Friday, April 25, 2014

Khutbah Jum'at 46, Sifat-sifat Orang Yang Bertaqwa & Menutupi Kesalahan Orang Lain

Khutbah Jumat, 21 Rabius Tsani 1435 H / 21 Februari 2014 M
Sifat-sifat orang yang bertakwa
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَ الْمُتَّقِينَ مِنْ أَهْلِ الإِيمَانِ، وَوَصَفَهُمْ بِالْبَذْلِ وَالإِحْسَانِ، وَكَظْمِ الْغَيْظِ وَالْعَفْوِ عَنِ الإِنْسَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، هُوَ أَهْلُ التَّقْوَى وَأَهْلُ الْمَغْفِرَةِ، لَهُ الْحَمْدُ فِي الأُولَى وَالآخِرَةِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، خَيْرُ مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى، وَأَكْرَمُ النَّاسِ خَلْقًا وَخُلُقًا، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، قَالَ تَعَالَى:" يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْماً لاَ يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئاً إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ"[1].
Kaum muslimin : sifat yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa termasuk sifat yang paling dicintai dan paling indah, seperti perlombaan mereka dalam berbuat kebaikan, perlombaan mereka untuk meraih derajat yang tertinggi di surga, kebaikan mereka yang berkelanjutan dalam berbagai kondisi, pemberian mereka yang tidak pernah berhenti pada orang yang meminta saja, ucapan mereka baik dan tidak pernah menyakiti sesamanya, pemaaf dan penuh kasih sayang pada sesama menjadi syiar mereka, sabar dan menahan amarah menjadi baju penutup mereka, selalu bertaubat, kembali kepada Allah dalam segala hal, hati mereka selalu hadir dengan dzikir dan istighfar dan menjauh dari kemaksiatan, Allah Swt menerangkan sifat mereka di dalam firman-Nya :
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ* الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ*وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ* أُوْلَئِكَ جَزَاؤُهُم مَّغْفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal” (Ali Imran 3 : 133-136)
Kaum mukminin : Allah telah menerangkan pada beberapa ayat diatas mengenai sifat utama bagi hamba-hamba-Nya yang bertakwa, diantaranya adalah sifat memberi dan menderma, Allah Swt berfirman :
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ
"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit". Para ulama berpendapat bahwa : artinya dalam keadaan mudah dan susah, dalam keadaan sehat dan sakit, baik harta yang dinafkahkan oleh seseorang di masa hidupnya, atau wasiat yang disedekahkan setelah kematiannya, mereka menafkahkan dalam setiap kondisi, sehingga sedekah mereka menjadi sedekah jariyah, dan pemberian mereka pada sesama terbukti nyata dan terus berlansung, mereka tidak takut miskin dan fakir, dan mereka terbiasa memberi untuk mendapatkan ridha Allah, memberikan manfaat pada sesama, serta membantu para fakir dan orang-orang yang membutuhkan. (Tafsir Al Qurthubi 4/202)
Hamba Allah : diantara sifat orang yang bertakwa adalah menahan amarah, Allah Swt berfirman :
وَالْكَاظِمِينَ الغَيْظَ
"dan orang-orang yang menahan amarahnya". Menahan amarah adalah menyimpannya dalam jiwa dan menguasainya agar tidak mempengaruhi tindakan anggota badan, Rasulullah Saw bersabda :
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
“Orang kuat itu bukanlah yang menang dalam gulat tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan nafsu saat marah" (Muttafaq 'alaih). Inilah inti dari kesabaran dan kemulyaan serta unsur terpenting dalam menanggung kepahitan, semua itu dilakuan untuk mendapatkan ridha Allah, dan ingin mendapatkan keberuntungan pahala yang diperuntukkan bagi orang-orang yang bersabar, yang sabar terhadap perlakuan buruk orang lain, justeru membalasnya dengan pemaafan dan kebaikan pada mereka, karena mengikuti amarah itu akan merusak wibawa orang yang bertakwa. Disebutkan dalam sebuah syair :
Bila kamu sedang marah, maka bersikaplah wibawa dan menahan marah
Amarah itu terlihat pada apa yang kamu ucapkan dan kamu dengar
Cukuplah kemulyaan didapat dengan bersabar sejenak
ridha Tuhan didapat dan derajatmu terangkat
Bila Anda sedang marah wahai hamba Allah, kuasailah amarah Anda dengan meminta perlindungan kepada Allah dari gangguan syetan, maka Allah akan menghilangkan amarah yang Anda alami,
قَالَ سُلَيْمَانُ بْنُ صُرَدٍ رضي الله عنه: اسْتَبَّ رَجُلاَنِ عِنْدَ النَّبِيِّ r وَنَحْنُ عِنْدَهُ جُلُوسٌ وَأَحَدُهُمَا يَسُبُّ صَاحِبَهُ مُغْضَبًا، قَدِ احْمَرَّ وَجْهُهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ r : إِنِّي لأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا لَذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ، لَوْ قَالَ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Sulaiman bin Shurad berkata : ada dua orang yang saling mencaci dihadapan Nabi Saw, dan kami sedang duduk bersama Nabi Saw, salah satunya mencaci dengan nada marah, sehingga mukanya terlihat memerah, kemudian Nabi Saw bersabda : Sungguh Aku telah mengetahui suatu perkataan kalau diucapkan akan hilang apa yang ada pada dirinya. Kalau sekiranya dia mengatakan : Audzu billahi minas syaithonir rojiim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk)" (Muttafaq 'alaih). Bila Anda marah dalam keadaan berdiri, maka duduklah, hingga amarah Anda mereda, Nabi Saw bersabda :
لاَ تَسْتَابَّ وَأَنْتَ صَائِمٌ، فَإِنْ سَبَّكَ أَحَدٌ فَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ، وَإِنْ كُنْتَ قَائِمًا فَاجْلِسْ
"Janganlah saling mencaci saat kamu berpuasa, bila ada seseorang yang mencacimu maka katakan : sesungguhnya aku sedang berpuasa, bila kamu sedang berdiri maka duduklah" (Shahih Ibnu Huzaimah 3/241)
Menahan amarah serta memaafkan saat mampu membalas, pahalanya sangat besar di sisi Allah, Nabi Saw bersabda :
مَنْ كَظَمَ غَيْظاً-وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ- دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ الْحُورِ مَا شَاءَ
"Barangsiapa yang dapat menahan kemarahan, -padahal dia mampu untuk melakukannya- maka Allah Azza Wajallah akan memanggilnya dihadapan orang-orang di hari kiamat, sehingga Allah memberikan pilihan padanya dari beberap bidadari yang dia sukai" (Abu Daud 4777)
Kaum muslimin : buah dari meredam amarah adalah memaafkan kesalahan sesama manusia, dan ini merupakan salah satu sifat orang-orang yang bertakwa, Allah Swt berfirman :
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ
"Dan memaafkan (kesalahan) orang"
Ahli tafsir menyatakan bahwa : memaafkan kesalahan orang merupakan salah satu perbuatan baik yang paling utama, yaitu memaafkan kesalahan dan keburukan sebagai bentuk kemulyaan dan keutamaan, dan ia termasuk perbuatan baik pada sesama, oleh karena itu Allah mensifati orang yang memaafkan kesalahan orang lain termasuk orang-orang yang baik dan akan mendapatkan cinta-Nya, Allah Swt berfirman :
وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. Perhatikan bagaimana Rasulullah Saw memaafkan orang yang berbuat buruk dan tidak sopan padanya, bahkan beliau berlaku baik padanya dan memberinya pemberian, dari Anas bin Malik RA berkata :
كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ r وَعَلَيْهِ بُرْدٌ نَجْرَانِىٌّ غَلِيظُ الْحَاشِيَةِ، فَأَدْرَكَهُ أَعْرَابِىٌّ فَجَبَذَهُ بِرِدَائِهِ جَبْذَةً شَدِيدَةً، حَتَّى نَظَرْتُ إِلَى صَفْحَةِ عَاتِقِ رَسُولِ اللَّهِ r قَدْ أَثَّرَتْ بِهَا حَاشِيَةُ الْبُرْدِ مِنْ شِدَّةِ جَبْذَتِهِ، ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ مُرْ لِي مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِي عِنْدَكَ. فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ r ثُمَّ ضَحِكَ، ثُمَّ أَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ
“Aku pernah berjalan bersama Rasulullah Saw ketika itu beliau memakai selendang Najran yang tebal pinggirannya, kemudian bertemu dengan seorang Badui, tiba-tiba ia menarik selendang beliau itu dengan tarikan yang sangat keras, hingga aku melihat bekas pada leher Nabi Saw disebabkan tarikannya yang keras, lalu orang itu berkata : wahai Muhammad, berikanlah kepadaku harta Allah yang ada padamu ini. Beliau menoleh kepada orang Badui ini dan tertawa, kemudian, beliau memberinya sesuatu” (Muttafaq ‘alaih)
Betapa agung dan mulya akhlak pemaafan ini, dan terutama bila akhlak ini diterapkan pada keluarga kita, isteri kita, anak-anak kita, kerabat kita, tetangga kita dan semua orang yang ada di sekitar kita, agar kita mendapatkan kemulyaan golongan orang-orang yang bertakwa yang memaafkan sesama hamba Allah.
Hamba Allah : diantara sifat yang melekat pada hamba-hamba Allah yang bertakwa adalah selalu berdzikir dan beristighfar, Allah Swt berfirman :
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka". Yaitu orang-orang bila berbuat satu kemaksiatan ia mengingat keagungan Allah dan meninggalkan dosa-dosa mereka dan bertaubat pada Tuhan mereka, dan meminta maaf atas segala yang dilakukannya dan inilah kondisi orang-orang yang bertakwa, disebutkan pula bahwa ciri-ciri mereka, selalu berdzikir pada Allah, tidak lalai akan keagungan-Nya, hingga walaupun mereka pernah melakukan kemaksiatan dan dosa, mereka meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui segala rahasia, sebagaimana mereka yakin bahwa tidak seorang pun yang dapat mengampuni dosa mereka selain Tuhan semesta alam.
Ya Allah jadikanlah kami termasuk golongan orang-orang yang bertakwa yang takut pada-Mu, dan berilah kami selalu taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
بارَكَ اللهُ لِي ولكُمْ فِي القرآنِ العظيمِ ونفعَنِي وإياكُمْ بِمَا فيهِ مِنَ الآياتِ والذكْرِ الحكيمِ وبِسنةِ نبيهِ الكريمِr أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah -wahai hamba Allah- dengan sebenar-benarnya takwa, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Swt telah menyiapkan bagi orang-orang yang bertakwa balasan yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh hati manusia, Allah Swt berfirman :
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ
"Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya” (Al Qalam 68 : 34)
Surga-surga yang penuh kenikmatan itu adalah rumah orang-orang yang bertakwa, pintu-pintunya dibuka untuk mereka, para penjaganya mengucapkan salam pada mereka, sisi-sisinya dipenuhi oleh wewangian dan mereka kekal mendapatkan nikmat di dalamnya sebagai balasan atas perbuatan mereka, Allah Swt berfirman :
وَسِيقَ الَذينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الجَنَّةِ زُمَراً حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ* وَقَالُوا الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي صَدَقَنَا وَعْدَهُ وَأَوْرَثَنَا الأَرْضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ الجَنَّةِ حَيْثُ نَشَاءُ فَنِعْمَ أَجْرُ العَامِلِينَ
"Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya". Dan mereka mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki." Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal” (Az Zumar 39 : 73-74)
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3])
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْعَالَمِينَ([4]).
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الوَارِثَ مِنَّا.
اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَإِخْوَانَهُمَا شُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بِعَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا.
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([5])
 
TranslatorKhutbah Jumat, 28 Rabius Tsani 1435 H / 28 Februari 2014 M
Menutupi kesalahan orang lain
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الْحَلِيمِ السَّتَّارِ، غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ الْعَزِيزِ الْغَفَّارِ، نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ جَمَّلَ الإِنْسَانَ بِالسَّتْرِ، وَأَمَرَهُ بِالتَّقْوَى وَالْبِرِّ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، أَمَرَ بِالْعِفَّةِ وَالْحَيَاءِ، وَالطُّهْرِ وَالنَّقَاءِ، وَالسَّتْرِ وَالصَّفَاءِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، وَصَفِيُّهُ مِنْ خَلْقِهِ وَحَبِيبُهُ، تَغَاضَى عَنِ الْعُيُوبِ بِسَتْرِهَا، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ جَلَّ وَعَلاَ، قَالَ تَعَالَى:] وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ[([1])
Kaum mukminin : sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia dan memulyakannya, malaikat diperintahkan bersujud padanya, Allah menciptakannya dengan bentuk yang sempuran, memberinya rezeki, diperintahkan padanya untuk menutup badannya dan kehormatannya, disediakan baginya segala sesuatu untuk menuntup auratnya, Allah Swt berfirman :
يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاساً يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشاً
"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan" (Al A’raf 7 : 26). Menutup kesalahan sesama merupakan salah satu dari nikmat Allah yang dilimpahkan pada manusia, ia menjadi pembeda dengan hewan, dengannya ia menjadi mulya, kedudukan dapat terangkat, sebagaimana ia merupakan salah satu sifat Allah Swt, dan Tuhan Kita Yang Maha Mengetahui mencintai perbuatan menutupi kesalahan, sebagaimana Dia Maha penutup, Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَيِيٌّ سِتِّيرٌ، يُحِبُّ الْحَيَاءَ وَالسَّتْرَ
Sesungguhnya Allâh 'Azza wa Jalla Maha Pemalu lagi Maha Menutupi, Dia mencintai (sifat) malu dan menutup (aib/aurat) (Abu Daud 4012)
Menutup aib sesama merupakan keutamaan, adab dan salah satu ciri dari sifat para Nabi dan orang-orang shaleh, Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّ مُوسَى كَانَ رَجُلاً حَيِيًّا سِتِّيراً، لاَ يُرَى مِنْ جِلْدِهِ شَىْءٌ، اسْتِحْيَاءً مِنْهُ
"Sesungguhnya Musa adalah seorang laki-laki yang pemalu dan menutup diri, kulitnya tidak terlihat sedikit pun karena rasa malunya" (Bukhari 3404). Rasulullah Saw menganjurkan untuk berdoa kepada Allah Swt, contoh doanya :
اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي، وَآمِنْ رَوْعَاتِي
"Ya Allah, tutupilah auratku dan tenangkanlah aku dari segala rasa takutku" (Ahmad 4785). Rasulullah Saw melarang kaum mukminin memandang aurat orang lain, larangan tersebut terdapat dalam sabdanya :
لاَ يَنْظُرُ الرَّجُلُ إِلَى عَوْرَةِ الرَّجُلِ، وَلاَ الْمَرْأَةُ إِلَى عَوْرَةِ الْمَرْأَةِ
"Tidak boleh seseorang lelaki memandang aurat lelaki lainnya dan tidak boleh seorang wanita memandang aurat wanita lainnya" (Muslim 338)
Hamba Allah : menutup dapat berbentuk menutup aurat, menutup kesalahan, tidak menyebarkan kesalahan dan keteledoran, termasuk menutup adalah seseorang menutup aib dan kemaksiatannya, jangan melakukan dengan terang-terangan dan jangan membangga-banggakan, Rasulullah Saw bersabda :
كُلُّ أَمَّتِي مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ، وَإِنَّ مِنَ الْمَجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ، فَيَقُولَ: يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ، وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ
"Semua ummatku selamat kecuali yang terang-terangan berbuat dosa (Al Mujahirun), termasuk mujaharah yaitu seorang berbuat dosa di malam hari, padahal Allah telah menutupinya, lalu di pagi hari ia menceritakan pada orang lain dan berkata : wahai Fulan aku tadi malam telah melakukan ini dan itu, padahal Tuhannya telah menutupinya, tapi di pagi hari ia sendiri membuka penutup dari Allah tersebut" (Muttafaq 'alaih)
Pelaku dosa yang terang-terangan, ia menantang Allah, seakan-akan ia berkata : aku telah berbuat maksiat pada Tuhan dan aku tidak takut pada-Nya, aku dapat berbuat apa saja yang aku sukai dan aku harapkan.
Melakukan dosa dengan terang-terangan –wahai hamba Allah- bagaikan mengajak orang lain untuk menirunya dalam melakukan kemaksiatan dan perbuatan dosa, dengannya ia mendapatkan dosa dan dosa orang yang mengikuti dan menirunya, oleh karena itu balasan pelaku dosa dengan terang-terangan adalah dosa yang amat besar, dan barang siapa meminta ampun pada Allah dan menutupi kesalahannya, maka Allah akan melindunginya dari dipermalukan oleh sesama, Rasulullah Saw bersabda :
لاَ يَسْتُرُ اللَّهُ عَلَى عَبْدٍ فِي الدُّنْيَا إِلاَّ سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Tidak seorang pun yang menutupi kesalahan orang lain di dunia kecuali Allah menutupi kesalahannya di hari kiamat" (Muslim). Dan sabda Nabi Saw :
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُدْنِي الْمُؤْمِنَ، فَيَضَعُ عَلَيْهِ كَنَفَهُ وَيَسْتُرُهُ مِنَ النَّاسِ، وَيُقَرِّرُهُ بِذُنُوبِهِ، وَيَقُولُ لَهُ:أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا؟ أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا؟ أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا؟ حَتَّى إِذَا قَرَّرَهُ بِذُنُوبِهِ وَرَأَى فِي نَفْسِهِ أَنَّهُ قَدْ هَلَكَ قَالَ: فَإِنِّي قَدْ سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا، وَإِنِّي أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ. ثُمَّ يُعْطَى كِتَابَ حَسَنَاتِهِ
"Sesungguhnya Allah kelak akan mendekatkan seorang mukmin, lalu Allah meletakkan tabir dan menutupinya dari manusia, dan mengikrarkan dosa-dosanya, dan dikatakan padanya : apakah engkau mengetahui dosa ini? Apakah engkau tahu dosa itu? Hingga ia mengakui dosa-dosanya dan ia memandang dirinya akan binasa, Dia berfirman : sesungguhnya Aku telah menutupinya di dunia dan pada hari ini Aku ampuni dosa-dosamu itu, kemudian diberikan padanya catatan kebaikan-kebaikannya”(Muttafaq ‘alaih, lafal hadits Ahmad 5565)
Kaum muslimin : setiap anak Adam pernah bersalah, dan manusia terkadang terjatuh pada kesalahan, kekeliruan, kelemahan, sebaik-baiknya manusia adalah yang menutup aib sesamanya, menutup keteledorannya, bila didapati seseorang bersalah maka cukuplah menasehatinya dan jangan mempermalukannya, Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
"Barang siapa menutupi kesalahan seorang muslim, maka Allah akan menutupi kesalahannya di dunia dan akhirat" (Muslim 2699)
Bahwa sesungguhnya menutup kesalahan merupakan kedudukan yang sangat mulya bagi orang yang mengetahui keutamaannya dan memahami artinya, menutup kesalahan termasuk salah satu etika seorang mukmin dan hamba-hamba Allah yang shaleh, Al Fudhail bin Iyadh berkata : Seorang mukmin mempunyai tugas menutupi kesalahan dan menasehati (Jamiul Ulum Wal Hikam 1/225)
Seburuk-burknya manusia adalah orang yang berusaha menyebarkan rahasia dan keburukan orang lain, Allah Swt berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat, dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (An Nur 24 : 19)
Nabi Saw mengingatkan akibat perbuatan satu kaum yang berusaha mencari kesalahan sesamanya dan mencari-cari aib mereka, disebutkan dalam sabda Rasulullah Saw :
يَا مَعْشَرَ مَنْ أَسْلَمَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يُفْضِ الإِيمَانُ إِلَى قَلْبِهِ، لاَ تُؤْذُوا الْمُسْلِمِينَ وَلاَ تُعَيِّرُوهُمْ وَلاَ تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ، فَإِنَّهُ مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ تَتَبَّعَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ تَتَبَّعَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ وَلَوْ فِي جَوْفِ رَحْلِهِ
“Wahai sekalian orang yang mengaku berislam dengan lisannya dan iman itu belum sampai ke dalam hatinya, janganlah kalian menyakiti kaum muslimin, janganlah menjelekkan mereka, jangan mencari-cari aurat mereka, karena sesungguhnya orang yang suka mencari-cari aurat saudaranya sesama muslim, Allah akan mencari-cari auratnya, dan siapa yang dicari-cari auratnya oleh Allah, niscaya Allah akan membongkarnya walau ia berada di tengah tempat tinggalnya" (At Tirmidzi 2032). Imam Malik RA menceritakan bahwa : aku mendapatkan satu kaum di Madinah yang tidak memiliki aib, lalu mereka mencari-cari aib orang lain, sehingga orang lain pun menceritakan aib kaum tersebut, dan aku mendapati satu kaum yang memiliki banyak aib, tapi mereka tidak membicarakan aib orang lain, sehingga orang lain pun tidak menceritakan aib mereka (Al Muntaqi syarah Al Muwattha' 4/427). Disebutkan dalam sebuah syair :
Bila engkau ingin hidup terselamatkan dari kerugian
Dosamu terampuni dan kehormatanmu terlindungi
Maka jangan pernah berkata buruk
Karena manusia memang memiliki keburukan dan manusia juga mempunyai lidah
Dan bila matamu melihat aib
Satu kaum, maka katakan pada matamu wahai mata, orang lain juga memilik mata (تاريخ النور السافر عن أخبار القرن العاشر عبد القادر العيدروسي 1/362)
Hamba Allah : bila orang-orang berdatangan pada Anda untuk berobat, untuk diskusi, untuk meminta nasehat, atau pengarahan, lalu mereka menceritakan aib, permasalahan, dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan mereka, maka Anda harus menjaga rahasia mereka dan jangan membuka aib tersebut pada orang lain, karena itu merupakan pembeberan rahasia, Al Hasan Al Bashri berkata : bila seseorang menceritakan masalahnya pada orang lain dan ia berkata : ini rahasia, maka ia merupakan amanat. (Mushannaf Ibnu Abu Syaibah 8/402)
Kebahagiaan bagi Anda yang menutup rahasia sesama dan tidak menyebarkannya dan beruntunglah seseorang yang mendapatkan kesalahan orang lain tapi seakan-akan ia tidak melihatnya, maka Allah akan menutup kesalahannya dengan keutamaan-Nya.
Ya Allah perindahlah kami dengan menutup kesalahan, terimalah perbuatan baik kami, jadikanlah kami termasuk orang baik, dan kami mohon pada-Mu untuk selalu memberikan kami taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan pada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
بارَكَ اللهُ لِي ولكُمْ فِي القرآنِ العظيمِ ونفعَنِي وإياكُمْ بِمَا فيهِ مِنَ الآياتِ والذكْرِ الحكيمِ وبِسنةِ نبيهِ الكريمِ r أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah wahai hamba Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan ketahuilah bahwa menutup kesalahan sesama merupakan kunci dasar keutamaan, pembatas kebejatan dan dapat memperkuat tali kasih sayang antar sesama, karena masyarakat muslim, merupakan masyarakat yang saling menutupi dan masyarakat yang bersih, suci dan memiliki rasa malu, auratnya ditutupi, kesalahanya diampuni, sebuah masyarakat yang tidak memberikan ruang pada penyebar fitnah, kekejian dan keburukan, oleh karena itu setiap kita harus menjaga kebaikan untuk sesamanya, menutupi kesalahannya, dengan semua itu keharmonisan masyarakat akan menguat, kehormatannya terjaga dan inilah sebaik-baiknya perbuatan menutup kesalahan yang hendaknya ditunaikan oleh seseorang, dan ia merupakan pakaian ketakwaan, Allah Swt berfirman :
وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ
"Dan pakaian takwa itulah yang paling baik" (Al A’raf 7 : 26)
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3])
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْعَالَمِينَ([4]).
اللَّهُمَّ حَسِّنْ أَخْلاَقَنَا، وَأَصْلِحْ أَعْمَالَنَا، وَطَهِّرْ قُلُوبَنَا، وَاسْتُرْ عُيُوبَنَا، وَاغْفِرْ ذُنُوبَنَا، وَتَجَاوَزْ عَنْ سَيِّئَاتِنَا، وَتَوَلَّ أَمْرَنَا، وَتَوَفَّنَا مَعَ الأَبْرَارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَإِخْوَانَهُمَا شُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بِعَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا.
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([5])
Pengumuman
Diberitahukan kepada seluruh penduduk bahwa Departemen Pendidikan Abu Dhabi, membuka pintu pendaftaran untuk sekolah-sekolah negeri mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga Pusat-pusat pendidikan orang dewasa untuk tahun ajaran 2014-2015, diharapkan kepada seluruh wali murid untuk segera mendaftarkan anak-anaknya ke TK atau Sekolah terdekat dari rumahnya masing-masing, waktu pendaftaran berlangsung untuk anak-anak hingga 20 Maret 2014, dan untuk orang dewasa hingga 1 Mei 2014, jangan lupa untuk membawa Kartu Penduduk dan Surat Rumah

No comments: