Friday, April 25, 2014

Khutbah Jum'at 45, Akhlak Seorang Muslim & Menepati Janji

Khutbah Jumat, 07 Rabius Tsani 1435 H / 07 Februari 2014 M
Akhlak Seorang Muslim
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى، وقَدَّرَ فَهَدَى، وَخَلَقَ الإِنسَانَ وَلَمْ يَتْرُكْهُ سُدًى، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ، جَمَّلَنَا بِكَرِيمِ الْخِصَالِ، وَأَكْرَمَنَا بِجَمِيلِ الْخِلاَلِ،وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ الْوَاحِدُ الْمُتَعَالِ، لَهُ سُبْحَانَهُ الْعُلاَ مِنْ صِفَاتِ الْكَمَالِ وَالْجَلاَلِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنبيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، صَاحِبُ الْخُلُقِ الْعَظِيمِ، بِهِ أَتَمَّ اللَّهُ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ، الشَّافِعُ الْمُشَفَّعُ يَوْمَ التَّلاَقِ،اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى وَطَاعَتِهِ، يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ :] يَا أَيُّهَا الذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا* يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزا عَظِيماً[([1]).
Kaum muslimin : risalah-risalah Allah diturunkan berkesinambungan pada makhluk-Nya untuk menanamkan akhlak mulya pada tingkah laku mereka, sehingga kehidupan mereka menjadi lurus, kondisi mereka menjadi terkendali, tugas mereka dalam memakmurkan bumi dapat terlaksana, sehingga ridha Tuhan mereka dapat digapai. Risalah Rasul kita Muhammad Saw adalah risalah penutup yang datang sebagai penegas dan penguat atas pentingnya akhlak, dan Rasulullah Saw memiliki akhlak yang paling mulya diantara manusia, bagaimana tidak ? beliau telah dibersihkan oleh Allah Swt, seperti disebutkan dalam firman-Nya :
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (Al Qalam 68 : 4)
Sebuah syair menjelaskan :
يَكْفِيكَ عَنْ كُلِّ مَدْحٍ مَدْحُ خَالِقِهِ وَاقْرَأْ بِرَبِّكَ مَبْدَأَ سُورَةِ الْقَلَمِ
شَهْمٌ تَشِيدُ بِهِ الدُّنْيَا بِرُمَّتِهَا عَلَى الْمَنَائِرِ مِنْ عَرَبٍ وَمِنْ عَجَمِ
Cukuplah bagimu setiap pujian, adalah pujian Penciptanya, dan bacalah dengan nama Tuhanmu awal surah Al Qalam
Kesopanan yang mendapatan pujian seluruh dunia
Diatas mimbar-mimbar arab dan non arab
Rasulullah Saw merupakan contoh tertinggi akhlak mulya, etika yang agung dan jalan yang lurus, contoh dalam perlakuan terhadap orang yang dekat dan jauh, terhadap anak kecil dan orang dewasa, terhadap muslim dan non muslim, sehingga akhlak beliau mampu memikat hati dan menakjubkan pikiran, beliau diutus oleh Allah dengan membawa agama mulya ini, agama yang dipenuhi akhlak dan kasih sayang, kedamaian dan keserasian, dengan akhlak manusia akan terangkat kedudukannya dihadapan sesamanya dan dihadapan Allah, Rasulullah Saw bersabda :
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَحَبِّكُمْ إِلَىَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِساً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ؟». قَالَ الْقَوْمُ:نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ :« أَحْسَنُكُمْ خُلُقاً»
“Maukah kalian aku beritahukan tentang orang yang paling aku cintai dan orang yang paling dekat kedudukannya denganku pada hari kiamat ? kaumnya menjawab : tentu wahai Rasulullah. Beliau bersabda : yang terbaik akhlaknya diantara kalian” (Ahmad 6906)
Hamba Allah : Rasulullah Saw telah menganjurkan kita untuk berhias diri dengan akhlak yang mulya, serta berusaha menanamkannya pada tingkah laku sesama, Rasulullah Saw bersabda :
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
"Bertakwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik karena kebaikan dapat menghapus keburukan dan bergaullah dengan orang lain dengan akhlak yang baik” (At Tirmidzi 1987).
Rasulullah Saw menjelaskan bahwa seorang muslim adalah orang berakhlak mulya dan tidak menyakiti sesama dengan ucapan atau perbuatan selamanya, Rasulullah Saw bersabda :
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang muslim adalah seseorang yang orang membuat muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya”(Muttafaq ‘alaih)
Diterangkan oleh Rasulullah Saw bahwa akhlak baik seseorang dapat menjadi penyebab peningkatan derajat dan penghapusan keburukannya, Rasulullah Saw bersabda :
مَا مِنْ شَىْءٍ يُوضَعُ فِي الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ، وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلاَةِ
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat saat diletakkan diatas timbangan melebihi akhlak mulia, dan pemilik akhlak mulya dapat menggapai derajat orang yang berpuasa dan shalat”(Abu Daud 4799 dan At Tirmidzi 2003)
Nabi Muhammad Saw telah memperingatkan kita agar menjauh dari akhlak buruk dan dijelaskan pula akibatnya, beliau menganjurkan kita untuk berakhlak baik sebagaimana dijelaskan pula keutamaan dan pahalanya :
فَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ فُلاَنَةَ تَذْكُرُ مِنْ كَثْرَةِ صَلاَتِهَا وَصِيَامِهَا وَصَدَقَتِهَا، غَيْرَ أَنَّهَا تُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا. قَالَ:«هِىَ فِى النَّارِ». قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ فَإِنَّ فُلاَنَةَ تَذْكُرُ مِنْ قِلَّةِ صِيَامِهَا وَصَدَقَتِهَا وَصَلاَتِهَا، وَأَنَّهَا تَصَدَّقُ باِلأَثْوَارِ مِنَ الأَقِطِ، وَلاَ تُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا. قَالَ :« هِىَ فِى الْجَنَّةِ »
Dari Abu Hurairah RA berkata : seseorang lelaki bertanya pada Rasulullah Saw : wahai Rasulullah, sesungguhnya si fulanah sering disebut karena banyak shalat, puasa dan sedekahnya, hanya saja ia menyakiti tetangganya dengan ucapannya. Rasulullah Saw menjawab : Wanita itu di neraka. Orang tersebut bertanya lagi : Sesungguhnya si fulanah sering disebut karena sedikit shalat, puasa, dan sedekahnya, ia bersedekah dengan sepotong keju serta tidak menyakiti tetangganya dengan ucapannya. Rasulullah Saw bersabda : Wanita itu di surga” (Ahmad 9926)
Seorang muslim diumpamakan seperti hujan, diturunkan dimana saja ia memberikan manfaat, seorang muslim memberikan manfaat pada sesama dengan perbuatannya, ucapannya dan akhlaknya. Bila terjadi pertikaian diantara sesama, maka ia datang untuk menjadi penengah yang mendamaikan, bila terjadi beda pendapat, ia mengajak pada sisi persamaannya, bila kesalahan dilakukan, ia datang membawa nasehat bijak yang dapat meluruskan kembali pada jalannya dan dengan ucapan baik ia berdakwah. Dan seorang muslim –wahai hamba Allah- tidak mencari aib sesamanya, karena perbuatan tersebut dapat mendatangkan azab Allah bagi dirinya, Allah Swt berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui” (An Nur 24 : 19)
Tidak termasuk akhlak seorang muslim adalah mencari kesalahan orang lain, barang siapa mencari-cari kesalahan orang lain, maka Allah akan membeberkan kesalahannya, dan mempermalukannya dihadapan orang lain, Rasulullah Saw bersabda :
يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ الإِيمَانُ قَلْبَهُ لاَ تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ، وَلاَ تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ، فَإِنَّهُ مَنِ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ
“Wahai orang yang beriman dengan ucapannya dan keimanan belum masuk kedalam hatinya, janganlah kalian menggunjing sesama muslim, jangan mencari-cari aib mereka, karena orang yang mencari aib sesamanya, maka Allah akan membuka aib mereka, dan barang siapa yang dibuka aibnya oleh Allah, maka ia akan dipermalukan di dalam rumahnya sendiri” (Abu Daud 4880)
Seorang muslim hendaknya menjauh dari akhlak yang buruk, seperti ; bergunjing, adu domba dan semua ucapan dan perbuatan yang dapat menyakiti orang lain, mencela, melaknat dan memaki, dan perbuatan lainnya yang bertentangan dengan akhlak yang baik, Rasulullah Saw bersabda :
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ، وَلاَ اللَّعَّانِ، وَلاَ الْفَاحِشِ، وَلاَ الْبَذِيءِ
"Orang mukmin itu bukanlah seorang pencela, bukan seorang pengutuk, bukan seorang yang berkata keji dan bukan juga seorang yang berkata kotor" (At Tirmidzi 1977)
Dan barang siapa buruk akhlaknya terhadap sesama, maka buruk pula perasaannya, ucapannya kotor dan tidak baik, dari Muadz bin Jabal RA berkata :
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رضي الله عنه قَالَ: قُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ؟ فَقَالَ r :« ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ -أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ- إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ
aku bertanya : wahai Nabi Allah, apakah kita akan dituntut atas apa yang telah kita ucapkan ?
Beliau menjawab : celakalah engkau wahai Muadz adakah yang menjadikan orang menyungkur mukanya -atau batang hidungnya- ke dalam neraka selain dari akibat ucapan lisan mereka”(At Tirmidzi 1626)
Kaum mukminin : sesungguhnya seorang muslim yang berakhlak dengan akhlak agamanya, tidak berkata yang dapat menyakiti orang lain dan tidak mengganggu ketentraman hati mereka, karena ucapan Anda akan dipertanggung jawabkan, ucapan Anda dapat mendatangkan pahala atau dosa bagi Anda, Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ، مَا كَانَ يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ، يَكْتُبُ اللَّهُ لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ، مَا كَانَ يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ يَكْتُبُ اللَّهُ لَهُ بِهَا سَخَطَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ
“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat tentang sesuatu yang diridhai Allah, yang tidak ia sadari, maka Allah akan mencatat baginya ridha-Nya hingga pada hari ia menjumpai-Nya, dan sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat tentang sesuatu yang dimurkai Allah, yang tidak ia sadari, maka Allah akan mencatat baginya murka-Nya hingga pada hari ia menjumpai-Nya” (Al Muwattha’2/581)
Karenanya seorang mukmin hendaknya memilah dan memilih ucapannya, pilihlah ucapan yang baik dan tidak merusak hubungan, pilihlah ucapan yang menyatukan dan tidak mencerai beraikan, dan perhatikan ucapannya bila ucapannya baik maka katakanlah, dan bila tidak maka diamlah, Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ
"Barang siapa yang beriman dengan Allah dan hari akhir, maka berkatalah baik atau diamlah” (Muttafaq ‘alaih)
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu untuk menjadikan kami orang yang paling baik akhlaknya, berilah kenikmatan kepada kami dengan pendengaran, penglihatan, dan kekuatan kami, selama Engkau menghidupkan kami, jadikanlah ia tetap ada pada kami, dan kami mohon pada-Mu Ya Allah untuk menjadikan kami termasuk golongan orang-orang yang mendengarkan suatu ucapan, kemudian mengikuti apa yang terbaik, dan semoga Engkau selalu melimpahkan kami taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
بارَكَ اللهُ لِي ولكُمْ فِي القرآنِ العظيمِ ونفعَنِي وإياكُمْ بِمَا فيهِ مِنَ الآياتِ والذكْرِ الحكيمِ وبِسنةِ نبيهِ الكريمِr أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أَمَّا بَعْدُ
Bertakwalah pada Allah wahai hamba Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan ketahuilah bahwa diantara bentuk akhlak baik adalah memperlakukan sesama dengan perlakukan yang baik, dan Nabi Saw memperlakukan orang-orang disekitarnya dengan baik, baik terhadap anak kecil atau orang dewasa, baik terhadap orang kaya ataupun orang fakir, baik terhadap muslimin dan non muslim, oleh karena itu Allah Swt menciptakan manusia dan memulyakannya, Allah Swt berfirman :
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam” (Al Isra’17 : 70). Dengan pandangan ini, Nabi Saw memperlakukan sesama manusia dengan baik, dan betapa banyak perlakuan baik ini telah berpengaruh pada diri mereka, dan sekarang betapa butuhnya kita semua untuk selalu berteladan pada Nabi Saw agar kita juga mampu mendapatkan cinta orang-orang yang ada di sekitar kita, baik itu muslimin maupun non muslim, karena kita sekarang hidup berbaur dengan sesama, hal itu disebabkan adanya media transportasi yang sangat cepat dan massal, dan setiap kali kita berakhlak baik dan memperlakukan sesamanya dengan baik, maka itu berarti kita telah memperaktekkan agama kita dan mengikuti petunjuk Nabi kita.
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكنَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3])
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ الْبُلْدَانِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ اهْدِنَا لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ، فَإنَّهُ لاَ يَهْدِي لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنَّا سَيِّئَهَا، فَإنَّهُ لاَ يَصْرِفُ عَنَّا سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ.
اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَإِخْوَانَهُمَا شُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بِعَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا.
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([4])
Khutbah Jumat, 14 Rabius Tsani 1435 H / 14 Februari 2014 M
Menepati Janji
Khutbah Pertama
 
الْحَمْدُ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الأَحَدِ، الصَّمَدِ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُواً أَحَدٌ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، أَمَرَ بِالْوَفَاءِ لَهُ بِأَنْ يُعْبَدَ وَلاَ يُجْحَدَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنبيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ النَّبِيُّ الْوَفِيُّ الأَجْوَدُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدين.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى وَطَاعَتِهِ، يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:] يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ[([1]).
 
Kaum mukminin : Allah telah menciptakan manusia dengan kekuasaan-Nya, memberikan mereka nikmat yang berlimpah, mengutus pada mereka para nabi dan rasul-Nya, agar menjelaskan pada mereka mengenai syariat agama-Nya, menunjukkan mereka pada nilai-nilai yang baik dan etika yang mulya, agar Allah disembah sesuai dengan benar, memperlakukan sesama dengan perlakuan yang santun, sehingga ia dapat berbuat baik untuk negerinya dan untuk kemanusiaan. Dan diantara prinsip-prinsip dasar yang mulya yang dibutuhkan oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhannya dan manusia, seperti yang disebutkan di dalam Al Quran adalah menepati janji, Allah Swt berfirman :
وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ العَهْدَ كَانَ مَسْئُولاً
"Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya” (Al Isra’ 17 : 34)
Menepati janji itu berarti menunaikan janji tersebut dengan amanah dan ini termasuk akhlak yang mulya yang menunjukkan atas kesempurnaan keimanan seseorang, dan pelakunya akan mendapatkan balasan surga, Allah Swt bangga dengan orang-orang mukmin yang menunaikan janjinya, disebutkan dalam firman Allah :
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
"Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya” (Al Mukminun 23 : 8). Disebutkan dalam tafsir ayat diatas bahwa semua perintah Allah dan larangan-Nya termasuk dalam kategori janji, sebuah janji antara seorang hamba dengan Tuhannya dan antara sesama hamba.
 
Hamba Allah : sesungguhnya janji pertama dalam kehidupan manusia adalah janji keimanan, dimana Allah telah mengambilnya dari seluruh manusia, Allah Swt berfirman :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا
 "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Al A’raf 7 : 172). Rasulullah Saw mengajarkan kita agar selalu menepati janji kita terhadap Tuhan kita, dengan menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan dosa, dan kita dianjurkan agar selalu mengharapkan ampunan dari Allah yang Maha Mengetahui, Nabi Saw bersabda :
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
"Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku,  tiada Tuhan selain Engkau, Engkau telah menciptakan aku, dan aku adalah hamba-Mu dan aku selalu berusaha menepati ikrar dan janjiku kepadaMu dengan segenap kekuatan yang aku miliki, Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, Aku mengakui betapa besar nikmat-nikmat-Mu yang tercurah kepadaku; dan Aku tahu dan sadar betapa banyak dosa yang telah aku lakukan, karenanya, ampunilah aku, tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau" (Bukhari 5831)
 
Kaum muslimin : sesungguhnya janji Allah, merupakan janji yang paling tinggi kedudukannya dan paling suci, Rasulullah Saw telah mewasiatkan mengenai janji tersebut, dan Allah memerintahkan agar menepatinya seperti tersebut dalam kitab-Nya :
وَبِعَهْدِ اللَّهِ أَوْفُوا ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
"Dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat” (Al An’am 6 : 152). Wasiat Allah ini disampaikan pada manusia, dan manusia diperintahkan untuk tidak mentaati syetan dan diperintahkan untuk menyembah Allah Yang Maha Pemurah, Allah Swt berfirman :
أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ* وَأَنِ اعْبُدُونِي هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ
"Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu",dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus” (Yasin 36 : 60-61). Tafsirnya : sembahlah diri-Ku semata dan bukan selain-Ku, dan taatlah hanya pada-Ku, karena sesungguhnya keikhlasan dalam beribadah pada-Ku, mentaati-Ku dan mengingkari syetan merupakan agama yang benar dan jalan yang lurus (Tafsir At Thabari 19/470)
 
Sesungguhnya menepati janji Allah adalah dengan mentaati perintah-Nya, menjauh dari larangan-Nya, mematuhi kitab-Nya dan mengikuti Rasul-Nya agar kita semua menjadi orang yang bertakwa, yang akan mendatangkan cinta Allah Tuhan semesta alam, Allah Swt berfirman :
بَلَى مَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
"(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa” (Ali Imran 3 : 76) dan firman-Nya :
وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
"Dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar” (Al Fath 48 : 10)
 
Hamba Allah : sesungguhnya termasuk contoh penepatan janji adalah membangun hubungan harmonis antara pasangan suami isteri, karena keduanya dipersatukan oleh janji yang agung dan kuat, Allah Swt berfirman :
وَأَخَذْنَ مِنْكُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا
Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat” (An Nisa’ 4 : 21)
Wahai para suami, jagalah janji Allah yang ada pada isteri kalian, berwasiatlah baik pada mereka, perlakukanlah mereka dengan baik, hormatilah mereka, jangan pernah melupakan kebaikan diantara kalian, dan ingatlah firman Allah Swt :
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
 "Dan bergaullah dengan mereka secara patut, kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak” (An Nisa’ 4 : 19)
 
Rasulullah Saw berlaku setia pada isteri-isterinya (ummahatul mukminin), kesetiannya pada Khadijah Bin Khuwailid RA dikisahkan setelah wafatnya, beliau menghargai sahabat-sahabatnya, dan ketika Hassanah Al Muzayyinah mengunjungi beliau, beliau menyambutnya, memulyakannya dan menanyakan kondisinya, lalu beliau berkata pada Aisyah RA :
إِنَّهَا كَانَتْ تَأْتِينَا زَمَنَ خَدِيجَةَ، وَإِنَّ حُسْنَ الْعَهْدِ مِنَ الْإِيمَانِ
"Sesungguhnya ia (Hassanah) mengunjungi kami di masa Khadijah hidup, dan sesungguhnya menepati janji termasuk dari keimanan" (Al Mustadrak 1/15)
 
 
أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ: وَإِنَّ مِنَ الْوَفَاءِ بِالْعَهْدِ إِنْجَازَ الْمَوْعُودِ، وَالْقِيَامَ بِمَقْتَضَى الْعُقُودِ، قَالَ تَعَالَى:( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ)([2]) قَالَ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ: يَعْنِي بِذَلِكَ عُقُودَ الدَّيْنِ، وَهِيَ مَا عَقَدَهُ الْمَرْءُ عَلَى نَفْسِهِ، مِنْ بَيْعٍ وَشِرَاءٍ، وَإِجَارَةٍ وَكِرَاءٍ، وَمُنَاكَحَةٍ وَطَلَاقٍ، وَمُزَارَعَةٍ وَمُصَالَحَةٍ، وَتَمْلِيكٍ وَتَخْيِيرٍ([3]). فَالْعُقُودُ هِيَ الْتِزَامَاتٌ بَيْنَ النَّاسِ فِي الْمُعَامَلاَتِ وَالْبُيُوعِ وَمَوَاثِيقِ الْعَمَلِ وَغَيْرِهَا، وَإِنَّ الْجُحُودَ بِتَلْكَ الْمَوَاثِيقِ وَالْعُقُودِ نَقْصٌ فِي الدِّينِ، وَضَيَاعٌ لِلْحُقُوقِ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« لاَ دِينَ لِمَنْ لاَ عَهْدَ لَهُ»([4]). وَإِنَّ مِنَ الْوَفَاءِ بِالْعُقُودِ، الاِلْتِزَامَ بِمَا جَاءَ بِشُرُوطِهَا، قَالَ النَّبِيُّ r :«الْمُسْلِمُونَ عِنْدَ شُرُوطِهِمْ»([5])
Kaum muslimin : dan diantara penepatan janji adalah memenuhi janji sesuai dengan pernjanjian yang telah disepakati, Allah Swt berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ
"Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu" (Al Maidah 5 : 1). Al Hasan Al Bashri mengatakan bahwa yang dimaksud dengan akad diatas adalah akad hutang, yaitu akad seseorang terhadap dirinya sendiri, seperti jual beli, sewa dan kontrak, pernikahan dan perceraian, kepemilikan, perjanjian damain dan lainnya. Akad itu berarti keharusan yang harus ditunaikan antara manusia dalam bermuamalah, seprti jual beli, kontrak kerja dan lain sebagainya, mengingikari janji, kontrak dan akad berarti bentuk pengurangan dalam beragama, dan penghilangan hak-hak, Rasulullah Saw bersabda :
لاَ دِينَ لِمَنْ لاَ عَهْدَ لَهُ
“Tidak sempurna iman seseorang yang tidak bisa dipegang janjinya” (Ahmad 12718)
Termasuk menepati janji adalah dengan memenuhi syarat-syarat yang ada, Nabi Saw bersabda :
 الْمُسْلِمُونَ عِنْدَ شُرُوطِهِمْ
“Kaum muslim adalah tergantung dengan syarat- syarat yang mereka buat”
 
Wahai hamba Allah, bila Anda seorang pedagang, maka juallah dagangan Anda sesuai dengan kriterianya dan syarat-syaratnya, dan bila Anda membeli barang dagangan, maka bayarlah dengan tepat waktu, dan janganlah menunda-nunda pembayaran, Rasulullah Saw bersabda :
مَطْلُ الْغَنِىِّ ظُلْمٌ
"Penundaan (membayar hutang) orang kaya termasuk perbuatan dzalim" (Muttafaq 'alaih)
 
وَيَا أَيُّهَا الْمُوَظَّفُ اعْلَمْ أَنَّ الْتِزَامَكَ بِعَقْدِ عَمَلِكَ وَاجِبٌ شَرْعِيٌّ، فَعَلَيْكَ أَنْ تَحْتَرِمَ عَقْدَكَ، وَتَحْفَظَ عَهْدَكَ، وَتُؤَدِّيَ وَاجِبَاتِكَ بِأَمَانَةٍ وَإِخْلاَصٍ، طَاعَةً لِلَّهِ تَعَالَى، وَخِدْمَةً لِلْمُجْتَمَعِ، وَبِأَدَائِكَ لِلْقَسَمِ يَتَأَكَّدُ وُجُوبُ وَفَائِكَ بِعَهْدِكَ، قَالَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ:( وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلا تَنْقُضُوا الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلا)([6])
Wahai pegawai, ketahuilah bahwa disiplinmu dalam menjalankan akad kerjamu merupakan kewajiban, Anda hendaknya menghargai kontrak kerjamu, menjaganya, menunaikan tugasmu dengan jujur dan ikhlas, dengan selalu mentaati Allah dan berkhidmat pada masyarakat, dan dengan sumpah yang Anda ucapkan,  itu berarti penegasan agar Anda menunaikan janji Anda, Allah Swt berfirman :
وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلا تَنْقُضُوا الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلا
"Dan tetpatilah pernajian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu)". (An Nahl 16 : 91)
 
Artinya : janganlah kalian membatalkan perjanjian dan akad kalian yang telah kalian perkuat dengan sumpah kalian, kalian menginginkan dari pembatalan itu untuk mendapatkan  keduniawian, sesungguhnya yang ada di sisi kalian itu akan sirna walaupun banyak, sementara yang ada di sisi Allah bagi orang yang menepati janji dan taat pada Allah, akan kekal dan tidak fana, Allah Swt berfirman :
مَا عِندَكُمْ يَنفَدُ وَمَا عِندَ اللَّهِ بَاقٍ
"Apa yang ada disisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal" (An Nahl 16 : 96)
 
Ya Allah sesungguhnya kami memohon pada-Mu untuk menjadikan kami termasuk orang menunaikan amanat dan janji kami,  yang mengamalkan kitab-Mu, yang berpegang teguh dengan petunjuk sunnah nabi-Mu, dan berilah kami selalu taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
 “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
بارَكَ اللهُ لِي ولكُمْ فِي القرآنِ العظيمِ ونفعَنِي وإياكُمْ بِمَا فيهِ مِنَ الآياتِ والذكْرِ الحكيمِ وبِسنةِ نبيهِ الكريمِ r أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.
 
 
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
 
 
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dengan sebenar-benarnya takwa, dan ketahuilah bahwa Allah Swt telah telah mewasiatkan dan memerintahkan kita semua untuk menjaga dan menepati janji, dan diantara janji yang harus kita tepati adalah kewajiban terhadap negara dan pemimpin, karena beruntunglah orang yang menepati janjinya pada Allah dan ikhlas terhadap pemimpin dan negaranya, menjaga dan melestarikan pencapaiannya, membela
Mengorbankan harta dan raga untuknya, berkontribusi dalam ketentraman dan persatuannya, memperkuat kesatuannya, menjaga nilai-nilai keislamannya dan keyakinannya yang murni, maka itu semua akan mendatangkan ridha Allah, dan barang siapa melanggar maka ia telah berlaku maksiat pada Allah, berkhianat pada negaranya, mengingkari janjinya, maka barang siapa mengingkari janjinya ia berhak mendapatkan siksa dan dosa, Nabi Saw bersabda :
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقاً خَالِصاً، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ
“Empat hal bila ada pada seseorang maka dia adalah seorang munafiq tulen, dan barangsiapa yang terdapat pada dirinya satu sifat dari empat hal tersebut maka pada dirinya terdapat sifat nifaq hingga dia meninggalkannya, yaitu : jika diberi amanat dia khianat, jika berbicara dia dusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika berseteru dia berbuat kefajiran" (Muttafaq 'alaih)
 
 
أَمَّا بَعْدُ: فَاتَّقُوا اللَّهَ عِبَادَ اللَّهِ حَقَّ تَقْوَاهُ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَدْ عَهِدَ إِلَيْنَا فِي كِتَابِهِ، وَأَوْصَانَا فِي مُحْكَمِ تَنْزِيلِهِ بِالْتِزَامِ الْعَهْدِ وَالْمُحَافَظَةِ عَلَيْهِ، وَمِنْ هَذِهِ الْعُهُودِ الَّتِي يَجِبُ عَلَيْنَا الْوَفَاءُ بِهَا مَا فِي الذِّمَّةِ مِنْ حَقٍّ لِلْوَطَنِ وَالْقِيَادَةِ، فَيَا فَوْزَ مَنْ وَفَّى بِعَهْدِ اللَّهِ تَعَالَى وَكَانَ مُخْلِصًا لِقِيَادَتِهِ وَوَطَنِهِ، وَحَافَظَ عَلَى مُنْجَزَاتِهِ، وَصَانَ مُكْتَسَبَاتِهِ، وَدَافَعَ عَنْ حِيَاضِهِ، وَبَذَلَ الْغَالِيَ وَالرَّخِيصَ مِنْ أَجْلِهِ، وَسَاهَمَ فِي تَرْسِيخِ اسْتِقْرَارِهِ وَوَحْدَتِهِ، وَعَزَّزَ مِنْ تَلاَحُمِهِ، وَحَرَصَ عَلَى قِيَمِهِ الإِسْلاَمِيَّةِ وَعَقِيدَتِهِ الصَّافِيَةِ، فَذَلِكَ هُوَ مَا يُرْضِي اللَّهَ تَعَالَى، وَمَنْ أَخَلَّ بِهِ أَوْ خَالَفَهُ كَانَ لِلَّهِ تَعَالَى عَاصِيًا، وَلِوَطَنِهِ خَائِنًا، وَلِعَهْدِهِ نَاكِثًا، وَلِذِمَّتِهِ غَادِرًا، وَاسْتَحَقَّ عَلَى غَدْرِهِ الْعَذَابَ الأَلِيمَ، وَالإِثْمَ الْجَسِيمَ، فَقَدْ قَالَ النَّبِيُّ r :« أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقاً خَالِصاً، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ»([7])
 
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([8]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([9])
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْعَالَمِينَ([10]).
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ إِنَّا عَبِيدُكَ أَبْنَاءُ عَبِيدِكَ، نَوَاصِينَا بِيَدِكَ، مَاضٍ فِينَا حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِينَا قَضَاؤُكَ، نَسْأَلُك بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَنَا مِنَ الْمُوفِينَ بِعُهُودِهِمْ، الرَّاعِينَ لأَمَانَاتِهِمْ.
اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَإِخْوَانَهُمَا شُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بِعَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا.
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([11])
http://www.awqaf.gov.ae/Jumaa.aspx?SectionID=5&RefID=2211


([1]) الحشر: 18.
([2]) المائدة:1.                  
([3]) تفسير الطبري 6/32.
([4]) أحمد : 12718 .       
([5]) البخاري  كتاب الإجارة باب 18.                    
([6]) النحل : 91 .
([7]) متفق عليه .
([8]) الأحزاب : 56 .
([9]) مسلم : 384.
([10]) يكررها الخطيب مرتين.
([11]) العنكبوت :45
 
 

No comments: