Sunday, April 15, 2007

BENCANA DAN PERAN TUHAN

BENCANA DAN PERAN TUHAN
Oleh Nasuki

Setelah bencana datang, lalu sebagian bertanya kepada yang lain tentang suatu bencana yang telah terjadi itu, jawabannya adalah mungkin Tuhan sedang murka, atau mungkin Ia sedang menguji kita, atau mungkin Dia sedang memberi peringatan dan sebagainya, bahkan nada jawaban yang ada cenderung dan seolah-olah mengkambing hitamkan Tuhan. Lalu benarkah demikian?.

Di bawah ini penulis mencoba memberikan pemahaman tentang duduk persoalan dan cara berpikir mengenai bencana, sehingga dapat melihat suatu bencana sebagaimana mestinya. Adapun kebenaran hanya Tuhanlah yang Maha Tau.

Mengenal Tugas Tuhan

Tuhan memerintah kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya untuk beribadah kepada-Nya. Perintah itu tidak sama dengan perintah seorang majikan kepada pembantunya, dimana dalam melaksanakan perintah majikan, si pembantu selalu mempertimbangkan tujuan dan kepentingan majikan, sehingga kalau majikan tidak mendapatkan imbalan keuntungan dari pekerjaan itu atau berkepentingan dengannya, maka ia tidak akan memerintah pembantunya.

Perintah Tuhan kepada hamba-Nya ibarat perintah seorang dokter kepada pasiennya. Apabila rasa nyeri pada gigi si pasien itu bertambah, maka si dokter akan memerintahkannya untuk minum obat penghilang rasa nyeri. Kalau ia menuruti perintah dokter, sesungguhnya hal itu tidak memberi keuntungan pada dokter, akan tetapi bahaya dan manfaatnya akan kembali kepada si pasien itu sendiri, dokter hanyalah sebagai pemberi nasehat dan petunjuk saja.

Bagi dokter, sama saja tidak ada pengaruhnya mengenai kesembuhan ataupun semakin parahnya si pasien karena mengikuti ataupun tidak mengikuti/melanggar perintah dokter. Demikian pulalah Allah dalam menciptakan kebahagiaan itu diperlukan sarana penunjang yaitu taat kepada Nya. Bagi Allah kufur ataupun iman hamba-Nya adalah sama saja kalau dilihat dari sisi keagungan dan ketidak butuhan-Nya kepada yang lain. Akan tetapi, Allah tidak rela kalau hamba-Nya menjadi orang yang kufur. Kufur itu tidak pantas bagi hamba Allah, sebab kekufuran dapat mencelakakan mereka, seperti seorang dokter tidak rela dengan semakin parahnya pasien, akhirnya ia berusaha mengobatinya. Demikianlah pemahaman akan penugasan Allah kepada hamba-Nya, karena sesunnguhnya ketaatan merupakan obat, sedangkan kemaksiatan merupakan racun yang dapat berpengaruh pada hati nurani.

Demikianlah kira-kira arti Firman Allah pada surat Al-Isra' ayat 15;

"Barang siapa berbuat sesuai dengan hidayah (petunjuk Allah), maka sesungguhnya ia berbuat itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barang siapa sesat , maka sesungguhnya ia tersesat itu adalah kerugian bagi dirinya sendiri",

Dan surat Fusilat ayat 46;

"barang siapa mengerjakan amal soleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri; dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menuju pada dirinya sendiri".

Tentang Siksa Tuhan

Adapun hukuman siksa karena meninggalkan perintah ataupun menerjang larangan-Nya, maka pada hakekatnya siksa itu bukan semata-mata karena kemarahan dan kemurkaan Tuhan.

Contoh yang sama dengan itu adalah orang yang tidak mau melakukan hubungan kelamin dengan isterinya, maka Allah akan memberikan balasan kepadanya dengan tidak dimilikinya keturunan. Ibu yang tidak mau menyusui bayinya, maka Allah akan memberikan balasan dengan matinya si bayi. Barang siapa yang tidak mau makan dan minum, maka Allah akan memberikan hukuman dengan rasa lapar dan haus. Sehingga makna dari siksaan Allah terhadap hambanya bukanlah bermaksud mencerca, melainkan segala sebab ada musababnya, yaitu sebagian akan memberikan dampak negatip dan sebagian yang lain akan memberikan dampak positip.

Bagi Allah mudah saja membuat wanita hamil tanpa harus berhubungan kelamin, memberikan hidup seorang bayi tanpa disusui ibunya, membuat kenyang seseorang tanpa harus makan, akan tetapi sebab itu akan berakibat pada musabab, danTuhan tidak akan pernah melanggar janji-Nya, yaitu adanya akibat pasti dikarenakan sebab.

Bencana

Bencana dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu bencana karena kondisi siklus alam dan bencana karena factor lain terutama akibat perbuatan manusia.
Ketika bencana menimpa pada suatu tempat atau kaum, maka sebagian orang di tempat lain yang tidak terkena bencana menyimpulkan, bahwa penduduk di tempat terjadinya bencana itu banyak yang telah melakukan dosa, sehingga Tuhan memberikan peringatan atau hukuman, agar mereka sadar untuk membenahi diri. Akan tetapi bagi orang-orang yang mempunyai pengetahuan, mereka akan meneliti atau melihat tentang bencana itu secara seksama sebelum memberikan suatu kesimpulan, apakah bencana itu disebabkan oleh kondisi alam itu sendiri ataukah memang disebabkan oleh dorongan factor luar, misalnya perusakan lingkungan oleh sebagian penduduk setempat.

Peran Tuhan pada suatu bencana

Disinilah letak permasalahannya, untuk menerangkan hal diatas, maka diperlukan penyederhanaan pokok permasalahan yang rumit. Ibarat sebuah ban mobil yang menjadi pecah ketika si pemilik ban mengisi udara melebihi kapasitasnya, sehingga mengakibatkan pemilik ban mengajukan tuntutan pada agen penjual ban, setelah laporan dibuat kemudian oleh agen tuntutan itu diteruskan kepada pabrik pembuat ban, maka datanglah jawaban, bahwa berdasarkan isian laporan yang ditulis, dimana pabrik ban tidak usah melihat langsung bagaimana peristiwanya itu terjadi, maka pabrik menyimpulkan bahwa pabrik tidak bertanggungjawab atas pecahnya ban itu dikarenakan pemakai ban telah memompakan udara melebihi kapasitas kekuatan ban. Seolah-olah pabrik itu menyatakan bahwa ban itu pasti pecah apabila udara yang dipompakan melebihi kapasitasnya.

Kita dapat mengatakan bahwa meletusnya ban milik orang tadi sudah diketahui oleh pabrik pembuat ban sebelum ban itu dipompa, maka itu merupakan perumpamaan pada terjadinya bencana, yaitu bencana itu sesungguhnya sudah diketahui oleh Tuhan sebagai pencipta sekalian alam ini melalui hukum aturan main untuk sekalian alam ini, yaitu semua peristiwa yang ada adalah atas pengetahuan-Nya seperti yang telah Ia rencanakan dan tertuang dalam hukum sunnatullah.

Jadi, yang terpenting adalah harus memilah tentang bencana itu, apakah itu disebabkan oleh siklus alam ataukah karena adanya factor pendorong luar lainnya. Apabila itu disebabkan oleh siklus alam, maka manusia perlu melawannya agar korban dapat dikurangi bahkan dihindari, misalnya dengan membuat bangunan tahan gempa atau tahan angin atau pemasangan sitem peringatan dini dll. Akan tetapi kalau bencana itu dikarenakan dorongan dari luar, misalnya banjir disebabkan air hujan tidak dapat secara cepat mengalir keluar karena menumpuknya sampah di sungai-sungai, atau tanah longsor yang disebabkan oleh penggundulan hutan, maka factor penyebab itu perlu dibenahi, agar bencana serupa tidak terulang kembali dikemudian hari.

Tetapi kedua bencana itu pada hakekatnya adalah sama saja, yaitu merupakan kejadian alam yang tunduk pada hukum sunnatullah, karena sesungguhnya Tuhan tidak pernah menghukum, akan tetapi sebab itu akan berakibat pada musabab, dengan kata lain setiap bencana itu sudah pasti dikehendaki dan diketahui oleh Tuhan, karena Tuhanlah yang menciptakan alam semesta ini berikut hukum aturan mainnya sebagai hukum sebab-akibat.

Alamat penulis: Nasuki@emirates.net.ae

No comments: