Sunday, April 15, 2007

OPPORTUNITY LOSS DAN ALAM

OPPORTUNITY LOSS DAN ALAM
Oleh: Nasuki

Tulisan ini hanya sebagai materi tambahan dari ceramah pada pengajian KMMI yang lalu yang disampaikan oleh Bapak Ustad Bambang Satosa, tujuannya untuk melihat opportunity loss secara seksama, agar didalam menentukan tindakan-tindakan yang akan dilakukan disesuaikan dengan prioritasnya.

Alam tidak mengenal Opportunity Loss

Sudah merupakan suatu hal yang dipahami oleh umum bahwa apa yang ada di alam ini adalah bersifat kekal, artinya berkurangnya air karena panas, itu bukan berarti air itu hilang, akan tetapi ia berubah atau pecah terurai menjadi senyawa lain, yaitu gas hidrogen dan oksigen, demikian juga benda/materi lainnya.

Energi pada suatu benda/materi itu sifatnya kekal, artinya kalaupun ada perubahan energi pada suatu benda/materi, maka yang berubah itu adalah bentuk energinya saja, akan tetapi total (resultan) energinya adalah tetap sama dan tidak berubah besarnya, akhirnya dikenalah suatu hukum yang disebut dengan Hukum Kekekalan Energi, yaitu jumlah energi potensial dan energi kinetik pada suatu benda/materi akan selalu tetap, kapan saja.

Manusiapun bersifat kekal alias tidak akan pernah binasa, sesungguhnya manusia itu hanya mati dan setelahnya ia akan kekal, hal ini juga ditunjang oleh firman Allah yang mengatakan bahwa "manusia kelak akan kekal didalam-nya". Nya disini bermakna Surga atau Neraka.

Contoh yang paling sederhana kalau diterapkan pada kehidupan nyata adalah seperti berikut;
Ketika bulan Ramadan tiba, kebanyakan orang-orang muslim meningkatkan ibadah mereka dengan selalu sholat berjamaah, membaca Alqur'an sebanyak mungkin dan beramal baik. Hal ini tentu termasuk juga sholat taraweh di Masjid dengan khusuk dan berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan mendengarkan ceramah agama bahkan melakukan tadarusan, karena bulan Ramadan merupakan bulan yang lebih baik dari seribu bulan, inilah kesempatan mereka untuk meraih pahala berlipat-lipat.

Lain halnya dengan orang muslim yang hanya mempunyai mata pencaharian dengan membuka usaha rumah makan atau restoran di daerah berpenduduk mayoritas muslim, maka waktu antara sesaat sebelum maqrib sampai dengan sesaat sebelum imsyak merupakan waktu sibuk melayani pembeli yang datang untuk menikmati masakan mereka, karena mereka tidak mempunyai pilihan lain untuk mendapatkan penghasilan uang untuk menyambung hidup, maka mereka harus tetap tinggal di restoran-restoran mereka sibuk melayani pembeli, sampai-sampai melakukan sholatpun di restoran dengan tergesa-gesa pula. Kalau mereka menutup restoran mereka demi melakukan sholat maqrib, isyak dan taraweh berjamaah di Masjid, maka mereka akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan uang yang lebih banyak demi meraih kesempatan memperoleh pahala lebih banyak; Demikian sebaliknya, kalau mereka tetap membuka restoran dan tidak melakukan sholat berjamaah di Masjid, maka mereka akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pahala yang lebih banyak, tetapi mereka mendapatkan kesempatan memperoleh uang lebih banyak.

Kalau contoh di atas ditanyakan kepada alam, maka ia akan menjawab; "Kalau anda ingin mendapatkan sesuatu, maka anda harus kehilangan sesuatu juga", sehingga yang namanya opportunity loss di alam ini sesungguhnya tidak ada.

Jadi, munculnya sesuatu yang baru itu sebenarnya merupakan jelmaan dari sesuatu yang lain, karena semua di alam ini bersifat kekal.

Lalu mengapa dikenal istilah Opportunity Loss?

Opportunity loss secara harfiah berarti kehilangan kesempatan, penulis melihat, apapun makna ataupun artinya, maka siapapun yang mendapatkan opportunity loss akan mengalami atau mendapatkan suatu kerugian. Kalau ada kerugian, maka harus ada takaran atau ukuran, sehingga ketika tidak mendapatkan opportunity loss dapat dikatakan mendapatkan keuntungan, untuk itulah harus ada pembandingnya.

Untuk menyederhanakan pembahasan ini, penulis memilih dua ukuran; Yaitu opportunity loss diukur dari ukuran Tuhan dan yang lain diukur dari ukuran manusia.

Seluruh mahluk Tuhan diciptakan untuk melakukan ibadah kepada-Nya, maka barang siapa yang tidak melakukan ibadah kepada-Nya, maka ia berada dalam kerugian, itu sesuai dengan Firman-Nya pada surat Al-Ashr, ayat 2 dan 3; "Sesungguhnya manusia itu betul-betul berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, berbuat baik dan saling menasehati dengan kebenaran dan kesabaran", dan banyak ayat-ayat lain tentang ibadah kepada Tuhan yang dapat dibaca dalam Al-Qur'an, itulah ukuran Tuhan.

Sedangkan ukuran manusia kebanyakan diukur dari jumlah materi yang didapatkan, walaupun jalannya banyak yang sejalan dengan ukuran Tuhan, akan tetapi sebagian ada yang bertentangan dengan ukuran Tuhan.

Disinilah permasalahannya dan perlu digaris bawahi, ketika kita berada dipersimpangan lalu ukuran opportunity loss, agar kita menjadi orang-orang dari golongan yang beruntung dan merasa damai, maka berpeganglah pada ukuran Tuhan, bukan ukuran yang lainnya.


Alamat penulis : Nasuki@emirates.net.ae

No comments: