Friday, April 25, 2014

Khutbah Jum'at 40, Nikmat Persatuan & Menipu Tidak Termasuk Golongan Kami


Khutbah Jumat, 26 Muharram 1434 H / 29 November 2013 M
 
Nikmat Persatuan
 
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، نَحْمَدُهُ حمداً يليقُ بجلالِ وجهِهِ وعظيمِ سُلطانِهِ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وأَشْهَدُ أَنَّ سيِّدَنَا ونبيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، فاللَّهُمَّ صَلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيِّدِنَا ونبيِّنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، وعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدِّينِ.
أَمَّا بعدُ: فأُوصِيكُمْ عبادَ اللهِ ونفسِي بتقوَى اللهِ عزَّ وجلَّ، قالَ تعالَى:] يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُم لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ[([1])
Kaum mukminin : Persatuan (ittihad) merupakan tiang tegaknya bangsa-bangsa, tumpah darah kebangkitan peradaban dan merupakan dasar perkembangan dalam setiap masyarakat, oleh karena itu Allah Swt berwasiat kepada seluruh rasul-Nya dalam sebuah firman-Nya :
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ
"Dia telah mensyariatkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya" (As Syura 42 : 13)
Kesatuan hati dan pertautannya atas satu kata merupakan pemberian dari Allah, yang diberikan kepada orang yang berusaha menggapainya, Allah Swt berfirman :
لوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
"Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (Al anfal 8 : 63)
Persatuan merupakan nikmat yang harus disyukuri, oleh karena itu Allah Swt memberikannya kepada hamba-hamba-Nya, disebutkan dalam firman-Nya :
وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ
"Dan ingatlah nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian" (Ali Imran 3 : 103)
Ingatlah akan masa lalu, masa lalu yang tercerai beraikan dan dalam kondisi lemah, kemudian ingatlah apa yang dialami sekarang, setelah diberikan nikmat cinta kasih, nikmat persatuan dan ketentraman, Allah Swt berfirman :
فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً
"Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara" (Ali Imran 103)
Hamba Allah : Islam menganjurkan untuk menyebarkan ruh persatuan termasuk dalam masalah ibadah, hal itu memberikan penjelasan pada kita bahwa ibadah merupakan salah satu cara menuju persatuan, disebutkan dalam perintah syariat dengan menggunakan bentuk kata persatuan dan perkumpulan, dalam perintah shalat misalnya :
وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
"Dan dirikanlah kalian shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk" (Al Baqarah 2 : 43)
Dalam perintah puasa, Allah Swt berfirman :
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa" (Al Baqarah 2 : 183)
Perhatikan pertemuan dan perkumpulan manusia saat melaksanakan ibadah haji, Allah Swt berfirman :
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً
"Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah"(Ali Imran 3 : 97)
Dalam pembangunan ahklak manusia, kita dianjurkan untuk membangun masyarakat yang bersatu, disebutkan dalam firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ
"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janji kalian"(Al Maidah 5 : 1)
Begitu pula saat Allah menyeru manusia untuk memakmurkan bumi, Dia menggunakan ungkapan jamak untuk seluruh manusia dan tidak menggunakan ungkapan tunggal, seperti terdapat dalam firman-Nya :
هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ الأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا
"Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kalian pemakmurnya" (Hud 11 : 61)
Perhatikan wahai hamba Allah, bagaimana cara Al Quran menumbuhkan budaya persatuan pada setiap sisi kehidupan, karena bangsa-bangsa itu berdiri dan didirikan dengan saling tolong menolong, saling berjabat tangan antara sesama dan dibangun dengan hati yang disatukan dalam cinta kasih.
Kaum muslimin : penyebaran Islam dan terwujudnya risalah yang dicita-citakan oleh Nabi Saw adalah berkat adanya siasat persatuan yang telah diletakkan oleh Rasulullah Saw di Madinah ketika mempersatukan antara kabilah Al Aus dan Al Khazraj dan mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Al Anshar setelah sebelum hidup dalam ketercerai beraian. Para pendiri negara ini mengambil inspirasi dan ilham dari arti penting persatuan tersebut, sehingga mereka mengumpulkan ketercerai beraian itu dan menjadikan satu barisan dan menyatukan hati, sehingga masyarakat Emirates hidup bagaikan dalam satu rumah, yaitu rumah persatuan, dimana yang tua mengasihi yang lebih muda, yang kuat menolong yang lemah dan mereka hidup saling tolong menolong, memberi bantuan pada orang yang sedang tertimpa musibah dan berlaku baik pada orang asing, semua itu merupakan sifat-sifat mulya yang dilanggengkan oleh Rasulullah Saw, dari Abu Musa Al Asy'ari RA berkata : Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّ الأَشْعَرِيِّينَ إِذَا أَرْمَلُوا.. أَوْ قَلَّ طَعَامُ عِيَالِهِمْ بِالْمَدِينَةِ جَمَعُوا مَا كَانَ عِنْدَهُمْ فِى ثَوْبٍ وَاحِدٍ، ثُمَّ اقْتَسَمُوهُ بَيْنَهُمْ فِي إِنَاءٍ وَاحِدٍ بِالسَّوِيَّةِ، فَهُمْ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُمْ
"Sesungguhnya kaum Asy'ariyyin apabila mereka kehabisan perbekalan dalam peperangan atau makanan untuk keluarga mereka tinggal sedikit di Madinah, mereka mengumpulkan perbekalan dan makanan yang tersisa itu dalam satu kain. Kemudian mereka membagi makanan tersebut diantara mereka dalam satu wadah dengan sama rata, mereka itu golonganku dan aku golongan mereka" (Bukhari 2486)
Rasulullah Saw telah melukiskan dasar-dasar persatuan, diantaranya seperti yang dilakukan di Madinah dengan membangun masjid yang menjadi salah satu simbol pertemuan dalam ketaatan, penyatuan barisan dan hati, begitu juga para pendiri negara ini mengikuti sunnah itu, dengan membangun masjid dan menaruh perhatian penuh terhadap kebersihannya, sehingga menara-menaranya menjulang tinggi di seantero langit Emirates yang mampu menghimpun manusia dalam ketaatan dan kesatuan kata.
Hamba Allah : sesungguhnya tugas kita sekarang adalah bagaimana merasakan nikmat persatuan itu dengan menghayati dan mengamalkan firman Allah :
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُوا
"Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai" (Ali imran 3 : 103), ini adalah arahan ketuhanan (taujih rabbaniyah) yang menunjukkan pentingnya persatuan, bahwa seorang individu dapat menjadi kuat dengan masyarakat dan negaranya, dan ia menjadi lemah ketika dalam kesendirian, Allah Swt berfirman :
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
"Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar" (Al Anfal 8 : 46) Sebagaimana diwajibkan bagi kita untuk menjaga bangunan persatuan ini dari perbuatan orang-orang yang dengki dan iri terhadap kesatuan hati kita dan atas dukungan kita terhadap para pemimpin kita, Rasulullah Saw bersabda :
عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ، فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ مِنَ الْغَنَمِ الْقَاصِيَةَ
“Hendaklah kalian berjamaah,karena srigala hanya akan memangsa kambing yang menyendiri” (Abu Daud 547, An Nasa’i 847 dan Al Hakim dalam kitab Al Mustadrak 1/211)
Kewajiban kita terhadap para pendiri negara ini, yang telah memancangkan tiang-tiang berdirinya negara ini, adalah dengan mengingat mereka dengan doa dan mengenang kebaikan mereka, ini merupakan etika yang disebutkan dalam Al Quran ketika mengisahkan mengenai doa para mukminin untuk para pendahulu mereka, Allah Swt berfirman :
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْأِيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيمٌ
"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang" (Al Hasyr 59 : 10)
Ya Allah berilah rahmat-Mu pada pendiri negara persatuan ini, dan anugerahkan keberkahan pada penerusnya seluruh pemimpin negeri ini, berilah pada mereka taufiq dan arahan menuju jalan yang lurus, dan berilah kami semua taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
بارَكَ اللهُ لِي ولكُمْ فِي القرآنِ العظيمِ ونفعَنِي وإياكُمْ بِمَا فيهِ مِنَ الآياتِ والذكْرِ الحكيمِ وبِسنةِ نبيهِ الكريمِrأقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ ربِّ العالمينَ حمداً يُوافِي نِعَمَهُ، ويُكافِئُ مَزيدَ فضْلِهِ،وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه، وأَشْهَدُ أنَّ سيِّدَنا محمَّداً عبدُهُ ورسولُهُ،اللهمَّ صَلِّ وسَلِّمْ وبَارِكْ عَلَى سيدِنَا محمدٍ وَعَلَى آلِهِ وأصحابِهِ أجمعينَ ومَنْ تبعَهُم بإحسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah wahai hamba Allah dengan sebenar-benarnya takwa, dan merasalah diawasi dalam kesendirian dan keramaian, dan ketahuilah bahwa kebaikan yang diberikan Allah pada kita, mulai dari nikmat ketentraman dan kemakmuran merupakan buah dari usaha yang berkesinambungan dan agung yang dilakukan oleh para pemimpin kita, yang diberikan oleh orang tua untuk para anak-anak generasi berikutnya, maka berhak mendapatkan ungkapan terima kasih, sabda Nabi Saw :
مَنْ لاَ يَشْكُرِ النَّاسَ لاَ يَشْكُرِ اللَّهَ
"Barang siapa tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia tidak berterima kasih kepada Allah" (At Tirmidzi 1954)
Persatuan ini merupakan tanggung jawab kita sekarang, hendaknya kita menjaga dan melestarikannya dengan kerja nyata, sehingga kebaikan ini menjadi langgeng, dan dapat dinikmati oleh anak-anak generasi penerus, sebagaimana kita menikmati kebahagiaan itu sekarang, maka berilah kebahagian ini pada generasi berikutnya, dan hendaknya kita bekerja dan terus bekerja agar kebaikan, kemajuan dan kemakmuran ini terus terwujud bagi negara dan masyarakat kita tercinta ini.
هذَا وصلُّوا وسلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بالصلاةِ والسلامِ عليهِ، قَالَ تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2])وقالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3])وقَالَ r:« لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ»([4]).اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا ونبيِّنَا مُحَمَّدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وعَنْ سائرِ الصحابِةِ الأكرمينَ، وعَنِ التابعينَ ومَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ.
اللَّهُمَّ احفَظْ دولةَ الإماراتِ مِنَ الفتَنِ مَا ظهَرَ منْهَا ومَا بطَنَ، وأَدِمْ عَلَيها الأَمْنَ والأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِينَ([5]).
اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ عَلَى نِعَمِكَ الْكَثِيرَةِ، وَلَكَ الشُّكْرُ عَلَى آلاَئِكَ الْوَفِيرَةِ، نَحْمَدُكَ يَا رَبَّنَا عَلَى مَا أَنْعَمْتَ بِهِ عَلَيْنَا مِنَ اسْتِقْرَارٍ وَازْدِهَارٍ، اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنَا إِلَى أَنْفُسِنَا طَرْفَةَ عَيْنٍ، اللَّهُمَّ سَلِّمْ لَنَا إِمَارَاتِنَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي اتِّحَادِنَا، وَاحْفَظْ لَنَا قِيَادَتَنَا وَحُكَّامَنَا، وَأَدِمْ عَلَيْنَا اسْتِقْرَارَنَا يَا قَوِيُّ يَا مَتِينُ، اللَّهُمَّ أَعْطِنَا قُوَّةً مِنْ قُوَّتِكَ، وَتَوَلَّ وَطَنَنَا بِعِنَايَتِكَ، وَزِدْنَا مِنْ نِعَمِكَ، وَارْزُقْنَا شُكْرَهَا يَا اللَّهُ.
اللَّهُمَّ زِدْنَا إِخْلاَصاً فِي خِدْمَةِ وَطَنِنَا، وَعَزِيمَةً فِي رِفْعَةِ بِلاَدِنَا، وَاكْفِنَا شَرَّ الْحَاسِدِينَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إنَّا نسألُكَ الجنةَ لنَا ولوالدينَا، ولِمَنْ لهُ حقٌّ علينَا، وللمسلمينَ أجمعينَ. اللَّهُمَّ اهْدِنَا لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ فإنَّهُ لاَ يَهْدِي لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنَّا سَيِّئَهَا فإنَّهُ لاَ يَصْرِفُ عَنَّا سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ. اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِى قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللَّهُمَّ اجعَلِ التوفيقَ حليفَنَا، وارفَعْ لنَا درجاتِنَا، وزِدْ فِي حسناتِنَا، وكَفِّرْ عنَّا سيئاتِنَا، وتوَفَّنَا معَ الأبرارِ، اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، ولاَ دَيْنًا إلاَّ قضيْتَهُ، وَلاَ مريضًا إلاَّ شفيْتَهُ، ولاَ مَيِّتاً إلاَّ رحمتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا ويسَّرْتَهَا يَا ربَّ العالمينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدولةِ، الشَّيْخ خليفة وَنَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ للمسلمينَ والمسلماتِ الأحياءِ منهُمْ والأمواتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، والشَّيْخ مَكْتُوم، وإخوانَهُمَا شيوخَ الإماراتِ الذينَ انتقلُوا إلَى رحمتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بعفوِكَ وغفرانِكَ ورحمتِكَ آباءَنَا وأمهاتِنَا وجميعَ أرحامِنَا ومَنْ كانَ لهُ فضلٌ علينَا.
اللَّهُمَّ اسقِنَا الغيثَ ولاَ تجعلْنَا مِنَ القانطِينَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا. اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ]وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُيَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([6])

Khutbah Jumat, 03 Shafar 1435 H / 06 Desember 2013 M
 
Menipu Tidak Termasuk Golongan Kami
 
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الذِي أَحَلَّ لعبادِهِ الْبَيْعَ والشراءَ، وجعلَهُمَا سبباً مِنْ أَسبابِ الْغِنَى والرخاءِ، نحمدُهُ سبحانَهُ كمَا ينبغِي لجلالِ وجهِهِ وعظيمِ سُلطانِهِ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا ونبيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، وصفِيُّهُ مِنْ خلقِهِ وحبيبُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ ونَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:] وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا* وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ[P([1])
Kaum muslimin : sesungguhnya Allah itu baik dan menerima hal yang baik, Allah Swt telah menghalalkan untuk kita, semua hal yang baik dan kita diperintahkan untuk berbuat perbuatan baik, dan diharamkan pada kita semua yang buruk dan kita dilarang melakukan perbuatan buruk, Allah Swt berfirman :
وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الخَبَائِثَ
"Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk" (Al A'raf 7 : 157). Dan diantara yang diharamkan oleh Allah Swt bagi hamba-hamba-Nya adalah meremehkan barang milik orang lain dan melakukan penipuan terhadap kebutuhan mereka, Allah Swt berfirman :
وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
"Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan" (As Syu'ara 26 : 183). Dan Islam telah mengharamkan penipuan dengan segala bentuk dan macamnya dan berbagai modus operandinya, karena didalamnya terdapat pembahayaan terhadap orang lain dan dapat mengurangi hak-hak mereka.
Dan sesungguhnya diantara salah satu bentuk penipuan yang dilarang di dalam Al Quran adalah penipuan dalam takaran dan timbangan, Allah Swt berfirman :
وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِينَ* الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ* وَإِذَا كَالُوَهُمْ أَو وَزَنُوَهُمْ يُخْسِرُونَ* أَلاَ يَظُنُّ أُوْلَئِكَ أَنَّهُم مَّبْعُوثُونَ* لِيَوْمٍ عَظِيمٍ* يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ العَالَمِينَ
"Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mengurangi, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam ? (Al Muthaffifin 83 : 1-6)
Ini merupakan ancaman bagi orang-orang yang menipu orang lain, dan merupakan peringatan bagi mereka, bahwa mereka akan dibangkitkan di hadapan Pencipta mereka pada hari kebangkitan, Dia Maha Mengetahui segala bentuk rahasia, pada hari yang dahsyat itu mereka akan diminta pertanggung jawaban mengenai harta mereka, dari mana mereka memperolehnya dan bagaimana cara mereka menghasilkan harta tersebut ?
Tentu wahai hamba Allah sesungguhnya akibat penipuan itu sangat mengerikan dan ia akan mendapatkan kerugian yang sangat besar kelak, dan Rasulullah Saw telah membebaskan dirinya dari orang yang melakukan penipuan dan orang yang memasarkan barang dagangannya yang tidak layak, dari Abu Hurairah RA berkata :
أنَّ رَسولَ اللَّهِ r مرَّ علَى صبْرَةِ طعَامٍ([2]) فَأَدخَلَ يدَهُ فيها فنَالَتْ أَصَابِعهُ بلَلًا فقالَ: مَا هذَا يَا صَاحبَ الطَّعَامِ؟ قال: أَصَابَتهُ السّمَاءُ يا رَسولَ اللّهِ. قالَ: أفَلَا جَعَلتَهُ فَوقَ الطَّعَامِ كيْ يرَاهُ الناسُ؟ مَنْ غَشَّ فَلَيسَ مِنِّي
"bahwasanya Rasulullah Saw suatu saat melewati seonggok makanan yang dijual di pasar, lalu Rasulullah memasukkan tangannya ke dalam onggokan makanan itu hingga jari beliau menyentuh makanan yang basah. Rasulullah bertanya : Apa ini wahai penjual makanan ? ia menjawab : Itu kena hujan wahai Rasulullah!” Beliau bersabda :Mengapa tidak kamu letakkan yang basah itu di atas supaya dapat dilihat orang-orang ? Barang siapa menipu maka ia bukan golongan kami" (Muslim 164)
Tentu pembebasan ini, akan menjadi penghalang seseorang mendapatkan syafaat Nabi Saw, karena ia dengan tindakan penipuannya itu berarti tidak mengikuti petunjuk Nabi Saw dan berarti tidak berpegang itu dengan sunnahnya, penipuan diharamkan oleh mayoritas ulama, karena didalamnya terdapat kelicikan, maka hindarilah wahai hamba Allah untuk menipu orang lain, karena akan menyebabkan siksa yang amat keras, Rasulullah Saw bersabda :
الْمَكْرُ وَالْخَدِيعَةُ فِي النَّارِ
"Perbuatan licik (makar) dan menipu tempatnya di neraka" (Syu'bul Iman karangan Al Baihaqi 7/494)
Kaum mukminin : dalam penipuan itu terkandung kelicikan dan bertujuan untuk mendapatkan dan memakan harta orang lain dengan batil, dan Allah melarang kita untuk melakukan itu, Allah Swt berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ إِلاَّ أَن تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu" (An nisa' 4 : 29). Dan sesungguhnya salah satu bentuk memakan harta orang lain dengan jalan yang batil adalah dengan melakukan pemalsuan barang dagangan dan melanggar hak-hak pemilik merek. Para ulama menegaskan bahwa hak-hak dagang dan hak kekayaan intelektual terdiri dari nama, alamat, merek, penemuan, karangan, karena itu merupakan hak individu pemilik, dan kini kebiasaan yang dianut bahwa hak-hak itu mempunyai nilai sangat berharga, dan hak-hak ini diakui oleh hukum dan tidak boleh dilanggarnya, karena dapat membahayakan pemiliknya, Rasulullah Saw bersabda :
لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ
“Tidak boleh (ada) bahaya dan menimbulkan bahaya" (Ibnu Majah 2341)
Hamba Allah : untuk menjauh dari penipuan dalam proses jual beli kita, agama kita telah menganjurkan untuk selalu berlaku jujur dalam setiap muamalah kita, agar kita mendapatkan berkah dalam harta dan rezeki kita, Rasulullah Saw bersabda :
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا، فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
"Penjual dan pembeli, boleh mamilih (akan meneruskan jual beli atau tidak) selama keduanya belum terpisah dari tempat akad, bila keduanya jujur dan berterus terang, maka keduanya akan mendapatkan keberkahan dalam jual beli keduanya, bila keduanya saling menyembunyikan dan berdusta, maka akan dihapus keberkahan dalam jual beli keduanya”(Bukhari 2079). Berlakulah jujur wahai hamba Allah dalam menjual barang dagangan kalian, dan terangkanlah spesifikasinya pada pembeli, dan jangan menutupi kekurangannya. Uqbah bin Amir RA berkata :
لاَ يَحِلُّ لِامْرِئٍ يَبِيعُ سِلْعَةً يَعْلَمُ أَنَّ بِهَا دَاءً إِلاَّ أَخْبَرَهُ
"Tidak halal bagi seseorang menjual barang dagangan, yang diketahuinya bahwa ada cacatnya kecuali ia memberitahukannya" (Bukhari dalam kitab jual beli, Bab 19)
Ya, penjual yang jujur akan menerangkan pada pembeli tanggal kadaluarsa barang dagangannya, tempat produksinya, dan spesifikasinya secara lengkap, bahkan menyarankan tujuan pembeliannya agar dapat terwujud kemaslahatannya, dikeluarkan oleh imam Ahmad dalam musnadnya dari Abi Siba' RA berkata :
اشْتَرَيْتُ نَاقَةً مِنْ دَارِ وَاثِلَةَ بْنِ الأَسْقَعِ، فَلَمَّا خَرَجْتُ بِهَا أَدْرَكَنَا وَاثِلَةُ وَهُوَ يَجُرُّ رِدَاءَهُ فَقَالَ:يَا عَبَد اللَّهِ اشْتَرَيْتَ؟ قُلْتُ: نَعَمْ. قَالَ: هَلْ بَيَّنَ لَكَ مَا فِيهَا؟ قُلْتُ: وَمَا فِيهَا؟ قَالَ: إِنَّهَا لَسَمِينَةٌ ظَاهِرَةُ الصِّحَّةِ، أَرَدْتَ بِهَا سَفَرًا أَمْ أَرَدْتَ بِهَا لَحْمًا؟ قُلْتُ: بَلْ أَرَدْتُ عَلَيْهَا الْحَجَّ. قَالَ: فَإِنَّ بِخُفِّهَا نَقْبًا. فَقَالَ صَاحِبُهَا:أَصْلَحَكَ اللَّهُ أَيْ هَذَا تُفْسِدُ عَلَيَّ. قَالَ: إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ r يَقُولُ: "لَا يَحِلُّ لِأَحَدٍ يَبِيعُ شَيْئًا إِلَّا يُبَيِّنُ مَا فِيهِ، وَلَا يَحِلُّ لِمَنْ يَعْلَمُ ذَلِكَ إِلَّا يُبَيِّنُهُ
"Aku pernah membeli seekor unta betina dari rumahnya Watsilah bin al-Asqa', maka tatkala keluar, aku mendapatkan Watsilah sedang menarik selendangnya. Ia lalu bertanya: wahai Abdullah kamu membelinya ? aku menjawab : ya. Apakah ia menjelaskan keadaannya ? aku berkata : ada apa dengannya ? Dia berkata: sesungguhnya unta ini gemuk lagi sehat, akan kamu jadikan sebagai tunggangan atau kamu mau dagingnya ? Aku berkata : bahkan akan aku gunakan untuk pergi haji. Dia berkata: di kakinya ada lubang. Kemudian pemiliknya menimpali: semoga Allah meluruskanmu, apakah kamu ingin merusakku. Dia berkata : sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulallah Saw bersabda: "Tidak boleh bagi seseorang menjual sesuatu melainkan dia harus menjelaskan barangnya (ada yang cacat atau tidak), dan tidak boleh bagi orang yang mengetahui barangnya (ada yang cacat) melainkan harus dijelaskan" (Musnad Ahmad 16436)
Ya Allah berilah keberkahan pada rezeki kami dan pada harta kami, dan berilah kami taufiq untuk selalu berpegang teguh dengan syariat-Mu dalam jual beli kami, dan berilah kami semua taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
بارَكَ اللهُ لِي ولكُمْ فِي القرآنِ العظيمِ ونفعَنِي وإياكُمْ بِمَا فيهِ مِنَ الآياتِ والذكْرِ الحكيمِ وبِسنةِ نبيهِ الكريمِr أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.
Khutbah Jumat
الْحَمْدُ لِلَّهِ ربِّ العالمينَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه، وأَشْهَدُ أنَّ سيِّدَنَا محمَّداً عبدُهُ ورسولُهُ، اللهمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ الطيبينَ الطاهرينَ وعلَى أصحابِهِ أجمعينَ، والتَّابعينَ لَهُمْ بإحسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, dan taatlah kepada-Nya dengan sebenar-benarnya ketaatan dan bersyukurlah atas segala nikmat dan anugerah-Nya, dan ketahuilah bahwa negara kita telah meletakkan undang-undang pengawasan untuk memerangi segala bentuk perdagangan ilegal, dan untuk menghapuskan penipuan pada barang-barang yang dijual, negara juga terus berusaha untuk memberikan informasi kepada para konsumen mengenai undang-undang pengawasan perdagangan, dan memperingatkan mereka agar tidak membeli produk-produk imitasi dan barang-barang yang dilarang, karena adanya bahaya bagi kesehatan, lingkungan, sosial dan ekonomi, sebagaimana ia bertentangan dengan hukum agama Islam dan etika, karena itu berhati-hatilah terhadap orang yang berusaha menipu kalian, Rasulullah Saw :
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ, وَلاَ يَخْذُلُهُ، وَلاَ يَخْدَعُهُ
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak mendzaliminya, tidak merendahkannya, tidak memperdayanya”(At Thabrany dalam Musnad As Syamiyyin 1/359)
هذَا وصلُّوا وسلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بالصلاةِ والسلامِ عليهِ، قَالَ تَعَالَى:] إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([3]) وقالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([4]) وقَالَ r :« لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ»([5]).
اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا ونبيِّنَا مُحَمَّدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وعَنْ سائرِ الصحابِةِ الأكرمينَ، وعَنِ التابعينَ ومَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ.
اللَّهُمَّ احفَظْ دولةَ الإماراتِ مِنَ الفتَنِ مَا ظهَرَ منْهَا ومَا بطَنَ، وأَدِمْ عَلَيها الأَمْنَ والأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِينَ([6]).
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إنَّا نسألُكَ الجنةَ لنَا ولوالدينَا، ولِمَنْ لهُ حقٌّ علينَا، وللمسلمينَ أجمعينَ.
اللَّهُمَّ اهْدِنَا لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ فإنَّهُ لاَ يَهْدِي لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنَّا سَيِّئَهَا فإنَّهُ لاَ يَصْرِفُ عَنَّا سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ.
اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلالِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ، وارْزُقْنَا رزقًا طيبًا تَزِيدُنَا بِهِ شُكْرًا لَكَ، وَبَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتنَا، وَاجْعَلْ رَغْبَتَنَا فِيمَا عِنْدَكَ، وَاجْعَلْ غِنَانَا فِي أَنْفُسِنَا.
اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِى قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.
اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وارزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وارزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، اللَّهُمَّ أصْلِحْ لَنِا نياتِنَا، وبارِكْ لَنَا فِي أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَاجْعَلْهم قُرَّةَ أَعْيُنٍ لنَا، واجعَلِ التوفيقَ حليفَنَا، وارفَعْ لنَا درجاتِنَا، وزِدْ فِي حسناتِنَا، وكَفِّرْ عنَّا سيئاتِنَا، وتوَفَّنَا معَ الأبرارِ، اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، ولاَ دَيْنًا إلاَّ قضيْتَهُ، وَلاَ مريضًا إلاَّ شفيْتَهُ، ولاَ مَيِّتاً إلاَّ رحمتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا ويسَّرْتَهَا يَا ربَّ العالمينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدولةِ، الشَّيْخ خليفة وَنَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ للمسلمينَ والمسلماتِ الأحياءِ منهُمْ والأمواتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، والشَّيْخ مَكْتُوم، وإخوانَهُمَا شيوخَ الإماراتِ الذينَ انتقلُوا إلَى رحمتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بعفوِكَ وغفرانِكَ ورحمتِكَ آباءَنَا وأمهاتِنَا وجميعَ أرحامِنَا ومَنْ كانَ لهُ فضلٌ علينَا.اللَّهُمَّ اسقِنَا الغيثَ ولاَ تجعلْنَا مِنَ القانطِينَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا. اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ]وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([7])


No comments: