15 Jumadil Ula 1436 H / 06 Maret 2015 M
Wasiat Luqman
Khutbah Pertama:
Kaum muslimin : Al Quran telah menyebutkan nasehat yang paling indah dan kisah yang terbaik untuk semua, agar dapat dijadikan pelajaran berharga, Allah Swt berfirman :
لقد كان في قصصهم عبرة لأولي الألباب
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang- orang yang mempunyai akal” (Yusuf 12 : 111). Diantara yang disebutkan dalam Al Quran adalah sebagian wasiat Luqman Al Hakim, ia adalah hamba Allah yang haleh, Allah mengangkat derajatnya, memujinya di dalam kitab-Nya, bahkan salah satu surah di dalam Al Quran memuat namanya, Allah Swt berfirman:
ولقد آتينا لقمان الحكمة أن اشكر لله
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman” (Luqman 31:12). Hikmat adalah kepahaman dan ilmu, ucapan dan pandangan yang lurus, dan barang siapa dianugerahkan Allah dengan nikmat ini, maka ia telah mendapatkan kebaikan yang melimpah (Ibnu Katsir 16 : 335), Allah Swt berfirman:
يؤتي الحكمة من يشاء ومن يؤت الحكمة فقد أوتي خيرا كثيرا
“Allah menganugerahkan al hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak” (Al Baqarah 2 : 269)
Luqman Al Hakim termasuk hamba Allah yang diberikan sifat mulia dan akhlak yang tinggi, dikatakan pada Luqman : apa yang menyebabkanmu sampai pada keutamaan ini ? Ia menjawab : dengan ucapan yang jujur, penunaian amanah dan meninggalkan yang tidak perlu bagiku” (Malik 1680)
Betapa bijaknya orang yang berteladan pada akhlaknya, memiliki kasih sayang dalam prilakunya, bijak dalam tindakannya, dan bersyukur atas segala nikmat Tuhan Penciptanya.
Hamba Allah : sesungguhnya Luqman Al Hakim memberikan perumpamaan yang menarik dalam etika berinteraksi dengan anak melalui wasiat dan nasehat yang bermanfaat yang didalamnya mengandung ungkapan kata yang manis dan lembut, adab pendidikan yang santun, ia memulai wasiat terhadap anaknya dengan panggilan yang lembut : wahai anakku, ini merupakan pelajaran yang agung yang harus kita pelajari darinya bagaimana cara berdialog seorang bapak dengan anak-anaknya, bagaimana cara menyampaikan pengalaman hidupnya, memberikan perhatian penuh pada mereka, mendidik jiwa mereka, mengembangkan pemikiran mereka, dan ia menempuh itu dengan jalan yang bijak dan nasehat yang baik, Allah Swt berfirman :
ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik” (An Nahl 16 : 125). Betapa indah ketika seorang ayah bijak dan selalu dekat dengan anak-anaknya, menyayangi mereka, berdialog dengan ungkapan yang baik, mendengar keluh kesah mereka dengan kelapangan dada, mencarikan solusi dengan cara yang baik dan bijak, mendidik agar hati mereka menjadi lembut,
ucapan mereka menjadi santun, jauh dari kekerasan dan menanamkan pada diri mereka etika dan akhlak yang mulia.
Para jamaah shalat : Luqman Al Hakim memulai beberapa wasiat terhadap anaknya dengan masalah yang paling panting yaitu penanaman keimanan kepada Allah pada jiwa anaknya, agar hubungannya dengan Tuhannya menjadi kuat, sehingga ia dapat menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak hamba-Nya dengan baik, Allah Swt berfirman :
وإذ قال لقمان لابنه وهو يعظه يا بني لا تشرك بالله إن الشرك لظلم عظيم
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya : hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedhaliman yang besar” (Luqman 31 : 13). Luqman berusaha menumbuh kembangkan hati anaknya agar selalu merasa diawasi oleh Allah dalam kesunyiaan dan keramaian, ia
mengingatkannya akan keagungan Allah, bahwa Dia mengetahui segala sesuatu, mengetahui hitungan segala sesuatu, tidak ada yang tersembunyi dari-Nya segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit, tidak terlewatkan sedikit pun yang ghaib, ia menyebutkan dalam nasehatnya :
يا بني إنها إن تك مثقال حبة من خردل فتكن في صخرة أو في السموات أو في الأر يتت هاا الله إن الله ليي خبير
“(Luqman berkata) : Wahai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) sebera biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesunggunya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (Luqman 31 : 16). Maka barang siapa yang meyakini bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, maka ia akan berusaha untuk menggapai cinta dan ridha-Nya, berbuat baik, merasa diawasi dalam interaksinya dengan sesamanya, ia memberikan manfaat dan tidak mendatangkan mudarat dan tidak berbuat buruk.
Hamba Allah : Luqman menganjurkan anaknya untuk menjaga shalat, yang merupakan tiang agama, inti qurbah (pendekatan kepada Allah) dan merupakan ketaatan yang paling agung, Allah Swt menjelaskan dalam firman-Nya :
يا بني أقم الصلاة
“Hai anakku, dirikanlah shalat” (Luqman 31 : 17). Shalat adalah pembersih hati, penjernih ruh, pembersih jiwa, pengangkat etika dan pencegah dari keburukan dan kemungkaran.
Para jamaah shalat Jumat : dan diantara sisi yang ditekankan oleh Luqman terhadap anaknya, adalah sisi interaksi dengan sesama, ia menganjurkan anaknya untuk berlaku tawadhu’, lemah lembuh dan menjauh dari sifat takjub dan sombong, dan ia memerintahkannya untuk berpegang teguh dengan kemuliaan akhlak, menghias diri dengan kepribadiaan yang kuat dan terhormat, Allah Swt berfirman :
ولا تصعر خدك للناس ولا تمش في الأر مرحا إن الله لا يحب كل مختال فخور
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (Luqman 31 : 18). Artinya, jangan berlaku sombong yang membuat sesamanya terhina, hadapkan wajahmu pada mereka saat berdialog dengan mereka (Al Baghawi 6 : 289), bahkan berikan senyum dan ungkapan yang lembut pada mereka.
Dan diantara kebijaksaan Luqman bahwa ia melarang anaknya dari etika buruk dan
menunjukkanya pada etika yang mulia yang hendaknya selalu disandangnya (Al
Qurthubi 14/71), Allah Swt berfirman :
واقصد في مشيك واغضض من صوتك
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu” (Luqman 31 :19). Penjelasannya: sederhana dalam langkah gerak jalanmu, berwibawa dan penuh ketenangan, dan ia mencegah untuk berbicara keras dan lantang tanpa keperluan, karena didalamnya terkandung penghinaan, dan Luqman selalu mendidik anaknya untuk berlaku lemah lembut terhadap sesama manusia, berbuat baik pada mereka, mencegahnya dari menyakiti sesama, seperti tersebut dalam ucapannya : cukuplah kamu berakal penuh, ketika kamu mampu menghindarkan manusia dari keburukanmu. (Hilyatul Awliya’ 6/6) Betapa indahnya semua sifat diatas dan betapa mulia semua etika dan adab diatas.
Ya Allah berilah kami taufiq agar dapat jujur dalam ucapan dan perbuatan, berilah kami pertolongan agar mampu menghiasi diri dengan kemurnian akhlak, dan berilah kami semua taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَي هَُّا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
ن فََعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
أَقُولُ قَ وْلِي هَذَا وَأَسْتَ غْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَ غْفِرُوهُ إِنَّهُ هُ وَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.
Khutbah Kedua:
الحمد لله رب العالمين، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن سيدنا محمدا عبد الله ورسوله، اللهم صل وسلم وبارك
على سيدنا محمد وعلى آله الييبين الياهرين وعلى أصحابه أجمعين، وعلى التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dg sebenar-benarnya takwa, dan merasalah diawasi oleh-Nya dalam kesunyian dan keramaian dan ketahuilah bahwa diantara wasiat Luqman Al Hakim terhadap anaknya yang terdapat dalam sebuah atsar, bahwa ia berkata : “Wahai anakku, bergaullah dengan para ulama, karena Allah menghidupkan hati dengan cahaya hikmah, sebagaimana Allah menghidupkan tanah yang mati dengan guyuran air hujan” . Wasiat bergaul dengan ulama agar dapat menimba ilmu dari mereka, mempelajari ilmu dan hikmah dari mereka, karena cahaya hikmah dapat menghidupkan hati yang dapat memompa semangat melakukan ketaatan, menjauhkannya dari kemaksiatan, oleh karena itu Abu Juhaifah RA berkata : Bergaullah dengan para pembesar, berinteraksilah dengan para bijak dan bertanyalah pada para ulama. Maka sungguh indah bila kita dapat mendidik anak-anak kita untuk mengambil ilmu dari para ulama yang mengamalkan ilmunya, para penganut kemoderatan dan ketoleranan, karena itu dapat melindungi mereka terjatuh pada lingkaran kebatilan.
- See more at:
http://www.awqaf.gov.ae/Jumaa.aspx?SectionID=5&RefID=2578#sthash.6rwkkXZC.dpuf
___________________________________________________________________________
Khutbah Jumat
22 Jumadil Ula 1436 H / 13
Maret 2015 M
Wasiat Luqman
Khutbah Pertama
الحمد لله رب
العالمين، خلق الإنسان وكرمه، وأنعم عليه وعلمه، أحمده سبحانه كما ينبغي لجلال
وجهه وعظيم سلطانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن سيدنا ونبينا
محمدا عبد الله ورسوله، فاللهم صل وسلم وبارك على سيدنا ونبينا محمد وعلى آله
وصحبه أجمعين.
أما بعد:
فأوصيكم عباد الله ونفسي بتقوى الله، قال سبحانه
وتعالى:( يا أيها الناس اتقوا ربكم واخشوا يوما لا يجزي والد عن ولده ولا
مولود هو جاز عن والده شيئا إن وعد الله حق فلا تغرنكم الحياة الدنيا ولا يغرنكم
بالله الغرور).
Kaum muslimin : Allah telah
memberikan nikmat yang sangat banyak pada semua hamba-Nya, dibukakan bagi
mereka pintu-pintu pengetahuan dan ilmu terutama belakangan ini, pengetahuan
yang belum pernah di dapati sebelumnya, bahkan mereka mampu menciptakan sesuatu
yang belum pernah ditemukan sebelumnya,
diantaranya media transportasi modern dengan segala jenisnya, semua itu
merupakan kemudahan bagi manusia untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang
lain dengan mudah, nyaman dan mewah, Allah Swt berfirman :
والخيل والبغال
والحمير لتركبوها وزينة ويخلق ما لا تعلمون
“Dan (Dia
telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan
(menjadikannya) perhiasan, dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak
mengetahuinya” (An Nahl 16 : 8).
Pada ayat ini disebutkan bahwa
dengan pengetahuan dan kecerdasan yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Na, Allah
akan memberikan ilham pada mereka agar mampu menemukan media transportasi yang
lebih berguna dari pada hewan tunggangan. Media transportasi modern merupakan
nikmat yang sangat besar dan merupakan salah satu penyebab kehidupan yang
bahagia, Nabi Saw bersabda :
من سعادة
المرء: الجار الصالح، والمركب الهنيء، والمسكن الواسع
“Diantara
penyebab kebahagiaan seseorang adalah : tetangga yang baik, kendaraan yang
nyaman, dan hunian yang luas” (Ahmad 15768). Beruntunglah seorang yang menghargai nikmat
ini, menjaganya, menggunakannya dengan baik dan bersyukur kepada Allah, Allah
Swt memerintahkan kita untuk mensyukuri semua nikmat pemberian-Nya :
وجعل لكم من
الفلك والأنعام ما تركبون* لتستووا على ظهوره ثم تذكروا نعمة ربكم إذا استويتم
عليه وتقولوا سبحان الذي سخر لنا هذا وما كنا له مقرنين* وإنا إلى ربنا لمنقلبون
“Dan
menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi. Supaya kamu
duduk diatas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah
duduk diatasnya, supaya kamu mengucapkan : “Maha Suci Tuhan yang telah
menundukkan semua inibagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya
dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami” (Az Zukhruf 43 : 12-14)
Hamba Allah : sesungguhnya keselamatan berlalu lintas
merupakan salah satu tujuan syariat mulia ini, yaitu melindungi kemaslahatan
pribadi dan kemaslahatan publik, dan hal itu dapat terwujud dengan menghargai
aturan berlalu lintas, Nabi Saw bersabda :
أعطوا الطريق
حقه
“Berilah
jalan haknya” (Muttafaq ‘alaih). Diantara hak jalan adalah mematuhi aturan lalu
lintas dan rambu-rambunya, konsentrasi penuh dan tidak kehilangan konsentrasi dikarenakan
sibuk oleh telpon seluler, membaca dan menulis SMS, karena itu akan berakibat pada
kecelakaan fatal dan mendatangkan mudarat yang besar, Allah Swt berfirman :
ولا تلقوا
بأيديكم إلى التهلكة
“Dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (Al Baqarah 2 :
195)
Begitu juga bersifat tenang, mengendalikan diri dan
sabar, konsentrasi di jalan raya, awas, memberikan peluang pada orang lain,
menggunakan tempat parkir dengan benar dan selalu bersifat ramah dan lemah
lembut, Rasulullah Saw bersabda :
إن الله يحب
الرفق في الأمر كله
"Sesungguhnya
Allah menyukai sifat lemah-lembut dalam seluruh perkara" (Muttafaq 'alaih)
Kaum muslimin : sesungguhya banyak penyebab
keselamatan dalam berkendara dan berlalu lintas, yang terpenting adalah kehati-hatian
dan pelan-pelan, karena kehati-hatian merupakan etika mulia dan bijak,
Rasulullah Saw berpesan pada salah seorang sahabatnya :
إن فيك خصلتين
يحبهما الله: الحلم، والأناة
“Sesungguhnya
pada dirimu terdapat dua sifat yang disukai oleh Allah : kesabaran dan
kehati-hatian” (Muslim 17). Disebutkan pula dalam sabdanya :
السمت الحسن
والتؤدة والاقتصاد جزء من أربعة وعشرين جزءا من النبوة
"Perangai
baik, kehati-hatian dan tidak berlebihan merupakan bagian dari dua puluh empat
bagian dari (sifat) kenabian" (At
Tirmidzi 2010)
Bentuk kewaspadaan itu adalah tidak berkendara dengan kecepatan
tinggi, karena hal itu melanggar aturan, mengganggu ketenangan dan merusak kewibawaan,
serta dapat mengakibatkan kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan kematian,
Allah Swt berfirman :
وعباد الرحمن
الذين يمشون على الأرض هونا
“Dan
hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati” (Al Furqan 25 : 63). Artinya berjalan dengan penuh ketenangan dan
kewibawaan.
Bahkan dalam memasuki masjid untuk shalat berjamaah,
Nabi Saw memerintahkan untuk selalu melangkah berjalan dengan tenang :
إذا أقيمت
الصلاة فلا تأتوها تسعون، وأتوها تمشون، عليكم السكينة
“Jika telah dikumandangkan iqamah shalat, jangankan
kalian mendatanginya dengan berlari, datangilah dengan berjalan dan hendaknya
kamu bersifat tenang” (Muttafaq ‘alaih)
Kehati-hatian dianjurkan oleh
agama dalam segala bidang, karena ketergesa-gesaan dapat membawa pada ketidak
seimbangan, Rasulullah Saw bersabda :
التأني من
الله، والعجلة من الشيطان
“Kehati-hatian
datangnya dari Allah dan ketergesaan datangnya dari syetan” (Abu Ya’la 4256)
Kehati-hatian selalu
mendatangkan kebaikan, dan ia merupakan perantara tergapainya tujuan dan
harapan, Rasulullah Saw bersabda :
القصد القصد
تبلغوا
"Bersahajalah,bersahajalah
niscaya kalian akan sampai tujuan"
(Bukhari 6463)
Dan bacalah ungkapan syair
dibawah ini :
Orang yang berhati-hati akan
mendapatkan kebutuhannya, sementara kesalahan bersama orang yang tergesa-gesa
Para jamaah shalat Jumat ;
sesungguhnya manusia hendaknya mengetahui bahwa dirinya merupakan amanah dari
Allah, ia bertanggung jawab atas keselamatan dirinya, dan tidak boleh baginya
untuk mencelakakan dirinya atau membinasakannya, Allah Swt berfirman :
ولا تقتلوا
أنفسكم إن الله كان بكم رحيما
“Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu” (An Nisa’ 4 : 29). Salah satu tujuan syariat
adalah melindungi jiwa dan raga, Nabi Saw melarang semua bentuk kemudaratan,
Beliau bersabda :
لا ضرر ولا
ضرار
“Tidak boleh
(ada) bahaya dan menimbulkan bahaya”(Ibnu Majah 2341)
Begitu juga Nabi Saw melarang
menakut-nakuti orang lain dengan segala bentuknya, disebutkan dalam sabdanya :
لا يحل لمسلم
أن يروع مسلما
"Tidak
boleh bagi seorang menakut-nakuti muslim lainnya" (Abu Daud 5004)
Barang siapa yang melanggar aturan lalu lintas,
berarti ia telah melanggar syariat agama, karena dapat membahayakan dirinya dan
orang lain atau mencelakakan keduanya secara bersamaan, seorang muslim diperintahkan
untuk mencegah dari segala yang membahayakan dirinya dan orang lain, Rasulullah
Saw bersabda :
المسلم من سلم
الناس من لسانه ويده
Hindarilah wahai hamba Allah untuk menjadi salah satu
penyebab kecelakaan bagi orang lain karena hal itu berarti dan dosa dan
kerugian.
Hamba Allah : sesungguhnya mematuhi aturan lalu lintas
merupakan bukti ketinggian budaya seorang pengemudi dan bukti penghargaannya
terhadap aturan dan undang-undang yang ditetapkan untuk kemaslahatan semua,
untuk kepentingan rakyat dan negara, untuk menjamin jiwa dan raga untuk
melindungi sarana dan properti publik, hendaknya kita semua bahu membahu demi
terwujudnya keselamatan berlalu lintas, sebagai bentuk pengalaman firman Allah
:
وتعاونوا على
البر والتقوى
“Dan tolong
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa” (Al Maidah 5 : 2)
Ya Allah berilah kami semua taufiq untuk
mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang
Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas
firman-Mu :
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ
مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 :
59).
نَفَعَنِي
اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
أَقُولُ
قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.
KhutbahKedua
الحمد لله
رب العالمين، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن سيدنا محمدا عبد
الله ورسوله، اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله الطيبين الطاهرين وعلى
أصحابه أجمعين، وعلى التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dg
sebenar-benarnya takwa, dan merasalah diawasi oleh-Nya dalam kesunyian dan
keramaian dan ketahuilah bahwa melanggar aturan lalu lintas akan mendatangkan
kemudaratan, karena berapa banyak kecelakaan yang menelan korban jiwa, keluarga
kehilangan pengayomnya, kecelakaan menyebabkan cacat permanen, harta
terhamburkan dan jalan menjadi rusak disebabkan kecelakaan yang diakibatkan
oleh keteledoran pengemudi, oleh karena itu pemerintah berusaha terus untuk
menjamin keselamatan rakyatnya dan semua orang yang tinggal di negara ini, hal
ini berangkat dari perhatiannya terhadap semua manusia, sehingga diundangkanlah
peraturan lalu lintas, penyuluhan
dilakukan dan setelah itu tanggung jawab ini ada di pundak kita semua,
Rasulullah Saw bersabda :
كلكم راع،
وكلكم مسئول عن رعيته
“Setiap kamu adalah
pemimpin, dan kamu bertanggung jawab atas kepemimpinannya” (Muttafaq ‘alaih)
هذا وصلوا
وسلموا على من أمرتم بالصلاة والسلام عليه، قال تعالى:( إن الله وملائكته يصلون
على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما). وقال رسول الله صلى الله
عليه وسلم:« من صلى علي صلاة صلى الله عليه بها عشرا». وقال صلى الله عليه وسلم:«
لا يرد القضاء إلا الدعاء».
اللهم صل
وسلم وبارك على سيدنا ونبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، وارض اللهم عن الخلفاء
الراشدين: أبي بكر وعمر وعثمان وعلي، وعن سائر الصحابة الأكرمين، وعلى أزواجه
أمهات المؤمنين، وعن التابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين.
اللهم
وفقنا لحسن القول والعمل، واحفظنا من الزلل، وارزقنا شكر نعمك، وحسن عبادتك، يا
أكرم الأكرمين.
اللهم لا
تدع لنا ذنبا إلا غفرته، ولا هما إلا فرجته، ولا دينا إلا قضيته، ولا مريضا إلا
شفيته، ولا ميتا إلا رحمته، ولا حاجة إلا قضيتها ويسرتها يا رب العالمين، ربنا
آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة، وقنا عذاب النار.
اللهم إنا
نسألك الجنة وما قرب إليها من قول أو عمل، ونعوذ بك من النار وما قرب إليها من قول
أو عمل، اللهم إنا نسألك الجنة لنا ولوالدينا، ولمن له حق علينا، وللمسلمين
أجمعين.
اللهم وفق
ولي أمرنا رئيس الدولة، الشيخ خليفة بن زايد، وأدم عليه موفور الصحة والعافية،
واجعله يا ربنا في حفظك وعنايتك، ووفق اللهم نائبه وولي عهده الأمين لما تحبه
وترضاه، وأيد إخوانه حكام الإمارات.
اللهم اغفر
للمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات، اللهم ارحم الشيخ زايد، والشيخ مكتوم،
وشيوخ الإمارات الذين انتقلوا إلى رحمتك، وأدخل اللهم في عفوك وغفرانك ورحمتك
آباءنا وأمهاتنا وجميع أرحامنا ومن له حق علينا.
اللهم إنا
نسألك المغفرة والثواب لمن بنى هذا المسجد ولوالديه، ولكل من عمل فيه صالحا
وإحسانا، واغفر اللهم لكل من بنى لك مسجدا يذكر فيه اسمك.
اللهم اجعل
جمعنا هذا جمعا مرحوما، واجعل تفرقنا من بعده تفرقا معصوما، ولا تدع فينا ولا معنا
شقيا ولا محروما.
اللهم احفظ
دولة الإمارات من الفتن ما ظهر منها وما بطن، وأدم عليها الأمن والأمان يا رب
العالمين.
عباد
الله:( إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر
والبغي يعظكم لعلكم تذكرون)
اذكروا
الله العظيم يذكركم، واشكروه على نعمه يزدكم ( وأقم الصلاة إن الصلاة تنهى عن
الفحشاء والمنكر ولذكر الله أكبر والله يعلم ما تصنعون).
______________________________________________________________
Khutbah Jumat
29 Jumadil Ula 1436 H / 20
Maret 2015 M
Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada kedua orang tuamu Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَوْصَى بِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا،
وَجَعَلَ بِرَّهُمَا قُرْبَةً وَإِيمَانًا، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ حمدَ الشاكرينَ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا
وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ
وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، قَالَ تَعَالَى:(
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ
بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا)([1]). وَقَالَ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:( فَبَشِّرْ عِبَادِ* الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ
أَحْسَنَهُ)([2]).
Kaum muslimin : Allah memerintahkan kita agar
bersyukur kepada-Nya, menunaikan hak-hak-Nya dan Dia memerintahkan perkara yang
sangat besar dan pondasi yang sangat kuat yaitu berterima kasih kepada kedua orang
tua, Allah Swt berfirman :
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya” (Al Isra’
17 : 23). Dan karena hak kedua orang
tua yang sangat agung, maka Allah mendampingkan bersyukur kepada-Nya dengan
berterima kasih kepada keduanya, disebutkan dalam firman-Nya :
أَنِ اشْكُرْ
لِي وَلِوَالِدَيْكَ
“Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu” (Luqman 34 : 14). Berterima kasih kepada keduanya merupakan kewajiban,
berbakti pada keduanya adalah keharusan, dan keduanya merupakan orang yang
paling berhak mendapatkan bakti dan ucapan terima kasih, karena keduanya
merupakan orang yang terdekat dengan Anda, paling besar cintanya pada Anda, dan
paling banyak perhatian dan perlindungannya untuk Anda, oleh karena itu
berbakti kepada keduanya merupakan amalan yang paling dicintai oleh Allah, Nabi
Saw bersabda :
أَفْضَلُ
الأَعْمَالِ الصَّلاَةُ لِوَقْتِهَا، وَبِرُّ الْوَالِدَيْنِ
“Perbuatan
yang paling utama adalah shalat tepat waktunya dan berbakti kepada kedua orang
tua” (Muttafaq ‘alaih dan lafal hadits Muslim)
Bakti kepada kedua orang tua termasuk
akhlak para nabi, jalan ketakwaan dan perbuatan yang diperintahkan oleh Tuhan
pemilik bumi dan langit, sebagai contoh nabi Isa AS berkata pada kaumnya :
وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا* وَبَرًّا
بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا
“Dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan
(menunaikan) zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak
menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka” (Maryam 19 : 31-32). Allah memuji nabi-Nya Yahya AS yang
berbakti pada kedua orang tuanya :
وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُن جَبَّارًا عَصِيًّا
“Dan ia orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan
bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka” (Maryam 19 : 14). Nabi Nuh AS berdoa untuk kedua orang
tuanya seperti dimuat didalam Al Quran :
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا
وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
“Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku
dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan” (Nuh 71 :
28). Generasi
terdahulu menjadi teladan dalam hal ini, sebagai contoh Abu Hurairah RA setiap
kali memasuki tanahnya ia berkata :
فكانَ أبُو هريرةَ رضي الله عنه إِذَا
دَخَلَ أَرْضَهُ قالَ لأُمِّهِ: عَلَيْكِ السَّلَامُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
يَا أُمَّتَاهُ، فتَقُولُ لهُ: وَعَلَيْكَ السَّلَامُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ،
فيَقُولُ: رَحِمَكِ اللَّهُ كَمَا رَبَّيْتِنِي صَغِيرًا، فَتَقُولُ لهُ: يَا بُنَيَّ،
وَأَنْتَ فَجَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا، وَرَضِيَ عَنْكَ كَمَا بَرَرْتَنِي كَبِيرًا
Semoga keselamatan, rahmat Allah dan
keberkahan-Nya untukmu wahai ibu. Ibunya menjawab : untukmu keselamatan, rahmat
Allah dan keberkahan-Nya, lalu ia berkata : semoga Allah merahmatimu sebagaimana
engkau telah mendidikku semasa aku kecil. Lalu ibunya berkata : semoga Allah
membalasmu dengan kebaikan dan meridhaimu, sebagaimana kau telah berbuat baik
kepadaku di masa tuaku" (Al Adabul Mufrid 14). Sungguh merupakan adab dan etika yang
sangat indah lagi mulia
Dari Al Hasan Al Bashri : sesungguhnya
Ibnu Umar RA melihat seorang yang berthawaf mengelilingi Ka'bah sambil menggendong
ibunya dan ia berkata pada ibunya : apakah aku telah membalasmu wahai ibu ? Ibnu
Umar berkata : belum demi Allah meskipun satu proses persalinan" (Al Birr
Was Shilah 1/20). Maksudnya
sesungguhnya semua yang kamu lakukan tidak menyamai sakitnya satu pembukaan
saat proses persalian.
Para jamaah shalat : sesungguhnya
banyak ragam bentuk bakti pada kedua orang tua, diantaranya : berkomunikasi
dengan keduanya dengan menggunakan ungkapan yang indah dan lembut, dicontohkan
oleh Nabi Ibrahim AS ketika berdialog dengan ayahnya dengan menggunakan kata :
“wahai ayahku”, hal ini sebagai penegasan atas hak dan ungkapan lembut padanya.
Menyempatkan waktu untuk duduk dengan keduanya juga merupakan bakti pada
keduanya karena keduanya yang paling berhak untuk ditemani dan dikasihinya, seseorang
bertanya pada Nabi Saw :
يَا رَسُولَ
اللهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ فقَالَ:«أُمُّكَ، ثُمَّ أُمُّكَ،
ثُمَّ أُمُّكَ، ثُمَّ أَبُوكَ
"Wahai Rasulullah siapakah yang paling berhak mendapatkan
persahabatan baikku ? Beliau menjawab : Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu dan kemudian ayahmu”(Muttafaq ‘alaih). Dan bentuk
bakti pada keduanya adalah dengan tidak berjalan mendahului keduanya, duduk
sebelum kedua duduk atau memanggil namanya. Abu Hurairah RA berkata menasehati
seseorang mengenai ayahnya :
يقولُ
أبُو هريرةَ رضي الله عنه لرجُلٍ وهُوَ يُوصيهِ بأبيهِ: لَا تُسَمِّهِ بِاسْمِهِ، وَلَا
تَمْشِ أمامَهُ، ولاَ تجلِسْ قبْلَهُ
“Jangan
engkau memanggil dengan namanya, jangan jalan di depannya, dan jangan duduk
sebelum dia duduk”(Al Adabul Mufrid 44)
Wahai orang yang dimuliakan Allah dengan dipertemukan
dengan kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya, bersegeralah berbakti
pada keduanya dan memenuhi kebutuhannya, dan sungguh baik bila kita mampu
menyediakan waktu kita untuk keduanya, menyenangkan keduanya dan karena
keduanya merupakan jalan kita menuju pintu surga, Nabi Saw bersabda :
الوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ
الجَنَّةِ
“Orang
tua adalah pintu surga yang paling tengah” (At Tirmidzi 1900 dan Ibnu Majah
2089). Rasulullah Saw berwasiat pada
salah satu sahabatnya dalam sabdanya :
الْزَمْ رِجْلَهَا، فَثَمَّ الْجَنَّةُ
“Tetaplah
di kakinya, disana terdapat surga” (Ibnu Majah 2781). Artinya sesungguhnya rendah diri kepada ibu merupakan
penyebab masuknya surga (Hasyiyah As Sanadi atas hadits Ibnu Majah 5/409)
Dan berbakti kepada kedua orang tua
menjadi penyebab diterimanya amalan, diampuninya kesalahan dan mendapatkan
keberuntungan surga, disebutkan dalam firman Allah setelah menjelaskan beberapa
contoh orang-orang yang berbakti kepada kedua orang tua mereka, maka balasannya
adalah :
أُوْلَئِكَ
الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ
فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ
“Mereka
itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah
mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama
penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada
mereka” (Al Ahqaf 46 : 16). Rasulullah Saw bersabda :
نِمْتُ،
فَرَأَيْتُنِي فِي الْجَنَّةِ، فَسَمِعْتُ صَوْتَ قَارِئٍ يَقْرَأُ، فَقُلْتُ: مَنْ
هَذَا؟ فَقَالُوا : هَذَا حَارِثَةُ بْنُ النُّعْمَانِ». فَقَالَ رَسُولُ اللهِ r:« كَذَلِكَ الْبِرُّ، كَذَلِكَ
الْبِرُّ». وَكَانَ أَبَرَّ النَّاسِ بِأُمِّهِ
“Ketika aku tidur, aku
mendapati diriku berada di surga, tiba-tiba aku mendengar suara seseorang yang
sedang membaca Al Quran, kemudian aku bertanya : siapa itu ? mereka menjawab :
ini adalah Haritsah bin An Nu'man. Rasulullah Saw bersabda : begitulah bakti,
begitulah bakti”. Dan ia termasuk orang yang paling berbakti kepada ibunya” (Ahmad
42/206)
Hamba Allah : sesungguhnya berbakti kepada kedua orang
tua tidak terputus setelah keduanya meninggal, tapi pintu bakti terus terbuka
bagi orang yang mau menutupi masa lalunya dan bagi orang yang menginginkan
kebaikan yang lebih, diantara bentuk bakti setelah keduanya meninggal adalah
dengan mendoakan dan memintakan ampun bagi keduanya saat keduanya masih hidup
atau sudah meninggal, Allah Swt berfirman :
وَاخْفِضْ
لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي
صَغِيرًا
“Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah : Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua
mendidik aku waktu kecil” (Al Isra’ 17 : 24). Berbakti kepada kedua orang tua dapat berupa sedekah
untuk keduanya setelah keduanya meninggal, ada seorang yang datang kepada Nabi Saw dan bertanya :
جاءَ
رجلٌّ إلَى النَّبِيِّ r فقالَ:
إِنَّ أُمِّي تُوُفِّيَتْ، وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ، فَهَلْ لَهَا
أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا؟ فقَالَ: «نَعَمْ»
“Sesungguhnya
ibuku meninggal dunia, aku kira bila dia sempat berbicara pasti ia bersedekah,
lalu apakah ada pahala baginya jika aku bersedekah atas namanya? Beliau
menjawab: “ya”. (Muttafaq 'alaih). Begitu
juga menepati janjinya setelah keduanya wafat, mengungjungi dan menghormati
sahabat keduanya, dari Abdullah bin Umar :
أَنَّ
رَجُلًا مِنَ الْأَعْرَابِ لَقِيَهُ بِطَرِيقِ مَكَّةَ، فَسَلَّمَ عَلَيْهِ عَبْدُ
اللهِ، وَحَمَلَهُ مَعَهُ، وَأَعْطَاهُ عِمَامَةً كَانَتْ عَلَى رَأْسِهِ، فقيلَ لهُ:
أَصْلَحَكَ اللهُ إِنَّهُمُ الْأَعْرَابُ وَإِنَّهُمْ يَرْضَوْنَ بِالْيَسِيرِ، فَقَالَ
عَبْدُ اللهِ: إِنَّ أَبَا هَذَا كَانَ صَدِيقًا لأبِي، وَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ
اللهِ r يَقُولُ:«
إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الرَّجُلِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ
“Sesungguhnya
ada seorang desa bertemu dengannya di salah satu jalan Makkah, Abdullah
mengucapkan salam padanya, membawanya dan memberikan sorban yang ada di
kepalanya, lalu dikatakan padanya : semoga
Allah membalas kebaikanmu, sesungguhnya orang-orang desa lebih suka yang
sederhana, kemudian Abdullah menjawab : sesungguhnya ayah orang ini adalah
sahabat baik ayahku, dan sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Saw bersabda : Sesungguhnya
sebaik-baiknya kebajikan ialah melanjutkan hubungan (silaturrahim) dengan
keluarga sahabat baik ayahnya” (Muslim 2552)
Ya Allah jadikanlah kami hamba
yang bersyukur kepada-Mu, berbakti kepada kedua orang tua kami, menyambung
silaturrahim kerabat kami, dan berilah kami semua taufiq untuk
mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang
Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas
firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang
yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ
الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ
لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ
أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah
kepada Allah wahai hamba Allah dg sebenar-benarnya takwa, dan merasalah diawasi
oleh-Nya dalam kesunyian dan keramaian dan ketahuilah bahwa berterima kasih
kepada kedua orang tua dan berbuat baik kepada keduanya akan membuahkan dan
memberi pengaruh yang sangat besar di dunia dan akhirat, diantaranya : akan
mendapatkan ridha Allah, Nabi Saw bersabda :
رِضَا اللهِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ، وَسَخَطُ
اللهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدَيْنِ
“Ridha Allah ada pada ridha kedua orang tua dan murka Allah ada
pada murka kedua orang tua” (At Tirmidzi 1899 dan Al Baihaqi kitab Syu’bul Iman
10/246). Dan dapat mendatangkan keberkahan umur dan rezeki, Rasulullah
Saw bersabda :
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ،
وَيُزَادَ فِي رِزْقِهِ، فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ، وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barang
siapa yang menginginkan dipanjangkan umurnya, ditambah rezekinya, maka
hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung tali silaturrahimnya”
(Ahmad 21/318 dan 319). Bakti kepada
keduanya menjadi salah satu sebab dikabulkannya doa dan keselamatan dari segala
malapetaka, Nabi Saw mengisahkan tentang Uwais bin ‘Amir :
إِنَّ خَيْرَ
التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ، وَلَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ، لَوْ
أَقْسَمَ عَلَى اللهِ لَأَبَرَّهُ
“Sesungguhnya
sebaik-baiknya Tabi’in adalah seorang lelaki yang bernama Uwais, ia memiliki
seorang ibu tempatnya berbakti, andaikata ia bersumpah kepada Allah, maka Allah
akan mengabulkannya” (Muslim 224).
Dan berbakti kepada kedua orang tua akan membawa anak-anakmu berbakti padamu di
masa tuamu, karena balasan itu sepadan dengan perbuatan, barang siapa berbuat
baik maka Allah akan membalasnya dengan kebaikan, Allah Swt berfirman :
هَلْ جَزَاء
الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
“Tidak
ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (Ar Rahman 55 : 60)
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ
أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى:( إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا)([3]). وَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([4]). وَقَالَ
r:« لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ»([5]).
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ
عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ،
وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِينَ،
وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
اللَّهُمَّ ارزُقْنَا شكْرَ والدِينَا،
وأعِنَّا علَى برِّهِمَا، والإحسانِ إليهِمَا، وارْضَ عنَّا وعَنْهُمْ برحمَتِكَ يَا
أرحمَ الراحمينَ.
اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا
إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ،
وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً
إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ
وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا
قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ
لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا
رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ
وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ
نَائِبَهُ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ
حُكَّامَ الإِمَارَاتِ. اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم،
وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ
فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا
وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا. اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ
لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا
وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ
اسْمُكَ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا
مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلاَ تَدَعْ فِيْنَا وَلاَ مَعَنَا شَقِيًّا
وَلاَ مَحْرُوْمًا. اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ
مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ([6]).
عِبَادَ اللَّهِ:( إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ
وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ)([7])
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ،
وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ( وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى
عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا
تَصْنَعُونَ)([8]).
.
___________________________________________________________________________
07 Jumadil Akhirah 1436 H / 27 Maret 2015 M
Pentingnya Ketentraman
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِين، أمرَ بالاستقرارِ، ونَهَى عَنِ
الشرِّ والإضرارِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ كمَا ينبغِي لجلالِ وجهِهِ وعظيمِ سلطانِهِ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَنَا وَنبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، وَصَفِيُّهُ
مِنْ خَلْقِهِ وَخلِيلُهُ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا
وَنبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّين.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ،
قَالَ تَعَالَى:( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اصْبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَاتَّقُواْ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ)([1]).
Kaum muslimin : diantara tujuan agung
syariat Islam adalah mewujudkan kehidupan yang bahagia dan mulia yang
berlandaskan pada keimanan, petunjuk, kebaikan, ketakwaan, yang bertiangkan
ketentraman, berpagarkan keselarasan dan didukung oleh persatuan dan keteguhan
serta memiliki pilar kemajuan dan perkembangan, ia adalah syariat yang sempurna
yang mencakup semua kebaikan dan keutamaan, yang bertujuan mewujudkan
kemaslahatan dan melindungi dari semua kerusakan, Allah Swt berfirman :
وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلاً
"Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Quran)
sebagai kalimat yang benar dan adil" (Al An'am 6 : 115). Maksudnya benar informasinya, adil
perintah dan hukum-hukumnya, semua informasinya benar, semua perintahnya adil,
semua yang dilarangnya buruk, dan Dia tidak mencegah kecuali dari keburukan dan
kerusakan (Ibnu Katsir 3/322). Nabi Saw menegaskan maksud diatas dengan
sabdanya :
إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِي إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ
أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ، وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ
لَهُمْ
“Sesungguhnya tidak ada Nabi sebelumku kecuali
menjadi kewajiban baginya untuk menunjukkan umatnya kepada kebenaran yang diketahuinya serta memperingatkan mereka
akan keburukan yang diketahuinya bagi mereka" (Muslim 1844)
Salah satu conothnya bahwa Islam telah
meletakkan pondasi hidup berdampingan dengan damai, menganjurkan untuk
melestarikannya, mencegah pengrusakannya, dan menghadapi orang yang mau
merusaknya agar jiwa dan harga diri terlindungi, agar masyarakat dan negara
terjaga, pencapain dan hak milik terlestarikan, sehingga roda pembangnan dan
perkembangan terus berjalan, sebagaimana semua itu untuk melindungi semua dari
fitnah dan keburukan.
Nilai ketentaraman dan kedamaian teramat
tinggi bagi Islam, sehingga ia menjadi kemaslahatan yang paling utama,
karenanya ungkapan pembuka kaum muslimin di dunia dan akhirat adalah kedamaian,
Allah Swt berfirman :
تَحِيَّتُهُمْ
يَوْمَ
يَلْقَوْنَهُ
سَلَامٌ
وَأَعَدَّ
لَهُمْ
أَجْرًا
كَرِيمًا
"Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang
mukmin itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah : salam dan Dia menyediakan
pahala yang mulia bagi mereka" (Al Ahzab 33 : 44). Semua itu karena pentingnya kemaslatan ini
serta keagungannya.
Hamba Allah : Allah telah memerintahkan
agar mempersiapkan kekuatan untuk menjaga perdamaian dan ketentraman,
disebutkan dalam firman-Nya :
وَأَعِدُّواْ
لَهُم
مَّا اسْتَطَعْتُم
مِّن
قُوَّةٍ
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka
kekuatan apa saja yang kamu sanggupi" (Al Anfal 8 : 60). Sebagaimana diperintahkan untuk
berhati-hati dan mawasdiri untuk mencegah dari semua yang dapat mengancam
kemaslahatan tertinggi, Allah Swt berfirman :
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ
آمَنُواْ
خُذُواْ
حِذْرَكُمْ
"Wahai orang-orang yang beriman, bersiap
siagalah kamu" (An Nisa' 4 : 71). Diperintahkan pula untuk berkumpul dan
mendukung seorang pemimpin demi terwujudnya tujuan mulia ini, Allah Swt
berfirman :
وَاعْتَصِمُواْ
بِحَبْلِ
اللَّهِ
جَمِيعًا
وَلاَ تَفَرَّقُواْ
"Dan berpeganglah kamu semua kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai" (Ali Imran 3 : 103). Ditegaskan oleh Nabi Saw dengan ungkapan yang gamblang dalam
sabdanya :
إِنَّمَا الإِمَامُ
جُنَّةٌ، يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ، وَيُتَّقَى بِهِ
"Sesungguhnya
imam (pemimpin) itu perisai, ummat akan diperangi dari belakangnya dan akan
dijaga olehnya" (Muttafaq 'alaih). Maksud hadits ini bahwa seorang pemimpin itu bagaikan perisai yang
melindungi rakyatnya, melindungi mereka dari musuh dan saling melindungi antara
sesamanya, berperang bersamanya terhadap setiap tiran dan pengrusak, karena
didalamnya terdapat kemaslahatan dan keistiqomahan urusan manusia, semua itu
merupakan kesepakatan para ulama dan para pemikir yang ditegaskan oleh syariat
Tuhan dan perundang-undangan, bila tidak, maka yang kuat akan memangsa yang
lemah dan yang dhalim akan mudah memusnakan orang yang tak berdosa (Syarah
Jami' as Shahih 18 / 68-69)
Jamaah shalat : Islam menganjurkan agar tetap bertindak bijak dalam
setiap urusan, termasuk tindakan bijak adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya
yang sesuai. Diperintahkan untuk berlaku lemah lembut pada tempatnya dan
diperintahkan untuk bertindak tegas pada tempatnya pula, diperbolehkan untuk
membela diri dan meminta pertolongan orang lain untuk menghadapi tiran dan
musuh, serta menggunakan ketegasan itu untuk menjaga keamanan dan ketentraman
bila dibutuhkan, Allah Swt berfirman :
فَمَنِ
اعْتَدَى
عَلَيْكُمْ
فَاعْتَدُواْ
عَلَيْهِ
بِمِثْلِ
مَا
اعْتَدَى
عَلَيْكُمْ
وَاتَّقُواْ
اللَّهَ
وَاعْلَمُواْ
أَنَّ
اللَّهَ
مَعَ
الْمُتَّقِينَ
"Oleh sebab itu barang siapa yang menyerang kamu, maka
seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu, bertakwalah kepada Allah
dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa" (Al Baqarah
2 : 194). Dalam
ayat lain disebutkan :
وَالَّذِينَ إِذَا
أَصَابَهُمُ الْبَغْيُ هُمْ يَنْتَصِرُونَ
"Dan
(bagi) orang-orang yang apabila mereka dierplakukan dengan dzalim mereka
membela diri" (As Syura 42 : 39). Maksudnya mereka menghadapi para pelaku kedzaliman dan
menghentikannya agar keburukan dan kerusakannya tidak meluas, karena bersabar
dan memaafkan yang lemah itu baik, sementara sabar dan mengabaikan tiran yang
sombong merupakan tindakan yang tercela, karena hal itu dapat membantu
pelanggengan kedzaliman dan tiraninya (Tafsir Abi As Suud 8/34)
Kaum muslimin : mewujudkan ketentraman termasuk prioritas
Rasulullah Saw, beliau selalu menyebarkan perdamaian dan hidup berdampingan
dengan damai, meletakkan tiang-tiang di dalam masyarakat, mencegah kedzaliman
dengan segala bentuknya, dan beliau menggunakan kelemah lembutan pada tempatnya
sebagaimana menggunakan ketegasan pada tempatnya pula,
فقد روى أنس بن
مالك رضي الله عنه أن نفرًا قدموا على النبي r فمرضوا، فَأَمَرَهُمْ
النبي r أَنْ يَأْتُوا إِبِلَ الصَّدَقَةِ، ففعلوا، فشُفوا، ثم مالوا على الرعاة
فقتلوهم، وحملوا الإبل معهم، فَبَعَثَ النبي r فِي آثَارِهِمْ، فَأُتِيَ بِهِمْ، فأقامَ عليهم النبي r الحدَّ
diriwayatkan oleh Anas bin
Malik RA bahwa beberapa orang mendatangi Nabi Saw, kemudian mereka sakit, lalu
Nabi Saw memerintahkan mendatangi unta sedekah, mereka melaksanakan kemudian
mereka sembuh, kemudian mereka menemui para pengembala dan membunuh mereka,
mereka juga membawa unta mereka, lalu Nabi Saw memerintahkan untuk mengejar dan
membawa mereka, dan Nabi Saw menerapkan hukum had pada mereka" (Muttafaq
'alaih). Hal
itu karena tindakan kriminal yang mereka lakukan terhadap makhluk, serta bahaya
mereka atas masyarakat dan ketentramannya, sebagaimana para sahabat RA berusaha
untuk menjaga kehidupan yang damai dan ketentraman dengan berteladan pada
Rasulullah Saw, yang terkadang diperlukan kelembutan dan terkadang pula
menggunakan ketegasan di lain waktu.
Ketika terjadi pemberontakan di masa Ali RA, mereka diajak kembali
baik-baik, diberikan tenggang waktu agar kembali pada kebenaran dan bertaubat,
tapi mereka tidak mau kembali bahkan mereka semakin membangkang dan membunuh,
merampas harta, merusak dan mengancam kehidupan dan ketentraman masyarakat,
sehingga Ali RA mengambil tindakan dan menghalau mereka dengan ketegasan dan
kekuatan, dibelakangnya para sahabat ikut merapatkan barisan sehingga sirnalah
kemungkaran tersebut (Kisah ini terdapat dalam kitab shahih Bukhari Muslim)
Ya Allah, lindungilah kami dari segala fitnah dan keburukan,
jauhkanlah kami dari setiap keburukan, tipu daya dan makar dan berilah kami
semua taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati
Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami
agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ
وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ،
وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي
وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah
Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ
الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dg sebenar-benarnya
takwa, dan merasalah diawasi oleh-Nya dalam kesunyian dan keramaian dan
ketahuilah bahwa ketentraman merupakan kemaslahatan bersama yang harus dijaga
oleh setiap orang yang berakal, dengannya keamanan bisa terwujud, tugas dapat
dilaksanakan, pembangunan dan cita-cita dapat diwujudkan, sehingga peradaban
mereka dapat berkembang. Dan juga dengan sirnanya ketentraman maka musibah dan
keputusasaan akan menimpa semua, oleh karena itu Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ
آمِنًا فِي سِرْبِهِ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ
لَهُ الدُّنْيَا
“Barangsiapa
yang di pagi hari merasa tenang jiwanya, sehat badannya, dan dia mempunyai
makanan di hari itu, maka seolah-olah dunia ini dikaruniakan kepadanya” (At
Tirmidzi 2364 dan Ibnu Majah 4141)
Dan pemimpin kita yang bijak tidak pernah menyia-nyiakan waktu
untuk mewujudkan kemaslahatan ini baik di dalam dan di luar negeri, dan dengan
bekerja sama dengan saudara negara-negara sahabat dalam memantapkan pondasi
kebenaran dan untuk membentengi dari semua tiran, ancaman dan pengrusakan, hal
itu sesuai dengan tuntutan firman Allah :
وَتَعَاوَنُواْ
عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى
“Dan
tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa"
(Al Maidah 2)
dan sabda Nabi Saw :
يَدُ اللَّهِ مَعَ
الجَمَاعَةِ
"Pertolongan
Allah bersama jamaah" (At Tirmidzi 2166). Semoga Allah selalu memberikan keberkahan pada pemimpin kami,
memuliakan negara kami, melindungi tentara kami, menjaga bangsa dan saudara
kami dari segala keburukan, dan semoga semua dihindarkan dari semua orang yang
dengki dan tamak terhadap kami.
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ
أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى:( إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا)([2]). وَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3]). وَقَالَ
r:« لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ»([4]).
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ
عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ،
وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
اللَّهُمَّ أَدِمْ عَلَيْنَا وحدتَنَا
واجتماعَنَا، واحفظْ استقرارَنَا وازدهارَنَا، ووفِّقْ وُلاةَ أمرِنَا لكلِّ خيرٍ وسدادٍ،
واحفظْ جنودَنَا بحفظِكَ، وكُنْ لَهم خيرَ مُعينٍ ونصيرٍ يا أكرم الأكرمين.
اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا
إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ،
وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً
إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ
وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا
قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ
لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا
رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ
وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ
نَائِبَهُ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ
حُكَّامَ الإِمَارَاتِ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ
الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ
مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ
اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ
أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا. اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ
والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ
فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا
يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا
مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلاَ
تَدَعْ فِيْنَا وَلاَ مَعَنَا شَقِيًّا وَلاَ مَحْرُوْمًا.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ
مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ
يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ([5]).
عِبَادَ اللَّهِ:( إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ
وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ)([6])
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ،
وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ( وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى
عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا
تَصْنَعُونَ)([7]).
No comments:
Post a Comment