Tuesday, August 08, 2006

KETIKA AKU DULU, TERGESA-GESA

Hampir semua orang di kantorku paham, bahwa bahan dan peralatan saja tidak akan dapat dijadikan sebuah kapal, akan tetapi lebih dari itu dibutuhkan juga suatu inspirasi, dan semua orang paham pula, bahwa pekerjaan rutin setiap hari selalu dimulai dengan jalan yang itu-itu juga.
Aku merasa, bahwa sesuatu tidak mungkin dapat membuat keadaan pikiranku tetap bersemangat dan sehat, jika aku tidak membuka kaca krapyak kamarku membiarkan angin segar masuk ketika nyamuk di luar sana sudah pada masuk kandang mereka setelah aku bangun tidur. Telinga dan pikiranku sesaat tertuju pada kicauan bunyi burung gereja yang ada di kejauhan, yang aku tau pasti, bahwa mereka selalu ada di situ begitu pagi datang. Ini adalah bagian dari inspirasiku sebelum pergi pada bahan dan peralatan untuk membangun rancangan ‘kapal’-ku mengisi kegiatan rutinku setiap hari. Kita semua ingin, atau butuh memulai sesuatu setiap hari secara rasional dan filosofis, daripada tergesa-gesa secara membabi-buta, yang akhirnya mendapatkan kegelisahan terbelenggu dalam simpul besar keputus-asaan.
Kira-kira duapuluh tahun lalu, aku pernah sering mengalami kepanikan kecil yang menyerangku setiap pagi begitu aku siap pergi ke kantor. Aku sering lupa sesuatu di belakang, yang mana aku membutuhkannya untuk pekerjaanku ketika aku ada di kantor. Aku harus selalu meneguk secangkir teh atau kopi kental tidak terlalu manis agar dapat memberi tambahan semangatku sebelum aku memulai tugas-tugas rutinku. Aku selalu dihantui oleh kekhawatiran, sehingga kehilangan banyak waktu sebelum akhirnya menjadi siap untuk memulai pekerjaan rutinku. Ini telah membuatku frustasi, sebab tidak berguna bagaimana aku mempersiapkan diri pada malam sebelumnya, tergesa-gesa secara membabi-buta pasti selalu akan mengalahkanku untuk memulai kegiatan rutinku di kantor.
Kemudian pada suatu malam, sebagaimana aku biasanya duduk lama, lalu tidur nyenyak, aku putuskan untuk menebusnya dengan kesenangan atau keindahan, dan memulai sesuatu dengan pertimbangan masak-masak. Ini memberi ketegaran hampir semalaman, tetapi ketika bunyi lonceng di dinding mulai menjerit menandakan pergantian hari, aku telah mempunyai jawaban penting untuk semua penderitaanku. “Aku tidak akan, sebagaimana biasanya,” bisikku pada diri sendiri, “tergesa-gesa ke kamar mandi, walaupun celana yang sedang aku pakai sekalipun sedang terbakar”. Artinya, aku harus mencari dan menemukan sesuatu yang akan membuat pikiranku tenang dulu, sebelum aku memulai sesuatu.
Itu merupakan sebuah rahasia baru bagi diriku, dan untuk pertama kali mengilhamiku setelah bangun tidur menyimak dan memeriksa secara hati-hati dalam ruangan ketika aku sedang mengamati sekelilingnya. Aku buka kaca kerapyak jendela kamarku agar hawa pagi masuk dan bahkan memberiku sekejap waktu untuk menikmati kicauan burung-burung gereja jauh di luar kamarku, di mana biasanya aku tidak pernah memperdulikan mereka. Rumah-rumah tetanggaku tiba-tiba terasa menarik, demikian pula kesibukan jalan menuju kantorku. Ternyata, menenangkan diri tidak menghabiskan waktu lebih dari lima menit, tetapi memberi ketenangan dan rasa segar sangat berarti pada diriku. Aku bahkan mepunyai waktu untuk makan pagi sebelum pergi ke kantor dengan perasaan yang segar pula, walaupun aku harus tidur lebih sedikit. Kawan-kawan di kantor menayaiku tentang perbedaan ketika aku tidak memesan teh atau kopi kental tidak terlalu manis kesukaanku lagi, yang biasanya selalu aku pesan begitu aku tiba di kantor.
Hari berlalu dengan mulus dan tugas-tugas dapat aku kerjakan dengan tepat waktu dan terasa lebih mudah, daripada mencoba memecahkan seluruh masalah sekaligus secara tergesa-gesa. Akhirnya aku dapat meletakkan diri pada pekerjaanku dengan penuh percaya diri, dan membuat lebih baik dalam mengendalikan diriku di kemudian hari. Terkadang hal ini membantu dalam memfokuskan diri pada apa yang sering kita buang atau lupakan sebagai hal yang tidak penting, tetapi besar dan positip akibatnya pada diri kita. Ketika kita sedang berpikir untuk itu, hidup adalah terdiri dari nilai-nilai yang kecil tidak penting atau bahkan remeh, yang bila dikumpulkan merupakan sesuatu yang sangat berarti. Kita membutuhkan saluran keindahan dan keserasian agar selalu tetap terbuka untuk mewarnai suatu gambar besar yang terbuat dari bintik-bintik atau gambar-gambar yang lebih lebih kecil. Orang bijak berkata bahwa, “Gelapnya malam adalah buku dari sebuah sajak, dan bintang-bintang di dalamnya adalah syair-syairnya”.
Bila kita mengamati uraian waktu setiap menit, kemudian melihat tugas-tugas yang ada di depan kita yang harus diselesaikan, sangat sedikit harapan memberi waktu yang menyenangkan dapat menyelesaikan tugas-tugas itu, dengan catatan, itu merupakan suatu keberhasilan. Tetapi bila dikerjakan menit demi menit dengan ketenangan, akhirnya yang tampak adalah, sesuatu yang menakjubkan, yaitu tanpa terasa aku sudah menyelesaikan rancangan sebuah kapal.