Khutbah Jumat, 10 Rajab 1435 H / 09 Mei 2014
Wanita, kedudukan dan kontribusinya
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ، مَالِكِ
يَوْمِ الدِّينِ، نحمدُهُ سبحانَهُ حمدًا يليقُ بجلالِ وجهِهِ
وعظيمِ سلطانِهِ، ونشكرُهُ شُكراً يُوافِي نِعَمَهُ وكريمَ إحسانِهِ، وأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ تعظيمًا لشانِهِ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، وصفيُّهُ مِنْ
خلقِهِ وخليلُهُ، صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ
اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى، قَالَ عَزَّ وَجَلَّ :] يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ
الَّذِي خَلَقَكُم مِنْ نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ
مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ
بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً[([1])
Kaum muslimin : sesungguhnya Allah telah
menyempurnakan agama ini bagi hamba-Nya, disempurnakan kenikmatan untuk semesta
alam, kemudian diutus nabi-Nya Muhammad Saw, diturunkan padanya Al Quran agar
menjadi petunjuk bagi manusia menuju jalan yang lurus, Allah Swt berfirman :
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ
النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ
الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
“(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu
supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang
dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi
Maha Terpuji” Rasulullah mengajak manusia menuju
akhlak yang mulya, menghilangkan keburukan dan perpecahan, ditegakkan keadilan,
hak dilindungi, setiap orang berhak mendapatkan haknya, dan setiap makhluk
berhak mendapatkan kedudukannya, dan pada akhirnya manusia terselamatkan dari
kedzaliman dan perpecahan, sehingga dengannya seluruh manusia menjadi bahagia.
Salah satu bentuk kebahagiaan yang diterima oleh
manusia adalah bahwa agama ini melindungi kehormatan wanita, menjaga dan
melindung hak-haknya, menyelamatkannya dari kedzaliman, dimana ia sangat
terbelenggu sebelum Islam dan
kedudukannya terhinakan, Allah Swt berfirman :
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ
وَجْهُهُ مُسْوَدّاً وَهُوَ كَظِيمٌ* يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا
بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلا سَاءَ
مَا يَحْكُمُونَ
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar
dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia
sangat marah. Ia
menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang
disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan
ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah
buruknya apa yang mereka tetapkan itu” (An Nahl 58-59)
Allah sangat murka pada mereka yang telah
membelenggu wanita, memberangus hak-haknya dan bahkan membunuhnya pada saat ia
masih balita, Allah Swt berfirman :
وَإِذَا المَوْءُودَةُ سُئِلَتْ* بِأَيِّ
ذَنْبٍ قُتِلَتْ
“Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikuburkan
hidup-hidup diperiksa. Kerana dosa apakah mereka dibunuh” (At Takwir 81 :
8-9)
Ayat diatas menegaskan agar ia dilindungi,
dihargai dan ia menjadi salah satu pintu dan media menuju surga, Rasulullah Saw
bersabda :
مَنْ كَانَ لَهُ
ثَلاَثُ بَنَاتٍ، أَوْ ثَلاَثُ أَخَوَاتٍ، أَوِ ابْنَتَانِ أَوْ أُخْتَانِ،
فَأَحْسَنَ صُحْبَتَهُنَّ وَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ، وَاتَّقَى اللَّهَ فِيهِنَّ
دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau
tiga saudari atau dua anak perempuan atau dua saudari, lalu dia bersikap baik
dalam pergaulan dengan mereka, sabar terhadap mereka dan mendidik mereka dengan
penuh rasa taqwa, maka baginya adalah surga” (Al Humaidi 769)
Hamba
Allah : wanita menempati posisi yang tinggi di dalam Al Quran, hal itu terbukti
dengan penyebutannya di dalam ayat-ayat Al Quran, Allah Swt berfirman :
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ
والْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ
وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ
وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ
وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيراً
وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki
dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang
sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu´, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar” (Al
Ahzab 35) Ayat ini merupakan bukti
bahwa wanita sama dengan lelaki dalam pembebanan dan pemberian, pahala dan
balasan, Allah Swt berfirman :
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى
وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
“Barangsiapa yang mengerjakan
amal-amal shaleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman,
maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau
sedikitpun” (An Nisa' 124). Wanita
adalah saudara kandung lelaki yang saling menolong antara sesamanya, Rasulullah
Saw bersabda :
إنَّمَا النِّسَاءُ
شَقَائِقُ الرِّجَالِ
“Sesungguhnya wanita adalah
saudara kandung lelaki” (Abu Daud 236). Isteri
adalah patner suami dalam membangun dan mendidik anak-anak, Rasulullah Saw
bersabda :
وَالْمَرْأَةُ
رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ، وَهْىَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ
“Seorang isteri bertanggung jawab
atas rumah suaminya dan anaknya, dan ia bertanggung jawab atas mereka”
(Muttafaq ‘alaih)
Seorang
wanita adalah saudari lelaki dalam mengemban tanggung jawab dan membangun
kehidupan, dari Jabir bin Abdullah RA berkata :
طُلِّقَتْ خَالَتِي، فَأَرَادَتْ أَنْ تَجُدَّ نَخْلَهَا،
فَزَجَرَهَا رَجُلٌ أَنْ تَخْرُجَ، فَأَتَتِ النَّبِىَّ r فَقَالَ:« بَلَى فَجُدِّي نَخْلَكِ،
فَإِنَّكِ عَسَى أَنْ تَصَدَّقِي أَوْ تَفْعَلِي مَعْرُوفاً
"Bibiku dicerai oleh suaminya, lalu dia ingin memetik buah
kurma, namun dia dilarang oleh seorang laki-laki untuk keluar rumah, kemudian
ia mendatangi Nabi Saw untuk menanyakan hal itu, maka Nabi Saw menjawab : "Ya,
boleh, petiklah buah kurmamu, semoga kamu dapat bersedekah atau berbuat
kebajikan" (Muslim 1483)
Suatu
hari Nabi Saw memasuki sebuah perkembungan seorang wanita yang dikenal dengan
Umm Ma’bad, ia bercocok tanam dan bekerja di sana, Nabi Saw memberikan kabar
gembira padanya seperti tersebut dalam sabdanya :
فَلاَ يَغْرِسُ الْمُسْلِمُ غَرْساً فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ
وَلاَ دَابَّةٌ وَلاَ طَيْرٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ
“Tiadalah
bagi seorang muslim yang menanam suatu pohon, lalu sebagian dari hasilnya
dimakan oleh manusia, binatang ternak dan burung kecuali baginya pahala sedekah
hingga hari kiamat” (Muslim 1552)
Kaum
mukminin : sesungguhnya Islam menjamin hak wanita dalam belajar, diberikan
padanya porsinya yang sesuai untuk belajar dan membersihkan diri, seperti
disebutkan bahwa Rasulullah Saw memberikan satu hari bagi wanita untuk belajar, dari Abu Said Al Khudri RA berkata :
seorang wanita datang pada Rasulullah Saw dan berkata :
جَاءَتِ امْرَأَةٌ إِلَى
رَسُولِ اللهِ r فَقَالَتْ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ الرِّجَالُ بِحَدِيثِكَ، فَاجْعَلْ لَنَا مِنْ نَفْسِكَ
يَوْمًا نَأْتِيكَ فِيهِ، تُعَلِّمُنَا مِمَّا عَلَّمَكَ اللَّهُ، قَالَ:« اجْتَمِعْنَ
يَوْمَ كَذَا وَكَذَا» فَاجْتَمَعْنَ، فَأَتَاهُنَّ رَسُولُ اللَّهِ r فَعَلَّمَهُنَّ
مِمَّا عَلَّمَهُ اللَّهُ
“Wahai Rasulullah, orang-orang
laki-laki pergi (mempelajari) hadismu, maka jadikanlah (luangkanlah) untuk kami
dari dirimu (waktumu) sehari (dimana) kami bisa menjumpaimu pada hari itu dan
engkau mengajarkan kepada kami apa yang telah Allah ajarkan kepadamu.” Rasul
menjawab, “Datanglah pada hari ini dan ini di tempat ini dan ini.” Maka mereka
berkumpul dan Rasulullah saw. mendatangi mereka lalu mengajarkan apa yang telah
Allah ajarkan kepada beliau" (Muttafaq 'alaih). Aisyah RA berkata :
نِعْمَ النِّسَاءُ
نِسَاءُ الأَنْصَارِ لَمْ يَمْنَعْهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي
الدِّينِ
“Sebaik-baik wanita adalah wanita
Anshar. Rasa malu tidak menghalangi mereka untuk memperdalam ilmu agama”(Bukhari
kitab Ilmu dan Ibnu Majah 642)
Sebagaimana
menghargai dan menghormati pendapat wanita merupakan hak dasar yang diabadikan
oleh Allah dalam Al Quran, diantaranya gugatan seorang wanita terhadap
Rasulullah mengenai suaminya, Allah Swt berfirman :
قَدْ سَمِعَ
اللَّهُ قَوْلَ الَتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ
وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
“Sesungguhnya Allah telah
mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang
suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab
antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat"
(Al Mujadilah 58 : 1). Lihatlah wahai
hamba Allah bagaimana Islam menghargai pendapat wanita, memperhatikan
gugatannya dan berwasiat padanya dengan kebaikan, Rasulullah bersabda :
اسْتَوْصُوا
بِالنِّسَاءِ خَيْراً
“Berwasiatlah kalian kebaikan
terhadap para wanita” (Bukhari 5186)
Beruntunglah orang yang berwasiat baik terhadap
wanita, memperlakukan ibunya dengan baik dan berbakti kepadanya, dan
berbahagialah orang yang mendidik anak-anak perempuannya dan mengajarkannya, betapa
beruntungnya orang yang melindungi saudari-saudarinya dan berlaku baik pada
mereka, sungguh indah orang yang menghargai isterinya dan menghargai
kontribusinya serta memperlakukannya dengan baik, dengan demikian ia telah
berteladan pada Rasulullah dan menyempurnakan keimanannya, disebutkan dalam
sabdanya :
إِنَّ مِنْ أَكْمَلِ
الْمُؤْمِنِينَ إِيمَاناً أَحْسَنَهُمْ خُلُقاً وَأَلْطَفَهُمْ بِأَهْلِهِ
“Sesungguhnya
orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang terbaik akhlaknya dan
terlembut terhadap keluarganya”(At Tirmidzi 2612)
Ya Allah berilah kami selalu taufiq untuk mentaati-Mu,
mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan
kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ
مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ
نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ،
فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ
وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ،
وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah pada Allah wahai hamba Allah
dengan sebenar-benarnya takwa, merasalah diawasi dalam keramaian dan
kesendirian dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Islam menghargai wanita dari
berbagai sisi, Rasulullah Saw bersabda :
خِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقاً
“Sebaik-baik
kalian yang terbaik akhlaknya pada isteri-isteri kalian” (At Tirmidzi 1162)
Berangkat dari arahan kenabian ini, negara
Uni Emirates Arab memberikan perhatian penuh terhadap wanita, menghargainya,
menjaga hak-haknya, memberinya pekerjaan yang sesuai dengan cita-citanya,
memberinya kesempatan untuk memegang peran yang telah dibebankan padanya baik
dalam keluarga dan masyarakatnya, sehingga ia dapat berkontribusi aktif dalam
segala bidang, kemampuan dan keahliannya telah terbukti saat ia menduduki
beberapa jabatan penting, sehingga putri Emirate menjadi simbol bagi wanita
yang menjaga nilai-nilai agamanya dan adat istiadat tanah airnya, dan kini
Emirates menerima posisi yang tinggi diantara negara-negara dunia, dan
menduduki peringkat pertama dunia dalam penghargaan wanita seperti disebutkan
dalam laporan global khusus yang mengukur perkembangan sosial di berbagai
negara dunia.
Yang Mulya
Wakil Kepala Negara kita menegaskan bahwa di Emirate wanita dihargai, dihormati
dan bermartabat, karena agama kita adalah Islam dan karena pendiri negara kita
adalah Zayed, dan dibalik kemajuan kita terdapat nilai-bilai Arab yang murni
yang mengaturnya.
Yang Mulya menjelaskan,
bahwa : Kami menghargai wanita, menghargai pengorbanannya, menghargai
pekerjaannya, menghargai keterlibatannya dalam mendidik dan mencetak generasi
negeri ini, menghargainya sebagai ibu, saudari, isteri dan anak, menghargainya
sebagai guru, insinyur, dokter, pegawai dan patner dalam pembangunan negeri
ini, dan wanita adalah bagaikan ruh dan ia tempat segala penghargaan dan
penghormatan.
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ
أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
بِهَا عَشْراً»([3])
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ
عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ،
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ
وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. اللَّهُمَّ إِنَّا
نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ،
وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ
حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا
ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا
إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ
مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ
قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا
رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ
الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ،
وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ
إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ
وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ
الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ
انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ
وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ
عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ
مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ
وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْعَالَمِينَ([4]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ
يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ
تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([5])
http://www.awqaf.gov.ae/Jumaa.aspx?SectionID=5&RefID=2279
Khutbah Jumat, 17 Rajab 1435 H / 16 Mei 2014
Istighfar
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ غَافِرِ الذَّنبِ، وَقَابِلِ
التَّوْبِ، شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ، نحمدُهُ سبحانَهُ فلَهُ القوةُ والحولُ, وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، هُوَ أَهْلُ التَّقْوَى وَأَهْلُ
الْمَغْفِرَةِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ
اللَّهِ وَرَسُولُهُ، وصفيُّهُ مِنْ خلقِهِ وخليلُهُ، صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ
وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ
اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى، فاتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ, قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ]يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ
فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو
الْفَضْلِ الْعَظِيمِ[([1])
Kaum muslimin :
sesungguhnya manusia diciptakan memiliki tabiat teledor dan lupa, dan dapat
terjatuh dalam kesalahan dan kemaksiatan, Allah Swt Maha Pengasih terhadap
ciptaan-Nya, Maha Penyayang terhadap mereka, mereka selalu ditutupi
kesalahannya, mereka selalu diliputi oleh ampunan-Nya, Allah Swt berfirman :
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا
تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya, sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang” (Az-Zumar : 53).
Artinya : Allah menutup dosa mereka dengan
ampunannya bagi siapa yang berhak, meninggalkan siksa pada mereka bila mereka
bertaubat darinya (Tafsir At Thabari 21/311), maka bertaubatlah kalian semua
pada Allah wahai kaum mukiminin, serta janganlah berani untuk melanggar-Nya, melakukan kemaksiatan pada-Nya, dan takutlah
kalian dimana kalian akan dikembalikan pada Tuhan kalian, dibeberkan semua
catatan perbuatan kalian, makan janganlah kalian membubuhi catatan kalian
dengan catatan yang menyedihkan, bersegeralah bertaubat dan kembali pada-Nya,
beristighfar dari segala dosa, dan ampunan-Nya meliputi semua dosa-dosa
orang-orang yang bertaubat, dan rahmat-Nya meliputi semua makhluk-Nya, Allah
Swt berfirman :
إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ
“Sesungguhnya
Tuhanmu maha luas ampunan-Nya” (An-Najm : 32). Allah mengajak semua hamba-Nya agar bertaubat dari dosa yang
pernah dilakukannya serta meminta ampun dari kesalahannya, Allah Swt berfirman
:
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ
“Dan
hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya” (Hud 3). Disebutkan dalam hadits Qudsi :
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ
بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا،
فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat kesalahan
di malam dan di siang hari, dan Aku mengampuni semua dosa, maka mintalah kalian
pada-Ku, Aku akan mengampuni kalian” (Muslim 55)
Istighfar
wahai hamba Allah termasuk salah satu perbuatan yang dapat mendekatkan diri
pada Allah yang paling penting dan termasuk ketaatan yang paling agung, ia
termasuk salah satu derajat ketakwaan dan inti dari ketakwaan itu sendiri,
istighfar adalah meminta ampun dan meminta ditutupnya dosa di dunia dan memohon
agar tidak diberikan siksa di dunia dan akhirat, istighfar tidak datang kecuali
atas penyesalan dan niat yang tulus untuk keluar dari dosa tersebut serta tidak
mau kembali padanya (At Tahrir wat Tanwir 4/92), Allah Swt berfirman :
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا
أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ
يَعْلَمُونَ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan
keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari
pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengetahui.
( Ali Imran : 135)
( Ali Imran : 135)
Hamba Allah :
sesungguhnya pada istighfar terdapat banyak faedah dan manfaat, diantaranya
adalah bahwa ia dapat menghapus kesalahan dan dosa, menghapus kejahatan yang
tidak berkelanjutan, Allah Swt berfirman :
وَمَن يَعْمَلْ
سُوءاً أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ
غَفُوراً رَّحِيماً
“Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya
dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang” (An Nisa’ 4 : 110). Dari Anas bin Malik RA berkata : Aku mendengar Rasulullah Saw
bersabda : Allah Swt berfirman :
يَا ابْنَ آدَمَ
إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلاَ
أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ
اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ
أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا، ثُمَّ لَقِيتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي
شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
“Wahai Anak Adam, sesungguhnya selama engkau berdoa dan
berharap pada-Ku, Aku akan berikan ampunan padamu atas dosa-dosamu dan Aku tak
peduli, wahai Anak Adam, jika dosamu mencapai awan di langit kemudian kau minta
ampun padaku, maka Aku akan mengampunimu dan Aku tidak peduli, wahai Anak Adam,
sesungguhnya jika kau mendatangi-Ku dengan sepenuh bumi kesalahan, kemudian kau
menemui-Ku tidak mempersekutukan sesuatu dengan-Ku, maka Aku akan mendatangimu
dengan sepenuh bumi ampunan” (At Tirmidzi 3540)
Bila
seorang hamba melepaskan diri dari dosanya dan meminta ampun kepada Tuhannya,
maka hatinya akan dibersihkan, akan dicuci dari karatnya dan akan dihilangkan
kotorannya darinya, Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّ العَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ
نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ
“Sesungguhnya seorang hamba, apabila melakukan satu perbuatan
maksiat maka akan dititikkan dalam hatinya satu titik hitam, jika dia
meninggalkannya, memohon ampun dan bertaubat, hatinya akan dibersihkan” (At
Tirmidzi 3334).
Ketahuilah wahai hamba Allah sesungguhnya istighfar merupakan pintu perluasan rezeki dan kemakmuran, pintu kenikmatan dengan segala manfaat keduniawian dan pemberian Allah, maka barang siapa yang tersendat rezekinya, maka hendaknya meminta ampun kepada Tuhannya dari segala dosanya, seperti disebutkan di dalam Al Quran dalam kisah Nuh AS :
Ketahuilah wahai hamba Allah sesungguhnya istighfar merupakan pintu perluasan rezeki dan kemakmuran, pintu kenikmatan dengan segala manfaat keduniawian dan pemberian Allah, maka barang siapa yang tersendat rezekinya, maka hendaknya meminta ampun kepada Tuhannya dari segala dosanya, seperti disebutkan di dalam Al Quran dalam kisah Nuh AS :
فَقُلْتُ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا* يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ
مِدْرَارًا* وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ
وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
“Maka aku katakan kepada
mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan
mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai" (Nuh 71 : 10-12). Barang siapa selalu
beristighfar, maka Allah akan memberikannya kebaikan dalam kehidupan,
menghilangkan darinya segala gundah dan bencana, dibukakan darinya segala
kesempitan, Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ
أَكْثَرَ مِنَ الاِسْتِغْفَارِ؛ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجاً، وَمِنْ
كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجاً، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ
“Barang siapa memperbanyak
istighfar, maka Allah akan menjadikan
setiap kegundahannya lapang, memberinya jalan keluar dari setiap kesempitan dan memberinya
rezeki dari arah yang tidak ia sangka-sangka” (Ahmad 2273)
Kaum mukminin : istighfar adalah jalan yang ditempuh para nabi,
walaupun mereka mendapatkan kedudukan yang tinggi, walaupun mereka dilindungi
dari segala dosa dan walaupun mereka termasuk manusia pilihan, tapi istighfar yang
mereka lakukan sebagai ibadah dan pendekatan diri kepada Tuhan mereka dan
sebagai bentuk syukur dan pujian, oleh karena itu Nabi Adam dan isterinya
keduanya meminta ampunan kepada Allah dalam doa keduanya :
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا
وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri
kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada
kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi” (Al-A'raf : 23). Begitu pula dengan Nabi Nuh AS
dalam doanya :
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ
مُؤْمِناً وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku,
orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman
laki-laki dan perempuan” (Nuh 71 : 28). Nabi Musa AS bermunajat kepada Tuhannya, disebutkan
dalam firman Allah :
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِأَخِي وَأَدْخِلْنَا فِي رَحْمَتِكَ
وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
"Ya Tuhanku, ampunilah aku dan
saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha
Penyayang di antara para penyayang” (Al-A'raf : 151). Allah Swt berfirman
mengisahkan Nabi Daud AS :
فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ
“Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu
menyungkur sujud dan bertaubat” ( Shaad : 24)
Allah Swt menyebutkan doa Nabi Sulaiman dalam
firman-Nya :
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكاً لا يَنْبَغِي
لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ia berkata: "Ya Tuhanku,
ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh
seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi” ( Shaad : 35). Rasulullah Saw bersabda :
إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِي كُلِّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Sesungguhnya aku beristighfar
kepada Allah pada setiap hari seratus kali” (Muslim 2702). Abu Hurairah RA menceritakan
kondisi Nabi Saw :
مَا جَلَسْتُ إِلَى أَحَدٍ أَكْثَرَ
اسْتِغْفَارًا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ r
“Aku belum pernah duduk
bersama seseorang yang lebih banyak istighfarnya melebihi Rasulullah Saw”
(Shahih Ibnu Hibban 3/207)
Jagalah selalu untuk tetap mengikuti sunnah
Nabi Saw, dengan selalu beristighfar di pagi dan di sore hari, bersungguh-sungguhlah
dalam beristighfar dan terutama pada waktu-waktu dikabulkannya doa, terutama
setelah menunaikan setiap ibadah,
كَانَ النَّبِيُّ r إِذَا سَلَّمَ مِنَ الصَّلاَةِ الْمَفْرُوضَةِ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ
ثَلاَثاً
Nabi Saw setelah salam shalat
wajib, beliau beristighfar kepada Allah tiga kali” (Muslim 591). Perbanyaklah istighfar pada
waktu sahur, dan Allah telah memuji orang-orang yang bertakwa dalam firman-Nya
:
كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ*
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Di dunia mereka sedikit
sekali tidur diwaktu malam.
Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar” ( Adz-Dzaariyat : 17-18)
Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar” ( Adz-Dzaariyat : 17-18)
Jangan lupa untuk beristighfar pada Tuhanmu dalam
setiap penutupan majlismu, Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ جَلَسَ فِي مَجْلِسٍ فَكَثُرَ فِيهِ
لَغَطُهُ, فَقَالَ قَبْلَ أَنْ يَقُومَ مِنْ مَجْلِسِهِ ذَلِكَ: سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ, أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ, أَسْتَغْفِرُكَ
وَأَتُوبُ إِلَيْكَ, إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا كَانَ فِي مَجْلِسِهِ ذَلِكَ
“Barang siapa yang duduk dalam satu majlis
lalu banyak salahnya, kemudian ia berdoa sebelum bangun dari majlisnya : Maha
suci Engkau ya Allah dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Engkau, aku mohon ampun pada-Mu dan aku bertaubat pada-Mu, niscaya
diampuni baginya yang terjadi pada majlisnya” (At Tirmidzi 3433)
Anda wahai hamba Allah hendaknya memperbanyak minta
ampun pada Tuhanmu, karena ia merupakan bekal bagi orang-orang yang bertaubat,
tempat bersandar orang-orang yang menyesali dosanya, dan merupakan salah satu
sifat hamba-hamba Allah yang bertakwa.
Ya Allah, kami memohon ampun pada-Mu dari segala dosa
kami, bebaskan kami dari segala kekurangan kami, dan berilah kami selalu taufiq untuk mentaati-Mu,
mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan
kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ
مِنكُمْ
“Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ
نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ،
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى
التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah pada Allah wahai hamba Allah dengan
sebenar-benarnya takwa dan ketahuilah bahwa Nabi Saw telah mengajarkan kita
beberapa teks istighfar, diantaranya adalah :
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ
“Aku meminta ampun kepada Allah dan
bertaubat pada-Mu” (Muslim 484). Dari
Abu Bakar As Shiddiq RA bahwa Rasulullah Saw mengajarkan doa kepadaku sebuah
doa yang dibaca dalam shalatku, bacalah :
قُلِ اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي
ظُلْماً كَثِيراً وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِي
مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِي، إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Ya Allah,
sesungguhnya aku telah banyak berbuat dzalim terhadap diriku, tidak ada yang
akan mengampuni dosa-dosa itu kecuali Engkau, karena itu (Ya Allah), ampunilah
diriku dengan ampunanMu dan kasih-sayangilah aku, sesungguhnya Engkau adalah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Bukhari 834)
Dari Syadad bin
Aus RA dari Nabi Saw : penghulu istighfar adalah membaca :
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ،
خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا
اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ
عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ» قَالَ:« وَمَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِنًا
بِهَا، فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ
الجَنَّةِ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا، فَمَاتَ قَبْلَ
أَنْ يُصْبِحَ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ
(Ya
Allah, Engkau adalah Tuhanku, tiada Tuhan
selain Engkau, Engkau telah menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu dan
aku selalu berusaha menepati ikrar dan janjiku kepada-Mu dengan segenap
kekuatan yang aku miliki, Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, Aku mengakui betapa besar nikmat-nikmat-Mu
yang tercurah kepadak, dan Aku tahu dan
sadar betapa banyak dosa yang telah Aku lakukan, karenanya, ampunilah aku, tidak
ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau).” Barangsiapa yang
membacanya di siang hari dan dia betul-betul meyakininya, lalu dia meninggal
dunia pada hari itu, maka dia termasuk penghuni surga, barang siapa yang
membacanya di malam hari dan dia betul-betul meyakininya, lalu dia meninggal
dunia pada sebelum menjelang pagi, maka dia termasuk penghuni surga.” (Bukhari 6306)
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ
عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا
عَشْراً»([3])
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ
عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ،
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ
وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ
التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
اللَّهُمَّ اجعلْنَا مِنَ الْمُلازِمينَ
الاستغفارَ بالليلِ والنهارِ، وَتَقَبَّلْهُ منَّا يَا عزيزُ يَا غفارُ، اللَّهُمَّ
لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ،
وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا
إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ،
وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ
وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ
وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ
الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا،
وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا
رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ
الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ،
وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ
إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ
وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ
الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ
انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ
وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ
عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ
مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ
وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْعَالَمِينَ([4]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ
يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ
وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ
يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([5])
Khutbah Jumat,
24 Rajab 1435 H / 23 Mei 2014
Isra’ Mi’raj
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، سُبْحَانَهُ يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَهُوَ
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ
وَرَسُولُهُ، وَصَفِيُّهُ مِنْ خلقِهِ وَخَلِيلُهُ، أَيَّدَهُ اللَّهُ تَعَالَى
بالآياتِ الساطِعَةِ، والْمُعْجِزَاتِ البَاهِرَةِ، صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ
وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ
اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً* يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً[([1])
Kaum
muslimin : Allah telah memulyakan manusia dengan memberinya akal, membebaninya
dengan tugas dan mengutus kepadanya para nabi dan rasul, Allah Swt berfirman :
اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ المَلائِكَةِ
رُسُلاً وَمِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
“Allah memilih utusan-utusan-(Nya)
dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat” ( Al-Hajj :
75)
Allah
menganugerahkan para nabi dan rasul-Nya dengan nikmat, kehormatan dan
penghargaan, agar mereka dapat menunaikan tugas penyampaian dan penjelasan
risalah-Nya, Allah Swt berfirman :
فَهَلْ عَلَى الرُّسُلِ إِلاَّ الْبَلاغُ الْمُبِينُ
“Maka
tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah)
dengan terang” ( An-Nahl : 35)
Sebagaimana
Allah telah melengkapi para nabi dan rasul-Nya dengan beberapa mukjizat,
ayat-ayat penguat yang diberikan pada mereka, agar kebenaran dan kesempunaan
kenabian mereka terbuktikan, dan nabi kita Muhammad Saw diberikan mukjizat
khusus yang belum diberikan kepada malaikat dan kepada seorang nabi pun
sebelumnya, maka setelah berlalu 12 tahun dari diutusnya rasulullah Saw setelah
beliau mendapatkan pendustaan, kekerasan dan penolakan, beliau memohon pada
Tuhannya :
أَعُوذُ بِنُورِ وَجْهِكَ الَّذِي أَشْرَقَتْ لَهُ
الظُّلُمَاتُ، وَصَلَحَ عَلَيْهِ أَمْرُ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ أَنْ تُنْزِلَ بِي
غَضَبَكَ أَوْ تُحِلَّ عَلَيَّ سَخَطَكَ، لَكَ الْعُقْبَى حَتَّى تَرْضَى وَلا
حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلا بِكَ
“Aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu yang
menerangi kegelapan, dan memperbaiki urusan dunia dan akhirat, jangan Engkau
timpakan murka-Mu kepada-Ku atau jangan Engkau alamatkan padaku amarah-Mu,
kepada-Mu aku kembali hingga Engkau ridha dan tidak daya dan upaya kecuali
dengan bantuan-Mu”(At Thabrani dalam kitab Ad Du’a)
Allah
mengabulkan doa beliau dan menghiburnya dengan mengundangnya dalam perjalanan
isra’ dan mi’raj, Allah Swt berfirman :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ
المَسْجِدِ الحَرَامِ إِلَى المَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ
لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha
yang telah Kami berkahi sekelilingnya
agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami, sesungguhnya
Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Al Isra’ 17 : 1)
Allah
mengumpulkan semua nabi di masjid Al Aqsha, memerintakan Rasulullah Saw untuk
menjadi imam mereka dan beliau merupakan penutup kerasulan dan kenabian,
kemudian setelah Rasulullah Saw dimi’rajkan ke langit untuk menjumpai Tuhannya
dan mendapatkan perintah-Nya, sebuah perintah yang dapat mengangkat derajat
ummatnya hingga hari kiamat, perintah yang didapatkan dari Tuhannya adalah
kewajiban shalat, perintah shalat lima
puluh waktu menjadi lima waktu setelah diringankan, Rasulullah Saw bersabda :
فَلَمْ أَزَلْ أَرْجِعُ
بَيْنَ رَبِّي تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَبَيْنَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ حَتَّى
قَالَ: يَا مُحَمَّدُ إِنَّهُنَّ خَمْسُ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ،
لِكُلِّ صَلاَةٍ عَشْرٌ فَذَلِكَ خَمْسُونَ صَلاَةً
“Maka terus
menerus aku pulang balik antara Tuhanku Tabaraka wa Ta’ala dan Musa AS, sampai
pada akhirnya Allah berfirman:“Wahai Muhammad, sesungguhnya ini adalah 5 shalat
sehari semalam, setiap shalat (pahalanya) 10, maka semuanya 50 shalat”
(Muttafaq ‘alaih)”
Shalat
merupakan mi’raj kemulyaan bagi seorang mukmin untuk menjumpai Tuhannya dalam
kesenangan dan kesusahan, oleh karena itu disebutkan bahwa : shalat adalah
mi’raj seorang mukmin, seorang muslim dapat bermi’raj lima kali sehari bermunajat pada Tuhannya,
bertasbih dan mengangungkan-Nya, hal ini sejalan dengan firman Allah dalam
sabda Rasulullah Saw :
قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِي وَبَيْنَ
عَبْدِي نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي. وَإِذَا
قَالَ: الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَىَّ عَبْدِي.
وَإِذَا قَالَ: مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ. قَالَ: مَجَّدَنِي عَبْدِي. فَإِذَا
قَالَ: إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ. قَالَ: هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ
عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ. فَإِذَا قَالَ: اهْدِنَا الصِّرَاطَ
الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ
عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ. قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ
"Aku membagi shalat antara Aku dan
hamba-Ku dua bagian, dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya. Apabila seorang hamba
membaca:
" الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ " (Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam), maka Allah berfirman: "Hamba-Ku memuji Aku." Apabila ia membaca " الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ " (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang), maka Allah berfirman: "Hamba-Ku menyanjung Aku."Apabila ia membaca: " مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ " (Penguasa hari Pembalasan), maka Allah berfirman: "Hamba-Ku memuliakan Aku", Apabila ia membaca: "إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين" (Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan), Allah berfirman: "Ini antara Aku dan hambaKu, dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya.
Apabila ia membaca: " اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ " (Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri petunjuk atas mereka bukan [jalan] orang-orang yang dimurkai atas mereka dan bukan [jalan] orang-orang yang sesat). Maka, Allah berfirman: "Ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya" (Muslim 395). Gunakanlah nikmat shalat ini dalam mi’raj kalian menuju Tuhan kalian, perbaikilah shalat kalian, hayatilah bacaan kalian, jagalah rukun dan kekhusuan doa kalian, karena orang yang beruntung adalah orang yang khusu’ dalam shalatnya, Allah Swt berfirman :
" الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ " (Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam), maka Allah berfirman: "Hamba-Ku memuji Aku." Apabila ia membaca " الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ " (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang), maka Allah berfirman: "Hamba-Ku menyanjung Aku."Apabila ia membaca: " مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ " (Penguasa hari Pembalasan), maka Allah berfirman: "Hamba-Ku memuliakan Aku", Apabila ia membaca: "إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين" (Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan), Allah berfirman: "Ini antara Aku dan hambaKu, dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya.
Apabila ia membaca: " اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ " (Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri petunjuk atas mereka bukan [jalan] orang-orang yang dimurkai atas mereka dan bukan [jalan] orang-orang yang sesat). Maka, Allah berfirman: "Ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya" (Muslim 395). Gunakanlah nikmat shalat ini dalam mi’raj kalian menuju Tuhan kalian, perbaikilah shalat kalian, hayatilah bacaan kalian, jagalah rukun dan kekhusuan doa kalian, karena orang yang beruntung adalah orang yang khusu’ dalam shalatnya, Allah Swt berfirman :
قَدْ أَفْلَحَ المُؤْمِنُونَ* الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ
خَاشِعُونَ
“Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusu’ dalam
shalatnya” (Al Mukminun 1-2)
Kaum
mukminin : Nabi Muhammad Saw menyaksikan surga dan segala kenikmatannya dalam
perjalanan mi’rajnya, beliau menyaksikan neraka dan kesengsaraan penghuninya,
di dalam surga beliau menyaksikan balasan orang-orang yang rajin menunaikan
ibadah sunnah dari hamba-hamba-Nya yang shaleh, dari Ibnu Abbas RA berkata :
لَيْلَةَ أُسْرِىَ بِنَبِىِّ
اللَّهِ r دَخَلَ الْجَنَّةَ فَسَمِعَ مِنْ جَانِبِهَا وَجْساً([2]) قَالَ:« يَا جِبْرِيلُ
مَا هَذَا؟». قَالَ: هَذَا بِلاَلٌ الْمُؤَذِّنُ
pada malam isra’ Nabi Saw, beliau
memasuki surga dan mendengar bisikan dari sisinya dan berkata : wahai Jibril,
ini apa ? Ia menjawab : ini Bilal tukang adzan" (Musnad Imam Ahmad 2366)
وَحِينمَا قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ r لبلالٍ:« يَا بِلاَلُ
حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ عِنْدَكَ فِي الإِسْلاَمِ مَنْفَعَةً،
فَإِنِّي سَمِعْتُ اللَّيْلَةَ خَشْفَ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَىَّ فِي الْجَنَّةِ»
قَالَ بِلاَلٌ: مَا عَمِلْتُ عَمَلاً فِي الإِسْلاَمِ أَرْجَى عِنْدِي مَنْفَعَةً
مِنْ أَنِّي لاَ أَتَطَهَّرُ طُهُوراً تَامًّا فِي سَاعَةٍ مِنْ لَيْلٍ وَلاَ
نَهَارٍ إِلاَّ صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُورِ مَا كَتَبَ اللَّهُ لِي أَنْ
أُصَلِّىَ([3]).
Dan ketika itu Rasulullah Saw
bertanya pada Bilal : Wahai Bilal, ceritakan padaku amalan yg paling kau
harapkan manfaatnya dalam Islam yg pernah kau perbuat, karena sesungguhnya aku
mendengar pada malam itu suara dua sandalmu di sisiku di surga" Bilal
menjawab :Tidak ada amalan yg paling aku harapkan kemanfaatannya dalam Islam,
selain dari aku selalu bersuci dg sempurna dalam satu jam pada siang dan malam, dan aku selalu shalat setelah
bersuci selain shalat wajib" (Muslim 2458)
Beruntunglah
orang yang menunaikan ibadah sunnah karena Allah, dan menyibukkan waktunya
dengan berdzikir kepada-Nya.
Pada
malam mi’raj Nabi Saw menyaksikan kaum yang disiksa karena mereka sibuk dengan
kehormatan orang lain, Rasulullah Saw bersabda :
لَمَّا عُرِجَ بِي مَرَرْتُ
بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمِشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ
فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلاَءِ يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَؤُلاَءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ
لُحُومَ النَّاسِ وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ
“Ketika aku
dimi’rajkan aku melewati satu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga, mereka
mencakar wajah mereka dan dada mereka sendiri, lalu aku bertanya : siapakah
mereka itu wahai Jibril ? Ia menjawab : mereka adalah orang-orang yang suka
makan daging sesamanya dan menjatuhkan kehormatan mereka”(Abu Daud 4878)
Seorang
mukmin hendaknya menjauh dari menggunjing dan berdusta, menjauh dari keduanya
sebagai pengamalan atas perintah Allah Swt, disebutkan dalam firman-Nya :
وَلاَ يَغْتَب بَّعْضُكُم
بَعْضاً أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتاً
فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
“Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian
yang lain, sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang” ( Al Hujurat
49 : 12)
Hamba
Allah : sepulang Rasulullah Saw dari perjalanan penuh berkah tersebut, para
penduduk Makkah mencibir, mentertawakan dan mendustai kejadian tersebut,
sebagian mereka berkata : apakah kau mampu memberi gambaran tentang masjid
tersebut pada kami ?
لَمَّا كَانَ لَيْلَةُ أُسْرِيَ بِي
وَأَصْبَحْتُ بِمَكَّةَ فَظِعْتُ بِأَمْرِي([4]) وَعَرَفْتُ أَنَّ النَّاسَ مُكَذِّبِيَّ». فَقَعَدَ
مُعْتَزِلاً حَزِيناً فَمَرَّ أَبُو جَهْلٍ فَجَاءَ حَتَّى جَلَسَ إِلَيْهِ
فَقَالَ لَهُ كَالْمُسْتَهْزِئِ: هَلْ كَانَ مِنْ شَىْءٍ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
r :« نَعَمْ». قَالَ: مَا هُوَ؟
قَالَ:« إِنَّهُ أُسْرِيَ بِي اللَّيْلَةَ». قَالَ: إِلَى أَيْنَ؟ قَالَ« إِلَى
بَيْتِ الْمَقْدِسِ». قَالَ: ثُمَّ أَصْبَحْتَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْنَا. قَالَ:«
نَعَمْ». قَالَ: أَرَأَيْتَ إِنْ دَعَوْتُ قَوْمَكَ تُحَدِّثُهُمْ مَا
حَدَّثْتَنِي؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r :« نَعَمْ».
فَقَالَ: هَيَا يَا مَعْشَرَ بَنِي كَعْبِ بْنِ لُؤَيٍّ حَتَّى انْتَفَضَتْ
إِلَيْهِ الْمَجَالِسُ وَجَاءُوا حَتَّى جَلَسُوا إِلَيْهِمَا... فَحَدَّثَهُمْ
رَسُولُ اللَّهِ r فَمِنْ بَيْنِ مُصَفِّقٍ وَمِنْ
بَيْنِ وَاضِعٍ يَدَهُ عَلَى رَأْسِهِ مُتَعَجِّباً، قَالُوا: وَهَلْ تَسْتَطِيعُ
أَنْ تَنْعَتَ لَنَا الْمَسْجِدَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r :«
فَذَهَبْتُ أَنْعَتُ فَمَا زِلْتُ أَنْعَتُ حَتَّى الْتَبَسَ عَلَىَّ بَعْضُ
النَّعْتِ فَجِيءَ بِالْمَسْجِدِ وَأَنَا أَنْظُرُ حَتَّى وُضِعَ دُونَ دَارِ
عِقَالٍ أَوْ عَقِيلٍ فَنَعَتُّهُ وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَيْهِ». فَقَالَ الْقَوْمُ:
أَمَّا النَّعْتُ فَوَاللَّهِ لَقَدْ أَصَابَ
Dari Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah saw
bersabda : “Pada malam hari dimana aku dimi'rajkan, dan di pagi hari aku berada
Makkah, aku merasa perkara ini sangat berat dan aku tahu bahwa manusia mendustakanku.
Maka beliau duduk menyendiri dalam keadaan sedih, lalu Abu Jahal lewat dan datang
duduk di sisiku dan bertanya seperti orang yang mengejek : apa ada berita baru
? Rasulullah Saw menjawab : Benar. ia
bertanya ; Apa itu ? Beliau menjawab : sesungguhnya aku dimi’rajkan tadi malam
? ia bertanya : kemana ? Rasulullah menjawab : ke Baitul maqdis. Ia berkata: dan
pagi ini kau telah berada diantara kita ? Beliau menjawab : Benar. ia berkata :
bagaimana jika aku panggil kaummu dan kau ceritakan kepada mereka sebagaimana
engkau ceritakan kepadaku? Rasulullah menjawab : iya. Ia berkata : wahai kaum
Bani Luay, kemarilah . Sehingga mereka berdatangan dan duduk dihadapan
keduanya. Rasulullah Saw menceritakan pada mereka, sebagain mereka ada yang
bertepuk tangan, ada pula yang meletakkan tangannya diatas kepalanya karena
kagum, mereka berkata : Apakah kau bisa menggambarkan kepada kami tentang
Baitul Maqdis ? Nabi bersabda : kemudian aku menceritakan tentang Baitul
maqdis, sehingga aku bingung mengenai sebagian sifat akhirnya ditampakkan
masjid itu dan aku dapat melihat sehingga diletakkan di depan rumah Iqal atau
Uqail dan aku menggambarkannya seakan aku melihat kepadanya. Kaum itu berkata :
Semua yang diceritakan itu benar" (Musnad Ahmad 2837)
Sesungguhnya
kejadian ini merupakan penguat dari Allah terhadap rasul-Nya pada saat kaum
musyrikin mendustakannya. Dan kejadian ini menambah keimanan kaum mukminin
serta kepercayaan mereka pada Rasulullah Saw tanpa keraguan sedikit pun. Dan begitulah
hendaknya seorang muslim beriman kepada hal yang ghaib dengan penuh keyakinan.
Ya Allah
berilah kami ketetapan atas keimanan dan kekuatan untuk berteladan pada
Rasulullah Saw, dan berilah kami selalu taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati
Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami
agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ
وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ
نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ،
فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ
وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba
Allah dengan sebenar-benarnya takwa, merasalah diawasi dalam keramaian dan
kesendirian dan ketahuilah bahwa sesungguhnya perjalanan isra’ dan mi’raj
merupakan penghargaan untuk nabi Saw dan sebagai balasan atas kesungguhan dan
kesabarannya, sebagai penguat hatinya, sebagai penghibur atas kesedihan yang
dialami atas wafatnya paman dan isterinya, dan sebagai pengangkat kedudukannya,
karena semua manusia di dunia ini pasti mengalami cobaan, Allah Swt berfirman :
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا
أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ
“Apakah manusia
itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”,
sedang mereka tidak diuji lagi ? (Al Ankabut 29 : 2)
Seorang mukmin hendaknya memiliki sifat
sabar dalam hidupnya, bersungguh-sungguh dalam menggapai tujuannya, maka bila
Anda wahai hamba Allah telah berusaha dan belum terbuka pintu itu bagi anda,
maka kembalilah pada Allah semoga Dia mengangkat kesempitan darimu, dibukakan
pintu pengabulan, jalan keluar dan taufiq untuk Anda, Rasulullah Saw bersabda :
اعْلَمْ أَنَّ فِي الصَّبْرِ عَلَى مَا
تَكْرَهُ خَيْراً كَثِيراً، وَأَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ
مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
“Ketahuilah sesungguhnya dalam
kesabaran atas yang tidak kau senangi terdapat kebaikan yang melimpah,
sesungguhnya kemenangan berada bersama kesabaran, dan jalan keluar berada
bersama cobaan, dan sesungguhnya bersama kesusahan terdapat kemudahan”(Ahmad
2857)
Khabar gembira bagi Anda yang bersabar
atas musibah yang menimpa Anda, khabar gembira berupa jalan keluar dari Allah,
surga-Nya dan keberutungan dengan limpahan rahmat-Nya, Allah Swt berfirman :
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ * الَّذِينَ
إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ* أُوْلَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُوْلَئِكَ
هُمُ المُهْتَدُونَ
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa
lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan
yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk” (Al Baqarah 2 : 155-157)
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ
عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([5]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
بِهَا عَشْراً»([6])
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ
عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ،
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ
وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ
التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا
ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا
إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ
مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ
قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ
وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ
وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ
الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا،
وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا
رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ
الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ،
وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ
إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ
وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ
الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ
انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ
وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ
عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ
مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ
وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْعَالَمِينَ([7]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ
يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ
تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([8])
http://www.awqaf.gov.ae/Jumaa.aspx?SectionID=5&RefID=2283
Khutbah Jumat, 01
Sya’ban 1435 H / 30 Mei 2014
Perkataan yang
baik
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، خَلَقَنَا فِي أحْسَنِ
تقويمٍ، وصَوَّرَنَا فِي أجملِ صورةٍ، وَأَسْبَغَ علينَا نِعَمَهُ
ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً،
نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلاَلِ وَجْهِهِ وَعَظِيمِ
سُلْطَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ
لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ،
وصَفِيُّهُ مِنْ خلقِهِ وخليلُهُ، أمرَنَا بِطِيبِ الكلامِ، وحفْظِ الجوارحِ
واللسانِ، ووعدَنَا عَلَى ذلكَ بالجنانِ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ
عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ،
وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ
اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:( يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ
لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ)([1])
Kaum muslimin : Allah telah memulyakan manusia dengan Al Quran dan
memberikan mereka nikmat berbicara dan menyatakan, Allah Swt berfirman :
الرَّحْمَنُ*
عَلَّمَ القُرْآنَ* خَلَقَ الإِنسَانَ* عَلَّمَهُ البَيَانَ
"(Tuhan) Yang Maha
Pemurah,Yang telah mengajarkan al Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya
pandai berbicara" (Ar Rahman 55 : 1-4)
Allah menurunkan pada nabi-Nya perkataan terbaik, Allah Swt berfirman :
اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَاباً مُتَشَابِهاً
مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ
تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ
يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ
"Allah telah menurunkan perkataan
yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi
berulang-ulang , gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada
Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat
Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya
seorang pemimpinpun"' (Az Zumar 39 : 23)
Allah menerangkan bahwa kitab-Nya adalah perkataan
yang baik, karena ungkapan baik memberi pengaruh yang sangat besar dalam
melembutkan hati, mendidik jiwa dan barang siapa yang baik batinnya maka perkataannya
akan ikut baik dan akan membawanya pada jalan yang lurus, Allah Swt berfirman :
وَهُدُوا إِلَى الطَّيِّبِ مِنَ الْقَوْلِ
وَهُدُوا إِلَى صِرَاطِ الْحَمِيدِ
"Dan
mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang baik dan ditunjuki (pula)
kepada jalan (Allah) yang terpuji" (Al Hajj 22 : 24)
Perkataan baik lagi benar akan menjadi
penyebab baiknya perbuatan dan diampuninya dosa-dosa, Allah Swt berfirman :
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً* يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً
"Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan
yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni
bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka
sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar" (Al Ahzab 33 :
70-71)
Para mufassir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan perkataan yang lurus adalah ucapan yang lahirnya sesuai
dengan batinnya, yang diinginkan hanyalah ridha Allah dan mendamaikan antara
dua orang yang bertikai (Tafsir Al Qurthubi 14/253)
Allah berwasiat kepada hamba-hamba-Nya untuk berkata baik, Allah Swt
berfirman :
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْناً
"Serta ucapkanlah kata-kata
yang baik kepada manusia" (Al Baqarah 2 : 83)
Bahkan Dia memerintahkan mereka agar memilih kata-kata yang terbaik dan
yang paling tepat, Allah Swt berfirman :
وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَتِي
هِيَ أَحْسَنُ
"Dan katakanlah kepada
hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik
(benar)"' (Al Isra' 17 : 53)
Ungkapan indah merupakan media pengantar yang mampu menjelajahi setiap
hati dan mencegah dari segala kedengkian, Allah Swt berfirman :
وَلاَ تَسْتَوِي الحَسَنَةُ وَلاَ
السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ
وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
"Dan tidaklah sama kebaikan
dan kejahatan, tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka
tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah
menjadi teman yang sangat setia" (Fusshilat 41 : 34)
Rasulullah Saw menjelaskan bahwa ucapan baik memiliki pengaruh besar
pada sesama, Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ
خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa beriman kepada
Allah dan hari akhir, maka berkatalah baik atau diam” (Muttafaq ‘alaih)
Hamba Allah,
sesungguhnya tempat pertemuan bagaikan sekolah, kesejatian seseorang tergantung
pada perkataan yang keluar darinya, dan Rasulullah Saw telah mengarahkan kita
pada perkataan dan ungkapan yang baik dalam berkomunikasi dengan sesama,
termasuk dalam kategori ungkapan baik adalah dengan meringkas ucapan, terutama
dihadapan orang-orang yang lebih tua, dihadapan orang yang memiliki jabatan dan
dihadapan orang alim, barang siapa yang ringkas perkataannya dan menjauh dari
ucapan sia-sia, maka ia telah tergolong ke dalam orang yang beruntung, Allah
Swt berfirman :
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ* الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ
خَاشِعُونَ* وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu´ dalam shalatnya, dan
orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna" (Al Mu'minun 23 : 1-3)
Banyak bicara
banyak salah dan terkadang terjatuh pada salah ucap, dan barang siapa lalai
dari berdzikir kepada Allah dalam ucapannya, maka manusia akan berpaling
darinya dan dari pembicaraannya, oleh karena itu disebutkan bahwa sebaik-baiknya
ucapan adalah yang ringkas dan berisi, dari Umar RA berkata : Rasulullah Saw
bersabda :
لاَ تُكْثِرُوا الْكَلاَمَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ، فَإِنَّ
كَثْرَةَ الْكَلاَمِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ، وَإِنَّ
أَبْعَدَ النَّاسِ مِنَ اللَّهِ الْقَلْبُ الْقَاسِي
"Janganlah kalian banyak berbicara tanpa disertai
dzikir kepada Allah, karena sesungguhnya banyak bicara tanpa dzikir kepada Allah
menyebabkan kerasnya hati, dan sungguh manusia yang paling jauh dari Allah
adalah pemilik hati yang keras" (At
Tirmidzi 2411)
Kaum muslimin :
majlis orang-orang yang berakal tidak berisi bisik-bisik saat berbicara atau
menggunakan telpon sedangkan yang lain sedang sibuk menyimaknya, dan Rasulullah
Saw ketika berbicara dengan seseorang, beliau menghadapkan wajahnya kepada
lawan bicaranya (At Thabrani dalam kitab Al Awsath 8/298), seakan-akan tidak ada
selainnya. Al Walid bin Al Mughirah datang pada Nabi Saw hendak mendebatnya,
beliau menyimaknya, dan setiap kali ia selesai berbicara, Rasulullah Saw dengan
penuh sopan santun berkata : apakah Anda sudah selesai berbicara wahai bapak Al
Walid ? (Kitab Al I'tiqad karangan Al Baihaqi), beliau menyimaknya dengan penuh
hormat, menunggunya hingga selesai berbicara, hal ini mengajarkan kita untuk
memberi kesempatan dan bergantian saat
berbicara dan berdialog.
Rasulullah Saw mengajarkan kita untuk berkata dengan
penuh hati-hati dan dengan ritme yang pelan dan hal ini termasuk dalam seni
berkomunikasi dan berpikir dengan baik, sehingga pendengar dapat memahami dan
menalar maksud dari ucapannya, dari Aisyah RA berkata:
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ r لَمْ يَكُنْ يَسْرُدُ الْحَدِيثَ
كَسَرْدِكُمْ. وقَالَتْ: إِنَّ النَّبِىَّ r كَانَ يُحَدِّثُ
حَدِيثاً لَوْ عَدَّهُ الْعَادُّ لأَحْصَاهُ
"Sesungguhnya
Rasulullah Saw tidak bicara cepat sebagaimana kalian. Ia berkata : sesungguhnya
Nabi Saw bila membicarakan sesuatu, jika ada orang yang mau menghitungnya,
niscaya ia dapat menghitungnya" (Muttafaq 'alaih)
Ia berkata :
كَانَ كَلاَمُ رَسُولِ اللَّهِ r كَلاَماً فَصْلاً يَفْهَمُهُ
كُلُّ مَنْ سَمِعَهُ
“Ucapan Rasulullah Saw adalah ucapan yang jelas
yang dapat dipahami oleh semua yang mendengarkannya” (Abu Daud 4839)
Dan sesungguhnya
kesempurnaan akal pembicara adalah ketika ia mampu memilih kata yang tepat saat
berbicara pada sesamanya dan tidak menyakiti dan membahayakan mereka, menjauh
dari setiap hal yang mengundang keraguan pada diri mereka. Sedangkan orang yang
bodoh adalah yang selalu mengundang emosi sesama dengan ungkapan kata yang
tidak masuk akal, Ali RA berkata :
حَدِّثُوا النَّاسَ بِمَا يَعْرِفُونَ، أَتُحِبُّونَ أَنْ
يُكَذَّبَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ
"Ajaklah manusia berkomunikasi dengan apa yang
mereka ketahui, apakah kalian senang mendustakan Allah dan Rasul-Nya ?”
(Bukhari 127)
Hamba Allah : Allah
Swt berfirman :
لاَّ خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ
بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ
ابْتَغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan
bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh
(manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma´ruf, atau mengadakan perdamaian di
antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan
Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar" (An Nisa 4 :
114)
Allah berfirman
:
مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir" (Qaaf 50 :
18)
Muslim sejati
adalah yang mampu menjaga lisanya dan melindunginyi berujar ucapan yang
menyakitkan orang lain, tidak berbicara hal yang tidak diketahuinya dan diyakini
kebenarannya, Rasulullah Saw bersabda :
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِباً أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seorang itu telah berdusta dengan
membicarakan semua yang ia dengar” (Muslim 5)
Perkataan itu
ibadah : bisa berpahala dan bisa menambah dosamu, Allah Swt berfirman :
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ* وَمَنْ
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya
pula" (Az Zalzalah 99 : 7-8)
Rasulullah Saw
bersabda :
الْكَلِمَةُ
الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ
“Ucapan baik berpahala sedekah”(Bukhari kitab Al Adab
bab 34 dan Ahmad 8332)
Bahkan
Rasulullah Saw menjadikan ucapan baik sebagai pelindung dari api neraka,
Rasulullah Saw bersabda :
اتَّقُوا
النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
“Berlindunglah kalian dari api neraka walaupun dengan separuh
kurma, maka bila tidak didapat maka dengan ucapan baik” (Muttafaq ‘alaih)
Barang siapa menginginkan keselamatan, maka ia harus memilih
ungkapan yang baik yang dapat menyelamatkannya, sebagai contoh saat berkomunikasi
dengan kedua orang tuanya maka gunakanlah kata-kata yang manis dan ucapan yang
baik, Allah Swt berfirman :
وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً
"Ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia" (Al Isra' 17 : 23)
Nabi Ibrahim AS berkomunikasi dengan ayahnya walaupun ia
mengingkarinya, tapi Ibrahim tetap menggunakan ungkapan lembut padanya : wahai
ayahku
Kedua pasangan suami isteri hendaknya memahami, menekuni dan
menggunakan ungkapan yang dapat meningkatkan rasa cinta dan kasih sayang antara
keduanya, dan Rasulullah Saw telah mencontohkan dengan memanggil
isteri-isterinya dengan nama-nama yang terindah untuk didengar,
فيقولُ لعَائِشَةَ رضي الله عنها :« يَا
عَائِشَ»
Beliau memanggil Aisyah dengan panggilan Ya Aisy” (Muttafaq
‘alaih)
Ya Allah
berilah kami selalu taufiq untuk selalu berbuat sesuai dengan cinta dan ridha-Mu,
berilah kami taufiq untuk selalu mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw
dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai
pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ
وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ
نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ،
فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ
وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba
Allah dengan sebenar-benarnya takwa, merasalah diawasi dalam keramaian dan
kesendirian dan ketahuilah bahwa agama kita memerintahkan kita untuk berkata
baik terhadap sesama, karenanya dianjurkan untuk menggunakan kalimat dan
ungkapan yang lembut terhadap mereka, Allah Swt berfirman :
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ
اللَّهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ
وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ* تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا
"Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke
langit,pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu
ingat" (Ibrahim 24 : 25)
Tidak meninggikan suara saat
berkomunikasi dengan mereka, Luqman memperaktekkannya dan dimuat didalam firman
Allah :
وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ
"Dan
lunakkanlah suaramu" (Luqman 19)
Rasulullah Saw berdabda :
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَىَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّى
مَجْلِساً يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقاً وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ
إِلَىَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّى مَجْلِساً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ
وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ
عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ فَمَا الْمُتَفَيْهِقُونَ؟ قَالَ:«
الْمُتَكَبِّرُونَ
“Sesungguhnya orang yang paling aku
cintai dan paling dekat kedudukannya denganku pada hari kiamat adalah yang
terbaik akhlaknya diantara kalian, dan sesungguhnya yang paling aku murkai dan
paling jauh kedudukannya dariku pada hari kiamat adalah orang yang banyak
bicara, pembual dan orang yang sombong. Mereka bertanya : wahai Rasulullah kami
sudah tahu arti tsartsarun (banyak bicara), Mutasyaddiqun (pembual), lalu apa
yang dimaksud dengan Al Mutafaihiqun ? Beliau menjawab : orang yang
sombong" (At Tirmidzi 2018)
Berkata baik itu
berarti menjaga perasaan orang lain, menyimak ucapannya, tidak memotong
ucapannya, tidak menyakitinya, tidak meremehkannya, tidak dengan mudah berbeda
dengannya, karena menjaga kasih sayang antara sesama itu lebih baik daripada
kehilangannya disebabkan hal yang sepele.
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ
أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
بِهَا عَشْراً»([3])
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ
الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا
ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا
إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا
وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا
قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا
قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ
الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا،
وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ
الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ
وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ
اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ
حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ. اللَّهُمَّ اغفِرْ
لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ
ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ
انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ
وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ
عَلَيْنَا. اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ
مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ
بِلاَدِ الْعَالَمِينَ([4]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ
] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ
تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([5])
No comments:
Post a Comment