Saturday, November 08, 2014

Khotbah Jum'at 35

Khutbah Jumat, 17 Dzul Hijjah 1435 H / 12 September 2014 M
Allah mencintai orang-orang yang sabar
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَعَدَ الصَّابِرِينَ أَنْ يُوَفِّيَهُمْ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ حَمْدًا يَلِيقُ بِجَلَالِ وَجْهِهِ وَعَظِيمِ سُلْطَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، وَصَفِيُّهُ مِنْ خَلْقِهِ وَحَبِيبُهُ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ جَلَّ وَعَلاَ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى:] يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ[([1]) وقالَ سُبْحَانَهُ:] فَبِشِّرْ عِبَادِ* الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ([2])
Kaum mukminin : Allah menciptakan manusia dan diberikan kepadanya cobaan di dunia, Allah Swt berfirman :
إِنَّا خَلَقْنَا الإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعاً بَصِيراً
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang tercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat” (Al Insan 76 : 2). Ada perintah ada larangan, surga sebagai balasan bila ia taat pada Yang Maha Kuasa, ia dilarang melakukan kemaksiatan karena itu berarti neraka, dan dijadikan jalan menuju ke surga dipenuhi dengan perkara-perkara yang dibenci oleh jiwa, sedangkan jalan menuju neraka diliputi perkara-perkara yang disukai oleh syahwat, tak seorang pun mampu melawan nafsunya kecuali dengan kesabaran, kesabaran itu dengan memenuhi hatinya cinta kepada Allah, dan barang siapa yang bersabar, ia akan meraih harapannya dan akan mendapatkan kedudukan yang mulia, Allah Swt berfirman :
وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“Allah menyukai orang-orang yang sabar” (Ali Imran 3 : 146).
Kesabaran berarti menahan diri dan tidak mengeluh saat cobaan datang mendera, disebutkan pula bahwa kesabaran itu adalah mengarungi cobaan dengan etika yang baik, ia disebut kesabaran karena rasa pahitnya terhadap jiwa seperti rasa pahit saat menelan obat kesabaran, kesabaran adalah etika yang mulia, Allah menjadikan kesabaran sebagai benteng yang tak mudah goyah, semua hamba Allah diperintahkan untuk bersabar, kesabaran adalah pemberian Allah yang berpahala tak berhingga, Allah Swt berfirman :
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (Az Zumar 39 : 10)
Balasan orang-orang yang bersabar adalah tertera dalam firman Allah diantaranya :
وَأَنْ تَصْبِرُوا خَيْرٌ لَكُمْ
“Dan kesabaran itu lebih baik bagimu”(An Nisa’ 4 : 25). Pada ayat lain disebutkan :
وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ
“Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar” (An Nahl 16 : 126)

Kesabaran adalah sebaik-baiknya pemberian yang dianugerahkan kepada seorang hamba di dunia, Rasulullah Saw bersabda :
مَا أُعْطِىَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْراً وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ
“Tidak seorang pun diberikan pemberian yang lebih baik dan lebih luas dari kesabaran” (Muttafaq ‘alaih)

Hamba Allah : karena kemulian sifat ini serta ketinggian kedudukannya, maka diantara nama-nama Allah adalah “As Shabur”, sebagai pertanda berlebihan dalam kesabaran atas pelaku kemaksiatan, Allah memuji para nabi-Nya atas kesabaran mereka, Allah Swt berfirman mengisahkan nabi Ayyub AS :
إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ
“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baiknya hamba, sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)” (Shad 38 : 44). Pada ayat lain disebutkan :
وَإِسْمَاعِيلَ وَإِدْرِيسَ وَذَا الْكِفْلِ كُلٌّ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli, semua mereka termasuk orang-orang yang sabar” (Al Anbiya’ 21 : 85). Allah mengisahkan para rasul pemegang ulul azmi, mereka para rasul yang paling mulia dan paling sabar, sehingga nabi Muhammad Saw diperintahkan agar mencontoh kesabaran mereka, walaupun beliau termasuk golongan ulul azmi, Allah Swt berfirman :
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ
“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul yang telah bersabar” (Al Ahqaf 46 : 35). Para Nabi menjadi contoh kesabaran atas penganiayaan yang diterima dari kaum mereka, Allah Swt berfirman :
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِّن قَبْلِكَ فَصَبَرُواْ عَلَى مَا كُذِّبُواْ وَأُوذُواْ حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا
“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap perndustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka” (Al An’am 6 : 34). Bahkan semua itu semakin menambah ketetapan mereka dalam kesabaran, mereka berkata pada kaum mereka :
وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَى مَا آَذَيْتُمُونَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ
“dan Kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami, dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu berserah diri” (Ibrahim 14 : 12). Para nabi mewasiatkan kesabaran kepada seluruh kaumnya dan menganjurkannya, nabi Musa AS berkata pada kaumnya, disebutkan dalam firman Allah :
اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ وَاصْبِرُوا
 “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah” (Al A’raf 7 : 128). Ia juga merupakan wasiat Nabi Muhammad Saw kepada para sahabatnya, disebutkan dalam sabdanya :
إِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّاماً الصَّبْرُ فِيهِنَّ مِثْلُ الْقَبْضِ عَلَى الْجَمْرِ لِلْعَامِلِ فِيهِنَّ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلاً يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِكُمْ». قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَجْرُ خَمْسِينَ رَجُلاً مِنَّا أَوْ مِنْهُمْ؟ قَالَ:« لاَ بَلْ أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْكُمْ
“Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari, yang bersabar bagaikan memegang bara api, orang yang mengamalkan akan mendapatkan pahala lima puluh orang yang melakukan seperti perbuatan kalian”. Dikatakan : wahai Rasulullah pahala lima puluh orang dari kami atau dari mereka ? Beliau menjawab : tidak, bahkan pahala lima puluh orang dari kalian” (Abu Daud 4341 dan At Tirmidzi 3058)

Kaum muslimin : barang siapa menjadikan kesabaran sebagai jalannya, maka ia akan mendapatkan kedudukan di akhirat, Rasulullah Saw bersabda :
وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ
“Kesabaran bagaikan cahaya” (Muslim 223). Kesabaran itu terbagi menjadi beberapa bagian diantarnya, sabar menjauh dari kemaksiatan, sabar dalam menjalankan ketaatan dan sabar saat tertimpa musibah, dan Allah Swt telah memerintahkan hamba-Nya agar bersabar dalam menjalankan ketaatan, firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar” (Al Baqarah 2 : 53). Shalat adalah kewajiban yang berulang-ulang yang membutuhkan kesabaran dan kesungguhan, Allah Swt berfirman :
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لاَ نَسْأَلُكَ رِزْقاً نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa” (Thaha 20 : 132)

Disebutkan bahwa kesabaran menjauh dari kemaksiatan lebih mudah dari kesabaran menerima azab Allah. Maka beruntunglah orang yang bersungguh-sungguh menjalankan ketaatan kepada Allah, menjauh dari larangan Allah, mendahulukan akhirat atas urusan dunia, mencegah dirinya mengikuti nafsunya, mengendalikan syahwatnya, mengekang dirinya untuk meninggalkan segala keburukan, sehingga ia termasuk dalam kategori orang yang bersabar dalam menjauh dari kemaksiatan.

Hamba Allah : bersabarlah saat ditimpa musibah dan cobaan, karena kebahagiaan itu bisa didapat dengan mengambil hikmah dari cobaan tersebut kemudian bersabar, Allah Swt berfirman :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (Al Baqarah 2 : 155). Hal itu tidak dapat terwujud kecuali bagi orang yang beriman kepada Tuhannya dan rela dengan keputusan-Nya, Rasulullah Saw bersabda :
عَجَباً لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ
“Sungguh menakjubkan perkaranya seorang mukmin, karena seluruh perkara baik baginya, yang demikian itu tidak dimiliki kecuali oleh orang mukmin, jika ia mendapat kebahagiaan, ia bersyukur, maka itu baik baginya, jika ia mendapat ujian ia bersabar maka itu baik baginya” (Muslim 2999)
Oleh karena itu, balasan orang yang bersabar atas cobaan yang menimpa adalah ampunan dan rahmat dari Allah, Allah Swt berfirman :
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُون* أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun”. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (Al Baqarah 2 : 156-157)

Seorang shaleh berkata :
إِنِّي لأُصَابُ بِالْمُصِيْبَةِ فَأَحْمَدُ اللهَ عَلَيْهَا أَرْبَعَ مَرَّاتٍ: أَحْمَدُ إِذْ لَمْ يَكُنْ أَعْظَمَ مِنْهَا, وَأَحْمَدُ إِذْ رَزَقَنِي الصَّبْرَ عَلَيْهَا, وَأَحْمُدُ إِذْ وَفَّقَنِي لِلاسْتِرْجَاعِ لِمَا أَرْجُو مِنَ الثَّوَابِ، وَأَحْمَدُ إِذْ لَمْ يَجْعَلْهَا فِي دِيْنِي
Sesungguhnya aku bila tertimpa satu musibah, maka aku bersyukur kepada Allah empat kali atas musibah itu : aku bersyukur karena musibah itu tidak lebih besar dari itu, aku bersyukur karena Allah memberiku kesabaran, aku bersyukur karena aku mengucapkan إنا لله وإنا إليه راجعون karena aku mengharap pahala dari Allah, dan aku bersyukur karena musibah itu tidak menimpa agamaku. (Syuraih Al Qadhi, siyar A’lam An Nubala’ 5/52)

Ya Allah berilah kami kesabaran dan jadikan ia sebagai hiasan kami, berikanlah kami taufik untuk mentaati-Mu, mentaati rasul-Mu Muhammad Saw mentaati orang yg diperintahkan pada kami agar ditaatinya sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dg sebenar-benarnya takwa dan merasalah diawasi oleh-Nya dalam kesendirian dan keramaian, Allah swt berfirman :
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ* وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yangat setia. Sifat-sifat yang bait itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar” (Fusshilat 41 : 35-36)
Ibnu Abbas RA berkata : pada ayat ini Allah memerintahkan agar bersabar saat marah, bersabar menghadapi orang yang bodoh dan memaafkan orang yang berlaku buruk kepadanya” (Tafsir Al Qurthubi 15/362). Akhlak mulia ini yang disebutkan pada ayat diatas membutuhkan kesabaran, karena kesabaran merupakan pangkal kesuksesan dan kebaikan di seluruh sektor kehidupan, ia menjadi penghalang antara manusia dan sifat marahnya, dengannya ia dapat mengendalikan tindakannya dan interaksinya dengan orang yang ada di sekitarnya, ia merupakan tuntutan yang dapat memperindah kehidupan, tanpanya maka amarah akan menguasai, seseorang meminta nasehat pada Nabi Saw :
قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِىِّ r : أَوْصِنِي . قَالَ:«لاَ تَغْضَبْ ». فَرَدَّدَ مِرَاراً ، قَالَ :« لاَ تَغْضَبْ
berwasiatlah kepadaku. Nabi Saw bersabda : jangan marah. Ia terus mengulang permohonannya, Beliau bersabda : jangan marah” (Bukhari 6116). Terdapat hubungan kuat antara tidak melampiaskan amarah dengan kesabaran, kesabaran membawa pada akhlak yang mulia, dan interaksi yang baik, maka barang siapa selalu bersabar dalam kehidupannya, ia akan mendapatkan pahala, dan ia akan mendapatkan kebaikan di akhirat, Allah Swt berfirman :
سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
“(sambil mengucapkan) kesalamatan bagimu atas kesabaranmu, maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu” (Ar Ra’d 13 : 24).

هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([3]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([4]) وقَالَ r :« لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ »([5]).
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْعَالَمِينَ([6]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([7])
http://www.awqaf.gov.ae/Jumaa.aspx?SectionID=5&RefID=2400


Khutbah Jumat, 24 Dzul Qaidah 1435 H / 19 September 2014 M
Etika Pergaulan
Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ حَمْدًا يَلِيقُ بِجَلَالِ وَجْهِهِ وَعَظِيمِ سُلْطَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، وَصَفِيُّهُ مِنْ خَلْقِهِ وَحَبِيبُهُ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ جَلَّ وَعَلاَ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى:] يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْماً لاَّ يَجْزِي وَالِدٌ عَن وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِ شَيْئاً إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الغَرُورُ[([1])
Kaum mukminin : sesungguhnya seorang muslim itu berkepribadian ramah, mudah, lemah lembut dan dekat dengan sesama manusia, saling mengasihi antara mereka, barang siapa berusaha mendapatkan sifat-sifat tersebut diatas, maka ia akan dijauhkan dari neraka oleh Allah, Rasulullah Saw bersabda :
 أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَنْ تُحَرَّمُ عَلَيْهِ النَّارُ؟ قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: عَلَى كُلِّ هَيِّنٍ، لَيِّنٍ، قَرِيبٍ مِنَ النَّاسِ، سَهْلٍ
"Maukah  aku beritahukan kepadamu orang yang diselamatkan dari api neraka ? mereka menjawab : tentu wahai Rasulullah. Beliau bersabda : setiap orang yang ramah, lemah-lembut dekat dengan manusia dan mudah" (Musnad Ahmad 3938 dan Shahih Ibnu Hibban 470)

Barang siapa yang terhalang untuk saling mencintai dengan sesamanya dan hidup berdampingan dengan mereka, maka ia telah terhalangi dari kebaikan, Rasulullah Saw :
الْمُؤْمِنُ يَأْلَفُ، وَلاَ خَيْرَ فِيمَنْ لاَ يَأْلَفُ وَلاَ يُؤْلَفُ
"Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak berlaku marah dan diperlakukan ramah" (Musnad Ahmad 9436)
Barang siapa menginginkan hidup damai berdampingan dengan sesama manusia, maka ia harus berbagi kebaikan dengan mereka, bersabar atas kesalahan mereka, menjaga untuk tidak membicarakan keburukan mereka, menjauh dari kesalahan mereka, tidak menghina, tidak melaknat, karena seorang mukmin itu harus menjaga ucapannya dan menjaga hatinya agar tetap bersih, Rasulullah Saw bersabda :
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلاَ اللَّعَّانِ، وَلاَ الْفَاحِشِ وَلاَ الْبَذِيءِ
“Seorang mukmin bukanlah seorang pengumpat, pengutuk, yang berkata keji dan berkata kotor" (At Tirmidzi 1977)

Hamba Allah : ketika Rasulullah Saw ditanya mengenai hakikat keimanan, beliau menafsirkannya dengan etika baik dalam pergaulan dengan sesama makhluk, dari Amr bin Abasah RA berkata :
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الإِسْلاَمُ؟ قَالَ:« طِيبُ الْكَلاَمِ، وَإِطْعَامُ الطَّعَامِ» قُلْتُ: مَا الإِيمَانُ؟ قَالَ:« الصَّبْرُ وَالسَّمَاحَةُ» قُلْتُ: أَىُّ الإِسْلاَمِ أَفْضَلُ؟ قَالَ:« مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ» قُلْتُ: أَىُّ الإِيمَانِ أَفْضَلُ؟ قَالَ :« خُلُقٌ حَسَنٌ» قُلْتُ: أَىُّ الْهِجْرَةِ أَفْضَلُ؟ قَالَ:« أَنْ تَهْجُرَ مَا كَرِهَ رَبُّكَ عَزَّ وَجَلَّ
“Aku mengunjungi Rasulullah Saw dan bertanya : wahai Rasulullah : apakah itu Islam ? Beliau menjawab : berkata yang baik dan memberikan makanan. Aku bertanya kembali : apa itu Iman ? Beliau menjawab : sabar dan toleransi. Aku berkata : Islam seperti apakah yang paling utama ? Beliau menjawab : orang yang mampu menyelamatkan muslim lainnya dari ucapan dan perbuatannya. Aku berkata : Iman seperti apakah yang paling utama ? Beliau menajwab : etika baik. Aku berkata : hijrah seperti apakah yang paling utama ? Beliau menjawab : hendaknya kau menjauh (berhijrah) dari apa yang tidak disukai oleh Tuhanmu” (Musnad Ahmad 19963). Perhatikanlah wahai hamba Allah bahwa Islam pada derajatnya yang paling tinggi dan keimanan dalam gambaran yang terindah adalah ketika seseorang mampu memperbaiki hubungannya dengan Allah dan berlaku baik terhadap sesama, karena itu gunakan ucapan baik ketika berdialog dengan sesama, pilihlah ucapan yang paling lembut dan paling indah, Allah Swt berfirman :
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْناً
“Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia” (Al Baqarah 2 : 83). Maksudnya berkatalah baik pada mereka dan rendah hatilah terhadap mereka (Tafsir Ibnu Katsir 1/317). Barang siapa menginginkan kesempurnaan imannya, maka hendaknya ia mencintai kebaikan manusia lainnya, sebagaimana ia mencintai kebaikan pada dirinya sendiri, Rasulullah Saw bersabda :
لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidak sempurna keimanan seseorang sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya” (Muttafaq ‘alaih)


Barang siapa menginginkan semua itu, maka ia hendaknya membersihkan dirinya dari dengki, hasut, amarah dan saling menjauhi, berikut wasiat Nabi Saw :
لاَ تَحَاسَدُوا، وَلاَ تَنَاجَشُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَاناً. الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخْذُلُهُ، وَلاَ يَحْقِرُهُ. التَّقْوَى هَا هُنَا». وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ :« بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ
“Janganlah kalian saling mendengki, janganlah saling menipu, janganlah saling membenci, janganlah saling membelakangi dan janganlah sebagian kalian menjual sesuatu di atas penjualan sebagian yang lain, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, tidak  mendhaliminya, tidak merendahkannya dan tidak menghinanya. Takwa itu ada di sini, -dan beliau mengisyaratkan ke dadanya tiga kali-. Cukuplah bagi seorang telah berbuat buruk dengan merendahkan saudaranya yang muslim, setiap muslim diharamkan atas muslim lainnya :  darah, harta dan kehormatannya" (Muslim 2564)

Kaum mukminin : seorang muslim yang bergaul dengan sesamanya hendaknya menggunakan akal yang dipenuhi oleh hikmah, bila ia menasehati, maka jalan yang ditempuh haruslah jalan yang baik, inilah inti wasiat Nabi Saw yang disebutkan dalam firman Allah :
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (An Nahl 16 : 125). Islam mengajarkan pengembangan manusia, pembangunan negara dan melarang pertikaian dan peperangan, dan semua pembangunan tidak akan berdiri bila dasarnya adalah perbedaan hati dan prasangka buruk, Rasulullah Saw bersabda :
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ
“Hatilah-hatilah kamu terhadap prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta”(Muttafaq ‘alaih). Bergaul dengan sesama manusia memerlukan kejujuran, artinya kita harus memuji mereka bila mereka berlaku baik, Allah Swt berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al Maidah 5 : 8). Dan agama kita telah mengajarkan bahwa dalam perbedaan pendapat, kita harus menghargai pihak lain dan melindungi hak-haknya, Allah Swt berfirman :
وَلاَ تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ
“Dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya” (Al A’raf 7 : 85). Barang siapa berlaku jujur dan istiqomah dengan sesama manusia, maka ia sebenarnya telah menduduki keimanan yang tinggi, Ammar bin Yasri RA berkata :
ثَلاَثٌ مَنْ جَمَعَهُنَّ فَقَدْ جَمَعَ الإِيمَانَ: الإِنْصَافُ مِنْ نَفْسِكَ، وَبَذْلُ السَّلاَمِ لِلْعَالَمِ، وَالإِنْفَاقُ مِنَ الإِقْتَارِ
“Tiga perkara  bila terkumpul pada seseorang, maka telah terkumpul keimanan padanya : berlaku adil terhadap dirimu, mengucapkan salam pada setiap orang, dan berinfak saat kekurangan” (Bukhari dalam kitab Al Iman bab 20)

Para ulama berkata : keadilan termasuk sifat yang paling mulia, artinya seseorang hendaknya mengetahui kebenaran yang berada pada dirinya dan melakukannya tanpa tuntutan” (Fathul Bari karangan Ibnu Rajab 1/68)
Perbedaan pendapat tidak berarti harus bertengkar dan saling memutuskan hubungan, dan barang siapa mengikuti nafsunya dan berlaku intoleran lalu terjadi pertikaian maka ia telah menghancurkan dirinya

Ya Allah berilah kami keimanan yang baik, wujudkan pada kami indahnya segala kebaikan akhlak dan kebaikan perbuatan, berilah kami perbuatan yang baik yang Engkau ridhai, berilah kami taufik untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).

نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dg sebenar-benarnya takwa, dan merasalah diawasi oleh-Nya dalam kesunyian dan keramaian dan ketahuilah bahwa bahwa sifat diatas merupakan salah satu prinsip dasar agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw sebagai rahmat bagi semesta alam, Allah Swt berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (Al Anbiya’ 21 : 107).
Pada Beliau terdapat rahmat dalam dirinya, dalam akhlaknya, dalam pergaulannya dengan semua makhluk, yang beriman maupun yang tidak, dan ketika dikatakan pada Beliau : wahai Rasulullah, berdoalah atas kehancuran kaum musyrikin. Beliau menjawab :
إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّاناً، وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً
“Sesungguhnya Aku tidak diutus untuk melaknat, tetapi aku diutus sebagai rahmat” (Muslim 2599). Artinya sesungguhnya Aku diutus untuk mendekatkam manusia kepada Allah dan kepada rahmat-Nya, dan aku tidak diutus untuk menjauhkan mereka dari rahmat-Nya. Begitulah hendaknya seorang muslim menjadi rahmat terhadap sesama makhluk, mencintai mereka, berusaha untuk menutupi kebutuhan mereka, menyebarkan kebaikan, kasih sayang dan kesetiaan pada masyarakatnya dan bekerja untuk meninggikan dan memuliakan negaranya.

هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3]) وقَالَ r :« لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ»([4]).
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْعَالَمِينَ([5]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([6])
http://www.awqaf.gov.ae/Jumaa.aspx?SectionID=5&RefID=2416


Khutbah Jumat, 2 Dzul Hijjah 1435 H / 26 September 2014 M
Malam malam sepuluh, (1-10 Dzul Hijjah)
Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الذِي خَصَّ أَوْقاتاً بالفَضْلِ والنَّفَحَاتِ، والمغفرةِ والبركاتِ، نَحْمَدُهُ سبحانَهُ، ذُو الجلالِ والإكرامِ، أَقْسَمَ بالليالِي العَشْرِ، وأمرَنَا أَنْ نعمرَهَا بالعبادَةِ والذِّكْرِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، إمامُ العابدِينَ، وَقُدْوَةُ الذَّاكِرِينَ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الغُرِّ الميامينِ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ ونَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:] وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ[([1]) وَقَالَ سُبْحَانَهُ:] فَبِشِّرْ عِبَادِ* الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ([2])

Kaum Muslimin : Allah telah memberikan kenikmatan dan kebaikan pada Anak Adam, mereka diperintahkan dengan perintah yang dapat mendatangkan manfaat buat mereka, dilarang dari segala sesuatu yang mendatangkan keburukan bagi mereka, Allah memberikan keutamaan pada mereka, Dia mengabulkan taubat orang yang bertaubat, menerima penyesalan hamba-Nya, dan mereka diberikan keistimewaan dengan curahan rahmat pada hari-hari tertentu, Rasulullah Saw bersabda :
افْعَلُوا الْخَيْرَ دَهْرَكُمْ، وَتَعَرَّضُوا لِنَفَحَاتِ رَحْمَةِ اللَّهِ، فَإِنَّ لِلَّهِ نَفَحَاتٍ مِنْ رَحْمَتِهِ يُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ
“Berbuat baiklah sepanjang masa kalian, sambutlah hembusan rahmat  Allah, sesungguhnya Allah memiliki hembusan-hembusan dari rahmat-Nya, yang akan diraih oleh para hamba yang dikehendaki-Nya” (Al Mu'jam Al Kabir karangan At Thabrani 1/250)

Sekarang kita berada pada hari-hari dimana Allah senang bila hamba-Nya bertaqarrub kepada-Nya dengan amalan baik, Rasulullah Saw bersabda :
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ الْعَشْرِ
“Tiada hari-hari dimana perbuatan baik lebih disukai oleh Allah melebihi hari-hari sepuluh (pertama bulan Dzul Hijjah)” (At Tirmidzi 757)

Para ulama berpendapat bahwa : yang tampak bahwa penyebab keutamaan hari-hari sepuluh Dzul Hijjah adalah karena bertemunya ibadah-ibadah yang utama pada hari itu, yaitu : shalat, puasa, sedekah dan haji, dan hal itu tidak terjadi pada selainnya” (Fathul Bari 3/390)

Benar, ia merupakan sebaik-baiknya hari di dunia, karena tidak ada dalam satu tahun sepuluh hari yang agung yang datang berturut-turut, seperti sepuluh hari Dzul Hijjah (At Tahrir wat Tanwir 30/313).  Di dalamnya hamba-hamba  Allah berlomba menjawab panggilan perintah Allah, sebagai perwujudan atas ajakan Nabi Ibrahim AS untuk menunaikan ibadah haji ke baitullah, agar mereka mengagungkan syiar-syiar Allah, bertawaf mengelilingi baitullah dan bersa’i antara shafa dan marwah, mereka berdiri di bukit Arafah dalam keadaan khusu’ kepada Tuhan mereka, mereka mengharap maaf, memohon agar semua ibadah mereka dikabulkan, mereka sangat takut atas siksa-Nya serta mengharapkan ampunan-Nya.

Hamba Allah : amalan baik akan mewariskan kehidupan yang baik dan kemakmuran dan menjadi penambah pahala, Allah Swt berfirman :
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُون
“Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala  yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (An Nahl 16 : 97). Sebagaimana amalan baik akan mendatangkan cinta Allah pada hamba-Nya dan dengan amalan baik pula, pelakunya akan dihargai oleh sesamanya di dunia, Allah Swt berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُداًّ
“Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal shalih, kelak Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang” (Maryam 19 : 96). Artinya rasa cinta yang tertanam pada hati hamba-hamba-Nya (Tafsir At Thabari 11/160)

Diantara taqarrub yang paling agung yang hendaknya dijaga oleh seorang mukmin pada hari-hari ini, adalah menjaga untuk selalu menunaikan shalat berjamaah dan bersegera berangkat ke masjid, memperbanyak shalat nawafil dan shalat malam, Rasulullah Saw bersabda :
عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ، فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً، وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً
“Hendaknya engkau memperbanyak sujud  karena Allah,  sesungguhnya engkau tidak bersujud satu sujud karena Allah, kecuali Allah akan mengangkatmu dengan sujud itu satu derajat dan menghapuskan satu kesalahan darimu”  (Muslim 488)

Dan diantara amalan baik adalah sedekah, ia dapat mendatangkan keridhaan Allah, penambah pahala bagi orang yang bersedekah dan menjadi penambah kebahagiaan bagi para fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan, karena mereka merasa terlepas dari gundah dan bencana yang menimpa mereka, dari Muadz bin Jabal RA berkata : Rasulullah Saw bersabda :
أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ
“Maukah aku menunjukkanmu jalan menuju pintu-pintu surga ?Puasa adalah benteng, sedekah  akan mematikan (menghapus) kesalahan sebagaimana air mematikan api” (At Tirmidzi 2616). Bila puasa dapat menghapus kesalahan, maka puasa adalah benteng dari api neraka, Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ صَامَ يَوْماً فِي سَبِيلِ اللَّهِ بَاعَدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفاً
“Barangsiapa berpuasa satu hari di jalan Allah, maka dengannya Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh tujuh puluh tahun perjalanan” (Muttafaq ‘alaih)

Kaum muslimin : perbuatan baik yang dianjurkan pada hari-hari ini adalah memperbanyak dzikir kepada Allah, Allah Swt berfirman :
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ
“Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan” (Al Hajj 22 : 28). Hari-hari yang telah ditentukan adalah hari-hari sepuluh bulan Dzul Hijjah (Ibnu Abbas di dalam kitab Al Idain Bab Keutamaan amalan pada hari-hari tasyriq (Al Bukhari). Rasulullah Saw bersabda :
أَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ
“Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid” (Ahmad 5575). Yang dimaksud dengan tahlil adalah ucapan لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ

Perbuatan baik pada hari-hari sepuluh Dzul Hijjah yang dilipatgandakan pahalanya tidak saja terbatas pada ibadah atau taqarrub tertentu, akan tetapi mencakup semua yang bermanfaat bagi sesama, dan dapat mendekatkan dirinya pada Allah Swt, dan diantara amalan tersebut adalah membaca Al Quran, menghadiri majlis ilmu, menghormati kedua orang tua, bersilaturrahim, mengunjungi keluarga dan tetangga, berbuat baik, membersihkan hati dari segala dosa dan nista, berusaha berbuat sesuatu yang dapat mendatangkan ridha Allah, dan gunakanlah hari-hari dan malam-malam tersebut, orang yang mendapatkan taufik adalah orang yang diberikan taufik oleh Allah untuk mentaati-Nya, dan orang yang terjauhkan adalah yang terjauhkan dari kebaikan.

Ya Allah berilah kami taufik untuk menjalankan ketaatan yang telah Engkau perintahkan kepada kami, terimalah semua ibadah yang telah kami jalankan, ya Allah berilah kami taufik untuk mentaatai-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).

نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ


Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dg sebenar-benarnya takwa, dan merasalah diawasi oleh-Nya dalam kesunyian dan keramaian dan ketahuilah bahwa dianjurkan bagi orang yang hendak berqurban bila telah memasuki sepuluh hari pertama dari bulan Dzul Hijjar agar tidak memotong rambut dan kukunya, dari Ummu Salamah RA bahwa Nabi Saw bersabda :
إِذَا دَخَلَتِ الْعَشْرُ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّىَ فَلاَ يَمَسَّ مِنْ شَعَرِهِ وَبَشَرِهِ شَيْئا
"Jika telah tiba sepuluh (Dzul Hijjah) dan salah seorang dari kalian hendak berqurban, maka janganlah mencukur rambut atau memotong kulitnya sedikitpun” (Muslim 1977)

Para ulama menegaskan bahwa yang dimaksud dengan larangan yang ada dalam hadits berarti makruh, maka barang siapa melakukannya maka Insya Allah tidak apa-apa.

هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([3]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([4]) وقَالَ r :« لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ»([5]).
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تُوفِّقَنَا فِي هذهِ الأيامِ المباركةِ إلَى كُلِّ عملٍ يُرضيكَ عنَّا يَا ربَّ العالمينَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْعَالَمِينَ([6]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([7])

http://www.awqaf.gov.ae/Jumaa.aspx?SectionID=5&RefID=2420


Khutbah Jumat, 9 Dzul Hijjah 1435 H / 03 Oktober 2014 M
Keutamaan hari Arafah
Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَلِكِ الرَّحِيمِ، الْمُتَفَضِّلِ عَلَى عِبَادِهِ بِالْخَيْرِ الْعَمِيمِ، فَلَهُ الْحَمْدُ أَكْمَلُهُ، وَلَهُ الثَّنَاءُ أَجْمَلُهُ، وَلَهُ الْجَلاَلُ أَعْظَمُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، وَصَفِيُّهُ مِنْ خَلْقِهِ وَحَبِيبُهُ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:( تِلْكَ الدَّارُ الآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ)([1]) وَقَالَ سُبْحَانَهُ:] فَبِشِّرْ عِبَادِ* الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ([2])
Kaum muslimin : sekarang kita berada pada hari-hari yang dimuliakan Allah, dimana para hujjaj berkumpul dan bertemu di tempat-tempat suci, hati mereka tunduk pada Tuhan semesta alam, lidah mereka disibukkan oleh dzikir dan talbiyah, sementara jiwa mereka bertambah suci dan bersih, Yang Maha Pengasih membanggakan mereka dihadapan malaikat-Nya, rahmat dan ketentraman diturunkan pada mereka, dan betapa besar keutamaan yang ada disana, Rasulullah Saw bersabda :
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو، ثُمَّ يُبَاهِي بِهِمِ الْمَلَائِكَةَ، فَيَقُولُ: مَا أَرَادَ هَؤُلَاءِ
“Tidak ada satu hari yang lebih banyak Allah membebaskan hamba-Nya dari api neraka melebihi hari Arafah, dan sesungguhnya Dia mendekat kemudian membanggakan mereka dihadapan malaikat dan berfirman : apa yang dikehendaki oleh mereka ini” (Muslim 1348). Artinya bahwa mereka tidak menginginkan selain ridha-Ku, menunaikan perintah-Ku dan mengharapkan rahmat dan keridhaan-Ku

Pada tahun sepuluh Hijriyah, Rasulullah Saw berdiri di padang Arafah dan berkhutbah dihadapan manusia, beliau menjelaskan nilai-nilai Rabbaniyah, mereka diarahkan pada prinsip-prinsip kemanusiaan, ditegaskan pada mereka kehormatan darah, kehormatan jiwa dan harta, Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا
“Sesungguhnya darah kalian, harta kalian dan kehormatan kalian haram, seperti terlarangnya hari ini, pada bulan ini dan di negeri ini” (Muslim 1218). Kemudian Rasulullah Saw melanjutkan dengan khutbah pada hari qurban, beliau mengingatkan arti agung dari hal-hal diatas sebagai penegasan, dari Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah Saw berkhutbah dihadapan manusia pada hari qurban : wahai manusia hari apa ini ? mereka menjawab : hari haram (mulia). Beliau bertanya : di negeri apa ini ? mereka menjawab di negeri haram. Beliau bertanya : di bulan apa ini ? mereka menjawab : di bulan haram. Beliau bersabda : sesungguhnya darah kalian, harta kalian dan kehormatan kalian diharamkan atas kalian sebagaimana haramnya hari ini, di negeri kalian ini, pada bulan kalian ini” ucapan itu diulang-ulang kemudian beliau mengangkat kepalanya dan berkata : yang Allah apakah aku telah menyampaikan, apakah aku telah menyampaikan. Ibnu Abbas RA berkata : demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, sesungguhnya ini merupakan wasiatnya pada ummatnya, hendaknya yang menyaksikan menyampaikan pada orang yang tidak hadir" (Bukhari 1739). Pada semua diatas terdapat penegasan dan penghormatan terhadap kehormatan darah dan perlindungan terhadap hak-hak dalam masyarakat.

Hamba Allah : sesungguhnya wasiat nabi diatas pada dua kesempatan yang agung tersebut, merupakan petunjuk bagi akal dan penerang jalan, sehingga ia menjadi bagaikan ruh dalam tubuh kaum mukminin, yang menampakkan  kebaikan syariat Islam,  pondasi bagi nilai-nilai kebudyaan serta sebagai pelindung terhadap kemaslahatan yang tertinggi, dan sebagai penegasan atas kehormatan hak-hak asasi manusia, serta larangan untuk mencederainya, hal ini menjelaskan pada kita betapa pedulinya Nabi Muhammad Saw terhadap ummatnya, kasih sayangnya pada mereka, Allah Swt berfirman :
لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)  bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (At Taubah 9 : 128). Pada saat yang sama wasiat kenabian ini merupakan peringatan keras terhadap orang yang berani mengkafirkan sesama muslim, menumpahkan darah mereka, melanggar hak-hak mereka, merampas kehormatan mereka dan membuat mereka merasa ketakutan, jalan yang mereka tempuh adalah jalan agitasi, permusuhan, hasutan dan ekstrimitas, padahal dokumen kenabian yang diumumkan oleh Rasulullah Saw pada hajjatul wada' menolak semua bentuk yang melampaui batas dan ektrimitas keagamaan. Dokumen tersebut berisikan  risalah kenabian yang ditujukan kepada seluruh dunia, baik muslim ataupun non muslim mengenai kebaikan agama Islam, kesempurnaannya, keindahannya serta perlindungannya terhadap hak-hak dan kehormatan.

Kaum muslimin : kewajiban kita sebagai seorang muslim dan muslimah adalah berpegang teguh dengan tuntunan Nabi Saw, Allah Swt berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" (Al Ahzab 33 : 21)
Dan firman Allah :
وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi´ar-syi´ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati" (Al Hajj 22 : 32)
Orang-orang yang diberikan cobaan dengan ektrimitas, mereka beranggapan bahwa mereka ingin mengikuti jejak Nabi Saw, sementara Nabi Saw menegaskan pada kita bahaya pengkafiran, Nabi menghargai darah, lalu dimanakah posisi mereka dari penerapan wasiat-wasiat diatas ? dimanakah posisi mereka dari penegasan Nabi yang diturunkan dalam beberapa kesempatan mengenai perlindungan hak-hak dan perlindungan darah ? dimanakah posisi mereka dari sabda Nabi Saw :
كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ
“Setiap muslim atas muslim lainnya, diharamkan darahnya, harta an kehormatannya”. (Muslim 2564). Dimanakah posisi mereka dari hadits Nabi Saw yang menyatakan :
أَوَّلُ مَا يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ فِي الدِّمَاءِ
“Masalah pertama yang akan diputuskan antara manusia adalah masalah darah”(Bukhari 6533, 6864 dan Muslim 1678).  Apakah mereka telah mempersiapakan jawaban atas pertanyaan ini pada hari kiamat ? Dimanakah posisi mereka dari sabda Nabi Saw yang menjelaskan nistanya balasan yang akan diterima oleh orang yang membunuh pada hari kiamat, sabda Nabi Saw :
يَجِيءُ الْمَقْتُولُ بِالْقَاتِلِ يَوْمَ القِيَامَةِ، نَاصِيَتُهُ وَرَأْسُهُ بِيَدِهِ، وَأَوْدَاجُهُ تَشْخَبُ دَمًا، يَقُولُ: يَا رَبِّ، هَذَا قَتَلَنِي، حَتَّى يُدْنِيَهُ مِنَ العَرْشِ
"Akan datang orang yang dibunuh bersama orang yang membunuhnya pada hari kiamat dengan memegang jambul dan kepalanya dengan tangannya, dan urat lehernya mengucurkan darah. Ia berkata : Wahai Rabb, orang ini telah membunuhku, sehingga ia didekatkan ke Arsy" (At Tirmidzi 3029, An Nasa'i 4005 dan Ibnu Majah 2621). Oleh karena itu seseorang yang ditimpa musibah mengikuti aliran ekstrim dan berlebih-lebihan serta melanggar wasiat-wasiat nabi yang telah dijabarkan diatas, maka hendaknya ia segera bertaubat dan kembali ke jalan yang benar dan berpegang teguh dengan penegasan nabi yaitu melindungi darah dan menjaga hak-hak.

Hamba Allah : sesungguhnya peringatan Nabi pada hajjatul wada’ sebagai penegasan pada kita semua bahwa hendaknya kita menampakkan toleransi agama kita, keindahan nilai-nilai dan prinsip-prinsipnya dan menolak semua yang menjelekkan syariat agama kita, seperti tindakan kriminal dan simbol-simbol yang digunakan oleh jaringan ekstrimis, sesungguhnya pemberian nama terhadap jaringan ekstrimis dengan nama-nama baik, bertentangan dengan syariat yang lurus ini, yang tidak dapat diterima oleh akal sehat dan kenyataannya menegaskan pembohongan tersebut, pada kenyataannya mereka adalah pendusta, pelaku kedzaliman dan menyimpan permusuhan, mereka menumpahkan darah, melanggar hak-hak, lalu apa hubungannya tindakan kriminal mereka dengan rahmat dan toleransi agama Islam ini ? sebagaimana hendaknya kita membumikan wasiat nabi diatas pada jiwa para pemuda, mendidik mereka agar menghargai kehormatan, beretika baik yang melindungi hak-hak dan menghargainya, hendaknya kita mengarahkan mereka untuk berteman dengan teman yang baik, menghindarkan mereka dari teman buruk yang dapat menjerumuskan mereka, sehingga mereka terselamatkan dari permainan para ekstrimis, dan kewajiban para ulama, budayawan dan penulis, agar mereka ikut andil dalam menyebarkan kemulian yang terdapat pada agama kita sesuai dengan bidangnya masing-masing, sehingga darah, kehormatan dan hak-hak manusia terlindungi, serta mereka berkewajiban untuk memberikan penjelasan mengenai nilai-nilai mulia dan indah dengan berkaca pada sunnah Nabi Muhammad Saw.

Ya Allah jadikanlah kami termasuk dalam golongan orang-orang yang menjaga hak-hak hamba-Mu, mengagungkan kehormatan-Mu dan berilah kami taufik untuk mentaatai-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).

نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dg sebenar-benarnya takwa, dan merasalah diawasi oleh-Nya dalam kesunyian dan keramaian dan ketahuilah bahwa yang dianjurkan pada hari Arafah adalah memperbanyak dzikir kepada Allah, Nabi Muhammad Saw bersabda :
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Sebaik-baiknya doa adalah doa pada hari Arafah, dan sebaik-baiknya yang Aku ucapkan dan para nabi sebelumku adalah : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(At Tirmidzi 3585). Perbanyaklah berdzikir kepada Allah, berdoa dan mengharap kepada Allah, dan ketahuilah bahwa berqurban merupakan sunnah, ia adalah ibadah dimana dengannya Allah menebus nabi Ismail, Allah Swt berfirman :
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
"Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar" (As Shaffat 37 : 107). Pada ibadah itu terdapat keikutsertaan dengan kondisi para fakir msikin pada hari-hari ini, karenanya bagi orang yang berqurban untuk memilih hewan qurbannya yang tidak memiliki aib, berdasarkan hadits Nabi Saw :
أَرْبَعَةٌ لاَ يَجْزِينَ فِي الأَضَاحِي: الْعَوْرَاءُ الْبَيِّنُ عَوَرُهَا، وَالْمَرِيضَةُ الْبَيِّنُ مَرَضُهَا، وَالْعَرْجَاءُ الْبَيِّنُ ظَلْعُهَا، وَالْكَسِيرَةُ الَّتِى لاَ تُنْقِي
 “Ada empat hewan yang tidak boleh dijadikan qurban : buta sebelah yang jelas butanya, sakit yang jelas sakitnya, pincang yang jelas pincangnya, dan hewan yang sangat kurus” (An Nasa'i 4370)

هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([3]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([4]) وقَالَ r :« لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ»([5]).
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْعَالَمِينَ([6]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([7])
http://www.awqaf.gov.ae/Jumaa.aspx?SectionID=5&RefID=2440


Khutbah Jumat, 16 Dzul Hijjah 1435 H / 10 Oktober 2014 M
Permudahlah dan jangan dipersulit
Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العالمينَ، جَعَلَ التيسيرَ مِنْ مقاصدِ الدِّينِ، وحَثَّ عليهِ عبادَهُ المؤمنينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، الداعِي إلَى أَحْسَنِ الأقْوَالِ وَأَفْضَلِ الأَعْمَالِ؛ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بعدُ: فأُوصيكُمْ عبادَ اللهِ ونفسِي بتقوَى اللَّهِ جلَّ وعلاَ، وأحَثُّكُمْ عَلَى طاعتِهِ، قالَ تعالَى:( وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَمَا أَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِنَ الْكِتَابِ وَالْحِكْمَةِ يَعِظُكُمْ بِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ)([1]) وَقَالَ سُبْحَانَهُ:] فَبِشِّرْ عِبَادِ* الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ([2]).
Kaum muslimin : kemudahan merupakan salah satu tujuan syariat dan pondasi agama yang kuat, barang siapa menerapkannya maka ia akan beruntung, barang siapa menjauh darinya maka ia akan terjauhkan, ia termasuk salah satu tujuan Allah dalam penciptaan manusia dan salah satu petunjuk Nabi Saw dalam sunnah-nya, Allah swt berfirman :
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ اليُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ العُسْرَ
" Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu" (Al Baqarah 2 : 185)
Kemudahan dalam beretika dan kemudahan dalam berinteraksi dengan sesama, kemudahan dalam adat istiadat dan ibadah, ia merupakan ciri kebaikan bagi seorang muslim yang beriman kepada Tuhannya, Rasulullah Saw bersabda :
 إِنَّ خَيْرَ دِينِكُمْ أَيْسَرُهُ، إِنَّ خَيْرَ دِينِكُمْ أَيْسَرُهُ
"Sesungguhnya sebaik-baiknya agama kalian adalah yang termudah, sesungguhnya sebaik-baiknya agama kalian adalah yang termudah" (Musnad Ahmad 19185)

Syariat agama Islam berdiri berlandaskan pada kemudahan dan keringanan, dan menghilangkan kesukaran dan kesulitan, hal ini tertuang dalam sabda Nabi Saw :
إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى رَضِيَ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ الْيُسْرَ، وَكَرِهَ لَهَا الْعُسْرَ
"Sesungguhnya Allah Swt meridhai kemudahan bagi ummat ini, dan membenci kesukaran baginya" (At Thabrani dalam kitab Al Kabir 20/298). Allah mengutus Nabi-Nya dengan bekal sifat kasih sayang dan kemudahan, Allah Swt berfirman :
وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى
"dan Kami akan memberi kamu taufik ke jalan yang mudah" (Al A'la 87 : 8). Rasulullah Saw mencintai kemudahan dan keringanan, disebutkan dalam sabdanya :
أَحَبُّ الدِّينِ إِلَى اللَّهِ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ
"Agama yang paling dicintai oleh Allah adalah yang lurus dan toleran" (Bukhari, kitab Al Iman bab 29). Maksudnya sebuah syariah yang toleran dan mudah diamalkan


Kemudahan tidak berarti mengikuti keringanan-keringanan  dan meremehkan syariat Allah, semua yang diperintahkan oleh Allah adalah kewajiban yang harus ditunaikan dan sesuai dengan sunnah nabi, dan larangan berarti pencegahan dan penjauhan, tapi dalam Islam semua perintah dan larangan tetap memperhatikan kondisi dan kemampuan manusia, Allah Swt berfirman :
لاَ يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْساً إِلاَّ وُسْعَهَا
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya" (Al Baqarah 2 : 286)
Rasulullah Saw bersabda :
مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Apa yang aku larang hendaklah kalian menjauhinya, dan apa yang aku perintahkan maka lakukanlah semampu kalian” (Muslim 1337, Al Humaidi 1174)

Hamba Allah : sungguh indah bila tujuan yang mulia itu digapai dengan media yang mudah, apalagi gambaran kemudahan itu mencakup semua ibadah, Allah telah memberikan kemudahan kepada hamba-Nya dalam pembebanan dan diangkat kesulitan dari mereka, Allah Swt berfirman :
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
" Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan" (Al Hajj 22 : 78). Al Quran juga dimudahkan bagi orang yang mau mengambil peringatan, Allah Swt berfirman :
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا القُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ
"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?" (Al Qomar 54 : 17)

Shalat adalah tiang agama, yang diwajibkan oleh Allah kepada semua hamba-Nya, dalam penunaian shalat banyak kemudahan, diberikan keringanan bagi musafir untuk memendekkan shalatnya (qashar), dan bagi orang sakit diberikan kemudahan untuk melakukan shalat sesuai kemampuannya, Rasulullah Saw berkata pada Imran bin Hashin RA ketika ia sakit :
صَلِّ قَائِمًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ
“Shalatlah berdiri, bila kau tidak mampu maka duduklah, bila tidak mampu, maka berbaringlah” (Bukhari 4/273). Bila seorang muslim tidak mampu melakukan yang paling tinggi, maka lakukanlah yang paling rendah, maka ia telah melakukan sesuai kemampuannya (Fathul Bari karangan Ibnu Hajar 4/92). Sebegitu pentingnya shalat dan sebegitu mulia kedudukannya, Rasulullah Saw tetap memerintahkan keringanan terhadap orang-orang yang shalat, disebutkan dalam sabda Nabi Saw :
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ لِلنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ، فَإِنَّ مِنْهُمْ الضَّعِيفَ وَالسَّقِيمَ وَالْكَبِيرَ، وَإِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ لِنَفْسِهِ فَلْيُطَوِّلْ مَا شَاءَ
“Jika di antara kamu shalat mengimami manusia, maka hendaklah meringkas, karena di antara mereka ada yang lemah, yang sakit, dan orang tua. Akan tetapi, jika shalat sendirian, maka hendaklah memanjangkan semaunya” (Muttafaq 'alaih)

Puasa adalah salah satu rukun Islam, keringanan puasa diberikan pada orang yang sakit dan musafir, Rasulullah Saw memerintahkan bagi orang yang hendak berpuasa sunnah (Tathawwu’) untuk berlaku moderat dan tidak berlebihan, dari Abdullah bin Amr bin Al Ash RA berkata : Rasulullah Saw bertanya kepadaku :

يَا عَبْدَ اللَّهِ أَلَمْ أُخْبَرْ أَنَّكَ تَصُومُ النَّهَارَ وَتَقُومُ اللَّيْلَ؟ فَقُلْتُ: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: فلا تَفْعَلْ، صُمْ وَأَفْطِرْ، وَقُمْ وَنَمْ، فَإِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِعَيْنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِزَوْرِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ بِحَسْبِكَ أَنْ تَصُومَ كُلَّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ، فَإِنَّ لَكَ بِكُلِّ حَسَنَةٍ عَشْرَ أَمْثَالِهَا، فَإِنَّ ذَلِكَ صِيَامُ الدَّهْرِ كُلِّهِ
“Wahai Abdullah, benarkah kamu selalu berpuasa di siang hari dan dan selalu shalat di malam hari?” Aku pun menjawab: “ya (benar) wahai Rasulullah. Rasulullah saw pun lalu bersabda : Jangan kau lakukan semua itu. Berpuasalah dan berbukalah kamu, bangun malamlah dan tidurlah kamu, sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu, matamu mempunyai hak atas dirimu, dan isterimu pun mempunyai hak atas dirimu, dan cukuplah bagimu untuk berpuasa setiap bulan tiga hari, dan sesungguhnya bagimu pada setiap kebaikan sebanding sepuluh kali lipat, dan sesungguhnya itu bagaikan puasa satu tahun penuh”  (Musnad Ahmad 13393)
Zakat tidak diwajibkan kecuali kepada orang yang memiliki harta yang melebihi satu nisab, dan andaikata diwajibkan kepada seluruh manusia, yang kaya dan yang miskin, maka akan terjadi ketimpangan, sebagaimana dalam kewajiban ibadah haji, Allah memperhatikan kondisi manusia, tidak diwajibkan kecuali bagi orang yang mampu. Rasulullah Saw telah meletakkan petunjuk  dalam beragama kepada seluruh manusia, yang tidak memberatkan kepada diri mereka sendiri dan kepada lainnya.

Kaum muslimin : kemudahan tidak terbatas pada hubungan antara hamba dengan Tuhannya semata, tapi mencakup hubungan antara sesama manusia. Maka barang siapa ingin menggapai hati mereka maka ia harus berkomunikasi dengan mereka dengan ucapan yang mudah pula, disebutkan dalam kisah Dzul Qarnain yang terdapat dalam firman Allah :
وَسَنَقُولُ لَهُ مِنْ أَمْرِنَا يُسْراً
"Dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami" (A l Kahf 18 : 88)
Penggunaan ucapan yang mudah juga digunakan oleh Musa dan Harun ketika Allah mengutus keduanya ke Firaun, perintah Allah pada keduanya :
فَقُولا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
"Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut" ( Thaha 20 : 44). Ucapan baik diatas dialamatkan kepada orang yang berkata :
أَنَا رَبُّكُمُ الأَعْلَى
"Akulah tuhanmu yang paling tinggi" (An Nazi'at 79 : 24).
Bagaimana dengan orang yang bersujud kepada Tuhannya dan membaca : Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi ?

Dalam hubungan keluarga, seorang anak tidak akan mendapatkan kebaikan kedua orang tuanya sehingga ia menggunakan ucapan yang lemah lembut terhadap keduanya dan memilih ucapan yang terbaik. Transaksi jual beli juga harus menggunakan kemudahan, seperti pesan yang disampaikan oleh Rasulullah dalam sabdanya :
رَحِمَ اللَّهُ رَجُلاً سَمْحاً إِذَا بَاعَ، وَإِذَا اشْتَرَى، وَإِذَا اقْتَضَى
"Allah merahmati orang yang memudahkan ketika menjual dan ketika membeli dan juga orang yang meminta haknya" ( Bukhari 2076)
Berilah kemudahan kepada orang-orang  yang berhutang, semoga Allah memberikan kemudahan kepadanya, Allah Swt berfirman :
وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ
"Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan" (Al Baqarah 2 : 280)

Hamba Allah : sesungguhnya kemudahan yang dilakuakn terhadap sesama hamba Allah  akan mendatangkan kemudahan dari Allah di dunia dan akhirat, barang siapa yang mengasihi sesamanya dan tidak memberatkan mereka, maka Allah akan memberikan kemudahan dalam urusannya di dunia dan akhirat, Allah Swt berfirman :
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى* وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى* فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى
"Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah" (Al Lail 92 : 5-7)
Barang siapa yang memberatkan orang lain, maka Allah akan memberikan beban berat kepadanya, Allah Swt berfirman :
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى* وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى* فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى
"Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar" (Al Lail 92 : 8-10)
Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ شَاقَّ شَاقَّ اللَّهُ عَلَيْهِ
“Barang siapa yang membuat susah, maka Allah akan memberikan kesusahan kepadanya” (Abu Daud 3635)

Ya Allah berilah kami kemudahan dalam setiap langkah kami, jadikanlah hidayah pembimbing kami dalam setiap urusan kami,  dan berilah kami taufik untuk mentaatai-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dg sebenar-benarnya takwa, dan merasalah diawasi oleh-Nya dalam kesunyian dan keramaian dan ketahuilah bahwa beragama itu tidak berarti harus radikal dan ekstrim dalam menjalankan ibadah, barang siapa berlaku radikal maka itu akan mengantarkannya pada kehancuran, Rasulullah Saw bersabda :
هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ
“Celakalah orang-orang yg melampaui batas” (Muslim 2670). Maksudnya mereka yang berlebih-lebihan dan berpura-berpura dan melampaui batas.

Allah telah memberikan nikmat yang melimpah ruah kepada kita di negara Persatuan Emirate Arab, kita hidup dalam kebaikan, ketentraman dan kemakmuran, lalu kita masih mau lebih dari itu ? Hendaknya kita bersyukur kepada Allah atas segala keutamaan, atas nikmat pemberian pemimpin yang bijak, negara yang tentram, aman dari segala fitnah, jauh dari pertumpahan darah, penghancuran negara dan gelombang pengungsian, seperti yang terjadi di kebanyakan negara-negara lain, semua itu merupakan salah satu buah dari kemoderatan dalam beragama, kemoderatan dalam berfikir, serta usaha pemerintah yang terus menerus demi ketentraman negara ini.

هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([3]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([4]) وقَالَ r :« لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ»([5]).
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْعَالَمِينَ([6]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([7])


Khutbah Jumat, 23 Dzul Hijjah 1435 H / 10 Oktober 2014 M
Pemuda adalah kekayaan negara
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، خَلَقَ فَسَوَّى، وَقَدَّرَ فَهَدَى، نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلاَلِ وَجْهِهِ وَعَظِيمِ سُلْطَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، وَصَفِيُّهُ مِنْ خَلْقِهِ وَخَلِيلُهُ، صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Hamba Allah : anak adalah buah hati, jiwa kita menjadi senang dan tenang dengannya, hati kita merindukannya, di masa kecilnya, anak mendatangkan keceriaan pada kedua orang tuanya, kala ia dewasa, ia menjadi penopang kedua orang tuanya, pembawa nama baik keduanya, sehingga hidup ini menjadi lebih indah dengan adanya anak, ia menjadi teman bicara keduanya, ia adalah nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kedua orang tuanya, ia bagaikan bunga yang mekar dalam kehidupan, Allah Swt berfirman :
المَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia” (Al Kahf 18 : 46).
Memberikan pendidikan agama adalah tanggung jawab kedua orang tua, mengayakan akalnya dengan bekal kebudayaan adalah tanggung jawab sosial, tanggung jawab agama dan juga merupakan amanat pendidikan, Rasulullah Saw bersabda :
كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ... وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ، وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya atas yang dipimpinnya, seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya” (Muttafaq ‘alaih)

Barang siapa yang diberikan anak, maka jangan lupa untuk mendidiknya, berlaku baik padanya dalam semua periode kehidupan, karena anak selalu membutuhkan arahan pada jalan yang lurus dan nasehat yang baik, karena anak kecil tumbuh dalam jiwa yang bersih, fitrah yang murni, bila ia mendapatkan keimanan yang membentuknya, dan rel istiqomah menjadi jalan yang ditempuhnya, maka ia akan tumbuh dengan jiwa yang baik, berpegang teguh dengan keutamaan, dan tidak terpengaruh oleh keburukan, kesesatan, maka kehidupannya akan menjadi baik yang dapat memberikan kebahagiaan pada negerinya, bermanfaat untuk masyarakatnya, Nabi Saw telah menanamkan prinsip-prinsip keimanan dalam hati mereka dan mengajarkan mereka tentang pengawasanTuhannya, dari Ibnu Abbas RA berkata :
يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَىْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، وَلَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَىْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ، وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
“Wahai Ghulam, sesungguhnya aku ingin mengajarkanmu beberapa kalimat (nasehat) : jagalah Allah, pasti Allah akan menjagamu, jagalah Allah pasti kau mendapati-Nya dihadapanmu, bila kau meminta, mintalah pada Allah, bila kau minta tolong, mintalah tolong pada Allah, dan ketahuilah bahwa jika ummat berkumpul untuk memberikan suatu kemanfaatan bagimu, maka mereka tidak dapat memberikannya sedikit pun kecuali sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Allah untukmu, dan jika mereka berkumpul untuk membahayakanmu dengan sesuatu, maka tidak akan bisa melakukan itu kecuali sesuatu yang telah telah ditakdirkan Allah atasmu, pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering”  (At Tirmidzi 2516)

Barang siapa mendidik anaknya kebaikan sejak usia dini, maka ia akan merasa bahagia di masa tuanya, dan akan bermanfaat di masa hidupnya dan setelah wafatnya, Rasulullah Saw :
إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ: أَنَّى هَذَا؟ فَيُقَالُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
“Sesungguhnya ada seseorang yang diangkat derajatnya di surga, lalu ia bertanya : bagaimana aku mendapatkan ini ? dikatakan : ini disebabkan oleh istighfar anakmu untukmu” (Ibnu Majah 3660 dan Ahmad 10890)

Kaum muslimin : bila seorang anak bermalas-malasan dan tidak mau belajar, tidak mau menerima nasihat, yang diikutinya justeru hawa nafsunya, maka kelak mereka akan terjebak dalam radikalisme dan ekstrimisme, hal itu disebabkan karena ia belajar agama dari sumber-sumber yang tidak jelas, ia kenyang dengan pemikiran yang teracuni, hukum-hukum yang salah, ia tertipu atas nama agama, dan santapannya adalah radikalisme, oleh karena itu berhati-hatilah dalam mendidik anak kalian, karena kalian –orang tua- akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Allah Swt, karena pendidikan anak harus berdasarkan pada pondasi agama yang mudah, moderat danbijak, dan inilah yang harus menjadi perhatian kedua orang tua dan para pendidik, masa depan negara, masyarakat dan kemajuannya tergantung pada pondasi tersebut, anak-anak adalah generasi masa depan negara ini, mereka adalah cita-cita dan kekayaannya, mereka yang akan membangun kebudayaannya dan pembawa benderanya. Ajarkan anak-anak kalian nilai-nilai cinta negara, melindungi pencapaiannya, ceritakan pada mereka bagaimana pencapaian ini diwujudkan oleh peluh para pendahulu, perjuangan para orang tua dan harus disempurnakan oleh usaha-usaha para penerusnya, ajarkan mereka bagaimana mendukung pemimpin mereka yang bijak, mengikuti jejak dan metode mereka, ini bersumber dari perintah Tuhan semesta alam, Allah Swt berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).

Bila kita mampu menanamkan hal itu pada hati mereka dan membentuk jiwa mereka, maka kita semua akan menikmati masyarakat yang aman, tentram dan makmur, maka anak-anak mereka akan selalu mendoakan kebaikan baginya, semua itu disebabkan pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada mereka, Allah Swt memerintahkan dalam firman-Nya :
وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً
“Dan katakanlah  : “Wahai Tuhanku, sayanginlah keduanya sebagaiman keduanya telah mendidik aku di waktu kecil” (Al Isra’ 17 : 24)
Mereka akan berterima kasih, karena mereka telah mendapatkan kehormatan dari para pemimpin mereka, sehingga mereka akan selalu mendoakan, Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ آتَى إِلَيْكُمْ مَعْرُوفاً فَكَافِئُوهُ، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَادْعُوا اللَّهَ لَهُ حَتَّى تَعْلَمُوا أَنْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ
“Barang siapa memberikan kebaikan pada kalian, maka balaslah dengan yang setimpal, maka bila tidak mendapatkan sesuatu untuk membalasnya , maka berdoalah  untuknya, hingga kalian mengetahui bahwa kalian telah membalasnya dengan sepadan” (Abu Daud 5109)

salah satu prinsip-prinsip dasar pendidikan anak adalah menanamkan cinta dan setia negara pada jiwa mereka, karena kita hidup diatas tanahnya, kita menikmati kebaikannya, belajar di sekolah dan institusi-institusinya,  dan agama kita telah mengajarkan untuk berlaku baik kepada setiap orang yang berlaku baik kepada kita, Allah Swt berfirman :
هَلْ جَزَاءُ الإِحْسَانِ إِلاَّ الإِحْسَانُ
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (Ar Rahman 55 : 60)
Kita harus berbakti pada negara ini, setia padanya sebagai bentuk balas budi dan terima kasih atas segala kebaikan yang telah diberikan kepada kita.

Hamba Allah : sesungguhnya buah dari pendidikan yang baik adalah kebaikan anak di masa depan, ketaatan mereka pada Tuhan langit dan bumi dan mereka akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat, dan di akhirat mereka akan mendapatkan perlindungan dari Allah, Rasulullah Saw bersabda :
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ... وذَكَرَ منْهَا: وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ
“Tujuh golongan mendapatkan perlindungan Allah pada hari dimana tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Nya. Disebutkan : dan seorang pemuda yang dibesarkan dalam beribadah kepada Tuhannya” ( Muttafaq ‘alaih). Di dunia mereka akan mendapatkan perlindungan Allah karena mereka telah menunaikan perintah Allah dan mereka akan dihargai dan dihormati oleh anggota masyarakatnya.

Ya Allah berkahilah pemuda pemudi kami, berilah mereka taufik agar berbakti pada negara mereka, dan lindungilah para pemimpin kami demi kemaslahatan kami.
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ:
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dg sebenar-benarnya takwa, dan merasalah diawasi oleh-Nya dalam kesunyian dan keramaian dan ketahuilah bahwa kebaikan yang diberikan kedua orang tua terhadap anak-anaknya adalah pendidikan yang baik dan melindungi mereka dari segala hal yang membahayakan mereka, Allah Swt berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan kelaurgamu dari api nerakat yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu” (At Tahrim 66 : 6).
Ali RA berkata : ajarkan mereka dan didiklah mereka (Tafsir At Thabari 23/491). Dan ketahuilah bahwa disana banyak orang yang ingin menjerumuskan para pemuda kita agar mereka tidak mentaati pemimpin mereka, dan menganjurkan mereka keluar berangkat ke medan tempur dan fintah dengan alasan mencari mati syahid, dan kami memberikan nasehat kepada para orang tua agar mengarahkan anak-anak mereka menjelaskan pemahaman yang salah pada mereka, hindarilah dan hindarilah tipu daya para musuh, mereka tidak pantas dipercaya, dan Negara Persatuan Emirates Arab insya Allah terlindungi, dan para pemimpin negara ini selalu mendahulukan kemaslatan negara ini, dan bila musuh itu berasal dari penduduk negara ini maka marabahayanya lebih besar.

هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([3]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([4]) وقَالَ r :« لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ»([5]).
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ شَبَابَنَا وَبَنَاتِنَا مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، اللَّهُمَّ احْفَظْهُمْ مِنْ شَيَاطِينِ الإِنْسِ وَالْجِنِّ.
اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْعَالَمِينَ([6]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([7])



No comments: