Khutbah Jumat, 30 Dzul Hijjah 1435 H / 24 Oktober 2014 M
Hijrah Nabi
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَلِكِ القُدُّوسِ السَّلاَمِ، مُدَبِّرِ الشُّهُورِ وَالأَعْوَامِ, وَمُصَرَّفِ اللَّيَالِي وَالأَيَّامِ، نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلاَلِ وَجْهِهِ وَعَظِيمِ
سُلْطَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ, ذُو الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا
مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، الْمَبْعُوثُ رَحْمَةً لِلأَنَامِ، صَاحِبُ الْمَقَامِ الْمَحْمُودِ، وَالْحَوْضِ الْمَوْرُودِ، وَاللِّوَاءِ الْمَعْقُودِ،
لَهُ الشَّفَاعَةُ الْعُظْمَى، وَالدَّرَجَةُ الْعُلْيَا، صَلَّى اللَّهُ
وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الأَئِمَّةِ الأَعْلاَمِ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ، فَاتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تَقْوَاهُ، وَاعْمَلُوا بِمَا يُحِبُّهُ
وَيَرْضَاهُ، قَالَ تَعَالَى:( وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ)([1])
Kaum muslimin :
sesungguhnya dalam sirah nabawiyah terdapat banyak kejadian besar yang indah
untuk dikaji, keagungannya semakin tampak saat kejadian itu datang untuk diperingati,
membahasnya berarti mengambil pelajaran dan hikmah darinya, mengingatnya akan
membawa pahala dan nikmat, dan diantara kejadian mulia itu adalah peringatan
hijrah Nabi Saw, pemimpin kemanusiaan, bagaimana tidak ? hijrah tersebut
adalah cahaya pembuka era baru, jalan
kesungguhan untuk membangun kebudyaan kemanusiaan yang abadi, dan Umar bin
Khattab telah berbuat bijak dengan menghubungkan penanggalan kita dengan
kejadian agung ini, agar pelajaran yang ada didalamnya terus kekal dalam
kehidupan kita, kita dapat menuai hikmah darinya, dan diantara pelajaran mulia
tersebut adalah seorang muslim hendaknya selalu memperkuat hubungannya dengan
Tuhannya, memperkuat dengan rasa tawakkal, khusu’ dan ketundukannya, memperkuat
dengan mengaji bahwa Allah Swt yang Maha Mengatur segala urusannya, bila Dia
menghendaki sesuatu, maka semua akan terjadi, Allah Swt berfirman :
وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ
لا يَعْلَمُونَ
“Dan Allah
berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”(Yusuf
12 : 21). Ketika kaum Quraisy berkumpul dan merencanakan pembunuhan Rasulullah
Saw, mereka mempersiapkan para tentaranya dan harta benda untuk melakukan itu,
tapi Allah Swt menyelamatkan nabi-Nya dari tipu daya dan rencana mereka dengan
kehendak dan dengan kekuatan-Nya, Allah Swt berfirman :
أَلَيْسَ اللَّهُ
بِكَافٍ عَبْدَهُ وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِنْ دُونِهِ وَمَنْ يُضْلِلِ
اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
“Bukankah Allah cukup untuk melindungi
hamba-Nya. Dan mereka mempertakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain
Allah, dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorang pun pemberi petunjuk
baginya”(Az Zumar 39 : 36). Dan
ketika kaum kafir tiba di tempat persembunyian Rasulullah di gua Tsur, Abu
Bakar Siddiq RA berkata : Andaikata salah satu dari mereka melihat ke arah
kedua kaki mereka, maka mereka akan melihat kita, Nabi Saw menjawab dengan
ungkapannya yang terkenal :
مَا ظَنُّكَ يَا أَبَا بَكْرٍ بِاثْنَيْنِ اللَّهُ ثَالِثُهُمَا
“Tidaklah anggapanmu wahai Abu Bakar dengan dua
orang, maka Allah yang ketiganya” (Muttafaq ‘alaih). Mereka berada dalam kebersamaan dengan Allah, mereka
berangkat keluar atas perintah-Nya, mereka bertawakkal kepada-Nya, sehingga
Allah bersama mereka, mendukungnya dengan kelembutan-Nya, melindunginya dengan
perlindungan-Nya, Allah Swt berfirman :
إِلاَّ تَنْصُرُوهُ
فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ
إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ
مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ
تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ
هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad),
maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir
(Musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari
dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada
temannya : janganlah kamu berduka cita sesungguhnya Allah beserta kita, maka
Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan
tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang
kafir itulah rendah dan kalimat Allah itulah yang tinggi, Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana”(At
Taubah 9 : 40). Barang siapa bertawakkal kepada Allah, maka Dia akan
mencukupinya, barang siapa meminta petunjuk kepada-Nya, maka Dia akan
memberinya petunjuk, tawakkal adalah benteng kuat saat bencana diturunkan, dan
ia merupakan gerbang keselamatan ketika harapan terputus.
Hamba Allah : pelajaran dari hijrah kenabian
seakan tidak pernah habis dan berakhir, diantara pelajaran tersebut adalah
persiapan yang baik dan mengerahkan tenaga untuk mewujudkan tujuan mulia, dan
Rasulullah Saw telah memilih Madinah sebagai tujuan hijrahnya, beliau memilih
waktu dan tempat untuk memulai perjalanannya, mempersiapkan bekal, menyeleksi
teman yang baik, melakukan persiapan sebelum berangkat dengan mengirim seorang utusan
yang bernama Mus’ab bin Umair RA ke Madinah, ia adalah orang yang bijak dalam
berdakwah, baik dalam pergaulan, pandai merangkai bahasa saat menasehati, ia
berkata pada penduduk Yatsrib : dengarkanlah ucapanku, bila kalian menyukainya
maka ambillah, dan bila kalian tidak menyukainya maka jauhkan aku dari semua
yang kalian benci, mereka berkata padanya : kau telah berlaku adil” (Sirah Ibnu
Hisyam 2/285)
Ia adalah orang yang baik dalam ucapan, dialognya dipenuhi
pemikiran cerdas, sehingga hati penduduk Madinah tertarik dengan ungkapan
ringkasnya, dengan kata-kata bijaknya, ia tidak menggunakan ancaman dan
kekerasan, bahkan interaksi dan dakwanya dipenuhi kelembutan, sehingga mereka
memahami Islam yang sebenarnya, ia menjelaskan toleransi dan kasih sayang
Islam, keadilan dan hikmah yang terkandung di dalamnya, sehingga banyak
diantara mereka yang beriman, hati mereka dipenuhi oleh keimanan, Islam
terserap dalam jiwa mereka, dan tidak satu pun rumah di Madinah kecuali Islam
menyusup kedalamnya dalam kurun satu tahun, semua itu merupakan hasil dari
ungkapan baik dan dakwah bijak yang bersumber dari Al Quran, disebutkan dalam firman-Nya :
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ
عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik, sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (An Nahl
16 : 125). Dan beginilah hendaknya seorang muslim menjadi sumber penambah
kemulian agama dan negaranya, berlaku baik pada sesama manusia, menghormati
yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda dan menghargai orang yang
memiliki kedudukan dan jabatan.
Kaum muslimin : sesungguhnya sahabat merupakan bekal dalam
suka dan duka, Rasulullah Saw telah memilih para sahabat yang terbaik dan yang
paling dicintanya, dan sebaik-baiknya sahabat adalah sahabat yang setia,
Rasulullah Saw senang untuk menyebut sahabat setianya, disebutkan dalam
sabdanya :
إِنَّهُ لَيْسَ مِنَ النَّاسِ أَحَدٌ أَمَنَّ عَلَىَّ فِي نَفْسِهِ وَمَالِهِ
مِنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي قُحَافَةَ، وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا مِنَ النَّاسِ
خَلِيلاً لاَتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلاً، وَلَكِنْ خُلَّةُ الإِسْلاَمِ
أَفْضَلُ
“Sesungguhnya tidak ada satu pun manusia yang paling amanah
dihadapanku, dalam dirinya dan hartanya melebihi Abu Bakar bin Abu Quhafah,
seandainya aku boleh mengambil kekasih dari manusia, maka aku akan mengambil
Abu Bakar sebagai kekasihku, akan tetapi persaudaraan dalam Islam lebih utama”
(Bukhari 467)
Pilihlah sahabat yang terbaik untuk diri kalian yang dapat
menyenangkan dan bermanfaat, dan hati-hatilah dari sahabat buruk, karena banyak
manusia yang tersesat disebabkan ia telah memilih sahabat yang buruk.
Hamba Allah : dari Madinah Al Munawwarah terbit nilai-nilai
kebudayaan dan prinsip-prinsip dasar sebagai pondasi berdirinya sebuah negara, dengannya
negara akan menjadi makmur, sumber daya manusianya akan berkembang, diantara
pondasi itu adalah pembangunan masjid, dan inilah pekerjaan awal yang dilakukan
oleh Rasulullah Saw di Madinah, karena dengan masjid hubungan antara seorang
mukmin dengan Tuhan semesta alam terbangun, kaum muslimin tersatukan dan
terkumpulkan dalam ketaatan, masjid menjadi penghalang dari semua pemikiran
palsu dan radikal, dan dari masjid muncul risalah kasih sayang terhadap sesama manusia,
dan terpancar darinya cahaya ilmu dan hidayah. Rasulullah Saw membangun
kekuatan kasih sayang antara sesama kaum muslimin, beliau mempersatukan antara
kaum Aus dan Khazraj, antara Muhajirin dan Anshar, sehingga mereka menjadi seakan
satu hati dibawah kepemimpinan Rasulullah Saw.
Kaum muslimin : dan diantara prinsip dasar yang dibangun oleh
Rasulullah Saw di Madinah adalah mempererat hubungan kemanusiaan dengan sesama
penduduk Madinah, mulai dari ahli kitab dan lainnya, hak-hak mereka dilindungi,
kebebasan mereka dijamin, hak kewarganegaraan dan hidup berdampingan secara
damai ditanggung, nilai-nilai mulia itu ditegaskan dalam piagam Madinah, yang
ditulis sebagai piagam semua penduduk Madinah, diantara pasal-pasalnya memuat :
bagi kaum Yahudi agama yang dipeluknya, bagi kaum muslimin agama mereka, juga
(kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali
orang yang berlaku dzalim dan jahat” (As Sirah karangan Ibnu Katsir 2/322).
Prinsip-prinsip tersebut akan melahirkan ketentraman bagi manusia, mereka akan
hidup dalam kasih sayang dan terjauhkan dari segala bentuk fitnah dan
perpecahan.
Ya
Allah berilah kami keamanan di negeri kami, jauhkan bangsa kami dari segala
fitnah bail lahir maupun batin, berilah kami taufik untuk mentaati-Mu, mentaati
Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami
agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا
اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ
نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ
وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah
kepada Allah wahai hamba Allah dg sebenar-benarnya takwa, dan merasalah diawasi
oleh-Nya dalam kesunyian dan keramaian dan ketahuilah bahwa Islam adalah agama
perdamaian dan toleran, dan sesungguhnya makna hijrah adalah takwa kepada Allah
dan menjauh dari kemaksiatan, dari Abdullah bin Amr RA dari Nabi Saw bersabda :
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ
وَيَدِهِ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
“Seorang
muslim ialah yang menyelematkan kaum muslimin dari (kejahatan) lidah dan
tangannya, dan muhajir adalah orang yang berhijrah dari apa yang dilarang oleh
Allah” (Muttafaq ‘alaih). Karena
itu hendaknya kalian wahai hamba Allah untuk selalu mentaati perintah Allah dan
Rasul-Nya dengan menjauhi perbuatan yang menyakiti sesama manusia, karena ini
adalah inti Islam, dan berhijrahlah dari semua larangan Allah dan rasul-Nya,
inilah yang dimaksud dengan hijrah yang sebenarnya. Ya Allah berilah kami
rezeki kedamaian dan ketentraman dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang
bersegera mendatangi-Mu dengan ketaatan dan menjauh dari keburukan.
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ
عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
بِهَا عَشْراً»([3])
وقَالَ r :« لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ
الدُّعَاءُ»([4]).
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ
الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ
سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ
فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ،
وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا
وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ
أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ
أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا،
وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن
زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا
رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا
تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ
عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم،
وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ
اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا
وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا
الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا،
وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ
لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ
اسْمُكَ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ
الْعَالَمِينَ([5]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ
الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا
تَصْنَعُونَ[([6])
http://www.awqaf.gov.ae/Jumaa.aspx?SectionID=5&RefID=2465
Khutbah Jumat
14 Muharram 1435 H / 07 November 2014 M
Bendera Negara, loyalitas dan kesetiaan
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَكْرَمَنَا بِخَيْرِ الأَوْطَانِ، وَأَنْعَمَ عَلَيْنَا
بِنِعْمَةِ الأَمَانِ، وَحَبَّبَ إِلَيْنَا الإِيمَانَ، فَلَهُ الْحَمْدُ سُبْحَانَهُ عَلَى أَفْضَالِهِ وَإِحْسَانِهِ كَمَا يَلِيقُ
بِجَلاَلِ وَجْهِهِ وَعَظِيمِ سُلْطَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ،
وَصَفِيُّهُ مِنْ خَلْقِهِ وَخَلِيلُهُ، صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ
عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ:
فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ جَلَّ وَعَلاَ، قَالَ تَعَالَى:] وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً
وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ[([1]) وَقَالَ سُبْحَانَهُ:] فَبِشِّرْ عِبَادِ* الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ القَوْلَ
فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ([2]).
Kaum muslimin : sesungguhnya cinta negara merupakan
fitrah yang ditananmkan Allah pada setiap manusia, fitrah manusia memiliki
kecenderungan mencintai bumi dan negerinya, karena diatas tanah airnya ia
dibesarkan, dari buah-buahannya ia mendapatkan nutrisi, ia hidup dan besar
dibawah perlindungannya, ia tinggal dan dibesarkan dalam lindungannya,
kenangannya dilahirkan disana, masa kecilnya dihabiskan disana, manusia
biasanya mengenang dan membanggakan keindahan negaranya, dan cinta negara sudah
dibuktikan oleh Nabi Saw, yaitu ketika Khadijah RA berangkat bersama
Rasulullah Saw ke rumah Waraqah bin Naufal saat pertama kali diturunkan wahyu,
ia (Khadijah) berkata : wahai anak
pamanku, dengarkanlah peristiwa yang dialami oleh anak saudaramu ini. Waraqah
berkata kepadanya : wahai anak saudaraku, apa yang telah engkau lihat ? lalu
Rasulullah Saw menceritakan peristiwa yang dialaminya. Waraqah berkata : ini
adalah Namus yang dulu diturunkan Allah kepada Musa. Artinya ini adalah Jibril
AS yang membawa wahyu kepada Musa, Rasulullah Saw tidak berbicara, kemudian
Waraqah berkata : andaikata pada waktu itu aku masih muda. Artinya andaikata
aku masih muda dan kuat saat engkau
diutus, Nabi Saw tidak menjawab sedikitpun. Kemudian
Waraqah berkata : andaikata aku masih hidup tatkala kaummu mengusirmu. Tergeraklah
kerinduan pada Rasulullah Saw saat berkata : apakah mereka akan
mengusirku" (Muttafaq 'alaih)
Sebagian
ulama berpendapat : disimpulkan dari hal diatas tentang pedihnya jiwa saat
berpisah dengan negara, karenanya ketika Nabi Saw mendengar ucapan Waraqah bahwa
mereka menyakitinya dan mendustainya, tetapi tidak tampak perasaan terganggu,
tetapi ketika disebutkan bahwa ia diusir, maka jiwanya tergerak, karena ada
rasa cinta tanah air disana, lalu ucapannya : apakah mereka akan
mengusirku" (Fathul Bari 19/449)
Hamba
Allah : ketika Ibrahim AS membawa keluarganya dan menetap di Makkah, beliau
berdoa semoga diberikan ketentraman dan keamanan, doanya :
رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِناً
“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini
(Makkah) negeri yang aman” (Ibrahim 14 : 35)
Beliau
memohon kepada Allah agar menjadikan hati manusia mencintainya, doanya :
فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ
“Maka jadikanlah sebagian hati manusia
cenderung kepada mereka” (Ibrahim 14 : 37)
Permohonan
selanjutnya adalah rezeki dan kehidupan yang makmur, doanya :
وَارْزُقْهُمْ
مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
“Dan berilah mereka rezeki dari
buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur” (Ibrahim 14 : 37)
Seorang
manusia ketika ia tidak memiliki rasa cinta pada negaranya, maka ia tidak akan
berkontribusi dalam pembangunan, oleh karena itu ketika Rasulullah Saw
berhijrah ke Madinah, beliau memohon kepada Tuhannya agar menjadikan cinta pada
Madinah selalu ada dalam hati para sahabatnya sebagaimana cintanya pada Makkah
atau lebih, doa Rasulullah Saw dalam sabdanya :
اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا
مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ
“Ya Allah berilah kecintaan pada
Madinah kepada kami, sebagaimana cinta kami pada Makkah atau lebih” (Bukhari
1889)
Nabi
Saw bersabda :
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي ثَمَرِنَا، وَبَارِكْ لَنَا
فِي مَدِينَتِنَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي صَاعِنَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي مُدِّنَا،
اللَّهُمَّ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ عَبْدُكَ وَخَلِيلُكَ وَنَبِيُّكَ، وَإِنِّي
عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ، وَإِنَّهُ دَعَاكَ لِمَكَّةَ، وَإِنِّي أَدْعُوكَ
لِلْمَدِينَةِ بِمِثْلِ مَا دَعَاكَ لِمَكَّةَ، وَمِثْلِهِ مَعَهُ
“Ya
Allah berkahilah kami pada buah-buahan kami, berkahilah kami pada Madinah kami,
berkahilah kami pada sha’ kami, berkahilah kami pada mud kami, ya Allah
sesungguhnya Ibrahim adalah hamba-Mu, kekasih-Mu dan Nabi-Mu, dan sesungguhnya
Aku hamba-Mu dan Nabi-Mu, dan sesungguhnya ia memohon kepada-Mu untuk Makkah,
dan sesungguhnya Aku berdoa untuk Madinah sebagaimana doa yang dipanjatkan
olehnya kepada-Mu untuk Makkah dan seperti itu bersamanya” (Muslim 1373)
Rasulullah Saw
memberi perhatian penuh pada kecenderungan manusia pada negaranya, sehingga
beliau menjadikannya sebagai penyebab kesembuhan, Rasulullah Saw menggunakannya
dalam lafal ruqyah :
بِاسْمِ اللَّهِ،
تُرْبَةُ أَرْضِنَا، بِرِيقَةِ بَعْضِنَا، لِيُشْفَى بِهِ سَقِيمُنَا بِإِذْنِ
رَبِّنَا
“Dengan nama Allah, dengan tanah bumi kami dan dengan
air ludah sebagian kami, semoga disembuhkan dengannya orang yang sakit di antara
kami, dengan seizin Tuhan kami” (Muttafaq ‘alaih)
Karena
udara negeri adalah nutrisi, airnya membawa kesembuhan dan tanahnya dapat
menjadi obat, bagaimana tidak ? karena diatas tanahnya terdapat rumah-rumah
Allah, diatas tanahnya orang-orang bersujud, berdzikir dan beribadah kepada
Allah, diatas tanahnya darah manusia dilindungi, dan dengan kebijakan
pemimpinnya, kehormatan mereka dijaga, dan mereka merasa aman dalam menunaikan
agama mereka.
Kaum
muslimin : sesungguhnya nasionalisme itu adalah kerja dan prestasi, karena berapa
banyak hak negara ini yang ada di pundak kita, diantaranya : menyebarkan
keharmonisan dan kerekatan antara anak bangsa, sehingga mereka menjadi satu
jasad dalam tolong menolong dan membantu sesamanya, Rasulullah Saw bersabda :
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ
وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ
تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta, kasih sayang dan
kelembutan mereka, seperti satu jasad, jika salah satu anggota badan merasakan
sakit maka seluruh jasad tersebut ikut merasakan tidak bisa tidur dan demam” (Muslim 2586)
Melindungi negara ini dengan menghindar dari setiap pemikiran
yang merusak, yang ingin membuat kekacauan, mereka seakan-akan melupakan
kebaikan dan yang diingat hanyalah keburukan dan tindakan mereka juga buruk,
Allah Swt berfirman :
أَفَمَن يَمْشِي مُكِباًّ عَلَى
وَجْهِهِ أَهْدَى أَمَّن يَمْشِي سَوِياًّ عَلَى
صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
“Maka apakah orang yang
berjalan terjngkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk
ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus” (Al Mulk 67 : 22). Nabi Saw bersabda :
مَنْ خَرَجَ مِنَ الطَّاعَةِ،
وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ فَمَاتَ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً، وَمَنْ قَاتَلَ
تَحْتَ رَايَةٍ عُمِّيَّةٍ، يَغْضَبُ لِعَصَبَةٍ، أَوْ يَدْعُو إِلَى عَصَبَةٍ،
أَوْ يَنْصُرُ عَصَبَةً، فَقُتِلَ فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ، وَمَنْ خَرَجَ عَلَى
أُمَّتِى يَضْرِبُ بَرَّهَا وَفَاجِرَهَا، وَلاَ يَتَحَاشَى مِنْ مُؤْمِنِهَا،
وَلاَ يَفِي لِذِي عَهْدٍ عَهْدَهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ
“Barang siapa keluar
dari ketaatan dan berpisah dari jamaah, lalu ia mati, maka matinya seperti
kematian jahiliyah, barang siapa berperang dibawah bendera yang tidak jelas, ia
marah karena fanatik atau menyeru kepada kefanatikan, atau menolong
kefanatikan, kemudian ia terbunuh maka matinya mati jahiliyah, dan barang siapa
memerangi ummatku, lalu membunuh yang baik dan yang buruk, dan tidak
memperhatikan orang yang beriman, tidak menepati perjanjian, maka ia tidak
termasuk golonganku dan aku tidak termasuk golongannya” (Muslim 1848)
Kewajiban kita kepada negara kita adalah : berusaha
untuk menjadikannya lebih kuat dan membelanya, karenanya bersungguh-sungguhlah
wahai para pemuda bangsa dalam menjaga negara ini, wajib militer telah
memanggil kalian, ini merupakan kesempatan untuk membuktikan kesetiaan kalian
pada negara ini, jadilah kalian generasi yang kuat yang mampu menghadapi
tantangan dan melampaui rintangan, perlu diingat oleh kalian bahwa Islam akan
membalas orang yang mati dalam membela negaranya dengan balasan surga.
Hamba Allah : diantara kewajiban kita terhadap negara ini
adalah : menjaga keberhasilan dan pencapaiannya, mewujudkan kepioneran negara
ini dalam segala bidang, dan barang siapa yang berlomba dan meninggikan bendera
negaranya di segala bidang maka ia telah setia pada negaranya.
Juga jangan lupa bahwa hal terpenting dari kewajiban
kita terhadap negara ini adalah dengan berterima kasih kepada para pemimpin
negara ini yang telah membangun dan memberi, dan rapatkanlah barisan dibelakang
para pemimpin kita dengan menjalankan semua arahannya, dengan demikian kita telah
mempraktekkan nilai-nilai loyalitas dan kesetiaan, sehingga dengannya keaslian budaya negara ini
berdiri kokoh, dengannya pula kita akan tersinari oleh ilmu dan pemikiran,
dengannya kita telah berpandukan pada tuntunan agama dan syariat. Negara ini
dibangun oleh orang-orang yang jujur kepada Allah sehingga Allah memberikan
bantuan pada mereka, mereka mendapatkan kehormatan setelah bekerja keras, mereka mendapatkan rezeki setelah perjuangan,
mereka bersabar atas kesusahan hidup sehingga Allah memberikan rezeki dari
sisi-Nya, mereka tidak menyia-nyiakan dan tidak menghambur-hamburkan, akan
tetapi mereka terus membangun dan berprestasi, sehingga negara ini menjadi bagaikan
hamparan bumi yang hijau. Ya Allah ampunilah mereka yang telah tiada, berilah
kehormatan kepada yang masih ada, dan berilah taufiq pada generasi penerus yang
ikhlas mendampingi mereka.
Ya Allah berilah pertolongan kepada kami
untuk menjalankan tugas kewajiban kami terhadap negara kami, berkahilah
pemimpin kami, berilah kami semua taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati
orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan
atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا
اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ
وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله
عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ
لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ
وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah
kepada Allah wahai hamba Allah dg sebenar-benarnya takwa, dan merasalah diawasi
oleh-Nya dalam kesunyian dan keramaian dan ketahuilah bahwa Allah Swt
memerintahkan kita untuk bersatu, seperti disebutkan didalam Al Quran :
وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُوا
“Dan
berpegang teguhlah kalian semua dengan tali (agama) Allah dan janganlah kalian
bercerai berai” (Ali Imran 3 : 103)
Bendera ini adalah
simbol persatuan, dan bendera ini secara turun temurun menjadi lambang
kebanggaan dan kehormatan, ia terus berkibar yang menggambarkan kekuatan dan
kedudukan negara ini, pada hari bendera kemarin, bendera negara Persatuan
Emirates Arab berkibar di seantero negara, sebuah pemandangan yang membanggakan
yang membuktikan kejujuran loyalitas pada bumi yang baik ini dan loyalitas
kepada pemimpin negara ini, dimana para anak bangsa bergegas mengibarkan
bendera di langit kemuliaan, sebagai risalah pada dunia tentang kesetiaan,
hakikat keeratan dan kekuatan persatuan dibawah pemimpin yang bijak, sungguh
sebuah pemandangan yang menggambarkan kejujuran mengenai hakikat negara ini,
negara yang maju dalam segala bidang : kebudayaan, sosial dan keilmuan, negara
yang penduduknya bersatu padu mendukung seorang pemimpin yang bijak. Dan cinta
negara termasuk sebagian dari iman dan loyal kepadanya merupakan nilai-nilai
yang paling tinggi.
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ
عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([3]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
بِهَا عَشْراً»([4])
وَقَالَ r :« لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ
الدُّعَاءُ»([5]).
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ
الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ
سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. اللَّهُمَّ أَعِنَّا
عَلَى المحافظةِ عَلَى مكتسباتِ وطنِنَا، يَا رَحْمَنُ يَا رحيمُ.
اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ
فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ،
وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا
وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ
أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ
أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا،
وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن
زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا
رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا
تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ
عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم،
وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ
اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا
وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا. اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا
الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا،
وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ
لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ
اسْمُكَ. اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ
الْعَالَمِينَ([6]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ
الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا
تَصْنَعُونَ[([7])
http://www.awqaf.gov.ae/Jumaa.aspx?SectionID=5&RefID=2474
No comments:
Post a Comment