Saturday, November 08, 2014

Khotbah Jum'at 32

Khutbah Jumat, 10 Rajab 1435 H / 09 Mei 2014
Wanita, kedudukan dan kontribusinya
Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ، مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ، نحمدُهُ سبحانَهُ حمدًا يليقُ بجلالِ وجهِهِ وعظيمِ سلطانِهِ، ونشكرُهُ شُكراً يُوافِي نِعَمَهُ وكريمَ إحسانِهِ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ تعظيمًا لشانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، وصفيُّهُ مِنْ خلقِهِ وخليلُهُ، صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى، قَالَ عَزَّ وَجَلَّ :] يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِنْ نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً[([1])
Kaum muslimin : sesungguhnya Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-Nya, disempurnakan kenikmatan untuk semesta alam, kemudian diutus nabi-Nya Muhammad Saw, diturunkan padanya Al Quran agar menjadi petunjuk bagi manusia menuju jalan yang lurus, Allah Swt berfirman :
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
“(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji” Rasulullah mengajak manusia menuju akhlak yang mulya, menghilangkan keburukan dan perpecahan, ditegakkan keadilan, hak dilindungi, setiap orang berhak mendapatkan haknya, dan setiap makhluk berhak mendapatkan kedudukannya, dan pada akhirnya manusia terselamatkan dari kedzaliman dan perpecahan, sehingga dengannya seluruh manusia menjadi bahagia.

Salah satu bentuk kebahagiaan yang diterima oleh manusia adalah bahwa agama ini melindungi kehormatan wanita, menjaga dan melindung hak-haknya, menyelamatkannya dari kedzaliman, dimana ia sangat terbelenggu sebelum Islam dan  kedudukannya terhinakan, Allah Swt berfirman :
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدّاً وَهُوَ كَظِيمٌ* يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu” (An Nahl 58-59)
Allah sangat murka pada mereka yang telah membelenggu wanita, memberangus hak-haknya dan bahkan membunuhnya pada saat ia masih balita, Allah Swt berfirman :
وَإِذَا المَوْءُودَةُ سُئِلَتْ* بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ
“Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikuburkan hidup-hidup diperiksa. Kerana dosa apakah mereka dibunuh” (At Takwir 81 : 8-9)

Ayat diatas menegaskan agar ia dilindungi, dihargai dan ia menjadi salah satu pintu dan media menuju surga, Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ كَانَ لَهُ ثَلاَثُ بَنَاتٍ، أَوْ ثَلاَثُ أَخَوَاتٍ، أَوِ ابْنَتَانِ أَوْ أُخْتَانِ، فَأَحْسَنَ صُحْبَتَهُنَّ وَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ، وَاتَّقَى اللَّهَ فِيهِنَّ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudari atau dua anak perempuan atau dua saudari, lalu dia bersikap baik dalam pergaulan dengan mereka, sabar terhadap mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa taqwa, maka baginya adalah surga” (Al Humaidi 769)

Hamba Allah : wanita menempati posisi yang tinggi di dalam Al Quran, hal itu terbukti dengan penyebutannya di dalam ayat-ayat Al Quran, Allah Swt berfirman :
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ والْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيراً وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu´, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar” (Al Ahzab 35) Ayat ini merupakan bukti bahwa wanita sama dengan lelaki dalam pembebanan dan pemberian, pahala dan balasan, Allah Swt berfirman :
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal shaleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun” (An Nisa' 124). Wanita adalah saudara kandung lelaki yang saling menolong antara sesamanya, Rasulullah Saw bersabda :
إنَّمَا النِّسَاءُ شَقَائِقُ الرِّجَالِ
“Sesungguhnya wanita adalah saudara kandung lelaki” (Abu Daud 236). Isteri adalah patner suami dalam membangun dan mendidik anak-anak, Rasulullah Saw bersabda :
وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ، وَهْىَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ
“Seorang isteri bertanggung jawab atas rumah suaminya dan anaknya, dan ia bertanggung jawab atas mereka” (Muttafaq ‘alaih)
Seorang wanita adalah saudari lelaki dalam mengemban tanggung jawab dan membangun kehidupan, dari Jabir bin Abdullah RA berkata :
طُلِّقَتْ خَالَتِي، فَأَرَادَتْ أَنْ تَجُدَّ نَخْلَهَا، فَزَجَرَهَا رَجُلٌ أَنْ تَخْرُجَ، فَأَتَتِ النَّبِىَّ r فَقَالَ:« بَلَى فَجُدِّي نَخْلَكِ، فَإِنَّكِ عَسَى أَنْ تَصَدَّقِي أَوْ تَفْعَلِي مَعْرُوفاً
"Bibiku dicerai oleh suaminya, lalu dia ingin memetik buah kurma, namun dia dilarang oleh seorang laki-laki untuk keluar rumah, kemudian ia mendatangi Nabi Saw untuk menanyakan hal itu, maka Nabi Saw menjawab : "Ya, boleh, petiklah buah kurmamu, semoga kamu dapat bersedekah atau berbuat kebajikan" (Muslim 1483)
Suatu hari Nabi Saw memasuki sebuah perkembungan seorang wanita yang dikenal dengan Umm Ma’bad, ia bercocok tanam dan bekerja di sana, Nabi Saw memberikan kabar gembira padanya seperti tersebut dalam sabdanya :
فَلاَ يَغْرِسُ الْمُسْلِمُ غَرْساً فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَلاَ دَابَّةٌ وَلاَ طَيْرٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Tiadalah bagi seorang muslim yang menanam suatu pohon, lalu sebagian dari hasilnya dimakan oleh manusia, binatang ternak dan burung kecuali baginya pahala sedekah hingga hari kiamat” (Muslim 1552)

Kaum mukminin : sesungguhnya Islam menjamin hak wanita dalam belajar, diberikan padanya porsinya yang sesuai untuk belajar dan membersihkan diri, seperti disebutkan bahwa Rasulullah Saw memberikan satu hari bagi wanita untuk  belajar, dari Abu Said Al Khudri RA berkata : seorang wanita datang pada Rasulullah Saw dan berkata :
جَاءَتِ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ r فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ الرِّجَالُ بِحَدِيثِكَ، فَاجْعَلْ لَنَا مِنْ نَفْسِكَ يَوْمًا نَأْتِيكَ فِيهِ، تُعَلِّمُنَا مِمَّا عَلَّمَكَ اللَّهُ، قَالَ:« اجْتَمِعْنَ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا» فَاجْتَمَعْنَ، فَأَتَاهُنَّ رَسُولُ اللَّهِ r فَعَلَّمَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَهُ اللَّهُ
“Wahai Rasulullah, orang-orang laki-laki pergi (mempelajari) hadismu, maka jadikanlah (luangkanlah) untuk kami dari dirimu (waktumu) sehari (dimana) kami bisa menjumpaimu pada hari itu dan engkau mengajarkan kepada kami apa yang telah Allah ajarkan kepadamu.” Rasul menjawab, “Datanglah pada hari ini dan ini di tempat ini dan ini.” Maka mereka berkumpul dan Rasulullah saw. mendatangi mereka lalu mengajarkan apa yang telah Allah ajarkan kepada beliau" (Muttafaq 'alaih). Aisyah RA berkata :
نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الأَنْصَارِ لَمْ يَمْنَعْهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ
“Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar. Rasa malu tidak menghalangi mereka untuk memperdalam ilmu agama”(Bukhari kitab Ilmu dan Ibnu Majah 642)

Sebagaimana menghargai dan menghormati pendapat wanita merupakan hak dasar yang diabadikan oleh Allah dalam Al Quran, diantaranya gugatan seorang wanita terhadap Rasulullah mengenai suaminya, Allah Swt berfirman :
قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat" (Al Mujadilah 58 : 1).  Lihatlah wahai hamba Allah bagaimana Islam menghargai pendapat wanita, memperhatikan gugatannya dan berwasiat padanya dengan kebaikan, Rasulullah bersabda :
اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْراً
“Berwasiatlah kalian kebaikan terhadap para wanita” (Bukhari 5186)

Beruntunglah orang yang berwasiat baik terhadap wanita, memperlakukan ibunya dengan baik dan berbakti kepadanya, dan berbahagialah orang yang mendidik anak-anak perempuannya dan mengajarkannya, betapa beruntungnya orang yang melindungi saudari-saudarinya dan berlaku baik pada mereka, sungguh indah orang yang menghargai isterinya dan menghargai kontribusinya serta memperlakukannya dengan baik, dengan demikian ia telah berteladan pada Rasulullah dan menyempurnakan keimanannya, disebutkan dalam sabdanya :
إِنَّ مِنْ أَكْمَلِ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَاناً أَحْسَنَهُمْ خُلُقاً وَأَلْطَفَهُمْ بِأَهْلِهِ
“Sesungguhnya orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang terbaik akhlaknya dan terlembut terhadap keluarganya”(At Tirmidzi 2612)

Ya Allah berilah kami selalu taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah pada Allah wahai hamba Allah dengan sebenar-benarnya takwa, merasalah diawasi dalam keramaian dan kesendirian dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Islam menghargai wanita dari berbagai sisi, Rasulullah Saw bersabda :
خِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقاً
 “Sebaik-baik kalian yang terbaik akhlaknya pada isteri-isteri kalian” (At Tirmidzi 1162)
Berangkat dari arahan kenabian ini, negara Uni Emirates Arab memberikan perhatian penuh terhadap wanita, menghargainya, menjaga hak-haknya, memberinya pekerjaan yang sesuai dengan cita-citanya, memberinya kesempatan untuk memegang peran yang telah dibebankan padanya baik dalam keluarga dan masyarakatnya, sehingga ia dapat berkontribusi aktif dalam segala bidang, kemampuan dan keahliannya telah terbukti saat ia menduduki beberapa jabatan penting, sehingga putri Emirate menjadi simbol bagi wanita yang menjaga nilai-nilai agamanya dan adat istiadat tanah airnya, dan kini Emirates menerima posisi yang tinggi diantara negara-negara dunia, dan menduduki peringkat pertama dunia dalam penghargaan wanita seperti disebutkan dalam laporan global khusus yang mengukur perkembangan sosial di berbagai negara dunia.

Yang Mulya Wakil Kepala Negara kita menegaskan bahwa di Emirate wanita dihargai, dihormati dan bermartabat, karena agama kita adalah Islam dan karena pendiri negara kita adalah Zayed, dan dibalik kemajuan kita terdapat nilai-bilai Arab yang murni yang mengaturnya.
Yang Mulya menjelaskan, bahwa : Kami menghargai wanita, menghargai pengorbanannya, menghargai pekerjaannya, menghargai keterlibatannya dalam mendidik dan mencetak generasi negeri ini, menghargainya sebagai ibu, saudari, isteri dan anak, menghargainya sebagai guru, insinyur, dokter, pegawai dan patner dalam pembangunan negeri ini, dan wanita adalah bagaikan ruh dan ia tempat segala penghargaan dan penghormatan.
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3])
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْعَالَمِينَ([4]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([5])
http://www.awqaf.gov.ae/Jumaa.aspx?SectionID=5&RefID=2279


Khutbah Jumat, 17 Rajab 1435 H / 16 Mei 2014
Istighfar
Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ غَافِرِ الذَّنبِ، وَقَابِلِ التَّوْبِ، شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ، نحمدُهُ سبحانَهُ فلَهُ القوةُ والحولُ, وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، هُوَ أَهْلُ التَّقْوَى وَأَهْلُ الْمَغْفِرَةِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، وصفيُّهُ مِنْ خلقِهِ وخليلُهُ، صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى، فاتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ, قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ]يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ[([1])
Kaum muslimin : sesungguhnya manusia diciptakan memiliki tabiat teledor dan lupa, dan dapat terjatuh dalam kesalahan dan kemaksiatan, Allah Swt Maha Pengasih terhadap ciptaan-Nya, Maha Penyayang terhadap mereka, mereka selalu ditutupi kesalahannya, mereka selalu diliputi oleh ampunan-Nya, Allah Swt berfirman :
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya, sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Az-Zumar : 53). Artinya : Allah menutup dosa mereka dengan ampunannya bagi siapa yang berhak, meninggalkan siksa pada mereka bila mereka bertaubat darinya (Tafsir At Thabari 21/311), maka bertaubatlah kalian semua pada Allah wahai kaum mukiminin, serta janganlah berani untuk melanggar-Nya,  melakukan kemaksiatan pada-Nya, dan takutlah kalian dimana kalian akan dikembalikan pada Tuhan kalian, dibeberkan semua catatan perbuatan kalian, makan janganlah kalian membubuhi catatan kalian dengan catatan yang menyedihkan, bersegeralah bertaubat dan kembali pada-Nya, beristighfar dari segala dosa, dan ampunan-Nya meliputi semua dosa-dosa orang-orang yang bertaubat, dan rahmat-Nya meliputi semua makhluk-Nya, Allah Swt berfirman :
إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ
“Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunan-Nya” (An-Najm : 32). Allah mengajak semua hamba-Nya agar bertaubat dari dosa yang pernah dilakukannya serta meminta ampun dari kesalahannya, Allah Swt berfirman :
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya” (Hud 3). Disebutkan dalam hadits Qudsi :
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا، فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat kesalahan di malam dan di siang hari, dan Aku mengampuni semua dosa, maka mintalah kalian pada-Ku, Aku akan mengampuni kalian” (Muslim 55)



Istighfar wahai hamba Allah termasuk salah satu perbuatan yang dapat mendekatkan diri pada Allah yang paling penting dan termasuk ketaatan yang paling agung, ia termasuk salah satu derajat ketakwaan dan inti dari ketakwaan itu sendiri, istighfar adalah meminta ampun dan meminta ditutupnya dosa di dunia dan memohon agar tidak diberikan siksa di dunia dan akhirat, istighfar tidak datang kecuali atas penyesalan dan niat yang tulus untuk keluar dari dosa tersebut serta tidak mau kembali padanya (At Tahrir wat Tanwir 4/92), Allah Swt berfirman :
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
( Ali Imran : 135)

Hamba Allah : sesungguhnya pada istighfar terdapat banyak faedah dan manfaat, diantaranya adalah bahwa ia dapat menghapus kesalahan dan dosa, menghapus kejahatan yang tidak berkelanjutan, Allah Swt berfirman :
وَمَن يَعْمَلْ سُوءاً أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُوراً رَّحِيماً
“Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (An Nisa’ 4 : 110). Dari Anas bin Malik RA berkata : Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda : Allah Swt berfirman :
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا، ثُمَّ لَقِيتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
“Wahai Anak Adam, sesungguhnya selama engkau berdoa dan berharap pada-Ku, Aku akan berikan ampunan padamu atas dosa-dosamu dan Aku tak peduli, wahai Anak Adam, jika dosamu mencapai awan di langit kemudian kau minta ampun padaku, maka Aku akan mengampunimu dan Aku tidak peduli, wahai Anak Adam, sesungguhnya jika kau mendatangi-Ku dengan sepenuh bumi kesalahan, kemudian kau menemui-Ku tidak mempersekutukan sesuatu dengan-Ku, maka Aku akan mendatangimu dengan sepenuh bumi ampunan” (At Tirmidzi 3540)

Bila seorang hamba melepaskan diri dari dosanya dan meminta ampun kepada Tuhannya, maka hatinya akan dibersihkan, akan dicuci dari karatnya dan akan dihilangkan kotorannya darinya, Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّ العَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ
“Sesungguhnya seorang hamba, apabila melakukan satu perbuatan maksiat maka akan dititikkan dalam hatinya satu titik hitam, jika dia meninggalkannya, memohon ampun dan bertaubat, hatinya akan dibersihkan” (At Tirmidzi 3334).

Ketahuilah wahai hamba Allah sesungguhnya istighfar merupakan pintu perluasan rezeki dan kemakmuran, pintu kenikmatan dengan segala manfaat keduniawian dan pemberian Allah, maka barang siapa yang tersendat rezekinya, maka hendaknya meminta ampun kepada Tuhannya dari segala dosanya, seperti disebutkan di dalam Al Quran dalam kisah Nuh AS :
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا* يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا* وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
“Maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai" (Nuh 71 : 10-12). Barang siapa selalu beristighfar, maka Allah akan memberikannya kebaikan dalam kehidupan, menghilangkan darinya segala gundah dan bencana, dibukakan darinya segala kesempitan, Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ أَكْثَرَ مِنَ الاِسْتِغْفَارِ؛ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجاً، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجاً، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ
“Barang siapa memperbanyak  istighfar, maka Allah akan menjadikan setiap kegundahannya lapang, memberinya  jalan keluar dari setiap kesempitan dan memberinya  rezeki dari arah yang tidak  ia sangka-sangka” (Ahmad 2273)

Kaum mukminin : istighfar adalah jalan yang ditempuh para nabi, walaupun mereka mendapatkan kedudukan yang tinggi, walaupun mereka dilindungi dari segala dosa dan walaupun mereka termasuk manusia pilihan, tapi istighfar yang mereka lakukan sebagai ibadah dan pendekatan diri kepada Tuhan mereka dan sebagai bentuk syukur dan pujian, oleh karena itu Nabi Adam dan isterinya keduanya meminta ampunan kepada Allah dalam doa keduanya :
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi” (Al-A'raf : 23). Begitu pula dengan Nabi Nuh AS dalam doanya :
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِناً وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan” (Nuh 71 : 28). Nabi Musa AS bermunajat kepada Tuhannya, disebutkan dalam firman Allah :
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِأَخِي وَأَدْخِلْنَا فِي رَحْمَتِكَ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
"Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang” (Al-A'raf  : 151). Allah Swt berfirman mengisahkan Nabi Daud AS :
فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ
“Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat” ( Shaad  : 24)
Allah Swt menyebutkan doa Nabi Sulaiman dalam firman-Nya :
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكاً لا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi” ( Shaad  : 35). Rasulullah Saw bersabda :
إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِي كُلِّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Sesungguhnya aku beristighfar kepada Allah pada setiap hari seratus kali” (Muslim 2702). Abu Hurairah RA menceritakan kondisi Nabi Saw :
 مَا جَلَسْتُ إِلَى أَحَدٍ أَكْثَرَ اسْتِغْفَارًا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ r
“Aku belum pernah duduk bersama seseorang yang lebih banyak istighfarnya melebihi Rasulullah Saw” (Shahih Ibnu Hibban 3/207)

Jagalah selalu untuk tetap mengikuti sunnah Nabi Saw, dengan selalu beristighfar di pagi dan di sore hari, bersungguh-sungguhlah dalam beristighfar dan terutama pada waktu-waktu dikabulkannya doa, terutama setelah menunaikan setiap ibadah,
كَانَ النَّبِيُّ r إِذَا سَلَّمَ مِنَ الصَّلاَةِ الْمَفْرُوضَةِ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ ثَلاَثاً
Nabi Saw setelah salam shalat wajib, beliau beristighfar kepada Allah tiga kali” (Muslim 591). Perbanyaklah istighfar pada waktu sahur, dan Allah telah memuji orang-orang yang bertakwa dalam firman-Nya :
كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ* وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam.
Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar” ( Adz-Dzaariyat  : 17-18)

Jangan lupa untuk beristighfar pada Tuhanmu dalam setiap penutupan majlismu, Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ جَلَسَ فِي مَجْلِسٍ فَكَثُرَ فِيهِ لَغَطُهُ, فَقَالَ قَبْلَ أَنْ يَقُومَ مِنْ مَجْلِسِهِ ذَلِكَ: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ, أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ, أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ, إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا كَانَ فِي مَجْلِسِهِ ذَلِكَ
“Barang siapa yang duduk dalam satu majlis lalu banyak salahnya, kemudian ia berdoa sebelum bangun dari majlisnya : Maha suci Engkau ya Allah dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, aku mohon ampun pada-Mu dan aku bertaubat pada-Mu, niscaya diampuni baginya yang terjadi pada majlisnya” (At Tirmidzi 3433)
Anda wahai hamba Allah hendaknya memperbanyak minta ampun pada Tuhanmu, karena ia merupakan bekal bagi orang-orang yang bertaubat, tempat bersandar orang-orang yang menyesali dosanya, dan merupakan salah satu sifat hamba-hamba Allah yang bertakwa.

Ya Allah, kami memohon ampun pada-Mu dari segala dosa kami, bebaskan kami dari segala kekurangan kami, dan  berilah kami selalu taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah pada Allah wahai hamba Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan ketahuilah bahwa Nabi Saw telah mengajarkan kita beberapa teks istighfar, diantaranya adalah :
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ
“Aku meminta ampun kepada Allah dan bertaubat pada-Mu” (Muslim 484). Dari Abu Bakar As Shiddiq RA bahwa Rasulullah Saw mengajarkan doa kepadaku sebuah doa yang dibaca dalam shalatku, bacalah :
قُلِ اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْماً كَثِيراً وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِي، إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Ya Allah, sesungguhnya aku telah banyak berbuat dzalim terhadap diriku, tidak ada yang akan mengampuni dosa-dosa itu kecuali Engkau, karena itu (Ya Allah), ampunilah diriku dengan ampunanMu dan kasih-sayangilah aku, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Bukhari 834)
Dari Syadad bin Aus RA dari Nabi Saw : penghulu istighfar adalah membaca :
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ» قَالَ:« وَمَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا، فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا، فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ
(Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tiada Tuhan  selain Engkau, Engkau telah menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu dan aku selalu berusaha menepati ikrar dan janjiku kepada-Mu dengan segenap kekuatan yang aku miliki, Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku,  Aku mengakui betapa besar nikmat-nikmat-Mu yang tercurah kepadak,  dan Aku tahu dan sadar betapa banyak dosa yang telah Aku lakukan, karenanya, ampunilah aku, tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau).”  Barangsiapa yang membacanya di siang hari dan dia betul-betul meyakininya, lalu dia meninggal dunia pada hari itu, maka dia termasuk penghuni surga, barang siapa yang membacanya di malam hari dan dia betul-betul meyakininya, lalu dia meninggal dunia pada sebelum menjelang pagi, maka dia termasuk penghuni surga.” (Bukhari 6306)

هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3])
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
اللَّهُمَّ اجعلْنَا مِنَ الْمُلازِمينَ الاستغفارَ بالليلِ والنهارِ، وَتَقَبَّلْهُ منَّا يَا عزيزُ يَا غفارُ، اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْعَالَمِينَ([4]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([5])



Khutbah Jumat, 24 Rajab 1435 H / 23 Mei 2014
Isra’ Mi’raj
Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، سُبْحَانَهُ يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، وَصَفِيُّهُ مِنْ خلقِهِ وَخَلِيلُهُ، أَيَّدَهُ اللَّهُ تَعَالَى بالآياتِ الساطِعَةِ، والْمُعْجِزَاتِ البَاهِرَةِ، صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً* يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً[([1])
Kaum muslimin : Allah telah memulyakan manusia dengan memberinya akal, membebaninya dengan tugas dan mengutus kepadanya para nabi dan rasul, Allah Swt berfirman :
اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ المَلائِكَةِ رُسُلاً وَمِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
“Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” ( Al-Hajj : 75)
Allah menganugerahkan para nabi dan rasul-Nya dengan nikmat, kehormatan dan penghargaan, agar mereka dapat menunaikan tugas penyampaian dan penjelasan risalah-Nya, Allah Swt berfirman :
فَهَلْ عَلَى الرُّسُلِ إِلاَّ الْبَلاغُ الْمُبِينُ
“Maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang” ( An-Nahl  : 35)

Sebagaimana Allah telah melengkapi para nabi dan rasul-Nya dengan beberapa mukjizat, ayat-ayat penguat yang diberikan pada mereka, agar kebenaran dan kesempunaan kenabian mereka terbuktikan, dan nabi kita Muhammad Saw diberikan mukjizat khusus yang belum diberikan kepada malaikat dan kepada seorang nabi pun sebelumnya, maka setelah berlalu 12 tahun dari diutusnya rasulullah Saw setelah beliau mendapatkan pendustaan, kekerasan dan penolakan, beliau memohon pada Tuhannya :
أَعُوذُ بِنُورِ وَجْهِكَ الَّذِي أَشْرَقَتْ لَهُ الظُّلُمَاتُ، وَصَلَحَ عَلَيْهِ أَمْرُ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ أَنْ تُنْزِلَ بِي غَضَبَكَ أَوْ تُحِلَّ عَلَيَّ سَخَطَكَ، لَكَ الْعُقْبَى حَتَّى تَرْضَى وَلا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلا بِكَ
“Aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu yang menerangi kegelapan, dan memperbaiki urusan dunia dan akhirat, jangan Engkau timpakan murka-Mu kepada-Ku atau jangan Engkau alamatkan padaku amarah-Mu, kepada-Mu aku kembali hingga Engkau ridha dan tidak daya dan upaya kecuali dengan bantuan-Mu”(At Thabrani dalam kitab Ad Du’a)

Allah mengabulkan doa beliau dan menghiburnya dengan mengundangnya dalam perjalanan isra’ dan mi’raj, Allah Swt berfirman :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ المَسْجِدِ الحَرَامِ إِلَى المَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha  yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami, sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Al Isra’ 17 : 1)

Allah mengumpulkan semua nabi di masjid Al Aqsha, memerintakan Rasulullah Saw untuk menjadi imam mereka dan beliau merupakan penutup kerasulan dan kenabian, kemudian setelah Rasulullah Saw dimi’rajkan ke langit untuk menjumpai Tuhannya dan mendapatkan perintah-Nya, sebuah perintah yang dapat mengangkat derajat ummatnya hingga hari kiamat, perintah yang didapatkan dari Tuhannya adalah kewajiban shalat, perintah shalat  lima puluh waktu menjadi lima waktu setelah diringankan, Rasulullah Saw bersabda :  
فَلَمْ أَزَلْ أَرْجِعُ بَيْنَ رَبِّي تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَبَيْنَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ حَتَّى قَالَ: يَا مُحَمَّدُ إِنَّهُنَّ خَمْسُ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، لِكُلِّ صَلاَةٍ عَشْرٌ فَذَلِكَ خَمْسُونَ صَلاَةً
“Maka terus menerus aku pulang balik antara Tuhanku Tabaraka wa Ta’ala dan Musa AS, sampai pada akhirnya Allah berfirman:“Wahai Muhammad, sesungguhnya ini adalah 5 shalat sehari semalam, setiap shalat (pahalanya) 10, maka semuanya 50 shalat” (Muttafaq ‘alaih)”

Shalat merupakan mi’raj kemulyaan bagi seorang mukmin untuk menjumpai Tuhannya dalam kesenangan dan kesusahan, oleh karena itu disebutkan bahwa : shalat adalah mi’raj seorang mukmin, seorang muslim dapat bermi’raj  lima kali sehari bermunajat pada Tuhannya, bertasbih dan mengangungkan-Nya, hal ini sejalan dengan firman Allah dalam sabda Rasulullah Saw :

قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي. وَإِذَا قَالَ: الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَىَّ عَبْدِي. وَإِذَا قَالَ: مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ. قَالَ: مَجَّدَنِي عَبْدِي. فَإِذَا قَالَ: إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ. قَالَ: هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ. فَإِذَا قَالَ: اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ. قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ
"Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku dua bagian, dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya. Apabila seorang hamba membaca:
"
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ " (Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam), maka Allah berfirman: "Hamba-Ku memuji Aku." Apabila ia membaca " الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ " (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang), maka Allah berfirman: "Hamba-Ku menyanjung Aku."Apabila ia membaca: " مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ " (Penguasa  hari Pembalasan), maka Allah berfirman: "Hamba-Ku memuliakan Aku", Apabila ia membaca: "إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين" (Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan), Allah berfirman: "Ini antara Aku dan hambaKu, dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya.
Apabila ia membaca: "
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ " (Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri petunjuk atas mereka bukan [jalan] orang-orang yang dimurkai atas mereka dan bukan [jalan] orang-orang yang sesat). Maka, Allah berfirman: "Ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya" (Muslim 395). Gunakanlah nikmat shalat ini dalam mi’raj kalian menuju Tuhan kalian, perbaikilah shalat kalian, hayatilah bacaan kalian, jagalah rukun dan kekhusuan doa kalian, karena orang yang beruntung adalah orang yang khusu’ dalam shalatnya, Allah Swt berfirman :
قَدْ أَفْلَحَ المُؤْمِنُونَ* الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusu’ dalam shalatnya” (Al Mukminun 1-2)

Kaum mukminin : Nabi Muhammad Saw menyaksikan surga dan segala kenikmatannya dalam perjalanan mi’rajnya, beliau menyaksikan neraka dan kesengsaraan penghuninya, di dalam surga beliau menyaksikan balasan orang-orang yang rajin menunaikan ibadah sunnah dari hamba-hamba-Nya yang shaleh, dari Ibnu Abbas RA berkata :
لَيْلَةَ أُسْرِىَ بِنَبِىِّ اللَّهِ r دَخَلَ الْجَنَّةَ فَسَمِعَ مِنْ جَانِبِهَا وَجْساً([2]) قَالَ:« يَا جِبْرِيلُ مَا هَذَا؟». قَالَ: هَذَا بِلاَلٌ الْمُؤَذِّنُ
 pada malam isra’ Nabi Saw, beliau memasuki surga dan mendengar bisikan dari sisinya dan berkata : wahai Jibril, ini apa ? Ia menjawab : ini Bilal tukang adzan" (Musnad Imam Ahmad 2366)

وَحِينمَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ r لبلالٍ:« يَا بِلاَلُ حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ عِنْدَكَ فِي الإِسْلاَمِ مَنْفَعَةً، فَإِنِّي سَمِعْتُ اللَّيْلَةَ خَشْفَ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَىَّ فِي الْجَنَّةِ» قَالَ بِلاَلٌ: مَا عَمِلْتُ عَمَلاً فِي الإِسْلاَمِ أَرْجَى عِنْدِي مَنْفَعَةً مِنْ أَنِّي لاَ أَتَطَهَّرُ طُهُوراً تَامًّا فِي سَاعَةٍ مِنْ لَيْلٍ وَلاَ نَهَارٍ إِلاَّ صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُورِ مَا كَتَبَ اللَّهُ لِي أَنْ أُصَلِّىَ([3]).
Dan ketika itu Rasulullah Saw bertanya pada Bilal : Wahai Bilal, ceritakan padaku amalan yg paling kau harapkan manfaatnya dalam Islam yg pernah kau perbuat, karena sesungguhnya aku mendengar pada malam itu suara dua sandalmu di sisiku di surga" Bilal menjawab :Tidak ada amalan yg paling aku harapkan kemanfaatannya dalam Islam, selain dari aku selalu bersuci dg sempurna dalam satu jam pada  siang dan malam, dan aku selalu shalat setelah bersuci selain shalat wajib" (Muslim 2458)
Beruntunglah orang yang menunaikan ibadah sunnah karena Allah, dan menyibukkan waktunya dengan berdzikir kepada-Nya.

Pada malam mi’raj Nabi Saw menyaksikan kaum yang disiksa karena mereka sibuk dengan kehormatan orang lain, Rasulullah Saw bersabda :
لَمَّا عُرِجَ بِي مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمِشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلاَءِ يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَؤُلاَءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ
“Ketika aku dimi’rajkan aku melewati satu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga, mereka mencakar wajah mereka dan dada mereka sendiri, lalu aku bertanya : siapakah mereka itu wahai Jibril ? Ia menjawab : mereka adalah orang-orang yang suka makan daging sesamanya dan menjatuhkan kehormatan mereka”(Abu Daud 4878)

Seorang mukmin hendaknya menjauh dari menggunjing dan berdusta, menjauh dari keduanya sebagai pengamalan atas perintah Allah Swt, disebutkan dalam firman-Nya :
وَلاَ يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضاً أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتاً فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
“Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain, sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang” ( Al Hujurat 49 : 12)

Hamba Allah : sepulang Rasulullah Saw dari perjalanan penuh berkah tersebut, para penduduk Makkah mencibir, mentertawakan dan mendustai kejadian tersebut, sebagian mereka berkata : apakah kau mampu memberi gambaran tentang masjid tersebut pada kami ?
لَمَّا كَانَ لَيْلَةُ أُسْرِيَ بِي وَأَصْبَحْتُ بِمَكَّةَ فَظِعْتُ بِأَمْرِي([4]) وَعَرَفْتُ أَنَّ النَّاسَ مُكَذِّبِيَّ». فَقَعَدَ مُعْتَزِلاً حَزِيناً فَمَرَّ أَبُو جَهْلٍ فَجَاءَ حَتَّى جَلَسَ إِلَيْهِ فَقَالَ لَهُ كَالْمُسْتَهْزِئِ: هَلْ كَانَ مِنْ شَىْءٍ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r :« نَعَمْ». قَالَ: مَا هُوَ؟ قَالَ:« إِنَّهُ أُسْرِيَ بِي اللَّيْلَةَ». قَالَ: إِلَى أَيْنَ؟ قَالَ« إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ». قَالَ: ثُمَّ أَصْبَحْتَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْنَا. قَالَ:« نَعَمْ». قَالَ: أَرَأَيْتَ إِنْ دَعَوْتُ قَوْمَكَ تُحَدِّثُهُمْ مَا حَدَّثْتَنِي؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r :« نَعَمْ». فَقَالَ: هَيَا يَا مَعْشَرَ بَنِي كَعْبِ بْنِ لُؤَيٍّ حَتَّى انْتَفَضَتْ إِلَيْهِ الْمَجَالِسُ وَجَاءُوا حَتَّى جَلَسُوا إِلَيْهِمَا... فَحَدَّثَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ r فَمِنْ بَيْنِ مُصَفِّقٍ وَمِنْ بَيْنِ وَاضِعٍ يَدَهُ عَلَى رَأْسِهِ مُتَعَجِّباً، قَالُوا: وَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَنْعَتَ لَنَا الْمَسْجِدَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r :« فَذَهَبْتُ أَنْعَتُ فَمَا زِلْتُ أَنْعَتُ حَتَّى الْتَبَسَ عَلَىَّ بَعْضُ النَّعْتِ فَجِيءَ بِالْمَسْجِدِ وَأَنَا أَنْظُرُ حَتَّى وُضِعَ دُونَ دَارِ عِقَالٍ أَوْ عَقِيلٍ فَنَعَتُّهُ وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَيْهِ». فَقَالَ الْقَوْمُ: أَمَّا النَّعْتُ فَوَاللَّهِ لَقَدْ أَصَابَ
Dari Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : “Pada malam hari dimana aku dimi'rajkan, dan di pagi hari aku berada Makkah, aku merasa perkara ini sangat berat dan aku tahu bahwa manusia mendustakanku. Maka beliau duduk menyendiri dalam keadaan sedih, lalu Abu Jahal lewat dan datang duduk di sisiku dan bertanya seperti orang yang mengejek : apa ada berita baru ? Rasulullah Saw  menjawab : Benar. ia bertanya ; Apa itu ? Beliau menjawab : sesungguhnya aku dimi’rajkan tadi malam ? ia bertanya : kemana ? Rasulullah menjawab : ke Baitul maqdis. Ia berkata: dan pagi ini kau telah berada diantara kita ? Beliau menjawab : Benar. ia berkata : bagaimana jika aku panggil kaummu dan kau ceritakan kepada mereka sebagaimana engkau ceritakan kepadaku? Rasulullah menjawab : iya. Ia berkata : wahai kaum Bani Luay, kemarilah . Sehingga mereka berdatangan dan duduk dihadapan keduanya. Rasulullah Saw menceritakan pada mereka, sebagain mereka ada yang bertepuk tangan, ada pula yang meletakkan tangannya diatas kepalanya karena kagum, mereka berkata : Apakah kau bisa menggambarkan kepada kami tentang Baitul Maqdis ? Nabi bersabda : kemudian aku menceritakan tentang Baitul maqdis, sehingga aku bingung mengenai sebagian sifat akhirnya ditampakkan masjid itu dan aku dapat melihat sehingga diletakkan di depan rumah Iqal atau Uqail dan aku menggambarkannya seakan aku melihat kepadanya. Kaum itu berkata : Semua yang diceritakan itu benar" (Musnad Ahmad 2837)
  
Sesungguhnya kejadian ini merupakan penguat dari Allah terhadap rasul-Nya pada saat kaum musyrikin mendustakannya. Dan kejadian ini menambah keimanan kaum mukminin serta kepercayaan mereka pada Rasulullah Saw tanpa keraguan sedikit pun. Dan begitulah hendaknya seorang muslim beriman kepada hal yang ghaib dengan penuh keyakinan.
Ya Allah berilah kami ketetapan atas keimanan dan kekuatan untuk berteladan pada Rasulullah Saw, dan berilah kami selalu taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dengan sebenar-benarnya takwa, merasalah diawasi dalam keramaian dan kesendirian dan ketahuilah bahwa sesungguhnya perjalanan isra’ dan mi’raj merupakan penghargaan untuk nabi Saw dan sebagai balasan atas kesungguhan dan kesabarannya, sebagai penguat hatinya, sebagai penghibur atas kesedihan yang dialami atas wafatnya paman dan isterinya, dan sebagai pengangkat kedudukannya, karena semua manusia di dunia ini pasti mengalami cobaan, Allah Swt berfirman :
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi ? (Al Ankabut 29 : 2)
Seorang mukmin hendaknya memiliki sifat sabar dalam hidupnya, bersungguh-sungguh dalam menggapai tujuannya, maka bila Anda wahai hamba Allah telah berusaha dan belum terbuka pintu itu bagi anda, maka kembalilah pada Allah semoga Dia mengangkat kesempitan darimu, dibukakan pintu pengabulan, jalan keluar dan taufiq untuk Anda, Rasulullah Saw bersabda :
اعْلَمْ أَنَّ فِي الصَّبْرِ عَلَى مَا تَكْرَهُ خَيْراً كَثِيراً، وَأَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
“Ketahuilah sesungguhnya dalam kesabaran atas yang tidak kau senangi terdapat kebaikan yang melimpah, sesungguhnya kemenangan berada bersama kesabaran, dan jalan keluar berada bersama cobaan, dan sesungguhnya bersama kesusahan terdapat kemudahan”(Ahmad 2857)
Khabar gembira bagi Anda yang bersabar atas musibah yang menimpa Anda, khabar gembira berupa jalan keluar dari Allah, surga-Nya dan keberutungan dengan limpahan rahmat-Nya, Allah Swt berfirman :
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ * الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ* أُوْلَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُوْلَئِكَ هُمُ المُهْتَدُونَ
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (Al Baqarah 2 : 155-157)

هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([5]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([6])
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْعَالَمِينَ([7]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([8])
http://www.awqaf.gov.ae/Jumaa.aspx?SectionID=5&RefID=2283


Khutbah Jumat, 01 Sya’ban 1435 H / 30 Mei 2014
Perkataan yang baik
Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، خَلَقَنَا فِي أحْسَنِ تقويمٍ، وصَوَّرَنَا فِي أجملِ صورةٍ، وَأَسْبَغَ علينَا نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً، نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلاَلِ وَجْهِهِ وَعَظِيمِ سُلْطَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، وصَفِيُّهُ مِنْ خلقِهِ وخليلُهُ، أمرَنَا بِطِيبِ الكلامِ، وحفْظِ الجوارحِ واللسانِ، ووعدَنَا عَلَى ذلكَ بالجنانِ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ)([1])
Kaum muslimin : Allah telah memulyakan manusia dengan Al Quran dan memberikan mereka nikmat berbicara dan menyatakan, Allah Swt berfirman :
 الرَّحْمَنُ* عَلَّمَ القُرْآنَ* خَلَقَ الإِنسَانَ* عَلَّمَهُ البَيَانَ
"(Tuhan) Yang Maha Pemurah,Yang telah mengajarkan al Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara" (Ar Rahman 55 : 1-4)
Allah menurunkan pada nabi-Nya perkataan terbaik, Allah Swt berfirman :
اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَاباً مُتَشَابِهاً مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ
"Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang , gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun"' (Az Zumar 39 : 23)
Allah menerangkan bahwa kitab-Nya adalah perkataan yang baik, karena ungkapan baik memberi pengaruh yang sangat besar dalam melembutkan hati, mendidik jiwa dan barang siapa yang baik batinnya maka perkataannya akan ikut baik dan akan membawanya pada jalan yang lurus, Allah Swt berfirman :
وَهُدُوا إِلَى الطَّيِّبِ مِنَ الْقَوْلِ وَهُدُوا إِلَى صِرَاطِ الْحَمِيدِ
"Dan mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang baik dan ditunjuki (pula) kepada jalan (Allah) yang terpuji" (Al Hajj 22 : 24)
Perkataan baik lagi benar akan menjadi penyebab baiknya perbuatan dan diampuninya dosa-dosa, Allah Swt berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً* يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar" (Al Ahzab 33 : 70-71)
Para mufassir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan perkataan  yang lurus adalah ucapan yang lahirnya sesuai dengan batinnya, yang diinginkan hanyalah ridha Allah dan mendamaikan antara dua orang yang bertikai (Tafsir Al Qurthubi 14/253)

Allah berwasiat kepada hamba-hamba-Nya untuk berkata baik, Allah Swt berfirman :
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْناً
"Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia" (Al Baqarah 2 : 83)
Bahkan Dia memerintahkan mereka agar memilih kata-kata yang terbaik dan yang paling tepat, Allah Swt berfirman :
وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَتِي هِيَ أَحْسَنُ
"Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar)"' (Al Isra' 17 : 53)
Ungkapan indah merupakan media pengantar yang mampu menjelajahi setiap hati dan mencegah dari segala kedengkian, Allah Swt berfirman :
وَلاَ تَسْتَوِي الحَسَنَةُ وَلاَ السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan, tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia" (Fusshilat 41 : 34)
Rasulullah Saw menjelaskan bahwa ucapan baik memiliki pengaruh besar pada sesama, Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah baik atau diam” (Muttafaq ‘alaih)

Hamba Allah, sesungguhnya tempat pertemuan bagaikan sekolah, kesejatian seseorang tergantung pada perkataan yang keluar darinya, dan Rasulullah Saw telah mengarahkan kita pada perkataan dan ungkapan yang baik dalam berkomunikasi dengan sesama, termasuk dalam kategori ungkapan baik adalah dengan meringkas ucapan, terutama dihadapan orang-orang yang lebih tua, dihadapan orang yang memiliki jabatan dan dihadapan orang alim, barang siapa yang ringkas perkataannya dan menjauh dari ucapan sia-sia, maka ia telah tergolong ke dalam orang yang beruntung, Allah Swt berfirman :
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ* الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ* وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu´ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna" (Al Mu'minun 23 : 1-3)
Banyak bicara banyak salah dan terkadang terjatuh pada salah ucap, dan barang siapa lalai dari berdzikir kepada Allah dalam ucapannya, maka manusia akan berpaling darinya dan dari pembicaraannya, oleh karena itu disebutkan bahwa sebaik-baiknya ucapan adalah yang ringkas dan berisi, dari Umar RA berkata : Rasulullah Saw bersabda :
لاَ تُكْثِرُوا الْكَلاَمَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلاَمِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ، وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنَ اللَّهِ الْقَلْبُ الْقَاسِي
"Janganlah kalian banyak berbicara tanpa disertai dzikir kepada Allah, karena sesungguhnya banyak bicara tanpa dzikir kepada Allah menyebabkan kerasnya hati, dan sungguh manusia yang paling jauh dari Allah adalah  pemilik hati yang keras" (At Tirmidzi 2411)

Kaum muslimin : majlis orang-orang yang berakal tidak berisi bisik-bisik saat berbicara atau menggunakan telpon sedangkan yang lain sedang sibuk menyimaknya, dan Rasulullah Saw ketika berbicara dengan seseorang, beliau menghadapkan wajahnya kepada lawan bicaranya (At Thabrani dalam kitab Al Awsath 8/298), seakan-akan tidak ada selainnya. Al Walid bin Al Mughirah datang pada Nabi Saw hendak mendebatnya, beliau menyimaknya, dan setiap kali ia selesai berbicara, Rasulullah Saw dengan penuh sopan santun berkata : apakah Anda sudah selesai berbicara wahai bapak Al Walid ? (Kitab Al I'tiqad karangan Al Baihaqi), beliau menyimaknya dengan penuh hormat, menunggunya hingga selesai berbicara, hal ini mengajarkan kita untuk memberi kesempatan dan bergantian  saat berbicara dan berdialog.

Rasulullah Saw mengajarkan kita untuk berkata dengan penuh hati-hati dan dengan ritme yang pelan dan hal ini termasuk dalam seni berkomunikasi dan berpikir dengan baik, sehingga pendengar dapat memahami dan menalar maksud dari ucapannya, dari Aisyah RA berkata:
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ r لَمْ يَكُنْ يَسْرُدُ الْحَدِيثَ كَسَرْدِكُمْ. وقَالَتْ: إِنَّ النَّبِىَّ r كَانَ يُحَدِّثُ حَدِيثاً لَوْ عَدَّهُ الْعَادُّ لأَحْصَاهُ
"Sesungguhnya Rasulullah Saw tidak bicara cepat sebagaimana kalian. Ia berkata : sesungguhnya Nabi Saw bila membicarakan sesuatu, jika ada orang yang mau menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya" (Muttafaq 'alaih)
Ia berkata :
كَانَ كَلاَمُ رَسُولِ اللَّهِ r كَلاَماً فَصْلاً يَفْهَمُهُ كُلُّ مَنْ سَمِعَهُ
“Ucapan Rasulullah Saw adalah ucapan yang jelas yang dapat dipahami oleh semua yang mendengarkannya” (Abu Daud 4839)

Dan sesungguhnya kesempurnaan akal pembicara adalah ketika ia mampu memilih kata yang tepat saat berbicara pada sesamanya dan tidak menyakiti dan membahayakan mereka, menjauh dari setiap hal yang mengundang keraguan pada diri mereka. Sedangkan orang yang bodoh adalah yang selalu mengundang emosi sesama dengan ungkapan kata yang tidak masuk akal, Ali RA berkata :
حَدِّثُوا النَّاسَ بِمَا يَعْرِفُونَ، أَتُحِبُّونَ أَنْ يُكَذَّبَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ
"Ajaklah manusia berkomunikasi dengan apa yang mereka ketahui, apakah kalian senang mendustakan Allah dan Rasul-Nya ?” (Bukhari 127)

Hamba Allah : Allah Swt berfirman :
لاَّ خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتَغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma´ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar" (An Nisa 4 : 114)
Allah berfirman :
مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir" (Qaaf 50 : 18)
Muslim sejati adalah yang mampu menjaga lisanya dan melindunginyi berujar ucapan yang menyakitkan orang lain, tidak berbicara hal yang tidak diketahuinya dan diyakini kebenarannya, Rasulullah Saw bersabda :
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِباً أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seorang itu telah berdusta dengan membicarakan semua yang ia dengar” (Muslim 5)
Perkataan itu ibadah : bisa berpahala dan bisa menambah dosamu, Allah Swt berfirman :
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ* وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula" (Az Zalzalah 99 : 7-8)
Rasulullah Saw bersabda :
الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ
“Ucapan baik berpahala sedekah”(Bukhari kitab Al Adab bab 34 dan Ahmad 8332)
Bahkan Rasulullah Saw menjadikan ucapan baik sebagai pelindung dari api neraka, Rasulullah Saw bersabda :
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
“Berlindunglah kalian dari api neraka walaupun dengan separuh kurma, maka bila tidak didapat maka dengan ucapan baik” (Muttafaq ‘alaih)

Barang siapa menginginkan keselamatan, maka ia harus memilih ungkapan yang baik yang dapat menyelamatkannya, sebagai contoh saat berkomunikasi dengan kedua orang tuanya maka gunakanlah kata-kata yang manis dan ucapan yang baik, Allah Swt berfirman :
وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً
"Ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia" (Al Isra' 17 : 23)
Nabi Ibrahim AS berkomunikasi dengan ayahnya walaupun ia mengingkarinya, tapi Ibrahim tetap menggunakan ungkapan lembut padanya : wahai ayahku

Kedua pasangan suami isteri hendaknya memahami, menekuni dan menggunakan ungkapan yang dapat meningkatkan rasa cinta dan kasih sayang antara keduanya, dan Rasulullah Saw telah mencontohkan dengan memanggil isteri-isterinya dengan nama-nama yang terindah untuk didengar,
فيقولُ لعَائِشَةَ رضي الله عنها :« يَا عَائِشَ»
Beliau memanggil Aisyah dengan panggilan Ya Aisy” (Muttafaq ‘alaih)

Ya Allah berilah kami selalu taufiq untuk selalu berbuat sesuai dengan cinta dan ridha-Mu, berilah kami taufiq untuk selalu mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dengan sebenar-benarnya takwa, merasalah diawasi dalam keramaian dan kesendirian dan ketahuilah bahwa agama kita memerintahkan kita untuk berkata baik terhadap sesama, karenanya dianjurkan untuk menggunakan kalimat dan ungkapan yang lembut terhadap mereka, Allah Swt berfirman :
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ* تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat" (Ibrahim 24 : 25)
Tidak meninggikan suara saat berkomunikasi dengan mereka, Luqman memperaktekkannya dan dimuat didalam firman Allah :
وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ
"Dan lunakkanlah suaramu" (Luqman 19)
Rasulullah Saw berdabda :
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَىَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّى مَجْلِساً يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقاً وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَىَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّى مَجْلِساً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ فَمَا الْمُتَفَيْهِقُونَ؟ قَالَ:« الْمُتَكَبِّرُونَ
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat kedudukannya denganku pada hari kiamat adalah yang terbaik akhlaknya diantara kalian, dan sesungguhnya yang paling aku murkai dan paling jauh kedudukannya dariku pada hari kiamat adalah orang yang banyak bicara, pembual dan orang yang sombong. Mereka bertanya : wahai Rasulullah kami sudah tahu arti tsartsarun (banyak bicara), Mutasyaddiqun (pembual), lalu apa yang dimaksud dengan Al Mutafaihiqun ? Beliau menjawab : orang yang sombong" (At Tirmidzi 2018)

Berkata baik itu berarti menjaga perasaan orang lain, menyimak ucapannya, tidak memotong ucapannya, tidak menyakitinya, tidak meremehkannya, tidak dengan mudah berbeda dengannya, karena menjaga kasih sayang antara sesama itu lebih baik daripada kehilangannya disebabkan hal yang sepele.
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3]) اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ. اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا. اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْعَالَمِينَ([4]). اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([5])


No comments: