Saturday, May 18, 2013

Kotbah Jum'at 23


Khutbah Jumat, 05 Rabius Tsani 1434 H / 15 Februari 2013 M
Kepada-Mu kami Bertawakkal
Khutbah Pertama

الحَمْدُ للهِ ربِّ العالمينَ، عَزَّ جَاهُهُ، وجَلَّ ثناؤُهُ، وتقدَّسَتْ أسْمَاؤُهُ، مَنْ توكَّلَ عليهِ كفَاهُ، ومَنْ لَجَأَ إليهِ آوَاهُ، ومَنْ سأَلَهُ أعطَاهُ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه، وأشْهَدُ أنَّ سيِّدَنَا محمَّداً عبْدُ اللهِ ورسولُهُ، إمامُ المرسلينَ، وخاتمُ النبيينَ، وقدوةُُ المتوكلينَ، اللهمَّ صَلِّ وسَلِّمْ وبَارِكْ عَلَى سيدِنَا محمدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وأَصْحابِهِ الغُرِّ المَيامِينِ، والتَّابعينَ لَهُمْ بإحسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أمَّا بعدُ: فأُوصيكُمْ عبادَ اللهِ ونفسِي بتقوَى اللهِ عزَّ وجلَّ، قالَ تعالَى:] وَاتَّقُوا يَوْماً تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ[([1]).
Kaum mukminin : Allah berfirman :
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman". (Al Maidah 5 : 23) tawakkal kepada Allah menempati salah satu kedudukan tertinggi dalam agama Islam, ia merupakan penyerahan perkara kepada Allah, bergantung kepada-Nya dalam segala keadaan, membebaskan diri dari kekuatan dan keberdayaan kecuali dengan-Nya, dengan tetap melakukan sebab-sebab, yaitu bahwa seorang hamba harus mengetahui bahwa Allah yang menjamin rezeki dan urusannya, tidak bergantung kecuali kepada-Nya, tidak bertawakkal kecuali kepada-Nya, dan Allah telah memerintahkan kita untuk bertawakkal dalam segala hal, Dia memuji orang yang bertawakkal seperti disebutkan dalam beberapa ayat-ayat-Nya, sebagaimana juga tawakkal merupakan salah satu sebab tergapainya kasih sayang Allah, Allah berfirman :
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ المُتَوَكِّلِينَ
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”(Ali Imran 3 : 159)

Tawakkal adalah kondisi para nabi AS dalam senang dan susah, Allah berfirman :
وَمَا لَنَا أَلاَّ نَتَوَكَّلَ عَلَى اللَّهِ وَقَدْ هَدَانَا سُبُلَنَا وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَى مَا آذَيْتُمُونَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ المُتَوَكِّلُونَ
“Mengapa Kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu berserah diri". (Ibrahim 14 : 12), ia adalah jalan kaum mukmin menuju Tuhan mereka, Allah berfirman :
رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali"(Al Mumtahanah 60 : 4)

Allah berdialog dengan nabi-Nya Muhammad Saw seperti tersebut dalam firman-Nya :
 وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلاً
Dan bertawakallah kepada Allah dan cukuplah Allah menjadi Pelindung” (An Nisa’ 4 : 81). Beliau adalah pemimpin para orang yang bertawakkal dalam tindakan dan ucapan, dalam doa dan segala kondisinya, dari Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah Saw berdoa :
اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ
“Ya Allah pada-Mu aku berserah diri, kepada-Mu aku beriman dan kepada-Mu aku bertawakkal”(Muttafaq ‘alaih)

Dan barang siapa ridha menjadikan Allah sebagai wakilnya maka ia mendapatkan semua jalan menuju kebaikan, dari Abu Dzar Al Ghiffari RA berkata ; Rasulullah Saw membacakan ayat ini padaku :
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً* وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
 “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya" (At Thalaq 2-3). Ketika beliau selesai membacakan ayat diatas beliau berkata :
يَا أَبَا ذَرٍّ لَوْ أَنَّ النَّاسَ كُلَّهُمْ أَخَذُوا بِهَا لَكَفَتْهُمْ
Wahai Abu Dzar sesungguhnya bila manusia menggunakan ayat ini maka mereka akan tercukupi" (Ibnu Majah 4220, Ahmad 22172)

Tentu wahai hamba Allah, tawakkal merupakan petunjuk bagi hati dan sekaligus ketentramannya, dan ia menjadi benteng dari syetan, oleh karena itu Rasulullah Saw mengajarkan kita untuk selalu bertawakkal pada pagi dan sore hari, dan beliau selalu mengingat kita mengenai hal itu, dari Anas bin Malik RA bahwa Nabi Saw bersabda :
إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ: بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ. يُقَالُ حِينَئِذٍ: هُدِيتَ وَكُفِيتَ وَوُقِيتَ. فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِىَ وَكُفِىَ وَوُقِىَ؟
 "Bila seseorang keluar dari rumahnya dan berdoa : dengan menyebut nama Allah aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan Allah. Dikatakan ketika itu : Anda telah mendapatkan petunjuk, Anda telah mendapatkan kecukupan dan Anda telah terlindungi. Maka syetan akan menjauh darinya dan syetan lain berkata padanya : bagaimana Anda dapat mengganggu seseorang yang telah mendapatkan hidayah, kecukupan dan perlindungan" (Abu Daud 5095)
Syetan tidak mempunyai kekuasaan terhadap orang-orang yang bertawakkal, Allah berfirman :
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya setan ini tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya. (An Nahl 16 : 99)

Hamba Allah : tawakkal merupakan perbuatan hati dan ia tidak bertentangan dengan perbuatan dan sebab akibat, karena tawakkal bertempat di hati, sedangkan sebab akibat bertempat pada badan, dan Rasulullah Saw telah menyatukan kedua dasar tersebut dan berkata pada salah satu sahabatnya :
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجَزْ
"Jagalah terhadap sesuatu yang bermanfaat bagimu, dan memintalah pertolongan pada Allah dan janganlah kamu lemah"(Muslim 2664).Beliau selalu menganjurkan untuk menggunakan sebab akibat dan memerintahkan untuk meminta pertolongan dari Allah Swt.

Tawakkal sebenarnya adalah semangat, kesungguhan, menggunakan sebab akibat dan doa untuk agar mendapatkan taufiq dari Allah,
وقَدْ دخلَ رجُلٌ علَى رَسُولِ اللَّهِ r وتركَ ناقتَهُ بغيرِ رباطٍ، ثُمَّ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَعْقِلُهَا وَأَتَوَكَّلُ، أَوْ أُطْلِقُهَا وَأَتَوَكَّلُ ؟ قَالَ:« اعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ»
 "Ada seseorang yang menghadap pada Rasulullah Saw dan meninggalkan unta betinanya lepas tanpa diikat, kemudian ia bertanya : wahai Rasulullah apakah saya harus mengikatnya terlebih dahulu dan bertawakkal, atau melepasnya dan bertawakkal ? Beliau menjawab : ikatlah dan bertawakkal" (At Tirmidzi 2517). Artinya gunakan sebab akibat lalu bertawakkal pada Allah, dan jangan kita meninggalkan pekerjaan tapi mengharapkan hasilnya dari Allah.

Sebagian orang mengartikan tawakkal dengan salah sehingga mereka meninggalkan proses sebab akibat, ketika mereka berangkat menunaikan ibadah haji mereka tidak membawa bekal, mereka berkata : kami bertawakkal kepada Allah karena Dia Pemberi rezeki kami. Ketika mereka tiba di Makkah mereka mengemis pada penduduk disana, lalu turunlah ayat :
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa" (Al Baqarah 2 : 197). Mereka dilarang menggunakan tawakkal yang salah dan mereka diperintah untuk berbekal harta dan makanan. (Tafsir Ibnu Katsir 1/548, Tafsir Al Qurthubi 2/411)

Dan ketahuilah wahai hamba Allah sesungguhnya yang dapat membantu seseorang dalam mendapatkan tawakkal yang sempurna adalah dengan menyerahkan semua urusan pada Allah dan ridha dengannya, Allah berfirman :
قُل لَّن يُصِيبَنَا إِلاَّ مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ المُؤْمِنُونَ
“Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami, Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal" (At Taubah 9 : 51)

Seorang mukmin yang kuat yang bertawakkal adalah orang yang ridha dengan ketentuan Allah dan pembagian-Nya, tidak banyak mengeluh, mengadu dan menyesal, dan Rasulullah Saw telah memerintahkan hal itu, sabdanya :
فَإِنْ غَلَبَكَ شَيْءٌ فَقُلْ: قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ، وَإِيَّاكَ وَاللَّوَّ، فَإِنَّ اللَّوَ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
"Bila Anda terkalahkan oleh sesuatu, maka katakanlah : ketentuan Allah dan kehendak-Nya, dan menjauhlah dari kata : andaikata, karena andaikata membuka peluang tindakan syetan" (Muslim 2664, Ibnu Hibban 13/28)

Ya Allah jadikanlah kami termasuk golongan orang-orang yang bertawakkal kepada-Mu, yang ridha dengan keputusan-Mu, yang beruntung dengan surga-Mu dan berilah kami taufiq untuk mentaati-Mu dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami untuk ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 59).
نفعَنِي اللهُ وإياكُمْ بالقرآنِ العظيمِ، وبِسنةِ نبيهِ الكريمِ صلى الله عليه وسلم،  أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.

Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ ربِّ العالمينَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه، وأَشْهَدُ أنَّ سيِّدَنا محمَّداً عبدُهُ ورسولُهُ، اللهمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ الطيبينَ الطاهرينَ وعلَى أصحابِهِ أجمعينَ، والتَّابعينَ لَهُمْ بإحسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dan ketahuilah bahwa bertawakkal kepada Allah dapat mendatangkan ketenangan dan ketentraman pada hati seseorang, dan pelakunya akan disediakan keberuntungan surga tanpa perhitungan sebelumnya, Allah berfirman :
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُم مِّنَ الجَنَّةِ غُرَفاً تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نِعْمَ أَجْرُ العَامِلِينَ* الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
"Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya, itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal. yaitu orang-orang yang sabar dan bertawakkal kepada Tuhannya" (Al Ankabut 29 : 58-59)

Wujudkan arti tawakkal kepada Allah wahai hamba Allah dengan tidak menyibukkan diri dengan yang ada pada tangan orang lain, maka barang siapa yang bertawakkal kepada Tuhannya, maka Allah akan melindunginya dari syetan di dunia, meluaskannya rezekinya dan Dia akan memberikan semua yang diharapkan di cita-citakannya, Rasulullah Saw bersabda :
لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصاً  وَتَرُوحُ بِطَاناً
"Andaikata kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal maka kalian akan mendapatkan rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki berangkat pagi dalam keadaan lapar dan kembali di sore hai dalam keadaan kenyang" (At Tirmidzi 2344)

عبادَ اللهِ: إنَّ اللهَ أمرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فيهِ بنفْسِهِ وَثَنَّى فيهِ بملائكَتِهِ فقَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2]) وقالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3])
اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا ونبيِّنَا مُحَمَّدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وقَلْبًا خاشعاً، وَلِسَانًا ذَاكِرًا، ورِزْقًا طَيِّبًا واسعاً، وَعَمَلاً صالحاً مُتَقَبَّلاً، وعافيةً فِي البدنِ، وبركةً فِي العمرِ والذريةِ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وعَنْ سائرِ الصحابِةِ الأكرمينَ، وعَنِ التابعينَ ومَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ.
اللَّهُمَّ علِّمْنَا مَا ينفَعُنَا، وانفَعْنَا بِمَا علَّمْتَنَا، وزِدْنَا علماً، اللَّهُمَّ آتِ نفوسَنَا تقوَاهَا، وزَكِّهَا أَنْتَ خيرُ مَنْ زكَّاهَا، أنتَ وَلِيُّهَا ومولاَهَا، وأَحْسِنْ عاقبتَنَا فِي الأُمورِ كُلِّهَا، اللَّهُمَّ أصْلِحْ لَنِا نياتِنَا، وبارِكْ لَنَا فِي أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَاجْعَلْهم قُرَّةَ أَعْيُنٍ لنَا، واجعَلِ التوفيقَ حليفَنَا، وارفَعْ لنَا درجاتِنَا، وزِدْ فِي حسناتِنَا، وكَفِّرْ عنَّا سيئاتِنَا، وتوَفَّنَا معَ الأبرارِ، اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، ولاَ دَيْنًا إلاَّ قضيْتَهُ، وَلاَ مريضًا إلاَّ شفيْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا ويسَّرْتَهَا يَا ربَّ العالمينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدولةِ، الشَّيْخ خليفة وَنَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ للمسلمينَ والمسلماتِ الأحياءِ منهُمْ والأمواتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، والشَّيْخ مَكْتُوم، وإخوانَهُمَا شيوخَ الإماراتِ الذينَ انتقلُوا إلَى رحمتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بعفوِكَ وغفرانِكَ ورحمتِكَ آباءَنَا وأمهاتِنَا وجميعَ أرحامِنَا ومَنْ كانَ لهُ فضلٌ علينَا.
اللَّهُمَّ أَدِمْ عَلَى دولةِ الإماراتِ الأَمْنَ والأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِينَ.
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ]وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([4]).


 Khutbah Jumat, 12 Rabius Tsani 1434 H / 22 Februari 2013 M
Penipuan
Khutbah Pertama
 
الحَمْدُ للهِ العليمِ القديرِ، العَلِيِّ الخبيرِ، لاَ يَخْفَى عليهِ شيءٌ فِي الأرضِ ولاَ فِي السماءِ وهُوَ السميعُ البصيرُ، نَحمدُهُ تعالَى علَى نِعَمِهِ وآلائِهِ، ونشكرُهُ علَى أفضالِهِ وعطائِهِ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، أبانَ الحلالَ والحرامَ، وأَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا ونبيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، خَيْرُ مَنْ بيَّنَ طُرُقَ الرشادِ مِنَ الضلالِ، وَدَعَا إلى حِفْظِ الأعراضِ والأموالِ، فاللهمَّ صَلِّ وسَلِّمْ وبَارِكْ عليهِ وعلَى آلِهِ ذَوِي السجايَا الكريمةِ والخصالِ، وعَلَى أصحابِهِ والتابعينَ لهمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الحشرِ والمآلِ.
أمَّا بعدُ: فأُوصيكُمْ عبادَ اللهِ ونفسِي بتقوَى اللهِ عزَّ وجلَّ، قالَ تعالَى:] يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ[([1]).
 
Kaum mukminin : Allah menurunkan Al Quran untuk mewujudkan kemaslahatan hamba-hamba-Nya, untuk melindungi hidup mereka, akal dan kehormatan mereka, harta dan hak-hak mereka, dimana ketentraman dan kehidupan mereka berada diatas semua hal diatas, dan diantara tujuan utama syariat Islam adalah menjaga harta manusia dan mengharamkan memakannya dengan cara yang tidak benar, Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil" (An Nisa' 4 : 29), bahkan Allah memerintahkan kita untuk selalu berusaha mencari pekerjaan yang baik dan harta yang halal, dan melarang kita mengikuti langkah-langkah syetan, Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الأَرْضِ حَلالاً طَيِّباً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu" (Al Baqarah 2 : 168)
 
Contoh cara-cara dan langkah-langkah syetan lainnya adalah penipuan yang dilakukan pada sesama untuk merampas hak-hak mereka, atau untuk mengambil harta mereka dengan cara illegal, yang biasa tampak luarannya berbentuk sebuah akad yang legal sementara dibalik itu ada tindakan yang illegal, dan biasanya seorang penipu meletakkan akad yang sah dengan tujuan haram, bahkan tindakan yang dilakukannya dengan melanggar yang diharamkan oleh Allah, dengan meninggalkan kewajiban, menggugurkan kebenaran dan seterusnya, itulah jalan para pengrusak yang ingin menguasai harta orang lain dengan cara menipu, melakukan tindakan penggelapan agar manusia terjebak dalam jaringnya. Rasululah Saw telah memperingatkan seluruh manusia dari para penipu, sabdanya :
وَأَهْلُ النَّارِ خَمْسَةٌ وَعَدَّ مِنْهُمْ وَالْخَائِنُ الَّذِي لاَ يَخْفَى لَهُ طَمَعٌ وَإِنْ دَقَّ([2]) إِلاَّ خَانَهُ وَرَجُلٌ لاَ يُصْبِحُ وَلاَ يُمْسِي إِلاَّ وَهُوَ يُخَادِعُكَ عَنْ أَهْلِكَ وَمَالِكَ
"Penghuni neraka ada lima, disebutkan diantaranya : pengkhianat yang tidak tampak ketamakannya tapi bila ada kesempatan meskipun sangat kecil niscaya ia akan berkhianat, dan seseorang yang senantiasa memperdayamu di waktu pagi dan sore hari terhadap keluargamu dan hartamu " (Muslim 2865) dan sabda Nabi Saw :
إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ، مَنْ أَصَابَهُ بِحَقِّهِ بُورِكَ لَهُ فِيهِ، وَرُبَّ مُتَخَوِّضٍ فِيمَا شَاءَتْ بِهِ نَفْسُهُ مِنْ مَالِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ لَيْسَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلاَّ النَّارُ
Sesungguhnya harta benda ini nampak hijau (indah) nan manis (menggiurkan), barang siapa mendapatkan haknya maka ia akan diberkahi, dan banyak orang yang mengambil harta Allah dan rasul-Nya dengan kerakusan jiwa, maka tidak ada baginya pada hari kiamat kecuali neraka”(Muttafaq ‘alaih, lafal At Tirmidzi 2374)
 
Hamba Allah : cara-cara penipuan sangat banyak dan medianya sangat beragam, biasanya sebagian penipu melakukan penggelembungan harga agar pembeli terpedaya, dan tindakan ini dilarang oleh Nabi Saw, sabdanya :
وَلاَ تَنَاجَشُوا
"Janganlah kalian saling menipu" (Muttafaq 'alaih). Ibnu Abi Aufa berkata : yang dimaksud dengan hadits diatas adalah orang yang memakan harta riba dengan cara berkhianat. Ini termasuk penipuan batil yang dilarang oleh agama, Nabi Saw bersabda :
الْخَدِيعَةُ فِي النَّارِ
"Penipuan akan meletakkan pelakunya di neraka" (Bukhari kitab jual beli bab 60)
 
Sebagian lain dengan mengawasi para nasabah perbankan dengan mencari kesempatan agar mampu mencuri harta mereka, karenanya berhati-hatilah wahai orang muslim agar Anda tidak tertipu oleh seseorang, Al Mughirah bin Syu'bah menceritakan sifat Umar bin Khattab dalam ucapannya : Aku belum pernah melihat seseorang yang lebih tegas daripada Umar, sesungguhnya dia demi Allah mempunyai keutamaan yang mencegahnya untuk mengeluh dan mempunyai akal yang mencegahnya untuk tidak tertipu. Karena itu janganlah Anda tertipu oleh penipu yang ingin menguasai harta Anda, dan janganlah Anda terperangkap oleh beberapa institusi yang ingin menenggelamkan Anda dalam hutang, yang membuat Anda selanjutnya hidup dalam kesengsaraan dan kenistaan yang berkelanjutan.
 
Kaum mukminin : gambaran penipuan lainnya berbentuk permainan terhadap bahan makan pokok, yaitu dengan mengganti tanggal produk makanan tersebut atau mengganti isi produk,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ عليه الصلاة والسلام مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهَا فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلاً، فَقَالَ :« مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ ؟». قَالَ: أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ:« أَفَلاَ جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَىْ يَرَاهُ النَّاسُ، مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّي
dari Abu Hurairah RA : bahwa Rasulullah Saw meraba tumpukan makanan dengan memasukkan tangannya kedalam tumpukan tersebut dan jemarinya menyentuh sesuatu yang basah, beliau lalu bertanya : apa ini wahai pemilik makanan ? ia menjawab : ini makanan yang terkena hujan wahai rasulullah. Beliau bertanya : kenapa tidak kau letakkan diatas agar pembeli melihatnya, barang siapa menipu maka ia tidak termasuk golonganku" (Muslim 102)
 
Tentu wahai hamba Allah : Rasulullah Saw membebaskan diri dari setiap penipu orang, maka berhati-hatilah terhadap para penipu yang setiap kali berusaha merayu manusia dengan menampakkan kefakiran dan kepailitan, atau dengan cara menipu mereka melalui telpon dengan iming-iming ia telah mendapatkan hadiah atau bahwa mereka telah terkena sihir, dan bahwa mereka mampu menolak sihir dengan catatan mengirimkan sejumlah uang tertentu, Rasulullah Saw mengancam semua para penipu dengan balasan dan siksa, karenanya hendaknya kita berhati-hati dalam segala kondisi, terutama terhadap para pengemis dan penipu yang mereka berpura-pura seakan-akan mereka termasuk orang miskin, Rasulullah Saw :
مَنْ سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تَكَثُّراً فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْراً فَلْيَسْتَقِلَّ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ
Barangsiapa meminta-minta harta kepada orang lain untuk memperbanyak hartanya, maka sesungguhnya dia hanyalah  sedang  meminta  bara  api. Maka  hendaknya  dia  mempersedikit  ataukah memperbanyak” (Muslim 1041) dan sabdanya :
مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِىَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَيْسَ فِى وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ
Jika seseorang meminta-minta (mengemis) pada manusia, ia akan datang pada hari kiamat tanpa memiliki sekerat daging di wajahnya”(Muslim 1041)
 
Kaum muslimin : sebagian orang menipu untuk mendapatkan hutang, atau untuk lari dari membayar hutang, sebagian lain dengan cara membeli ijazah ilmiah atau memalsukan sertifikat pengalaman kerja, untuk mendapatkan kesempatan kerja atau untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, padahal semua itu merupakan kebohongan, pemalsuan dan penipuan, Rasulullah Saw bersabda :
الْمُتَشَبِّعُ بِمَا لَمْ يُعْطَ كَلاَبِسِ ثَوْبَىْ زُورٍ
 "Orang yang pura-pura kenyang dengan apa yang berlum pernah diberikan, bagaikan orang yang mengenakan dua pakaian palsu" (Muttafaq 'alaih)
 
Diantara bentuk kepura-puraan pada seseorang adalah seseorang pegawai yang mengaku sakit agar mendapatkan cuti sakit, atau agar mampu lari dari tugas kerja, atau dengan cara mengaku mempunyai pekerjaan tertentu, padahal ia bukanlah seorang pegawai.
 
Ya Allah berilah rezeki yang halal kepada kami, dan jauhkanlah kami dari yang haram, dan berilah kami taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami untuk ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 59).
نفعَنِي اللهُ وإياكُمْ بالقرآنِ العظيمِ، وبِسنةِ نبيهِ الكريمِ صلى الله عليه وسلم،  أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.
 
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ رب العالمين، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وأَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، ومَنْ تَبِعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدِّينِ.
 
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa diantara bentuk penipuan yang dilarang adalah mendatangkan bahaya terhadap isteri agar ia tidak menuntut maharnya, Allah berfirman :
وَلاَ تُمْسِكُوهُنَّ ضِرَارًا لَّتَعْتَدُواْ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ وَلاَ تَتَّخِذُوَاْ آيَاتِ اللَّهِ هُزُوًا
 "Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudaratan, karena dengan demikian kamu menganiaya mereka, barang siapa berbuat demikian, maka sungguh ia telah berbuat dzalim terhadap dirinya sendiri dan janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah sebagai permainan" (Al Baqarah 2 : 231)
Pada setiap orang yang hidup diatas bumi negara ini hendaknya ia mempunyai mata yang jeli untuk melaporkan para penipu dan hendaknya ia menjadi orang yang amanah di tempatnya.
 
عبادَ اللهِ: إنَّ اللهَ أمرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فيهِ بنفْسِهِ وَثَنَّى فيهِ بملائكَتِهِ فقَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([3])
وقالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([4])
اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا ونبيِّنَا مُحَمَّدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وقَلْبًا خاشعاً، وَلِسَانًا ذَاكِرًا، ورِزْقًا طَيِّبًا واسعاً، وَعَمَلاً صالحاً مُتَقَبَّلاً، وعافيةً فِي البدنِ، وبركةً فِي العمرِ والذريةِ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وعَنْ سائرِ الصحابِةِ الأكرمينَ، وعَنِ التابعينَ ومَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ.
اللَّهُمَّ علِّمْنَا مَا ينفَعُنَا، وانفَعْنَا بِمَا علَّمْتَنَا، وزِدْنَا علماً، اللَّهُمَّ آتِ نفوسَنَا تقوَاهَا، وزَكِّهَا أَنْتَ خيرُ مَنْ زكَّاهَا، أنتَ وَلِيُّهَا ومولاَهَا، وأَحْسِنْ عاقبتَنَا فِي الأُمورِ كُلِّهَا، اللَّهُمَّ أصْلِحْ لَنِا نياتِنَا، وبارِكْ لَنَا فِي أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَاجْعَلْهم قُرَّةَ أَعْيُنٍ لنَا، واجعَلِ التوفيقَ حليفَنَا، وارفَعْ لنَا درجاتِنَا، وزِدْ فِي حسناتِنَا، وكَفِّرْ عنَّا سيئاتِنَا، وتوَفَّنَا معَ الأبرارِ، اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، ولاَ دَيْنًا إلاَّ قضيْتَهُ، وَلاَ مريضًا إلاَّ شفيْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا ويسَّرْتَهَا يَا ربَّ العالمينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدولةِ، الشَّيْخ خليفة وَنَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ للمسلمينَ والمسلماتِ الأحياءِ منهُمْ والأمواتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، والشَّيْخ مَكْتُوم، وإخوانَهُمَا شيوخَ الإماراتِ الذينَ انتقلُوا إلَى رحمتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بعفوِكَ وغفرانِكَ ورحمتِكَ آباءَنَا وأمهاتِنَا وجميعَ أرحامِنَا ومَنْ كانَ لهُ فضلٌ علينَا.
اللَّهُمَّ أَدِمْ عَلَى دولةِ الإماراتِ الأَمْنَ والأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِينَ.
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ]وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([5]).
 
 
 
 


([1]) التوبة: 119 .
([2]) وَالْخَائِنُ الَّذِي لاَ يَخْفَى لَهُ طَمَعٌ وَإِنْ دَقَّ: أي والخائن الذي لا يخفى عليه شيء مما يمكن أن يطمع فيه وإن قل.
([3]) الأحزاب : 56 .
([4]) مسلم : 384.
([5]) العنكبوت :45.

No comments: