama: Diturunkan secara sekaligus pada malam Lailatul Qadar ke Baitul Izzah di langit dunia.
Kedua: Diturunkan ke langit dunia ke bumi secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun.
Al-Qurtubi telah menukil dari Muqatil bin Hayyan riwayat tentang kesepakatan (ijma’) bahwa turunnya Qur’an sekaligus dari Lauhul Mahfuz ke Baitul Izzah di langit dunia.
Ibn Abbas memandang tidak ada pertentangan antara ke tiga ayat di atas yang berkenaan dengan turunnya Qur’an dengan kejadian nyata dalam kehidupan Rasulullah SAW bahwa Qur`an itu turun selama dua puluh tiga tahun yang bukan bulan Ramadhan.
Dari Ibn Abbas disebutkan bahwa ia ditanya oleh `Atiyah bin al-Aswad, katanya, "Dalam hatiku terjadi keraguan tentang firman Allah, bulan Ramadhan itulah bulan yang di dalamnya diturunkan Qur`an, dan firman Allah SWT, ‘Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam Lailatul Qadar’, padahal Qur`an itu ada yang diturunkan pada bulan Syawal, Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram, Saffar dan Rabi`ul awwal." Ibnu Abbas menjawab, "Qur`an diturunkan berangsur-angsur, sedikit- demi sedikit dan terpisah-pisah serta perlahan-lahan di sepanjang bulan dan hari."

------------Salinan dari eramuslim.com berakhir.----------------------

Dari ketiga mahzab yang disebutkan di atas, ummat harus memilih salah satu yang paling diimani. Merupakan sesuatu yang lucu apabila ketiganya diimani bahkan lebih lucu lagi apabila tidak mengetahui mengimani yang mana, sehingga yang manapun bisa saja.
Untuk itu mencari yang paling baik untuk diimani merupakan suatu keharusan. Tentu untuk mendapatkan yang demikian, maka diperlukan pemahaman, pencarian dan penyimpulan. Untuk itu penulis ingin mencari suatu kesimpulan dengan mencoba semua dalil itu dilakukan dengan melalui jalur akal.

 PENDAPAT MENURUT AKAL

Tentang Malam

Hampir dipastikan banyak orang pernah menikmati malam pergantian tahun Georgian, atau dikenal dengan menunggu malam tahun baru Masehi. Sebenarnya ketika menunggu malam pergantian tahun adalah menunggu waktu dilaluinya pukul 12 tengah malam. Inilah patokan mereka (Georgianeer) tentang pergantian hari. Suatu hari akan dimulai sejak pukul 0:00 tengah malam dan hari itu akan berakhir sampai dengan pukul 0:00 tengah malam berikutnya.
Lalu bagaimanakah mereka mendefinisikan tentang malam?
Ada beberapa ucapan selamat yang dihubungkan dengan waktu dalam setiap hari oleh mereka. Dalam bahasa Ingris disebut; "Good Morning", "Good Afternoon", "Good Evening" dan "Good Night".
Untuk dua yang pertama mungkin mudah dalam menentukan waktunya, akan tetapi Good Evening, adakah yang tahu pasti kapan batasannya? Penulis sendiri tidak mengetahui bahkan terkadang kebingungan untuk mengucapkannya, terutama kapan harus memakai Good Evening dan kapan kapan harus mengucapkan Good Night. Walaupun bisa menanyakan pada Google, akan tetapi definisinya terkadang susah untuk dipercaya karena tidak menunjukkan waktu perbedaan.
Lalu apakah begitu dengan pengikut Islam?. Untuk menjawab ini marilah kita kembali ke Al Qr'an. Pertama-tama kita mencari definisi malam.
Jika kita perhatikan Surat Qadar mulai dari ayat pertama sampai dengan ayat yang ke lima berikut ini:
1) Sesungguhnya Kami telah menurunkannya di malam Qadar.
2) Dan tahukah kamu apakah malam Qadar itu?
3) Suatu Malam yang lebih baik dari seribu bulan.
4) Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan ruh dengan izin Tuhan mereka untuk mengatur segala urusan.
5)  Damailah untuknya sampai terbit fajar.
Dari ayat ke lima di atas sangat jelas bahwa Lailatul Qadar akan berakhir sampai dengan datangnya fajar. Artinya, datangnya fajar merupakan batas akhir dari malam yang disebut Lailatul Qadar. Fajar adalah suatu waktu ketika ujung atas matahari mulai menyentuh garis pandang bagian timur (lintang timur) bumi. Fajar merupakan suatu waktu panggilan sholat (azan) subuh mulai dikumandangkan. Setelah itu tidak lagi bisa disebut malam. Dengan kata lain, setelah bagian ujung atas matahari mulai menyentuh garis pandang busur timur bumi, maka malam hari akan berganti menjadi siang hari, dan akan disebut siang hari. Akan tetapi, kapan malam itu dimulai?.
Memang tidak ada keterangan yang menjelaskan diawalinya suatu malam. Orang bisa saja mengatakan bahwa malam itu dimulai setelah azan waktu Asyar, atau mengatakan setelah azan Maghrib, bahkan bisa juga mengatakan setelah azan Isyak. Akan tetapi apabila kembali kepada keterangan ayat 5 tersebut di atas, maka yang disebut malam itu adalah ketika fajar belum datang. Artinya ketika matahari belum muncul dari garis penglihatan. Demikian juga untuk menentukan awal datangnya malam, yaitu ketika matahari tenggelam secara keseluruhan dari pandangan mata karena sudah berada di bawah garis litang barat bumi. Artinya matahari sudah hilang dari pandangan. Waktu mulai malam ini adalah ditandai dengan datangnya azan sholat Isyak. Untuk itu pelaksanaan sholat malam dilakukan setelah sholat Isyak dan beraakhir sebelum waktu azan Subuh.
Dari keterangan di atas, maka jelas sekali tentang definisi malam menutut Al Qur'an, yaitu suatu keadaan dimana matahari berada di bawah garis lintang-lintang bumi. Demikian pula yang disebut siang, yaitu suatu keadaan dimana matahari sudah keluar dari garis lintang-lintangnya.

Tentang Awal Hari
  
Lalu kapan sutu hari itu dimulai menurut Islam?.
Bagi Georgineer, menurut keterangan di atas suatu hari itu dimulai sejak setelah pukul 24:00. Akan tetapi apakah Islam juga mengajarkan demikian?.
Apabila dilihat dari perbedaan tentang menentukan akhir dari suatu malam, tentu hal itu akan berakibat pula pada adanya perbedaan memulainya suatu hari. Untuk menjawab pertanyaan itu, maka kita harus kembali kepada Al Qur'an juga. Secara gamblang memang Al Qur'an tidak pernah menyatakan tentang kapan suatu hari itu dimulai, akan tetapi ada ayat yang menunjukkan suatu indikasi bahwa suatu hari itu dimulai sejak waktu kapan. Ayat itu adalah terdapat pada surat Al Baqarah, bagian dari Ayat 185 yang berbunyi:
"Barang siapa yang menyaksikan bulan, maka berpuasalah"
Ayat di atas mengindikasikan tentang dimulainya awal kewajiban bagi orang-orang yang beriman untuk berpuasa sebagai salah satu sarat apabila mereka ingin memiliki predikat sebagai muttaqin.
Artinya ketika seseorang menyaksikan datangnya bulan, maka sebenarnya ia sudah memasuki awal dari bulan Ramadhan, untuk itu terhadapnya diwajibkan berpuasa. Dan dalam ketentuan bahwa berpuasa itu di siang hari. Bukan di malam hari seketika setelah melihat bulan.
Awal dari suatu bulan merupakan hari pertama dari bulan itu. Hari pertama dari bulan itu adalah pada malam di manan bulan itu dapat disaksikan. Ini menunjukkan bahwa, hari pertama dari suatu bulan dimulai sejak disaksikannya bulan untuk bulan itu, dalam hal ini bulan Ramadan. Dengan demikian hari pertama dari suatu bulan dimulai sejak malam sebelum hari berikutnya datang. Ini menunjukkan bahwa suatu hari itu menurut ajaran Islam adalah dimulai sejak malam sebelum hari berikutnya datang.

Di mana Malam Yang Disebut  Lailatu Qadar Itu Kemungkinan Terjadi?

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada Lailatul Qadar. (QS Al-Qadr: 1)
Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (QS Al-Isra`: 106)
Sebelum membahas dalam mencari tentang di mana Al Qur'an diturunkan, sebaiknya marilah mencoba untuk mendefinisikan arti kata "turun".

Arti Kata "Turun"

Kata "turun" merupakan suatu kata yang sangat penting didalam menjelaskan pencarian tempat Al Qur'an diturunkan. Turun berarti suatu pergerakan dengan sengaja dari tempat yang lebih tinggi dari suatu permukaan (terhadap bumi) apabila itu pergerakan suatu benda dikarenakan gaya tarik bumi.Perlu dicatat bahwa pusat grafitasi bumi merupakan tempat terendah bumi.

Atau suatu pergerakan dari sutu tempat yang memiliki kebudayaan lebih moderen ke daerah yang memiliki kebudayaan lebih primitif (biasanya dari kota ke desa), apabila itu menyangkut pergerakan manusia di muka bumi yang dianggap datar. Untuk itulah orang kota menganggap "turun" sebagai istilah pulang ke desa.
Mari kita perhatikan ayat Al Qur'an berikut ini:
Kami menurunkan air bersih dari langit. Dengan itu Kami hidupkan negeri yang sudah mati, dan Kami beri minum segala yang Kami ciptakan, hewan ternak dan manusia yang banyak. (Surat al-Furqaan, 48-49)
Setelah membahas tentang malam, waktu dimulainya suatu hari dan arti kata "turun", maka akan terasa lebih mudah untuk membahas tentang di mana tempat yang paling memungkinkan Al Qur'an itu diturunkan. Dikatakan lebih mudah menentukan di mananya karena di dalam Al Qur'an sudah ditentukan tentang waktu turunnya Al Qur'an, yaitu suatu malam yang disebut Lailatul Qadar.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa, malam itu terjadi sejak tenggelamnya keseluruhan bagian dari matahari sampai dengan munculnya bagian dari matahari. Ini menunjukkan bahwa Al Qur'an diturunkan di suatu tempat dimana pada saat itu tempat itu sedang berada pada waktu malam hari. Dari indikasi itu, maka malam di suatu tempat bukan berarti malam di tempat lain. Malam yang dimaksud hanya ada di bumi, tempat di mana Al Qur'an diturunkan. Hal ini apabila mengacu kepada isi surat Qadar.
Karena malam itu untuk malam  di bumi yang sedang mengalami kedamaian sampai datangnya fajar,  maka malam itu tentu hanya terjadi pada suatu tempat tertentu pula di muka bumi saat itu. Adalah tidak masuk akal jika tidak dikatakan tidak mungkin, malam sampai fajar akan terjadi di seluruh tempat di muka bumi ini. Misalnya jika seluruh muka bumi mengalami malam sampai datangnya fajar yang terjadi, maka sesungguhnya Lailatul Qadar akan mengikuti bentuk dan putaran bumi, maka malam dan fajar tidak akan pernah berakhir.
Misalnya malam di Indonesia akan berakhir ketika fajar terjadi di Indonesia pula. Jika malam tertentu itu terjadi di mana saja, misalnya juga terjadi di Amerika, maka malam yang sudah hilang di Indonesia dan sudah berganti siang, akan tetapi di Amerika yang terjadi adalah sebaliknya, demikian seterusnya. Hal inilah yang tidak mungkin bahwa Lailatul Qadar itu terjadi di seluruh permukaan bumi ketika diturunkannya Al qur'an.
Dengan demikian pasti Al Qur'an telah diturunkan di suatu tempat tertentu di muka bumi ini yang pada saat itu tempat itu, berstatus malam hari.
Untuk mendapatkan jawaban tentang di mana tempat diturunkan Al Qur'an waktu itu di bumi, maka tidak ada jawaban lain yang lebih masuk akal selain di suatu tempat di mana Al Qur'an untuk pertama kalinya diwahyukan kepada Rasul-Nya, yaitu di Gua Hirak sekitar Makkah. Di mana saat itu Nabi Muhammad SAWsedang bertapa di dalamnya.
Jika kedua ayat itu (QS Al-Qadr: 1 dan QS Al-Isra`: 106) dihubungkan, di mana ayat yang pertama menyatakan tentang waktu turunnya Al Qur'an pada suatu malam yang disebut Lailatul Qadar dan ayat yang kedua menyatakan tentang Al Qur'an diturunkan secara berangsur angsur, maka ayat yang pertama menjelaskan kapan Al Qur'an itu diturunkan sedangkan ayat yang kedua menerangkan bagaimana Al Qur'an itu ditunkan. Dua ayat tersebut di atas tidak boleh dipisahkan walaupun diwahyukannya bukan pada saat yang bersamaan kepada Rasul SAW.
Jika surat Qadar diperhatikan secara keseluruhan, maka semacam adanya suatu peristiwa "perayaan" ketika Al Qur'an itu diturunkan. Yaitu malam itu adalah lebih baik daripada seribu bulan, para malaikat dan ruh ikut turun dalam perayaan turunnya Al Qur'an. Malam itu merupakan malam yang damai sampai datangnya waktu fajar.
Jika dianalogikan bahwa untuk membenahi suatu tatanan sosial dengan analog dilihat dari perayaan membangun suatu bangunan Agama (Islam), maka peletakan batu pertama untuk menandakan pembangunan bangunan Agama itu memerlukan suatu perayaan. Lalu kemudian berangsur-angsur secara bertahap diteruskan dari waktu ke waktu sampai dengan pembangunan Agama itu tuntas. Inilah analogi yang terjadi pada proses turunnya Al qur'an.
Dengan demikian nampak sekali bahwa sesuatu yang dirayakan oleh surat Qadr:1 itu merupakan awal dari suatu kejadian proses panjang yang diawali dengan perayaan yang sangat menyenangkan, sesuatu kejadian yang memerlukan sambutan yang sangat meriah, sesuatu kejadian dari suatu pembukaan atau mulai diturunkannya suatu Kitab Suci yang memberikan informasi kebenaran tentang informasi  masa lalu, masa kini dan masa mendatang. Dan jangan lupa pula, manusiapun dianjurkan untuk merayakannya dalam penandaan mulai diturunkan Al--Qur'an itu, perayaan itu  sesungguhnya adalah Puasa di bulan Ramadan yang dikenal dengan istilah Puasa Ramadan.

Dari Mana?

Napaknya belum lengkap apabila asal Al-Qur'an diturunkan tidak ikut dibahas walaupun tidak ada indikasi apapun yang dapat dipakai sebagai patokan. Akan tetapi akal manusia merupakan anugerah yang dengan intuisinya dapat memecahkan hal-hal serumit apapu. Caranya sesuai kaedah umum menyederhanakan sesuatu yang kompleks menjadi sederhana dengan pemisalah.
QS. Qadr:1 dapat dimisalkan pada seseorang, katakanlah seorang raja. Misalnya si Raja itu mengatakan, aku turunkan bantal kursiku ke lantai, apabila itu berupa barang. Atau aku turunkan pangkatmu ketika di hadapannya adalah seorang panglima perang yang kembali dengan kekalahan di medan perang, apabila yang diturunkan bukan barang. Atau, si Raja memanggil juru bicaranya untuk menyampaikan Maklumat Perintah (baca undang--undang absolut) kepada rakyat di Negerinya agar memberitahu ke seluruh pelosok Negerinya.
Dari ketiga contoh di atas yang paling pas untuk yang sedang dibahas ini adalah contoh yang terakhir, yaitu si Raja ingin menyampaikan sesuatu maklumat kepada rakyat di Negerinya. Apabila di setiap bagian Negeri ada seorang Kepala Bagian Negeri, maka si pembawa Maklumat itu untuk menyampaikan pesan Raja akan melalui Kepala Bagian itu.
Apabila ada yang bertanya dari mana perintah Raja berasal, yang paling masuk akan adalah dari Istananya, bahkan dari Singgasananya. Dengan demikian, maka apabila ada yang bertanya darimana Perintah (baca Wahyu) Tuhan diturunkan, maka jawaban yang paling masuk akan adalah dari Istana--Nya atau dari Singgasana-Nya, yaitu di Arsh.

KESIMPULAN

Dari penjelasan sederhana di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, Al qur'an itu diturunkan untuk pertamakalinya di Gua Hirak Makkan pada suatu malam yang disebut Lailatul Qadar. Yaitu suatu malam perayaan yang penuh berkah, suatu malam perayaan peletakan batu pertama bagi suatu pembangunan suatu petunjuk lengkap bagi manusia yang akan hidup di jaman moderen. Dan manusia yang mengimaninya diwajibkan untuk merayakan peletakan batu pertama itu dengan cara berpuasa satu bulan penuh di bulan peletakan batu pertama, bulan Ramadan.

END
Medio Abu Dhabi
Juli, 2015.