Saturday, January 25, 2014

BAPAK JERO WACIK

Temu Muka Dengan Bapak Wamen ESDM RI, di Abu Dhabi

Musim dingin tahun ini di UAE terasa lebih dingin dari tahun-tahun sebelumnya, bahkan di tempat tinggalku yang relatip jauh dari pusat kota, Alreef Downtown terletak agak ke padang pasir sejauh kira-kira 40 kilometer dari tengah kota terasa sangat dingin sekali setiap harinya, di siang hari sekalipun, karena flatku menghadap ke utara membelakangi matahari. Jadi, seharian tidak ada sinar matahari yang memancar secara langsung untuk memberikan kehangatan ke dalam flatku. Dan ini membuat aku menyetujui permintaan aneh istriku membeli pemanas ruangan kecil, portable heater untuk melawan suasana dingin suhu di dalam flatku. Selama hampir duapuluh tahun aku di UAE, suatu negara padang pasir dimana ketika musim panas suhunya bisa mencapai hampir 50 derajat Celcius, memakai heater di dalam ruangan selama ini tidak pernah terpikir sedikitpun kecuali kekhawatiran tentang kerja air condition (AC).

Hari ini tanggal 21 Januari, dan malam ini pada pukul 7 sore aku akan menghadiri undangan temu muka dengan Wakil Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral (Wamen ESDM) RI, di kantor KBRI Abu Dhabi. Aku akan memakai baju batik sesuai dengan anjuran pada catatan undangan yang aku terima melalui e-mail KMMI dan IATMI.

Jarak rumahku dan kantor KBRI cukup jauh, sekitar setengah jam lebih dengan mobil, itu jika tidak ada kemacetan di jalan. Sedangkan jarak dari kantorku dan kantor KBRI hanya lima menit dengan mobil, serta aku biasanya keluar kantor sekitar pukul 5 sore. Aku berniat untuk tidak perlu pulang terlebih dahulu ke rumah lalu ke kantor KBRI setelahnya, apalagi acara malam ini akan diawali dengan acara makan malam bersama. Rencanaku setelah selesai jam kantor, aku lalu akan mencari kesibukan sebentar dalam menunggu waktu undangan tiba. Untuk itu, sejak berangkat kerja di pagi hari, aku sudah membawa baju batikku untuk aku pakai nanti, ketika aku di kantor baju batikku akan aku gantung di dalam mobilku.

Aku keluar kantor pukul 5 sore. Sebenarnya, aku bisa saja tetap di dalam kantor sampai waktu yang aku inginkan dalam menunggu waktu undangan tiba, tetapi, menunggu di dalam kantor sendirian adalah sangat beresiko jika ada hal-hal yang tidak dikehendaki, maka bisa-bisa yang akan menjadi sasaran tertuduh adalah aku, sehingga menunggu di luar kantor adalah lebih aman menurutku.

Hampir selama dua jam aku duduk di dalam mobil, sambil aku buka jendela mobil aku mengisi waktu senggangku dengan menulis kisah penjualan mobilku beberapa hari yang lalu ke dalam telephon genggamku. Aku potong waktu menulis ketika waktu azan Maghrib akan tiba, lalu aku keluar parkir menuju ke sebuah Masjid dekat Kantor KBRI Abu Dhabi karena aku harus melakukan sholat Maghrib di Masjid dekat KBRI.

Sesampai di Kantor KBRI sekitar pukul 7 lebih lima menit. Sebagian besar mobil yang diparkir merupakan mobil-mobil milik orang-orang yang bekerja di kantor KBRI, ini menunjukkan bahwa para undangan belum pada datang. Meja dan kursi berbungkus kain serba putih sudah ditata di halaman depan kantor utama dalam KBRI, ini berarti bahwa acara tatap muka dengan Bapak Wamen ESDM akan berlangsung di luar ruangan. Di dalam hati aku berkata, "wah!, malam hari biasanya dingin sekali, dan aku tidak membawa jaket, lagi!". Sambil aku menyentuh lengan kiri baju batikku yang terasa tebal karena terbuat dari cotton lalu aku berkata lagi di dalam hati, "Baju ini pasti cukup tebal untuk melawan hawa dingin malam ini, apalagi aku sedang memakai kaos dalam".

Acara dimulai setelah rombongan yang ditunggu datang pada sekitar pukul 7 lebih tigapuluh menit. Bapak Dubes membuka acara malam ini. Setelah pembukaan lalu para hadirin dipersilahkan untuk makan malam terlebih dahulu sebelum melanjutkan acara berikutnya. Setelah makan malam selesai lalu acara utama mendengarkan pidato dari Bapak Wamen ESDM dimulai, itu terjadi sekitar pukul 8.30 malam. 

Beliau mengawali pidatonya dengan memperkenalkan diri beliau sendiri. Beliau merupakan alumni ITB Teknik Perminyakan tahun 70an, sekarang beliau sudah berumur sekitar 62 tahun. Beliau pernah bekerja selama tigapuluh tahu di Exxon Mobile, suatu perusahaan minyak asing yang beroperasi di Indonesia. Beliau merupakan teman baik, teman bermain dari Bapak Jero Wacik, Menteri ESDM RI sekarang. Sejenak aku jadi termenung dan berkata dalam hati, "wah!,  Bapak Wamen ini menjadi Wamen bukan karena prestasi rupanya, tetapi lebih dikarenakan oleh pertemanan baik beliau dengan Mentri ESDM sekarang, wah!, kacau negriku ini", lalu aku berkata lagi dalam hati, "Saya yakin sebenarnya masih banyak orang yang jauh lebih pintar di bidang ini dibandingkan dengan Bapak Wamen ini, ah, biarlah, ini merupakan urusan Tuhanku". Beliau bukan orang dari partai, walaupun pernah diminta oleh Bapak Jero Wacik untuk masuk partai, Partai Demokrat. "Sungguh beruntung beliau ini, tidak mengiyakan ajakan kawan dekatnya masuk partai, karena berpartai berarti akan berpolitik, orang yang berpolitik disebut politisi, politisi merupakan seseorang yang bisa mengatakan salah kepada sesuatu yang benar demi untuk mempertahankan kepentingannya, karena politik sampai-sampai para sahabat Rasulpun dibunuh", demikian pikiranku menjawabnya.

Dalam lanjutan pidatonya, Beliau memaparkan tentang peta energi di Indonesia, baik di masa yang lalu, sekarang dan rencana yang akan datang. Saat ini ada beberapa energi terbarukan yang menjadi harapan Indonesia untuk dikembangkan di daerah-daerah, seperti energi dari buah sejenis kemiri, geothermal dan energi dari sampah. Angan-angan Beliau adalah, untuk mengurangi pemakaian minyak, maka energi terbarukan merupakan harapan yang bisa diandalkan. Energi dari buah semacam kemiri akan menjadi andalan untuk daerah-daerah di mana saja, yang penting ada tempat untuk menanamnya. Lalu energi geothermal, energi ini masih tergantung dari letak daerah itu sendiri terhadap adanya sumber energi geothermal ini, tetapi energi ini cukup potensial di Indonesia untuk menggantikan ketergantungan terhadap pemakaian minyak. Dan enerji dari sisa buangan atau sampah yang diolah.

Tiba-tiba aku mengernyitkan kedua alisku mendengarkan paparan Beliau, sambil berfikir dan aku berkata dalam hati, "mengapa Indonesia mengejar sumber enerji seperti itu, negara maju saja seolah hanya memakai enerji ini untuk bahan penelitian, Indonesia sudah ingin menerapkan mereka, ah!, ini merupakan omong kosong, nol besar". "Mengapa kok tidak memakai enerji yang sudah dipakai oleh banyak negara maju, seperti nuklir yang dapat menghasilkan tenaga luar biasa besar?".

Menurut beliau, sesungguhnya Indonesia memiliki potensi yang luar biasa di bidang energi dan mineral, tetapi sampai saat ini sayangnya dikelola dengan cara yang salah, sehingga yang ada sampai saat ini kubangan-kubangan danau karena mineralnya sudah dikuras, dihisap oleh pihak luar.

Dalam lanjutan ceramahnya Bapak Wamen ESDM menghimbau para hadirin untuk jangan berlama-lama berkerja atau berkarya di Luar Negeri, Beliau mengajak para hadirin pulang ke Indonesia untuk mengabdikan diri bagi Indonesia, Indonesia membutuhkan para hadirin sekalian.

Ajakan Bapak Wamen ini membuat aku jadi tergelitik, tergelitik karena merasa lucu. Beliau sendiri sudah bekerja selama tigapuluh tahun di perusahaan minyak asing. Beliau barangkali sudah tidak memiliki beban keuangan lagi untuk membiayai pendidikan dan biaya lain daripada anak-anaknya, sedangkan para hadirin?. Dilihat dari yang aku ketahui, maka aku adalah pekerja migran Abu Dhabi yang paling tua yang hadir di sini, dimana aku sendiri di Abu Dhabi sudah duapuluh tahun, dimana anak-anakku masih besar-besarnya membutuhkan biaya terutama biaya kuliah mereka. Lalu diajak pulang untuk mengabdi?. Tunggu dulu!. Pengabdi yang baik adalah mereka yang memang memiliki niat dari dalam hati untuk mengabdi, dia harus memiliki niatan yang sungguh-sungguh, bukan karena ajakan.

Aku  jadi teringat sebuah cerita film yang ditulis oleh Bapak B. J Habibi. Beliau menulis tentang kisahnya sendiri. Di dalam film itu diceritakan bahwa Habibi muda sejak menjadi seorang mahasiswa di Jerman, sudah memiliki mimpi untuk membuat dirinya dapat berbuat sesuatu, sesuatu yang akan dipersembahkan untuk kemajuan Ibu Pertiwi. Ia dalam hidupnya akan mengabdikan diri untuk Indonesia. itu akan ia lakukan setelah lulus dari kuliahnya di Jerman. Barangkali itu salah satu pembakar semangat Habibi muda untuk bekerja lebih keras, sehingga bisa lulus dengan nilai sangat memuaskan. Akhirnya setelah lulus, Habibi muda melamar ke Indonesia untuk mengabdikan dirinya. Dimana akhirnya beliau dipercaya oleh Presiden RI, Bapak Suharto, seseorang yang tidak pernah mengenal Habibi untuk menjadi Mentri Riset dan Tekhnologi Indonesia.

Pertanyaan yang ada di benakku sambil mendengarkan pidato Bapak Wamen ESDM adalah, "Apakah Bapak B. J Habibi saat itu akan tetap menjadi Menristek RI seandainya President RI bukan Bapak Suharto?. Tentu saja menurut logika saya adalah, "Bapak Wamen yang sedang berpidato di depan saya saat ini tidak akan menjadi Wamen ESDM apabila Bapak Jero Wacik tidak menjadi Menteri ESDM RI saat ini". Inilah kuasa Tuhan.

Ceramah dilanjutkan dengan menyinggung masalah tenaga listrik, dalam hal ini PLN. PLN tidak boleh membangun pembangkit apabila pembangkit itu diminati oleh pihak swasta. Jadi, PLN hanya membangun pembangkit listrik dimana pihak swasta tidak berminat. Lalu pertanyaannya adalah, "Kapan PLN akan meraup laba?".

Aku terkesan dengan motto yang disebutkan oleh Bapak Wamen ESDM yaitu, "Lebih baik menghemat energi 1 Kwh daripada membangkitkan energi 1 Kwh, untuk itu mulailah melakukan penghematan energi di tempat-tempat anda sekalian, mulai dari saat ini, hanya dengan mematikan tombol listrik anda di tempat anda". Itulah ajakan Bapak Wamem ESDM. Setelah itu pidato dilanjutkan dengan menyinggung tentang peta listrik Indonesia secara Nasional. Menurut beliau bahwa, kebutuhan listrik secara nasional adalah tiga setengah milyar Mega Watt per tahun. Di Papua 60% penduduknya tidak memiliki listrik, sedang secara Nasional adalah 80%.

Bapak Wamen melanjutkan pidatonya pada topik peraturan baru yang melarang ekspor bahan mentah secara langsung tanpa dikelola terlebih dahulu. Peraturan ini jika dilihat dari dimensi energi listrik memang menjadi dilema, yaitu, untuk mengelola tambang agar tidak diekspor secara mentahan, maka dibutuhkan smelter-smelter. Smelter-smelter tersebut secara keseluruhan membutuhkan energi listrik sekitar 600 Mega Watt. Tetapi, lanjutnya. Kalau tidak dimulai sejak sekarang, maka akan banyak tercipta danau-danau akibar kubangan yang ditinggalkan oleh penambang-penambang yang menjual bahan mentah berupa tanah tambang. Tanah tambang dikeruk, lalu dimasukkan truk, kemudian masuk tongkang dan dijual ke Luar Negeri dengan harga murah. Bahan-bahan itu setelah dikelola lalu dijual kembali ke Indonesia dengan harga melebihi tujuhpuluh kali lipat. Mereka (perusahaan asing dan pihak pribumi tertentu) yang mengambil keuntungan berlipat-lipat, sedangkan Indonesia?, lingkungan rusak, semua tambang habis, dan sisa-sisa dari yang mereka kerjakan akan menjadi tanggung jawab Pemerintah. Dengan berlakunya peraturan ini diharapkan Pemerintah dapat berbuat banyak untuk mengendalikan dan mengawasi kesalahan kelola seluruh tambang yang ada di Indonesia. "Semoga!", kataku dalam hati.

Bapak Wamen memberi contoh hubungan antara pembangkit listrik Siguragura dengan PT. Inalum, Asahan. Sebetulnya, menurut beliau, pembangunan pembangkit listrik Siguragura dilakukan oleh Pemerintah RI dengan pinjaman dari pihak Luar Negeri. Pada kenyataannya adalah, hampir 96% dari tenaga listrik yang dihasilkan digunakan oleh PT. Inalum, Asahan. Sementara pihak RI sampai sekarang masih membayar hutang dari pinjaman untuk pembangunan pembangkit tenaga listrik Siguragura, sedangkan PT. Inalum, yang dikelola bersama pihak Luar Negeri, sudah menikmati sejak lama keuntungan mereka dengan cara mengespor hasil kelolanya.

Sebelum akhir sesi, yaitu sesi tanya-jawab, pidatonya ditutup dengan menyinggung masalah pelatihan yang direncanakan oleh Kementrian ESDM. Menurut beliau, pada masa yang lalu, fasilitas-fasilitas pelatihan ESDM hanya diperuntukkan bagai pegawai negeri sipil (PNS) dari seluruh daerah di Indonesia. Biasanya, menurut beliau, PNS yang dikirim merupakan pegawai-pegawai yang tidak berprestasi karena berbagai alasan di tempat kerjanya, bahkan merupakan pegawai yang paling malas. Lalu setelah melakukan pelatihan di fasilitas Kementrian ESDM mereka kembali lagi ke daerah mereka masing-masing. Dapatkah mereka para PNS yang sudah mendapatkan pelatihan itu memakai apa yang sudah didapatkan dari pelatihan untuk diterapkan di daerah mereka?. Inilah masalahnya, mereka pegawai tidak berprestasi, malas, lalu dilatih supaya memiliki kegiatan, kemudian diminta untuk memakai apa yang telah mereka peroleh, ini tidak akan pernah dipakai.

Sekarang sistemnya dirubah, fasilitas laboratorium pelatihan milik Kementrian ESDM dipergunakan untuk anak-anak Sekolah Menengah Atas. Tujuannya agar para pemuda dapat memiliki technical skill. Dengan program itu sekarang banyak daerah-daerah mengajukan permohonan agar daerahnya diberi fasilitas pelatihan dari Kementrian ESDM. Di Indonesia ada sekitar limaratus Kabupaten. Target yang ingin dicapai adalah setiap tahun dapat mewisuda sekitar 100 siswa per Kabupaten. Dan apabila diperlukan, Kementrian ESDM akan mengirim anak didiknya ke manasaja termasuk ke Cepu bahkan ke Abu Dhabi sekalipun, jika itu memang diperlukan.

Sesi terakhir juga dikomandoi oleh Bapak Dubes, dua penanya termasuk aku langsung dijawab setelah pertanyaan diberikan. Penanya pertama meminta agar disampaikan pesannya mengenai keluhannya sebagai warga yang tinggal di Balik Papan, dimana, di sana listrik padam sehari bisa dua kali, jauh sekali jika dibandingkan dengan di Jakarta yang hanya setahun padam dua kali. Lalu Bapak Wamen setuju sekali dengan usulanku agar dibangun pembangkit listrik tenaga nuklir. Beliau memberitahukan bahwa Malaysia dan Singapura sudah akan membangun tenaga pembangkit nuklir dekat dengan perbatasan Indonesia. Tetapi, beliau mengingatkan, bahwa pembangkit ini sesuai peraturan yang sudah disyahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat RI merupakan pembangkit listrik opsi pilihan yang paling akhir. "Barangkali Indonesia tidak akan pernah memiliki tenaga pembangkit listrik nuklir, ini bahasa kasarnya jika Undang-Undang itu diterjemahkan", demikian pikiranku mengatakan.

Setelah sesi tanya-jawab, lalu acara ditutup oleh Bapak Dubes karena waktu sudah larut malam, itu ketika jam di tangan kiriku sudah menunjukkan pukul 11 malam lebih lima menit.

Bapak Wamen ESDM meninggalkan KBRI setelah melakukan foto-foto bersama, memberikan kartu namanya dan bersalaman kepada hampir semua hadirin. Sebelum Bapak Wamen benar-benar meninggalkan kantor KBRI aku sempat bersalaman dengan Bapak Wamen ESDM.

Selamat jalan Pak Wamen, semoga selalu mendapatkan kebaikan!.

End.

Medeo, 25 Januari, 2014.

No comments: