Friday, January 31, 2014

TUMPANG TINDIH ANTARA IMAN DAN ISLAM

UMUM

"Untukmu Agamamu, dan untukku Agamaku", QS: Alkafirun ayat 6.

Pertanyaan sederhana;

"Antara iman dan islam pada diri seorang muslim, mana yang datang lebih dahulu?"

Untuk menjawab pertanyaan sederhana di atas tidak juga mudah dengan tujuan yang benar-benar meyakinkan, untuk itu marilah mencari jawabannya. Karena jawaban dari pertanyaan itu adalah penting, terutama untuk memperkuat dan memperkokoh keimanan dan keislaman seseorang. Dengan menentukan mana yang harus datang terlebih dahulu, maka dialah sebenarnya sebagai pondasi dari yang akan datang kemudian

Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis akan mencoba paling tidak ditinjau dari dua hal seperti berikut; yang pertama ditinjau dari logika dan yang kedua dari segi dalil.

Sebelum menguraikan untuk menjawab pertanyaan di atas sebaiknya marilah kita kenali terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan "Iman" dan apa pula yang dimaksud dengan kata "Islam". Pemahaman ini sangat penting artinya agar dalam mengartikan kedua kata itu menjadi sejalan dengan apa yang akan disampaikan di dalam tulisan ini.

IMAN DAN ISLAM

Iman berasal dari bahasa Arab yang berarti percaya, dan secara istilah menurut penulis adalah mempercayai sesuatu yang tidak dapat dilihat akan tetapi bisa dijangkau dengan/secara akal atau masuk akal. Dari definisi yang dijelaskan ini, maka iman bukanlah hal yang mudah, inilah yang menyebabkan beriman di dalam Islam merupakan suatu ibadah bagi yang sudah menjadi Islam, sehingga siapa yang memilikinya akan mendapatkan pahala dari Allah S.W.T.  Jadi, apabila seseorang mengimani sesuatu, ini sebenarnya orang itu mempercayai sesuatu dimana dia tidak akan pernah melihat sesuatu itu secara gamblang di dunia ini atau, bahkan kemungkinan dia tidak akan pernah melihatnya walaupun dia berada di Akhirat nanti. 

Islam merupakan suatu sebutan terhadap suatu Agama yang bertuhankan Allah S.W.T. dan pengikut/penganutnya diwajibkan beriman seperti yang disebutkan di dalam Rukun Iman, lalu melaksanakan "amal soleh". Amal soleh ini apabila didefinisikan secara loghat merupakan "berbuat baik", akan tetapi secara istilah adalah; melakukan perintah yang telah diperintahkan oleh Allah S.W.T. melalui Rasul Muhammad S.A.W. 

Jadi, Islam itu merupakan suatu Agama dimana pengikutnya bertuhankan Allah S.W.T dan mentaati apa yang diperintahkan-Nya.

Dari kedua istilah di atas (Iman dan Islam), maka orang beriman belum tentu dia sebagai orang Islam, akan tetapi apabila dia sebagai orang Islam (disebut Muslim), maka dia pasti sebagai orang yang sudah beriman.

KEIMANAN DAN KEISLAMAN SECARA LOGIKA.

Menurut istilah, iman berarti suatu bentuk "rasa percaya" dari dalam jiwa, karena sedemikian kuat kepercayaan itu sampai menimbulkan suatu keyakinan. Sedangkan Islam berarti sebutan dikarenakan perbuatan baik dalam bentuk aksi nyata didalam memenuhi perintah dan larangan Tuhan yang diturunkan melalui Rasul-Nya.

Apa dan bagaimana ciri seseorang yang memiliki karakter rasa beriman kepada Tuhan, lalu kemudian menjadi/masuk Islam mungkin tidak terlalu mudah untuk diduga. Demikian juga, apa dan bagaimana seseorang menjadi islam lalu kemudian beriman, ini tidak juga mudah untuk menguraikannya. Permasalahan yang ada adalah, iman itu sendiri merupakan sesuatu yang bisa dibilang tersembunyi atau bisa dikatakan tidak bisa diketahui oleh orang lain. Karena ia merupakan bentuk rasa dimana hal itu merupakan suatu keyakinan yang ada didalam jiwa seseorang. Lain halnya dengan Islam, dimana itu merupakan suatu bentuk praktek kepatuhan dari perintah/larangan Tuhan untuk melakukan perbuatan, berbuat yang bertujuan baik sesuai tuntunan ajaran yang diturunkan melalui seorang utusan yang dikenal dengan istilah Rasul, untuk itu ke-Islam-an seseorang dapat dilihat secara nyata melalui perbuatannya.

Iman terlebih dadulu lalu menjadi Islam

Jika ada orang yang tidak percaya pada adanya Tuhan. Dimana ia merupakan seorang yang ahli dalam banyak ilmu dunia yang sedang melakukan penyelidikan. Kemudian di dalam penyelidikannya dengan bantuan peralatan mutakhir dan ilmu perbintangan yang mendalam ia mendapati bahwa apa yang ia temukan saat ini, misalnya tentang Tatasurya, sudah diinformasikan oleh Tuhan melalui Kitab Suci sejak lebih dari 14 abad yang lalu, maka orang ini akan menjadi heran terhadap Kitab Suci yang telah menerangkan penyelidikannya, karena, tidak mungkin ada makhluk di muka bumi ini tanpa bantuan peralatan mutakhir dan ilmu perbintangan yang mumpuni dapat menerangkan fenomena alam semesta seperti yang sedang ia selidiki saat ini dengan benar seperti apa yang dia dapati di dalam melakukan penyelidikannya.

Sebetulnya ia tidak berhenti di situ saja, bahkan ia mendapati banyak bukti-bukti lain yang telah ia selidiki dan simpulkan, kesimpulannya sama seperti apa yang ada di dalam Kitab Suci ummat Islam, Alqur'an itu. Lalu ia semakin tertarik untuk mencari kesalahan informasi di dalam Alqur'an. Karena ia tidak dapat membuktikan adanya suatu kesalahan dengan apa yang dipaparkan di dalam Alqur'an, maka ia menyimpulkan bahwa Alqur'an itu adalah tulisan dari hasil ucapan sesuatu Yang Supernatural yang mengerti tentang apa yang telah dan akan terjadi di seluruh jagad raya ini. Akhirnya ia yakin dan mengakui bahwa Alqur'an bukanlah suatu produk manusia biasa.

Di situ bisa dikatakan bahwa orang ini sudah beriman tehadap Alqur'an. Lalu ia mencari tau tentang sumber aslinya dan mulailah ia mendekati orang yang sudah menjadi Islam.

Dalam logika ahli yang sedang memiliki keyakinan pada Alqur'an ini akan menyatakan bahwa, jika yang memberikan informasi seperti yang tertuang di dalam Alqu'an itu adalah Tuhan, lalu siapa Tuhan itu dan bagaimana pesan-pesan itu sampai kepada manusia termasuk dirinya. Setelah mengetahui bahwa Tuhan itu adalah disebut Allah, yang menyampaikannya adalah seorang utusan, Rasul  Allah. Termasuk Rasul Muhammad S.A.W dan Malaikat yang membawa pesan adalah Malaikat Allah, Jibril A.S. maka sebenarnya orang berilmu ini sudah mulai beriman kepada Alqur'an, Allah, Rasul dan Malaikat Allah.

Dengan keyakinan yang kuat, maka orang berilmu yang tadinya tidak mempercayai adanya Tuhan kini sudah beriman. Dan lambat laun dia mulai tertarik dengan Islam sampai akhirnya dia masuk Islam dan tentu saja dia harus menjalani perintah-perintah sebagaimana yang dilakukan oleh orang Islam. Islamnya orang ini diawali dengan suatu keimanan.

Islam dulu kemudian beriman.

Bagi pasangan baru yang sama-sama beragama Islam, maka kelak ketika memiliki keturunan, anaknya sejak lahir sudah memeluk sama dengan agama kedua orang tuanya, Islam. Demikian pula jika si anak itu kelak kawin untuk berkeluarga dengan sesama muslim, ketika memiliki anak, maka anaknya sejak lahir sebagai anak yang beragama Islam, ia disebut anak muslim. Sehingga jika anak bayi dari keluarga muslim meninggal dunia,, maka ia akan dikubur dengan cara atau tradisi Islam, walaupun seorang bayi meninggal yang masih belum sempat mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai bagian utama untuk masuk Islam.

Pertanyaannya adalah; "Apakah anak itu sudah meriman?". Karena iman itu erat sekali kaitannya dengan akal dari seseorang, semakin dewasa (lengkap) akal seseorang, maka akan semakin kuat akal seseorang didalam memahami sesuatu yang akan diimani. Demikian pula semakin lemah akal seseorang, maka semakin lemah pula didalam memahami sesuatu yang diimani.

Bagi siapa saja yang belum memiliki akal yang lengkap seperti bayi misalnya, maka orang itu akan memiliki keimanan yang lemah atau bisa dikatakan tidak memiliki iman. Jadi, jika ada seorang anak yang sudah melaksanakan sholat, puasa bahkan berhaji sekalipun terkadang tingkah lakunya seperti orang yang belum beriman, seperti membentak kepada orang tua. Ibadah yang dilakukan oleh anak yang masih belum sepenuh berakal bukan karena Tuhan yang diyakini oleh kedua orangnya, akan tetapi ibadahnya merupakan praktek yang belum sepenuhnya ia sadari akan pentingnya ataupun akibat dari apa yang sedang dilakukannya. .

Jadi, jika ada orang tua Islam tetapi memiliki tingkah-laku setiap harinya menunjukkan seperti seorang yang tidak beriman, misalnya  seperti sering menyakiti perasaan orang lain, mengambil yang bukan haknya secara sengaja ataupun tindakan lain yang bertentangan dengan yang diperintahkan bagi orang Islam, maka orang itu sebenarnya sama dengan anak-anak islam. Ia sebetulnya iberstatus ilam tetapi sedikit memiliki atau bahkan tidak memiliki iman. 

KEIMANAN DAN KEISLAMAN SESEORANG DARI SEGI DALIL

Hampir semua ayat yang ada di dalam Alqur'an yang berhubungan dengan orang-orang beriman selalu diawali dengan memanggil "Hai orang-orang yang beriman". Kemudian setelahnya diikuti oleh perintah atau larangan agar menjadi orang yang baik atau bertaqwa, atau berserah diri dan lain sebagainya.

Dari ayat-ayat yang ada dapat disimpulkan, untuk melakukan perintah panggilan, baik itu perintah anjuran maupun larangan hanya diperuntukkan bagi mereka yang beriman. Hal ini mengindikasikan bahwa agar orang yang sudah beriman itu dapat menjadi orang yang lebih baik, maka diharuskan memenuhi panggilan seperti yang difirmankan di dalam ayat-ayat bersangkutan. Ini bisa dikatakan bahwa agar menjadi Islam, maka orang beriman harus melaksanakan apa-apa yang diperintahkan oleh ayat-ayat bersangkutan. Dimana larangan dan perintah itu merupakan bagian dari persyaratan agar menjadi Islam seutuhnya. 

Di sini ada yang menarik didalam membahas tentang Iman dan Islam sekaligus untuk menemukan jawaban pertanyaan di awal tulisan ini. 

Adanya panggilan kepada orang-orang yang beriman untuk melakukan perintah Tuhan memberikan kesan seolah-olah iman itu sudah ada pada seseorang sebelum seseorang itu melakukan kebaikan sesuai perintah Tuhan. Di lain pihak, jika seseorang agar dapat menjadi Islam, maka orang itu harus melakukan praktek nyata, dalam arti melakukan aksi nyata sesuai perintah dan larangan Tuhan.  Hal ini juga mengindikasikan dan menunjukkan bahwa orang beriman itu sudah ada sejak sebelum Rasul S.A.W. diutus Tuhan, sedangkan Islam yang utuh itu sendiri ada setelah Rasul S.A.W telah lengkap menerima wahyu dari Allah S.W.T. Untuk itu ada ayat yang menyebutkan kira-kira, "Hari ini Aku sempurnakan bahwa Islam itu sebagai agamamu". Ini menunjukkan bahwa Islam itu erat kaitannya dengan perintah dan larangan Tuhan, walaupun di masa sebelum wahyu lengkap diturunkan kepada Rasul S.A.W Islam sudah ada, akan tetapi Islam belumlah sesempurna sebelum semua wahyu perintah dan larangan diturunkan secara lengkap kepada Rasul S.A.W.

Untuk kasus seorang anak yang sudah dikatakan Islam sejak ia terlahir dari keluarga muslim, sesungguhnya karena keterbatasan gerak dan akal si anak, untuk itu keislaman dan atau keimanan seorang anak masih berada (tanggungjawab) pada orang tuanya.

ISLAMNYA PARA SAHABAT DAN KITA

Tentu, para sahabat Rasul S.A.W tidak ada yang lahir dalam keadaan Islam, dalam arti, mereka itu lahir bukan dari keluarga Islam. Artinya, keimanan mereka didapat ketika mereka sudah benar-benar dapat menggunakan akal mereka. Keimanan mereka dikokohkan oleh pemakaian akal yang mereka gunakan. Inilah yang Penulis tengarai bahwa keimanan yang didasari oleh akal (dikunci dengan akal), akan menjadi suatu keimanan yang berpondasi kokoh. Dia tidak akan tergoyahkan oleh badai godaan apapun. Untuk itulah keislaman mereka tetap terjaga bahkan semakin lama akan semakin soleh saja.

Lalu bagaimana tentang keislaman dari orang-orang setelah para sahabat termasuk kita?.

Menjawab pertanyaan inilah sebenarnya tujuan dari tulisan ini dibuat, bagaimana agar kita menjadi orang-orang yang memiliki keimanan yang kokoh lalu menjadi muslim yang taat. Tentu kondisi awalnya berbeda, kebanyakan dari kita dilahirkan dari keluarga pemeluk Agama Islam. Kebanyakan dari kita sudah menjadi Islam sebelum beriman. Kita sudah menjadi Islam sebelum beriman. Keimanan dan keislaman kita sudah datang sebelum kita dapat menggunakan akal kita. Keimanan dan keislaman kita merupakan anugerah karena keturunan, bukan karena pencapaian. Keislaman  demikian sebenarnya kurang memiliki pondasi keimanan yang kuat. Inilah kemungkinan yang menjadi pokok permasalahan saat ini, menjadi muslim yang mudah terombang-ambingkan oleh derasnya aliran-aliran serta perdapat-pendapat di/dari sekeliling kita. Dengan demikian kebanyakan dari kita menjadi Muslim dengan keimanan yang labil.

Karena keimanan itu merupakan pondasi daripada menjadi Muslim, maka keimanan itu perlu dibuat kokoh. Seperti para sahabat Rasul S.A.W lakukan, mereka beriman setelah dapat menggunakan akal mereka, danagar keimanan kita menjadi kokoh, maka lakukanlah apa yang telah dilakukan para sahabat Rasul S.A.W itu. asumsikan jangan beriman atau keluar dari iman yang selama ini disandang karena keturunan, lalu gunakanlah akal untuk mempelajari fenomina alam semesta dengan tujuan benjadi beriman. Artinya gunakanlah akal dalam mencari keimanan agar iman menjadi kokoh. Setelah keimanan menjadi kokoh lalu kerjakan "amal soleh" seperti yang telah diperinkahkan agar menjadi muslim yang taat.

KESIMPULAN

Dari ulasan pendek di atas, penulis menyimpulkan bahwa, yang lebih baik jika dibandingkan, antara seorang muslim yang beriman terlebih dahulu untuk kemudian masuk islam dan seorang muslim yang sudah masuk islam terlebih dahulu lalu kemudian menjadi beriman, adalah kondisi yang pertama.

End.

Abu Dhabi, medeo 31/01/2014

No comments: