Khutbah Jumat, 17 Dzul Hijjah 1435 H /
12 September 2014 M
Allah mencintai orang-orang yang sabar
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَعَدَ الصَّابِرِينَ أَنْ يُوَفِّيَهُمْ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ حَمْدًا يَلِيقُ بِجَلَالِ وَجْهِهِ وَعَظِيمِ سُلْطَانِهِ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ،
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، وَصَفِيُّهُ مِنْ
خَلْقِهِ وَحَبِيبُهُ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ:
فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ جَلَّ وَعَلاَ، قَالَ اللَّهُ
تَعَالَى:] يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا
وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ[([1]) وقالَ سُبْحَانَهُ:] فَبِشِّرْ عِبَادِ* الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ القَوْلَ
فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ([2])
Kaum mukminin : Allah menciptakan manusia dan diberikan
kepadanya cobaan di dunia, Allah Swt berfirman :
إِنَّا خَلَقْنَا الإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ
نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعاً بَصِيراً
“Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang tercampur yang Kami
hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia
mendengar dan melihat” (Al Insan 76 : 2). Ada perintah ada larangan, surga sebagai balasan bila ia taat pada Yang
Maha Kuasa, ia dilarang melakukan kemaksiatan karena itu berarti neraka, dan
dijadikan jalan menuju ke surga dipenuhi dengan perkara-perkara yang dibenci
oleh jiwa, sedangkan jalan menuju neraka diliputi perkara-perkara yang disukai
oleh syahwat, tak seorang pun mampu melawan nafsunya kecuali dengan kesabaran,
kesabaran itu dengan memenuhi hatinya cinta kepada Allah, dan barang siapa yang
bersabar, ia akan meraih harapannya dan akan mendapatkan kedudukan yang mulia,
Allah Swt berfirman :
وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“Allah
menyukai orang-orang yang sabar” (Ali Imran 3 : 146).
Kesabaran berarti menahan diri dan tidak mengeluh saat
cobaan datang mendera, disebutkan pula bahwa kesabaran itu adalah mengarungi
cobaan dengan etika yang baik, ia disebut kesabaran karena rasa pahitnya
terhadap jiwa seperti rasa pahit saat menelan obat kesabaran, kesabaran adalah
etika yang mulia, Allah menjadikan kesabaran sebagai benteng yang tak mudah
goyah, semua hamba Allah diperintahkan untuk bersabar, kesabaran adalah
pemberian Allah yang berpahala tak berhingga, Allah Swt berfirman :
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ
أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”
(Az Zumar 39 : 10)
Balasan orang-orang yang bersabar adalah tertera dalam
firman Allah diantaranya :
وَأَنْ تَصْبِرُوا خَيْرٌ لَكُمْ
“Dan
kesabaran itu lebih baik bagimu”(An Nisa’ 4 : 25). Pada ayat lain disebutkan :
وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ
لِلصَّابِرِينَ
“Akan
tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang
yang sabar” (An Nahl 16 : 126)
Kesabaran adalah sebaik-baiknya pemberian yang
dianugerahkan kepada seorang hamba di dunia, Rasulullah Saw bersabda :
مَا أُعْطِىَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْراً
وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ
“Tidak
seorang pun diberikan pemberian yang lebih baik dan lebih luas dari kesabaran”
(Muttafaq ‘alaih)
Hamba Allah : karena kemulian sifat ini
serta ketinggian kedudukannya, maka diantara nama-nama Allah adalah “As
Shabur”, sebagai pertanda berlebihan dalam kesabaran atas pelaku kemaksiatan,
Allah memuji para nabi-Nya atas kesabaran mereka, Allah Swt berfirman
mengisahkan nabi Ayyub AS :
إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ
الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ
“Sesungguhnya
Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baiknya hamba,
sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)” (Shad 38 : 44). Pada ayat lain disebutkan :
وَإِسْمَاعِيلَ وَإِدْرِيسَ وَذَا
الْكِفْلِ كُلٌّ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Dan
(ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli, semua mereka termasuk orang-orang
yang sabar” (Al Anbiya’ 21 : 85). Allah
mengisahkan para rasul pemegang ulul azmi, mereka para rasul yang paling mulia
dan paling sabar, sehingga nabi Muhammad Saw diperintahkan agar mencontoh
kesabaran mereka, walaupun beliau termasuk golongan ulul azmi, Allah Swt
berfirman :
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ
مِنَ الرُّسُلِ
“Maka
bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari
rasul-rasul yang telah bersabar” (Al Ahqaf 46 : 35). Para Nabi menjadi contoh kesabaran atas penganiayaan
yang diterima dari kaum mereka, Allah Swt berfirman :
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِّن قَبْلِكَ
فَصَبَرُواْ عَلَى مَا كُذِّبُواْ وَأُوذُواْ حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا
“Dan
sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi
mereka sabar terhadap perndustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap
mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka” (Al An’am 6 : 34). Bahkan semua itu semakin menambah ketetapan mereka
dalam kesabaran, mereka berkata pada kaum mereka :
وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَى مَا آَذَيْتُمُونَا
وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ
“dan
Kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan
kepada kami, dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu
berserah diri” (Ibrahim 14 : 12). Para
nabi mewasiatkan kesabaran kepada seluruh kaumnya dan menganjurkannya, nabi
Musa AS berkata pada kaumnya, disebutkan dalam firman Allah :
اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ وَاصْبِرُوا
“Mohonlah pertolongan kepada Allah dan
bersabarlah” (Al A’raf 7 : 128). Ia
juga merupakan wasiat Nabi Muhammad Saw kepada para sahabatnya, disebutkan
dalam sabdanya :
إِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّاماً
الصَّبْرُ فِيهِنَّ مِثْلُ الْقَبْضِ عَلَى الْجَمْرِ لِلْعَامِلِ فِيهِنَّ مِثْلُ
أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلاً يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِكُمْ». قِيلَ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ أَجْرُ خَمْسِينَ رَجُلاً مِنَّا أَوْ مِنْهُمْ؟ قَالَ:« لاَ بَلْ أَجْرُ
خَمْسِينَ مِنْكُمْ
“Sesungguhnya di belakang kalian ada
hari-hari, yang bersabar bagaikan memegang bara api, orang yang mengamalkan
akan mendapatkan pahala lima puluh orang yang melakukan seperti perbuatan
kalian”. Dikatakan : wahai Rasulullah pahala lima puluh orang dari kami atau
dari mereka ? Beliau menjawab : tidak, bahkan pahala lima puluh orang dari
kalian” (Abu Daud 4341 dan At Tirmidzi 3058)
Kaum muslimin : barang siapa menjadikan
kesabaran sebagai jalannya, maka ia akan mendapatkan kedudukan di akhirat,
Rasulullah Saw bersabda :
وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ
“Kesabaran
bagaikan cahaya” (Muslim 223).
Kesabaran itu terbagi menjadi beberapa bagian diantarnya, sabar menjauh dari
kemaksiatan, sabar dalam menjalankan ketaatan dan sabar saat tertimpa musibah,
dan Allah Swt telah memerintahkan hamba-Nya agar bersabar dalam menjalankan
ketaatan, firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Hai
orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
shalat, sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar” (Al Baqarah 2 :
53). Shalat adalah kewajiban yang
berulang-ulang yang membutuhkan kesabaran dan kesungguhan, Allah Swt berfirman
:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ
عَلَيْهَا لاَ نَسْأَلُكَ رِزْقاً نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
“Dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki
kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa” (Thaha 20
: 132)
Disebutkan bahwa kesabaran menjauh dari
kemaksiatan lebih mudah dari kesabaran menerima azab Allah. Maka beruntunglah
orang yang bersungguh-sungguh menjalankan ketaatan kepada Allah, menjauh dari
larangan Allah, mendahulukan akhirat atas urusan dunia, mencegah dirinya
mengikuti nafsunya, mengendalikan syahwatnya, mengekang dirinya untuk
meninggalkan segala keburukan, sehingga ia termasuk dalam kategori orang yang
bersabar dalam menjauh dari kemaksiatan.
Hamba Allah : bersabarlah saat ditimpa
musibah dan cobaan, karena kebahagiaan itu bisa didapat dengan mengambil hikmah
dari cobaan tersebut kemudian bersabar, Allah Swt berfirman :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ
الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar” (Al Baqarah 2 : 155). Hal itu tidak dapat terwujud kecuali bagi orang yang
beriman kepada Tuhannya dan rela dengan keputusan-Nya, Rasulullah Saw bersabda
:
عَجَباً لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ
أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ
أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ
صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ
“Sungguh
menakjubkan perkaranya seorang mukmin, karena seluruh perkara baik baginya,
yang demikian itu tidak dimiliki kecuali oleh orang mukmin, jika ia mendapat
kebahagiaan, ia bersyukur, maka itu baik baginya, jika ia mendapat ujian ia
bersabar maka itu baik baginya” (Muslim 2999)
Oleh karena itu, balasan orang yang
bersabar atas cobaan yang menimpa adalah ampunan dan rahmat dari Allah, Allah
Swt berfirman :
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ
قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُون* أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ
صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“(yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Inna lillahi wa
inna ilaihi rajiun”. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”
(Al Baqarah 2 : 156-157)
Seorang shaleh berkata :
إِنِّي لأُصَابُ بِالْمُصِيْبَةِ فَأَحْمَدُ اللهَ عَلَيْهَا
أَرْبَعَ مَرَّاتٍ: أَحْمَدُ إِذْ لَمْ يَكُنْ أَعْظَمَ مِنْهَا, وَأَحْمَدُ إِذْ
رَزَقَنِي الصَّبْرَ عَلَيْهَا, وَأَحْمُدُ إِذْ وَفَّقَنِي لِلاسْتِرْجَاعِ لِمَا
أَرْجُو مِنَ الثَّوَابِ، وَأَحْمَدُ إِذْ لَمْ يَجْعَلْهَا فِي دِيْنِي
Sesungguhnya aku bila tertimpa satu
musibah, maka aku bersyukur kepada Allah empat kali atas musibah itu : aku
bersyukur karena musibah itu tidak lebih besar dari itu, aku bersyukur karena
Allah memberiku kesabaran, aku bersyukur karena aku mengucapkan إنا لله وإنا إليه راجعون karena
aku mengharap pahala dari Allah, dan aku bersyukur karena musibah itu tidak
menimpa agamaku. (Syuraih Al Qadhi, siyar A’lam An Nubala’ 5/52)
Ya Allah berilah kami kesabaran dan
jadikan ia sebagai hiasan kami, berikanlah kami taufik untuk mentaati-Mu, mentaati
rasul-Mu Muhammad Saw mentaati orang yg diperintahkan pada kami agar ditaatinya
sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ
وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ
بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ،
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى
التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba
Allah dg sebenar-benarnya takwa dan merasalah diawasi oleh-Nya dalam
kesendirian dan keramaian, Allah swt berfirman :
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ
أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ*
وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ
عَظِيمٍ
“Dan tidaklah sama kebaikan dan
kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba
orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi
teman yangat setia. Sifat-sifat yang bait itu tidak dianugerahkan melainkan
kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada
orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar” (Fusshilat 41 : 35-36)
Ibnu Abbas RA berkata : pada ayat ini
Allah memerintahkan agar bersabar saat marah, bersabar menghadapi orang yang
bodoh dan memaafkan orang yang berlaku buruk kepadanya” (Tafsir Al Qurthubi
15/362). Akhlak mulia ini yang disebutkan pada ayat diatas membutuhkan kesabaran,
karena kesabaran merupakan pangkal kesuksesan dan kebaikan di seluruh sektor
kehidupan, ia menjadi penghalang antara manusia dan sifat marahnya, dengannya
ia dapat mengendalikan tindakannya dan interaksinya dengan orang yang ada di
sekitarnya, ia merupakan tuntutan yang dapat memperindah kehidupan, tanpanya
maka amarah akan menguasai, seseorang meminta nasehat pada Nabi Saw :
قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِىِّ r : أَوْصِنِي . قَالَ:«لاَ تَغْضَبْ ».
فَرَدَّدَ مِرَاراً ، قَالَ :« لاَ تَغْضَبْ
berwasiatlah
kepadaku. Nabi Saw bersabda : jangan marah. Ia terus mengulang permohonannya,
Beliau bersabda : jangan marah” (Bukhari 6116). Terdapat
hubungan kuat antara tidak melampiaskan amarah dengan kesabaran, kesabaran
membawa pada akhlak yang mulia, dan interaksi yang baik, maka barang siapa selalu
bersabar dalam kehidupannya, ia akan mendapatkan pahala, dan ia akan
mendapatkan kebaikan di akhirat, Allah Swt berfirman :
سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى
الدَّارِ
“(sambil
mengucapkan) kesalamatan bagimu atas kesabaranmu, maka alangkah baiknya tempat
kesudahan itu” (Ar Ra’d 13 : 24).
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ
عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([3]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([4]) وقَالَ r :« لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ
الدُّعَاءُ »([5]).
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ
الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ
سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. اللَّهُمَّ لاَ
تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ
دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ
مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ
قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ
أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ
أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا،
وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن
زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا
رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا
تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ
عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم،
وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ
اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا
وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا
الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا،
وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ
لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ
اسْمُكَ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ
الْعَالَمِينَ([6]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ
الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([7])
http://www.awqaf.gov.ae/Jumaa.aspx?SectionID=5&RefID=2400
Khutbah Jumat, 24 Dzul Qaidah 1435 H / 19 September 2014 M
Etika Pergaulan
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ حَمْدًا يَلِيقُ بِجَلَالِ وَجْهِهِ وَعَظِيمِ سُلْطَانِهِ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ،
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، وَصَفِيُّهُ مِنْ
خَلْقِهِ وَحَبِيبُهُ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي
بِتَقْوَى اللَّهِ جَلَّ وَعَلاَ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى:] يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا
رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْماً لاَّ يَجْزِي وَالِدٌ عَن وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُودٌ
هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِ شَيْئاً إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلاَ
تَغُرَّنَّكُمُ الحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الغَرُورُ[([1])
Kaum
mukminin : sesungguhnya seorang muslim itu berkepribadian ramah, mudah, lemah
lembut dan dekat dengan sesama manusia, saling mengasihi antara mereka, barang
siapa berusaha mendapatkan sifat-sifat tersebut diatas, maka ia akan dijauhkan dari
neraka oleh Allah, Rasulullah Saw bersabda :
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَنْ
تُحَرَّمُ عَلَيْهِ النَّارُ؟ قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: عَلَى
كُلِّ هَيِّنٍ، لَيِّنٍ، قَرِيبٍ مِنَ النَّاسِ،
سَهْلٍ
"Maukah
aku beritahukan kepadamu orang yang
diselamatkan dari api neraka ? mereka menjawab : tentu wahai Rasulullah. Beliau
bersabda : setiap orang yang ramah, lemah-lembut dekat dengan manusia dan
mudah" (Musnad Ahmad 3938 dan Shahih Ibnu Hibban 470)
Barang siapa yang terhalang untuk saling mencintai dengan sesamanya dan hidup berdampingan dengan mereka, maka ia telah terhalangi dari kebaikan, Rasulullah Saw :
Barang siapa yang terhalang untuk saling mencintai dengan sesamanya dan hidup berdampingan dengan mereka, maka ia telah terhalangi dari kebaikan, Rasulullah Saw :
الْمُؤْمِنُ يَأْلَفُ، وَلاَ خَيْرَ
فِيمَنْ لاَ يَأْلَفُ وَلاَ يُؤْلَفُ
"Orang
beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak berlaku
marah dan diperlakukan ramah" (Musnad Ahmad 9436)
Barang siapa menginginkan hidup damai berdampingan dengan sesama manusia, maka ia harus berbagi kebaikan
dengan mereka, bersabar atas kesalahan mereka, menjaga untuk tidak membicarakan
keburukan mereka, menjauh dari kesalahan mereka, tidak menghina, tidak
melaknat, karena seorang mukmin itu harus menjaga ucapannya dan menjaga hatinya
agar tetap bersih, Rasulullah Saw bersabda :
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلاَ اللَّعَّانِ، وَلاَ
الْفَاحِشِ وَلاَ الْبَذِيءِ
“Seorang
mukmin bukanlah seorang pengumpat, pengutuk, yang berkata keji dan berkata
kotor" (At Tirmidzi 1977)
Hamba Allah : ketika Rasulullah Saw ditanya mengenai hakikat
keimanan, beliau menafsirkannya dengan etika baik dalam pergaulan dengan sesama
makhluk, dari Amr bin Abasah RA berkata :
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الإِسْلاَمُ؟
قَالَ:« طِيبُ الْكَلاَمِ، وَإِطْعَامُ الطَّعَامِ» قُلْتُ: مَا الإِيمَانُ؟ قَالَ:«
الصَّبْرُ وَالسَّمَاحَةُ» قُلْتُ: أَىُّ الإِسْلاَمِ أَفْضَلُ؟ قَالَ:« مَنْ
سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ» قُلْتُ: أَىُّ الإِيمَانِ
أَفْضَلُ؟ قَالَ :« خُلُقٌ حَسَنٌ» قُلْتُ: أَىُّ الْهِجْرَةِ أَفْضَلُ؟ قَالَ:«
أَنْ تَهْجُرَ مَا كَرِهَ رَبُّكَ عَزَّ وَجَلَّ
“Aku mengunjungi
Rasulullah Saw dan bertanya : wahai Rasulullah : apakah itu Islam ? Beliau
menjawab : berkata yang baik dan memberikan makanan. Aku bertanya kembali : apa
itu Iman ? Beliau menjawab : sabar dan toleransi. Aku berkata : Islam seperti
apakah yang paling utama ? Beliau menjawab : orang yang mampu menyelamatkan
muslim lainnya dari ucapan dan perbuatannya. Aku berkata : Iman seperti apakah
yang paling utama ? Beliau menajwab : etika baik. Aku berkata : hijrah seperti
apakah yang paling utama ? Beliau menjawab : hendaknya kau menjauh (berhijrah)
dari apa yang tidak disukai oleh Tuhanmu” (Musnad Ahmad 19963). Perhatikanlah wahai hamba Allah bahwa Islam pada derajatnya yang paling
tinggi dan keimanan dalam gambaran yang terindah adalah ketika seseorang mampu
memperbaiki hubungannya dengan Allah dan berlaku baik terhadap sesama, karena
itu gunakan ucapan baik ketika berdialog dengan sesama, pilihlah ucapan yang
paling lembut dan paling indah, Allah Swt berfirman :
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْناً
“Serta ucapkanlah kata-kata yang baik
kepada manusia” (Al Baqarah 2 : 83). Maksudnya berkatalah baik pada mereka dan rendah hatilah
terhadap mereka (Tafsir Ibnu Katsir 1/317). Barang siapa menginginkan
kesempurnaan imannya, maka hendaknya ia mencintai kebaikan manusia lainnya,
sebagaimana ia mencintai kebaikan pada dirinya sendiri, Rasulullah Saw bersabda
:
لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ
لِنَفْسِهِ
“Tidak sempurna keimanan seseorang
sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya” (Muttafaq
‘alaih)
Barang
siapa menginginkan semua itu, maka ia hendaknya membersihkan dirinya dari
dengki, hasut, amarah dan saling menjauhi, berikut wasiat Nabi Saw :
لاَ تَحَاسَدُوا، وَلاَ
تَنَاجَشُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ
عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَاناً. الْمُسْلِمُ أَخُو
الْمُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخْذُلُهُ، وَلاَ يَحْقِرُهُ. التَّقْوَى هَا
هُنَا». وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ :« بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ
الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ
حَرَامٌ: دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ
“Janganlah
kalian saling mendengki, janganlah saling menipu, janganlah saling membenci,
janganlah saling membelakangi dan janganlah sebagian kalian menjual sesuatu di
atas penjualan sebagian yang lain, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang
bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, tidak mendhaliminya, tidak merendahkannya dan tidak
menghinanya. Takwa itu ada di sini, -dan beliau mengisyaratkan ke dadanya tiga
kali-. Cukuplah bagi seorang telah berbuat buruk dengan merendahkan saudaranya
yang muslim, setiap muslim diharamkan atas muslim lainnya : darah, harta dan kehormatannya" (Muslim
2564)
Kaum
mukminin : seorang muslim yang bergaul dengan sesamanya hendaknya menggunakan
akal yang dipenuhi oleh hikmah, bila ia menasehati, maka jalan yang ditempuh
haruslah jalan yang baik, inilah inti wasiat Nabi Saw yang disebutkan dalam
firman Allah :
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ
بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ
بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk” (An Nahl 16 : 125). Islam mengajarkan pengembangan manusia, pembangunan
negara dan melarang pertikaian dan peperangan, dan semua pembangunan tidak akan
berdiri bila dasarnya adalah perbedaan hati dan prasangka buruk, Rasulullah Saw
bersabda :
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ
الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ
“Hatilah-hatilah kamu terhadap prasangka, karena
prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta”(Muttafaq ‘alaih). Bergaul dengan sesama manusia
memerlukan kejujuran, artinya kita harus memuji mereka bila mereka berlaku
baik, Allah Swt berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ
قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا
اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah
kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi
saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al Maidah 5 : 8). Dan agama kita telah
mengajarkan bahwa dalam perbedaan pendapat, kita harus menghargai pihak lain
dan melindungi hak-haknya, Allah Swt berfirman :
وَلاَ تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ
“Dan janganlah kamu kurangkan bagi
manusia barang-barang takaran dan timbangannya” (Al A’raf 7 : 85). Barang siapa berlaku jujur dan istiqomah dengan sesama manusia, maka ia
sebenarnya telah menduduki keimanan yang tinggi, Ammar bin Yasri RA berkata :
ثَلاَثٌ مَنْ جَمَعَهُنَّ فَقَدْ
جَمَعَ الإِيمَانَ: الإِنْصَافُ مِنْ نَفْسِكَ، وَبَذْلُ السَّلاَمِ لِلْعَالَمِ،
وَالإِنْفَاقُ مِنَ الإِقْتَارِ
“Tiga perkara bila terkumpul pada seseorang, maka telah
terkumpul keimanan padanya : berlaku adil terhadap dirimu, mengucapkan salam pada
setiap orang, dan berinfak saat kekurangan” (Bukhari dalam kitab Al Iman bab
20)
Para ulama
berkata : keadilan termasuk sifat yang paling mulia, artinya seseorang
hendaknya mengetahui kebenaran yang berada pada dirinya dan melakukannya tanpa
tuntutan” (Fathul Bari karangan Ibnu Rajab 1/68)
Perbedaan
pendapat tidak berarti harus bertengkar dan saling memutuskan hubungan, dan
barang siapa mengikuti nafsunya dan berlaku intoleran lalu terjadi pertikaian
maka ia telah menghancurkan dirinya
Ya
Allah berilah kami keimanan yang baik, wujudkan pada kami indahnya segala
kebaikan akhlak dan kebaikan perbuatan, berilah kami perbuatan yang baik yang
Engkau ridhai, berilah kami taufik untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad
Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya,
sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا
اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ
نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ
وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ،
وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah
kepada Allah wahai hamba Allah dg sebenar-benarnya takwa, dan merasalah diawasi
oleh-Nya dalam kesunyian dan keramaian dan ketahuilah bahwa bahwa sifat diatas
merupakan salah satu prinsip dasar agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw
sebagai rahmat bagi semesta alam, Allah Swt berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (Al Anbiya’ 21 :
107).
Pada
Beliau terdapat rahmat dalam dirinya, dalam akhlaknya, dalam pergaulannya
dengan semua makhluk, yang beriman maupun yang tidak, dan ketika dikatakan pada
Beliau : wahai Rasulullah, berdoalah atas kehancuran kaum musyrikin. Beliau
menjawab :
إِنِّي لَمْ
أُبْعَثْ لَعَّاناً، وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً
“Sesungguhnya Aku tidak diutus untuk
melaknat, tetapi aku diutus sebagai rahmat” (Muslim 2599). Artinya
sesungguhnya Aku diutus untuk mendekatkam manusia kepada Allah dan kepada
rahmat-Nya, dan aku tidak diutus untuk menjauhkan mereka dari rahmat-Nya.
Begitulah hendaknya seorang muslim menjadi rahmat terhadap sesama makhluk,
mencintai mereka, berusaha untuk menutupi kebutuhan mereka, menyebarkan
kebaikan, kasih sayang dan kesetiaan pada masyarakatnya dan bekerja untuk
meninggikan dan memuliakan negaranya.
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ
عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3]) وقَالَ r :« لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ
الدُّعَاءُ»([4]).
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ
الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ
سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. اللَّهُمَّ لاَ
تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ
دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ
مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ
قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ
أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ
أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا،
وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن
زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا
رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا
تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ
عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم،
وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ
اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا
وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا
الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا،
وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ
لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ
اسْمُكَ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ
الْعَالَمِينَ([5]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ
الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([6])
http://www.awqaf.gov.ae/Jumaa.aspx?SectionID=5&RefID=2416
Khutbah Jumat, 2 Dzul
Hijjah 1435 H / 26 September 2014 M
Malam malam sepuluh, (1-10 Dzul Hijjah)
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الذِي خَصَّ أَوْقاتاً بالفَضْلِ والنَّفَحَاتِ، والمغفرةِ والبركاتِ، نَحْمَدُهُ
سبحانَهُ، ذُو الجلالِ والإكرامِ، أَقْسَمَ بالليالِي العَشْرِ، وأمرَنَا أَنْ
نعمرَهَا بالعبادَةِ والذِّكْرِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ
إلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا
وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، إمامُ العابدِينَ، وَقُدْوَةُ الذَّاكِرِينَ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الغُرِّ الميامينِ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ ونَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى،
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:] وَتَزَوَّدُوا
فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ[([1]) وَقَالَ سُبْحَانَهُ:] فَبِشِّرْ عِبَادِ* الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ القَوْلَ
فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ([2])
Kaum Muslimin : Allah telah
memberikan kenikmatan dan kebaikan pada Anak Adam, mereka diperintahkan dengan
perintah yang dapat mendatangkan manfaat buat mereka, dilarang dari segala
sesuatu yang mendatangkan keburukan bagi mereka, Allah memberikan keutamaan
pada mereka, Dia mengabulkan taubat orang yang bertaubat, menerima penyesalan
hamba-Nya, dan mereka diberikan keistimewaan dengan curahan rahmat pada
hari-hari tertentu, Rasulullah Saw bersabda :
افْعَلُوا الْخَيْرَ دَهْرَكُمْ، وَتَعَرَّضُوا
لِنَفَحَاتِ رَحْمَةِ اللَّهِ، فَإِنَّ لِلَّهِ نَفَحَاتٍ مِنْ رَحْمَتِهِ يُصِيبُ
بِهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ
“Berbuat baiklah sepanjang masa
kalian, sambutlah hembusan rahmat Allah,
sesungguhnya Allah memiliki hembusan-hembusan dari rahmat-Nya, yang akan diraih
oleh para hamba yang dikehendaki-Nya” (Al Mu'jam Al Kabir karangan At Thabrani
1/250)
Sekarang kita berada pada hari-hari dimana Allah senang bila hamba-Nya
bertaqarrub kepada-Nya dengan amalan baik, Rasulullah Saw bersabda :
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ
فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ الْعَشْرِ
“Tiada hari-hari dimana perbuatan baik lebih disukai oleh Allah melebihi
hari-hari sepuluh (pertama bulan Dzul Hijjah)” (At Tirmidzi 757)
Para ulama berpendapat bahwa : yang tampak bahwa penyebab
keutamaan hari-hari sepuluh Dzul Hijjah adalah karena bertemunya ibadah-ibadah
yang utama pada hari itu, yaitu : shalat, puasa, sedekah dan haji, dan hal itu
tidak terjadi pada selainnya” (Fathul Bari 3/390)
Benar,
ia merupakan sebaik-baiknya hari di dunia, karena tidak
ada dalam satu tahun sepuluh hari yang agung yang datang berturut-turut,
seperti sepuluh hari Dzul Hijjah (At Tahrir wat Tanwir 30/313). Di
dalamnya hamba-hamba Allah berlomba menjawab panggilan perintah
Allah, sebagai perwujudan atas ajakan Nabi Ibrahim AS untuk menunaikan
ibadah
haji ke baitullah, agar mereka mengagungkan syiar-syiar Allah, bertawaf
mengelilingi baitullah dan bersa’i antara shafa dan marwah, mereka
berdiri di
bukit Arafah dalam keadaan khusu’ kepada Tuhan mereka, mereka mengharap
maaf,
memohon agar semua ibadah mereka dikabulkan, mereka sangat takut atas
siksa-Nya
serta mengharapkan ampunan-Nya.
Hamba Allah : amalan baik akan mewariskan kehidupan yang baik
dan kemakmuran dan menjadi penambah pahala, Allah Swt berfirman :
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ
حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُون
“Barang siapa yang
mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (An Nahl 16 : 97). Sebagaimana amalan baik akan mendatangkan cinta Allah pada hamba-Nya dan
dengan amalan baik pula, pelakunya akan dihargai oleh sesamanya di dunia, Allah
Swt berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ
وُداًّ
“Sesungguhnya
orang-orang beriman dan beramal shalih, kelak Yang Maha Pemurah akan menanamkan
dalam (hati) mereka rasa kasih sayang” (Maryam 19 : 96). Artinya rasa cinta yang tertanam pada hati hamba-hamba-Nya (Tafsir At
Thabari 11/160)
Diantara
taqarrub yang paling agung yang hendaknya dijaga oleh seorang mukmin pada
hari-hari ini, adalah menjaga untuk selalu menunaikan shalat berjamaah dan
bersegera berangkat ke masjid, memperbanyak shalat nawafil dan shalat malam,
Rasulullah Saw bersabda :
عَلَيْكَ
بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ، فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ
رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً، وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً
“Hendaknya engkau
memperbanyak sujud karena Allah, sesungguhnya engkau tidak bersujud satu sujud
karena Allah, kecuali Allah akan mengangkatmu dengan sujud itu satu derajat dan
menghapuskan satu kesalahan darimu” (Muslim 488)
Dan
diantara amalan baik adalah sedekah, ia dapat mendatangkan keridhaan Allah,
penambah pahala bagi orang yang bersedekah dan menjadi penambah kebahagiaan
bagi para fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan, karena mereka merasa
terlepas dari gundah dan bencana yang menimpa mereka, dari Muadz bin Jabal RA
berkata : Rasulullah Saw bersabda :
أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ
الْخَيْرِ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا
يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ
“Maukah aku menunjukkanmu jalan menuju pintu-pintu
surga ?Puasa adalah benteng, sedekah akan mematikan (menghapus) kesalahan
sebagaimana air mematikan api” (At Tirmidzi 2616). Bila puasa dapat
menghapus kesalahan, maka puasa adalah benteng dari api neraka, Rasulullah Saw
bersabda :
مَنْ صَامَ يَوْماً فِي سَبِيلِ
اللَّهِ بَاعَدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفاً
“Barangsiapa berpuasa satu hari di jalan Allah, maka
dengannya Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh tujuh puluh
tahun perjalanan” (Muttafaq ‘alaih)
Kaum muslimin : perbuatan baik yang dianjurkan pada hari-hari
ini adalah memperbanyak dzikir kepada Allah, Allah Swt berfirman :
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ
“Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang
telah ditentukan” (Al Hajj 22 : 28). Hari-hari yang telah ditentukan adalah hari-hari sepuluh bulan Dzul Hijjah
(Ibnu Abbas di dalam kitab Al Idain Bab Keutamaan amalan pada hari-hari tasyriq
(Al Bukhari). Rasulullah Saw bersabda :
أَكْثِرُوا
فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ
“Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir
dan tahmid” (Ahmad 5575). Yang dimaksud dengan tahlil adalah ucapan لاَ
إلهَ إلاَّ اللهُ
Perbuatan
baik pada hari-hari sepuluh Dzul Hijjah yang dilipatgandakan pahalanya tidak
saja terbatas pada ibadah atau taqarrub tertentu, akan tetapi mencakup semua
yang bermanfaat bagi sesama, dan dapat mendekatkan dirinya pada Allah Swt, dan
diantara amalan tersebut adalah membaca Al Quran, menghadiri majlis ilmu,
menghormati kedua orang tua, bersilaturrahim, mengunjungi keluarga dan
tetangga, berbuat baik, membersihkan hati dari segala dosa dan nista, berusaha
berbuat sesuatu yang dapat mendatangkan ridha Allah, dan gunakanlah hari-hari
dan malam-malam tersebut, orang yang mendapatkan taufik adalah orang yang
diberikan taufik oleh Allah untuk mentaati-Nya, dan orang yang terjauhkan
adalah yang terjauhkan dari kebaikan.
Ya
Allah berilah kami taufik untuk menjalankan ketaatan yang telah Engkau
perintahkan kepada kami, terimalah semua ibadah yang telah kami jalankan, ya
Allah berilah kami taufik untuk mentaatai-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw
dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai
pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا
اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ
بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ
الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah
kepada Allah wahai hamba Allah dg sebenar-benarnya takwa, dan merasalah diawasi
oleh-Nya dalam kesunyian dan keramaian dan ketahuilah bahwa dianjurkan bagi
orang yang hendak berqurban bila telah memasuki sepuluh hari pertama dari bulan
Dzul Hijjar agar tidak memotong rambut dan kukunya, dari Ummu Salamah RA bahwa
Nabi Saw bersabda :
إِذَا دَخَلَتِ الْعَشْرُ وَأَرَادَ
أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّىَ فَلاَ يَمَسَّ مِنْ شَعَرِهِ وَبَشَرِهِ شَيْئا
"Jika telah tiba sepuluh (Dzul
Hijjah) dan salah seorang dari kalian hendak berqurban, maka janganlah mencukur
rambut atau memotong kulitnya sedikitpun” (Muslim 1977)
Para
ulama menegaskan bahwa yang dimaksud dengan larangan yang ada dalam hadits
berarti makruh, maka barang siapa melakukannya maka Insya Allah tidak apa-apa.
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ
عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([3]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([4]) وقَالَ r :« لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ
الدُّعَاءُ»([5]).
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ
الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ
سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ
هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا
إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ
الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ
حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تُوفِّقَنَا فِي هذهِ الأيامِ المباركةِ إلَى
كُلِّ عملٍ يُرضيكَ عنَّا يَا ربَّ العالمينَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ
وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ
وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ
الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا،
وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن
زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا
رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا
تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ
عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم،
وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ
اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا
وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا
الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا،
وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ
لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ
اسْمُكَ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ
الْعَالَمِينَ([6]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ
وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ
يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([7])
Khutbah Jumat, 9 Dzul
Hijjah 1435 H / 03 Oktober 2014 M
Keutamaan hari Arafah
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَلِكِ الرَّحِيمِ، الْمُتَفَضِّلِ عَلَى
عِبَادِهِ بِالْخَيْرِ الْعَمِيمِ، فَلَهُ الْحَمْدُ أَكْمَلُهُ، وَلَهُ
الثَّنَاءُ أَجْمَلُهُ، وَلَهُ الْجَلاَلُ أَعْظَمُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ،
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، وَصَفِيُّهُ
مِنْ خَلْقِهِ وَحَبِيبُهُ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:( تِلْكَ الدَّارُ الآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ
لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ)([1]) وَقَالَ سُبْحَانَهُ:] فَبِشِّرْ عِبَادِ* الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ القَوْلَ
فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ([2])
Kaum muslimin : sekarang kita berada pada
hari-hari yang dimuliakan Allah, dimana para hujjaj berkumpul dan bertemu di
tempat-tempat suci, hati mereka tunduk pada Tuhan semesta alam, lidah mereka
disibukkan oleh dzikir dan talbiyah, sementara jiwa mereka bertambah suci dan
bersih, Yang Maha Pengasih membanggakan mereka dihadapan malaikat-Nya, rahmat
dan ketentraman diturunkan pada mereka, dan betapa besar keutamaan yang ada
disana, Rasulullah Saw bersabda :
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ
عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو، ثُمَّ يُبَاهِي
بِهِمِ الْمَلَائِكَةَ، فَيَقُولُ: مَا أَرَادَ هَؤُلَاءِ
“Tidak ada satu hari yang lebih banyak
Allah membebaskan hamba-Nya dari api neraka melebihi hari Arafah, dan
sesungguhnya Dia mendekat kemudian membanggakan mereka dihadapan malaikat dan
berfirman : apa yang dikehendaki oleh mereka ini” (Muslim 1348). Artinya bahwa mereka tidak menginginkan selain
ridha-Ku, menunaikan perintah-Ku dan mengharapkan rahmat dan keridhaan-Ku
Pada tahun sepuluh Hijriyah, Rasulullah
Saw berdiri di padang Arafah dan berkhutbah dihadapan manusia, beliau
menjelaskan nilai-nilai Rabbaniyah, mereka diarahkan pada prinsip-prinsip
kemanusiaan, ditegaskan pada mereka kehormatan darah, kehormatan jiwa dan
harta, Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ،
كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا
“Sesungguhnya
darah kalian, harta kalian dan kehormatan kalian haram, seperti terlarangnya
hari ini, pada bulan ini dan di negeri ini” (Muslim 1218). Kemudian Rasulullah Saw melanjutkan dengan khutbah
pada hari qurban, beliau mengingatkan arti agung dari hal-hal diatas sebagai
penegasan, dari Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah Saw berkhutbah dihadapan
manusia pada hari qurban : wahai manusia hari apa ini ? mereka menjawab :
hari haram (mulia). Beliau bertanya : di negeri apa ini ? mereka menjawab di
negeri haram. Beliau bertanya : di bulan apa ini ? mereka menjawab : di bulan
haram. Beliau bersabda : sesungguhnya darah kalian, harta kalian dan kehormatan
kalian diharamkan atas kalian sebagaimana haramnya hari ini, di negeri kalian
ini, pada bulan kalian ini” ucapan itu diulang-ulang kemudian beliau mengangkat
kepalanya dan berkata : yang Allah apakah aku telah menyampaikan, apakah aku
telah menyampaikan. Ibnu Abbas RA berkata : demi jiwaku yang berada di tangan-Nya,
sesungguhnya ini merupakan wasiatnya pada ummatnya, hendaknya yang menyaksikan
menyampaikan pada orang yang tidak hadir" (Bukhari 1739). Pada semua
diatas terdapat penegasan dan penghormatan terhadap kehormatan darah dan
perlindungan terhadap hak-hak dalam masyarakat.
Hamba Allah : sesungguhnya wasiat nabi
diatas pada dua kesempatan yang agung tersebut, merupakan petunjuk bagi akal
dan penerang jalan, sehingga ia menjadi bagaikan ruh dalam tubuh kaum mukminin,
yang menampakkan kebaikan syariat
Islam, pondasi bagi nilai-nilai
kebudyaan serta sebagai pelindung terhadap kemaslahatan yang tertinggi, dan
sebagai penegasan atas kehormatan hak-hak asasi manusia, serta larangan untuk mencederainya,
hal ini menjelaskan pada kita betapa pedulinya Nabi Muhammad Saw terhadap
ummatnya, kasih sayangnya pada mereka, Allah Swt berfirman :
لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ
مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
"Sungguh telah datang kepadamu
seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang
mukmin." (At Taubah 9 : 128). Pada saat yang sama wasiat kenabian ini merupakan peringatan keras
terhadap orang yang berani mengkafirkan sesama muslim, menumpahkan darah
mereka, melanggar hak-hak mereka, merampas kehormatan mereka dan membuat mereka
merasa ketakutan, jalan yang mereka tempuh adalah jalan agitasi, permusuhan,
hasutan dan ekstrimitas, padahal dokumen kenabian yang diumumkan oleh
Rasulullah Saw pada hajjatul wada' menolak semua bentuk yang melampaui batas
dan ektrimitas keagamaan. Dokumen tersebut berisikan risalah kenabian yang ditujukan kepada seluruh
dunia, baik muslim ataupun non muslim mengenai kebaikan agama Islam,
kesempurnaannya, keindahannya serta perlindungannya terhadap hak-hak dan
kehormatan.
Kaum muslimin : kewajiban kita sebagai
seorang muslim dan muslimah adalah berpegang teguh dengan tuntunan Nabi Saw,
Allah Swt berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
لِّمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
"Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah" (Al Ahzab 33 : 21)
Dan firman Allah :
وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ
تَقْوَى الْقُلُوبِ
"Demikianlah (perintah Allah). Dan
barangsiapa mengagungkan syi´ar-syi´ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul
dari ketakwaan hati" (Al Hajj 22 : 32)
Orang-orang
yang diberikan cobaan dengan ektrimitas, mereka beranggapan bahwa mereka ingin
mengikuti jejak Nabi Saw, sementara Nabi Saw menegaskan pada kita bahaya
pengkafiran, Nabi menghargai darah, lalu dimanakah posisi mereka dari penerapan
wasiat-wasiat diatas ? dimanakah posisi mereka dari penegasan Nabi yang
diturunkan dalam beberapa kesempatan mengenai perlindungan hak-hak dan
perlindungan darah ? dimanakah posisi mereka dari sabda Nabi Saw :
كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ، وَمَالُهُ،
وَعِرْضُهُ
“Setiap
muslim atas muslim lainnya, diharamkan darahnya, harta an kehormatannya”.
(Muslim 2564). Dimanakah posisi
mereka dari hadits Nabi Saw yang menyatakan :
أَوَّلُ مَا يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ فِي الدِّمَاءِ
“Masalah pertama yang akan diputuskan
antara manusia adalah masalah darah”(Bukhari 6533, 6864 dan Muslim 1678). Apakah mereka telah mempersiapakan jawaban
atas pertanyaan ini pada hari kiamat ? Dimanakah posisi mereka dari sabda Nabi
Saw yang menjelaskan nistanya balasan yang akan diterima oleh orang yang
membunuh pada hari kiamat, sabda Nabi Saw :
يَجِيءُ الْمَقْتُولُ بِالْقَاتِلِ يَوْمَ القِيَامَةِ،
نَاصِيَتُهُ وَرَأْسُهُ بِيَدِهِ، وَأَوْدَاجُهُ تَشْخَبُ دَمًا، يَقُولُ: يَا
رَبِّ، هَذَا قَتَلَنِي، حَتَّى يُدْنِيَهُ مِنَ العَرْشِ
"Akan
datang orang yang dibunuh bersama orang yang membunuhnya pada hari kiamat
dengan memegang jambul dan kepalanya dengan tangannya, dan urat lehernya mengucurkan
darah. Ia berkata : Wahai Rabb, orang ini telah membunuhku, sehingga ia
didekatkan ke Arsy" (At Tirmidzi 3029, An Nasa'i 4005 dan Ibnu Majah 2621).
Oleh karena itu seseorang yang
ditimpa musibah mengikuti aliran ekstrim dan berlebih-lebihan serta melanggar
wasiat-wasiat nabi yang telah dijabarkan diatas, maka hendaknya ia segera
bertaubat dan kembali ke jalan yang benar dan berpegang teguh dengan penegasan nabi
yaitu melindungi darah dan menjaga hak-hak.
Hamba Allah : sesungguhnya peringatan
Nabi pada hajjatul wada’ sebagai penegasan pada kita semua bahwa hendaknya kita
menampakkan toleransi agama kita, keindahan nilai-nilai dan prinsip-prinsipnya
dan menolak semua yang menjelekkan syariat agama kita, seperti tindakan
kriminal dan simbol-simbol yang digunakan oleh jaringan ekstrimis, sesungguhnya
pemberian nama terhadap jaringan ekstrimis dengan nama-nama baik, bertentangan
dengan syariat yang lurus ini, yang tidak dapat diterima oleh akal sehat dan
kenyataannya menegaskan pembohongan tersebut, pada kenyataannya mereka adalah
pendusta, pelaku kedzaliman dan menyimpan permusuhan, mereka menumpahkan darah,
melanggar hak-hak, lalu apa hubungannya tindakan kriminal mereka dengan rahmat
dan toleransi agama Islam ini ? sebagaimana hendaknya kita membumikan wasiat
nabi diatas pada jiwa para pemuda, mendidik mereka agar menghargai kehormatan,
beretika baik yang melindungi hak-hak dan menghargainya, hendaknya kita
mengarahkan mereka untuk berteman dengan teman yang baik, menghindarkan mereka
dari teman buruk yang dapat menjerumuskan mereka, sehingga mereka terselamatkan
dari permainan para ekstrimis, dan kewajiban para ulama, budayawan dan penulis,
agar mereka ikut andil dalam menyebarkan kemulian yang terdapat pada agama kita
sesuai dengan bidangnya masing-masing, sehingga darah, kehormatan dan hak-hak
manusia terlindungi, serta mereka berkewajiban untuk memberikan penjelasan
mengenai nilai-nilai mulia dan indah dengan berkaca pada sunnah Nabi Muhammad
Saw.
Ya
Allah jadikanlah kami termasuk dalam golongan orang-orang yang menjaga hak-hak
hamba-Mu, mengagungkan kehormatan-Mu dan berilah kami taufik untuk
mentaatai-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau
perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا
اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ
بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ
وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ،
وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah
kepada Allah wahai hamba Allah dg sebenar-benarnya takwa, dan merasalah diawasi
oleh-Nya dalam kesunyian dan keramaian dan ketahuilah bahwa yang dianjurkan
pada hari Arafah adalah memperbanyak dzikir kepada Allah, Nabi Muhammad Saw
bersabda :
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ مَا
قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ،
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Sebaik-baiknya
doa adalah doa pada hari Arafah, dan sebaik-baiknya yang Aku ucapkan dan para
nabi sebelumku adalah : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ،
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ”
(At
Tirmidzi 3585). Perbanyaklah berdzikir kepada Allah, berdoa dan mengharap
kepada Allah, dan ketahuilah bahwa berqurban merupakan sunnah, ia adalah ibadah
dimana dengannya Allah menebus nabi Ismail, Allah Swt berfirman :
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
"Dan Kami tebus anak itu dengan
seekor sembelihan yang besar" (As Shaffat 37 : 107). Pada ibadah
itu terdapat keikutsertaan dengan kondisi para fakir msikin pada hari-hari ini,
karenanya bagi orang yang berqurban untuk memilih hewan qurbannya yang tidak
memiliki aib, berdasarkan hadits Nabi Saw :
أَرْبَعَةٌ لاَ يَجْزِينَ فِي
الأَضَاحِي: الْعَوْرَاءُ الْبَيِّنُ عَوَرُهَا، وَالْمَرِيضَةُ الْبَيِّنُ
مَرَضُهَا، وَالْعَرْجَاءُ الْبَيِّنُ ظَلْعُهَا، وَالْكَسِيرَةُ الَّتِى لاَ
تُنْقِي
“Ada empat hewan yang tidak boleh dijadikan qurban :
buta sebelah yang jelas butanya, sakit yang jelas sakitnya, pincang yang jelas
pincangnya, dan hewan yang sangat kurus” (An Nasa'i 4370)
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ
عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([3]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
بِهَا عَشْراً»([4])
وقَالَ r :« لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ
الدُّعَاءُ»([5]).
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ
الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ
سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. اللَّهُمَّ لاَ
تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ
دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ
مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ
قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ
أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ
أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا،
وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن
زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا
رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا
تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ
عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم،
وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ
اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا
وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا
الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا،
وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ
لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ
اسْمُكَ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ
الْعَالَمِينَ([6]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ
الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([7])
http://www.awqaf.gov.ae/Jumaa.aspx?SectionID=5&RefID=2440
Khutbah Jumat, 16 Dzul
Hijjah 1435 H / 10 Oktober 2014 M
Permudahlah dan jangan dipersulit
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العالمينَ، جَعَلَ التيسيرَ مِنْ مقاصدِ الدِّينِ، وحَثَّ
عليهِ عبادَهُ المؤمنينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ
وَرَسُولُهُ، الداعِي إلَى أَحْسَنِ الأقْوَالِ وَأَفْضَلِ الأَعْمَالِ؛ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بعدُ: فأُوصيكُمْ عبادَ اللهِ ونفسِي بتقوَى اللَّهِ جلَّ وعلاَ، وأحَثُّكُمْ
عَلَى طاعتِهِ، قالَ تعالَى:(
وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَمَا أَنْزَلَ عَلَيْكُمْ
مِنَ الْكِتَابِ وَالْحِكْمَةِ يَعِظُكُمْ بِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا
أَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ)([1]) وَقَالَ سُبْحَانَهُ:] فَبِشِّرْ عِبَادِ* الَّذِينَ
يَسْتَمِعُونَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ([2]).
Kaum muslimin : kemudahan merupakan
salah satu tujuan syariat dan pondasi agama yang kuat, barang siapa
menerapkannya maka ia akan beruntung, barang siapa menjauh darinya maka ia akan
terjauhkan, ia termasuk salah satu tujuan Allah dalam penciptaan manusia dan
salah satu petunjuk Nabi Saw dalam sunnah-nya, Allah swt berfirman :
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ اليُسْرَ
وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ العُسْرَ
" Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu" (Al Baqarah 2 : 185)
Kemudahan dalam beretika
dan kemudahan dalam berinteraksi dengan sesama, kemudahan dalam adat istiadat
dan ibadah, ia merupakan ciri kebaikan bagi seorang muslim yang beriman kepada
Tuhannya, Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّ خَيْرَ دِينِكُمْ
أَيْسَرُهُ، إِنَّ خَيْرَ دِينِكُمْ أَيْسَرُهُ
"Sesungguhnya
sebaik-baiknya agama kalian adalah yang termudah, sesungguhnya sebaik-baiknya
agama kalian adalah yang termudah" (Musnad Ahmad 19185)
Syariat agama Islam berdiri
berlandaskan pada kemudahan dan keringanan, dan menghilangkan kesukaran dan
kesulitan, hal ini tertuang dalam sabda Nabi Saw :
إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى رَضِيَ
لِهَذِهِ الْأُمَّةِ الْيُسْرَ، وَكَرِهَ لَهَا الْعُسْرَ
"Sesungguhnya
Allah Swt meridhai kemudahan bagi ummat ini, dan membenci kesukaran baginya"
(At Thabrani dalam kitab Al Kabir 20/298). Allah mengutus Nabi-Nya dengan bekal sifat kasih sayang
dan kemudahan, Allah Swt berfirman :
وَنُيَسِّرُكَ
لِلْيُسْرَى
"dan
Kami akan memberi kamu taufik ke jalan yang mudah" (Al A'la 87 : 8). Rasulullah Saw mencintai kemudahan
dan keringanan, disebutkan dalam sabdanya :
أَحَبُّ
الدِّينِ إِلَى اللَّهِ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ
"Agama
yang paling dicintai oleh Allah adalah yang lurus dan toleran" (Bukhari,
kitab Al Iman bab 29). Maksudnya
sebuah syariah yang toleran dan mudah diamalkan
Kemudahan tidak berarti mengikuti keringanan-keringanan dan meremehkan syariat Allah, semua yang
diperintahkan oleh Allah adalah kewajiban yang harus ditunaikan dan sesuai
dengan sunnah nabi, dan larangan berarti pencegahan dan penjauhan, tapi dalam
Islam semua perintah dan larangan tetap memperhatikan kondisi dan kemampuan
manusia, Allah Swt berfirman :
لاَ
يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْساً إِلاَّ وُسْعَهَا
"Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya" (Al Baqarah 2 : 286)
Rasulullah Saw bersabda :
مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ
فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Apa yang aku larang hendaklah
kalian menjauhinya, dan apa yang aku perintahkan maka lakukanlah semampu kalian”
(Muslim 1337, Al Humaidi 1174)
Hamba Allah : sungguh indah bila tujuan yang mulia itu
digapai dengan media yang mudah, apalagi gambaran kemudahan itu mencakup semua
ibadah, Allah telah memberikan kemudahan kepada hamba-Nya dalam pembebanan dan
diangkat kesulitan dari mereka, Allah Swt berfirman :
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي
الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
"
Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan"
(Al Hajj 22 : 78). Al Quran juga
dimudahkan bagi orang yang mau mengambil peringatan, Allah Swt berfirman :
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا
القُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ
"Dan
sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang
yang mengambil pelajaran?" (Al Qomar 54 : 17)
Shalat adalah tiang agama, yang diwajibkan oleh Allah
kepada semua hamba-Nya, dalam penunaian shalat banyak kemudahan, diberikan
keringanan bagi musafir untuk memendekkan shalatnya (qashar), dan bagi orang
sakit diberikan kemudahan untuk melakukan shalat sesuai kemampuannya,
Rasulullah Saw berkata pada Imran bin Hashin RA ketika ia sakit :
صَلِّ
قَائِمًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ
“Shalatlah
berdiri, bila kau tidak mampu maka duduklah, bila tidak mampu, maka
berbaringlah” (Bukhari 4/273). Bila seorang muslim tidak mampu melakukan yang paling tinggi, maka
lakukanlah yang paling rendah, maka ia telah melakukan sesuai kemampuannya
(Fathul Bari karangan Ibnu Hajar 4/92). Sebegitu pentingnya shalat dan sebegitu
mulia kedudukannya, Rasulullah Saw tetap memerintahkan keringanan terhadap
orang-orang yang shalat, disebutkan dalam sabda Nabi Saw :
إِذَا صَلَّى
أَحَدُكُمْ لِلنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ، فَإِنَّ مِنْهُمْ الضَّعِيفَ وَالسَّقِيمَ
وَالْكَبِيرَ، وَإِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ لِنَفْسِهِ فَلْيُطَوِّلْ مَا شَاءَ
“Jika di antara kamu shalat mengimami manusia, maka
hendaklah meringkas, karena di antara mereka ada yang lemah, yang sakit, dan
orang tua. Akan tetapi, jika shalat sendirian, maka hendaklah memanjangkan
semaunya” (Muttafaq 'alaih)
Puasa adalah salah satu rukun Islam, keringanan puasa diberikan pada
orang yang sakit dan musafir, Rasulullah Saw memerintahkan bagi orang yang
hendak berpuasa sunnah (Tathawwu’) untuk berlaku moderat dan tidak berlebihan,
dari Abdullah bin Amr bin Al Ash RA berkata : Rasulullah Saw bertanya kepadaku
:
يَا عَبْدَ اللَّهِ أَلَمْ أُخْبَرْ
أَنَّكَ تَصُومُ النَّهَارَ وَتَقُومُ اللَّيْلَ؟ فَقُلْتُ: بَلَى يَا رَسُولَ
اللَّهِ. قَالَ: فلا تَفْعَلْ، صُمْ وَأَفْطِرْ، وَقُمْ وَنَمْ، فَإِنَّ
لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِعَيْنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِزَوْجِكَ
عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِزَوْرِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ بِحَسْبِكَ أَنْ
تَصُومَ كُلَّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ، فَإِنَّ لَكَ بِكُلِّ حَسَنَةٍ عَشْرَ
أَمْثَالِهَا، فَإِنَّ ذَلِكَ صِيَامُ الدَّهْرِ كُلِّهِ
“Wahai Abdullah, benarkah
kamu selalu berpuasa di siang hari dan dan selalu shalat di malam hari?” Aku
pun menjawab: “ya (benar) wahai Rasulullah. Rasulullah saw pun lalu bersabda : Jangan
kau lakukan semua itu. Berpuasalah dan berbukalah kamu, bangun malamlah dan
tidurlah kamu, sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu, matamu mempunyai
hak atas dirimu, dan isterimu pun mempunyai hak atas dirimu, dan cukuplah
bagimu untuk berpuasa setiap bulan tiga hari, dan sesungguhnya bagimu pada
setiap kebaikan sebanding sepuluh kali lipat, dan sesungguhnya itu bagaikan
puasa satu tahun penuh” (Musnad Ahmad 13393)
Zakat tidak diwajibkan kecuali kepada
orang yang memiliki harta yang melebihi satu nisab, dan andaikata diwajibkan
kepada seluruh manusia, yang kaya dan yang miskin, maka akan terjadi ketimpangan,
sebagaimana dalam kewajiban ibadah haji, Allah memperhatikan kondisi manusia,
tidak diwajibkan kecuali bagi orang yang mampu. Rasulullah Saw telah meletakkan
petunjuk dalam beragama kepada seluruh
manusia, yang tidak memberatkan kepada diri mereka sendiri dan kepada lainnya.
Kaum muslimin : kemudahan tidak
terbatas pada hubungan antara hamba dengan Tuhannya semata, tapi mencakup
hubungan antara sesama manusia. Maka barang siapa ingin menggapai hati mereka
maka ia harus berkomunikasi dengan mereka dengan ucapan yang mudah pula,
disebutkan dalam kisah Dzul Qarnain yang terdapat dalam firman Allah :
وَسَنَقُولُ لَهُ مِنْ أَمْرِنَا يُسْراً
"Dan
akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah
kami" (A l Kahf 18 : 88)
Penggunaan ucapan yang mudah juga
digunakan oleh Musa dan Harun ketika Allah mengutus keduanya ke Firaun, perintah
Allah pada keduanya :
فَقُولا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ
يَخْشَى
"Maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia ingat atau takut" ( Thaha 20 : 44). Ucapan baik diatas dialamatkan kepada orang yang berkata
:
أَنَا رَبُّكُمُ الأَعْلَى
"Akulah
tuhanmu yang paling tinggi" (An Nazi'at 79 : 24).
Bagaimana dengan orang yang bersujud
kepada Tuhannya dan membaca : Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi ?
Dalam hubungan keluarga, seorang anak tidak akan mendapatkan kebaikan kedua
orang tuanya sehingga ia menggunakan ucapan yang lemah lembut terhadap keduanya
dan memilih ucapan yang terbaik. Transaksi jual beli juga harus menggunakan
kemudahan, seperti pesan yang disampaikan oleh Rasulullah dalam sabdanya :
رَحِمَ اللَّهُ رَجُلاً سَمْحاً إِذَا بَاعَ، وَإِذَا اشْتَرَى،
وَإِذَا اقْتَضَى
"Allah
merahmati orang yang memudahkan ketika menjual dan ketika membeli dan juga
orang yang meminta haknya" ( Bukhari
2076)
Berilah kemudahan kepada orang-orang
yang berhutang, semoga Allah memberikan kemudahan kepadanya, Allah Swt
berfirman :
وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ
"Dan jika
(orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia
berkelapangan" (Al Baqarah 2 : 280)
Hamba
Allah : sesungguhnya kemudahan yang dilakuakn terhadap sesama hamba Allah akan mendatangkan kemudahan dari Allah di
dunia dan akhirat, barang siapa yang mengasihi sesamanya dan tidak memberatkan
mereka, maka Allah akan memberikan kemudahan dalam urusannya di dunia dan akhirat,
Allah Swt berfirman :
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى* وَصَدَّقَ
بِالْحُسْنَى* فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى
"Adapun orang yang
memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya
pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang
mudah" (Al Lail 92 : 5-7)
Barang siapa yang memberatkan orang lain, maka Allah akan
memberikan beban berat kepadanya, Allah Swt berfirman :
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى* وَكَذَّبَ
بِالْحُسْنَى* فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى
"Dan adapun
orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala
terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar" (Al
Lail 92 : 8-10)
Rasulullah
Saw bersabda :
مَنْ شَاقَّ شَاقَّ اللَّهُ عَلَيْهِ
“Barang siapa yang
membuat susah, maka Allah akan memberikan kesusahan kepadanya” (Abu Daud 3635)
Ya
Allah berilah kami kemudahan dalam setiap langkah kami, jadikanlah hidayah
pembimbing kami dalam setiap urusan kami,
dan berilah kami taufik untuk mentaatai-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad
Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya,
sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا
اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ
بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ
وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ،
وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah
kepada Allah wahai hamba Allah dg sebenar-benarnya takwa, dan merasalah diawasi
oleh-Nya dalam kesunyian dan keramaian dan ketahuilah bahwa beragama itu tidak
berarti harus radikal dan ekstrim dalam menjalankan ibadah, barang siapa
berlaku radikal maka itu akan mengantarkannya pada kehancuran, Rasulullah Saw
bersabda :
هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ
“Celakalah orang-orang yg melampaui batas” (Muslim 2670). Maksudnya
mereka yang berlebih-lebihan dan berpura-berpura dan melampaui batas.
Allah telah
memberikan nikmat yang melimpah ruah kepada kita di negara Persatuan Emirate
Arab, kita hidup dalam kebaikan, ketentraman dan kemakmuran, lalu kita masih mau
lebih dari itu ? Hendaknya kita bersyukur kepada Allah atas segala keutamaan,
atas nikmat pemberian pemimpin yang bijak, negara yang tentram, aman dari
segala fitnah, jauh dari pertumpahan darah, penghancuran negara dan gelombang
pengungsian, seperti yang terjadi di kebanyakan negara-negara lain, semua itu
merupakan salah satu buah dari kemoderatan dalam beragama, kemoderatan dalam
berfikir, serta usaha pemerintah yang terus menerus demi ketentraman negara
ini.
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ
عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([3]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
بِهَا عَشْراً»([4])
وقَالَ r :« لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ»([5]).
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ
الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ
سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. اللَّهُمَّ لاَ
تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ
دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ
مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ
قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ
أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ
أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا،
وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن
زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا
رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا
تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ
عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم،
وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ
اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا
وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ
والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ
عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ
بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ
الْعَالَمِينَ([6]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ
تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([7])
Khutbah Jumat, 23 Dzul Hijjah 1435 H / 10 Oktober 2014 M
Pemuda adalah kekayaan negara
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ، خَلَقَ فَسَوَّى، وَقَدَّرَ فَهَدَى، نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلاَلِ وَجْهِهِ وَعَظِيمِ سُلْطَانِهِ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيكَ لَهُ,
لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا
مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، وَصَفِيُّهُ مِنْ خَلْقِهِ وَخَلِيلُهُ،
صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ، وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّينِ.
Hamba Allah : anak adalah
buah hati, jiwa kita menjadi senang dan tenang dengannya, hati kita
merindukannya, di masa kecilnya, anak mendatangkan keceriaan pada kedua orang
tuanya, kala ia dewasa, ia menjadi penopang kedua orang tuanya, pembawa nama
baik keduanya, sehingga hidup ini menjadi lebih indah dengan adanya anak, ia
menjadi teman bicara keduanya, ia adalah nikmat yang diberikan oleh Allah
kepada kedua orang tuanya, ia bagaikan bunga yang mekar dalam kehidupan, Allah
Swt berfirman :
المَالُ وَالْبَنُونَ
زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
“Harta dan anak-anak
adalah perhiasan kehidupan dunia” (Al Kahf 18 : 46).
Memberikan pendidikan agama
adalah tanggung jawab kedua orang tua, mengayakan akalnya dengan bekal
kebudayaan adalah tanggung jawab sosial, tanggung jawab agama dan juga
merupakan amanat pendidikan, Rasulullah Saw bersabda :
كُلُّكُمْ رَاعٍ،
وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ... وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ،
وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah
pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya atas yang
dipimpinnya, seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan dimintai
pertanggung jawaban atas kepemimpinannya” (Muttafaq ‘alaih)
Barang siapa yang diberikan
anak, maka jangan lupa untuk mendidiknya, berlaku baik padanya dalam semua
periode kehidupan, karena anak selalu membutuhkan arahan pada jalan yang lurus
dan nasehat yang baik, karena anak kecil tumbuh dalam jiwa yang bersih, fitrah
yang murni, bila ia mendapatkan keimanan yang membentuknya, dan rel istiqomah
menjadi jalan yang ditempuhnya, maka ia akan tumbuh dengan jiwa yang baik,
berpegang teguh dengan keutamaan, dan tidak terpengaruh oleh keburukan, kesesatan,
maka kehidupannya akan menjadi baik yang dapat memberikan kebahagiaan pada
negerinya, bermanfaat untuk masyarakatnya, Nabi Saw telah menanamkan
prinsip-prinsip keimanan dalam hati mereka dan mengajarkan mereka tentang
pengawasanTuhannya, dari Ibnu Abbas RA berkata :
يَا غُلاَمُ إِنِّي
أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ
تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ
بِاللَّهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ
بِشَىْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، وَلَوِ
اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَىْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ
كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ، وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
“Wahai Ghulam, sesungguhnya
aku ingin mengajarkanmu beberapa kalimat (nasehat) : jagalah Allah, pasti Allah
akan menjagamu, jagalah Allah pasti kau mendapati-Nya dihadapanmu, bila kau
meminta, mintalah pada Allah, bila kau minta tolong, mintalah tolong pada
Allah, dan ketahuilah bahwa jika ummat berkumpul untuk memberikan suatu
kemanfaatan bagimu, maka mereka tidak dapat memberikannya sedikit pun kecuali
sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Allah untukmu, dan jika mereka berkumpul
untuk membahayakanmu dengan sesuatu, maka tidak akan bisa melakukan itu kecuali
sesuatu yang telah telah ditakdirkan Allah atasmu, pena-pena telah diangkat dan
lembaran-lembaran telah kering” (At Tirmidzi 2516)
Barang siapa mendidik anaknya
kebaikan sejak usia dini, maka ia akan merasa bahagia di masa tuanya, dan akan
bermanfaat di masa hidupnya dan setelah wafatnya, Rasulullah Saw :
إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ
فَيَقُولُ: أَنَّى هَذَا؟ فَيُقَالُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
“Sesungguhnya
ada seseorang yang diangkat derajatnya di surga, lalu ia bertanya : bagaimana
aku mendapatkan ini ? dikatakan : ini disebabkan oleh istighfar anakmu untukmu”
(Ibnu Majah 3660 dan Ahmad 10890)
Kaum muslimin : bila seorang
anak bermalas-malasan dan tidak mau belajar, tidak mau menerima nasihat, yang
diikutinya justeru hawa nafsunya, maka kelak mereka akan terjebak dalam
radikalisme dan ekstrimisme, hal itu disebabkan karena ia belajar agama dari
sumber-sumber yang tidak jelas, ia kenyang dengan pemikiran yang teracuni,
hukum-hukum yang salah, ia tertipu atas nama agama, dan santapannya adalah
radikalisme, oleh karena itu berhati-hatilah dalam mendidik anak kalian, karena
kalian –orang tua- akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Allah Swt,
karena pendidikan anak harus berdasarkan pada pondasi agama yang mudah, moderat
danbijak, dan inilah yang harus menjadi perhatian kedua orang tua dan para
pendidik, masa depan negara, masyarakat dan kemajuannya tergantung pada pondasi
tersebut, anak-anak adalah generasi masa depan negara ini, mereka adalah
cita-cita dan kekayaannya, mereka yang akan membangun kebudayaannya dan pembawa
benderanya. Ajarkan anak-anak kalian nilai-nilai cinta negara, melindungi
pencapaiannya, ceritakan pada mereka bagaimana pencapaian ini diwujudkan oleh
peluh para pendahulu, perjuangan para orang tua dan harus disempurnakan oleh
usaha-usaha para penerusnya, ajarkan mereka bagaimana mendukung pemimpin mereka
yang bijak, mengikuti jejak dan metode mereka, ini bersumber dari perintah
Tuhan semesta alam, Allah Swt berfirman :
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ
مِنكُمْ
“Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
Bila kita mampu menanamkan
hal itu pada hati mereka dan membentuk jiwa mereka, maka kita semua akan
menikmati masyarakat yang aman, tentram dan makmur, maka anak-anak mereka akan
selalu mendoakan kebaikan baginya, semua itu disebabkan pendidikan dan
pengajaran yang diberikan kepada mereka, Allah Swt memerintahkan dalam
firman-Nya :
وَقُل رَّبِّ
ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً
“Dan katakanlah :
“Wahai Tuhanku, sayanginlah keduanya sebagaiman keduanya telah mendidik aku di
waktu kecil” (Al Isra’ 17 : 24)
Mereka akan berterima kasih,
karena mereka telah mendapatkan kehormatan dari para pemimpin mereka, sehingga
mereka akan selalu mendoakan, Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ آتَى إِلَيْكُمْ
مَعْرُوفاً فَكَافِئُوهُ، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَادْعُوا اللَّهَ لَهُ حَتَّى
تَعْلَمُوا أَنْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ
“Barang siapa memberikan
kebaikan pada kalian, maka balaslah dengan yang setimpal, maka bila tidak
mendapatkan sesuatu untuk membalasnya , maka berdoalah untuknya, hingga
kalian mengetahui bahwa kalian telah membalasnya dengan sepadan” (Abu Daud
5109)
salah satu prinsip-prinsip
dasar pendidikan anak adalah menanamkan cinta dan setia negara pada jiwa
mereka, karena kita hidup diatas tanahnya, kita menikmati kebaikannya, belajar
di sekolah dan institusi-institusinya, dan agama kita telah mengajarkan
untuk berlaku baik kepada setiap orang yang berlaku baik kepada kita, Allah Swt
berfirman :
هَلْ جَزَاءُ
الإِحْسَانِ إِلاَّ الإِحْسَانُ
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (Ar Rahman
55 : 60)
Kita harus berbakti pada
negara ini, setia padanya sebagai bentuk balas budi dan terima kasih atas
segala kebaikan yang telah diberikan kepada kita.
Hamba Allah : sesungguhnya
buah dari pendidikan yang baik adalah kebaikan anak di masa depan, ketaatan
mereka pada Tuhan langit dan bumi dan mereka akan mendapatkan kedudukan yang
tinggi di dunia dan akhirat, dan di akhirat mereka akan mendapatkan perlindungan
dari Allah, Rasulullah Saw bersabda :
سَبْعَةٌ
يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ... وذَكَرَ
منْهَا: وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ
“Tujuh golongan
mendapatkan perlindungan Allah pada hari dimana tidak ada perlindungan kecuali
perlindungan-Nya. Disebutkan : dan seorang pemuda yang dibesarkan dalam
beribadah kepada Tuhannya” ( Muttafaq ‘alaih). Di dunia mereka akan mendapatkan perlindungan Allah
karena mereka telah menunaikan perintah Allah dan mereka akan dihargai dan
dihormati oleh anggota masyarakatnya.
Ya Allah berkahilah pemuda
pemudi kami, berilah mereka taufik agar berbakti pada negara mereka, dan
lindungilah para pemimpin kami demi kemaslahatan kami.
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ،
وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ،
فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى
أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ:
Bertakwalah kepada Allah
wahai hamba Allah dg sebenar-benarnya takwa, dan merasalah diawasi oleh-Nya
dalam kesunyian dan keramaian dan ketahuilah bahwa kebaikan yang diberikan
kedua orang tua terhadap anak-anaknya adalah pendidikan yang baik dan
melindungi mereka dari segala hal yang membahayakan mereka, Allah Swt berfirman
:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Wahai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan kelaurgamu dari api nerakat yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu” (At Tahrim 66 : 6).
Ali RA berkata : ajarkan
mereka dan didiklah mereka (Tafsir At Thabari 23/491). Dan ketahuilah bahwa
disana banyak orang yang ingin menjerumuskan para pemuda kita agar mereka tidak
mentaati pemimpin mereka, dan menganjurkan mereka keluar berangkat ke medan tempur
dan fintah dengan alasan mencari mati syahid, dan kami memberikan nasehat
kepada para orang tua agar mengarahkan anak-anak mereka menjelaskan pemahaman
yang salah pada mereka, hindarilah dan hindarilah tipu daya para musuh, mereka
tidak pantas dipercaya, dan Negara Persatuan Emirates Arab insya Allah
terlindungi, dan para pemimpin negara ini selalu mendahulukan kemaslatan negara
ini, dan bila musuh itu berasal dari penduduk negara ini maka marabahayanya
lebih besar.
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ
بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ
وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([3]) وَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا
عَشْراً»([4]) وقَالَ r :« لاَ
يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ»([5]).
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا
وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ
عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ،
وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ شَبَابَنَا وَبَنَاتِنَا مِنَ الْفِتَنِ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، اللَّهُمَّ احْفَظْهُمْ مِنْ شَيَاطِينِ الإِنْسِ
وَالْجِنِّ.
اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ
هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ
مَيِّتًا إِلاَّ
رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ
الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ
إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ
إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ
لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ،
الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ،
وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ
نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ
الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ
الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد،
وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى
رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ
آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ إنَّا
نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ،
وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا
يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى
سَائِرِ بِلاَدِ الْعَالَمِينَ([6]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ
تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([7])
No comments:
Post a Comment