Saturday, March 19, 2016

MENGAPA RUKUN IMAN?, KOK BUKAN RUKUN YAKIN?


Tetapi Allah menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hujurat: 7-8)

UMUM

Pengertian yang berlaku pada umumnya ketika disebutkan kata "iman", maka itu berarti keyakinan, demikian pula apabila disebutkan kata "yakin", maka itu adalah keimanan juga.

Orang terkadang mengasumsikan bahwa keduanya, "Iman" dan "Yakin" itu bagaikan sesuatu bentuk yang sebangun akan tetapi hanya besarnya saja (baca kadarnya saja) yang berbeda. Ketika penulis mengajukan pertanyaan sesuai yang disebutkan pada judul tulisan ini, maka hal itu menjadikan Penulis terkadang merasa ragu tentang keduanya itu (iman dan yakin) adalah sama atau, dikatakan sebangun yang hanya dibedakan dari kadarnya saja. Lalu Penulis mencoba untuk mencari-cari jawaban tentang arti dan juga makna dari kedua kata itu. Apakah mereka itu memang seperti yang disebutkan demikian itu. Ternyata, Penulis menemukan sesuatu seperti yang telah diduga.

Untuk lebih lengkapnya, mari kita lihat uraian di bawah ini untuk mencoba mengungkap makna sebenarnya walaupun kemungkinan bukanlah yang sebenarnya, akan tetapi paling tidak mencoba mencari jalan agar di kemudian hari kita dapat memakai mereka sesuai pada tempatnya.

Tulisan ini dibuat dengan tujuan ingin memaparkan, menguraikan serta menjelaskan secara hati-hati demi untuk mencari pemaknaan yang sesuai tentang perbedaan antara kata "iman" dan kata "yakin", tentu dalam pandangan Agama Islam, dan Penulis mengharapkan pada para Pembaca yang percaya nantinya setelah membaca tulisan ini diharapkan akan dapat mengetahui perbedaan mereka agar dapat menempatkan kata "iman" atau kata "yakin" pada penggunaan sebagaimana mestinya, agar didalam pemakaian kedua kata itu tidak bercampur aduk tanpa ada ketidak tentuan arahnya.

IMAN

Iman berasal dari bahasa Arab yang berarti percaya, dan secara istilah menurut bukti yang didapat oleh Penulis adalah mempercayai sesuatu yang tidak dapat dilihat akan tetapi bisa dijangkau dengan/secara akal atau masuk akal. Dari definisi yang dijelaskan ini, maka iman bukanlah hal yang mudah, inilah yang menyebabkan beriman di dalam Islam merupakan suatu ibadah bagi yang sudah menjadi Islam, sehingga siapa yang memilikinya akan mendapatkan pahala dari Allah S.W.T.  Jadi, apabila seseorang mengimani sesuatu, ini sebenarnya orang itu mempercayai sesuatu dimana dia tidak akan pernah melihat sesuatu itu secara gamblang di dunia ini atau, bahkan kemungkinan dia tidak akan pernah melihatnya walaupun dia berada di Akhirat nanti.

Ketika seseorang mengimani bahwa Allah S.W.T itu ada, maka jangan mengharapkan dia dapat melihat Allah S.W.T ketika dia masih hidup di dunia ini. Ketika seseorang mengimani takdir, maka jangan harap kelak dia akan dapat menyaksikan tentang takdir yang telah didapatnya karena takdir yang telah terjadi adalah terjadi ketika dia masih hidup di dunia, akan tetapi apa yang telah terjadi itu merupakan takdir atau bukan dia tidak pernah melihatnya.

Ketika seseorang mengimani bahwa Al Qur'an itu adalah Kalamullah, maka jangan harap dia dapat menyaksikan bahwa Allah sedang berfirman ketika Al Qur'an diwahyukan kepada Rasul S.A.W. Ketika seaeorang beriman kepada Muhammad S.A.W sebagai Rasul Allah S.W.T, maka jangan harap dia dapat menyaksikan ketika Allah S.W.T sedang menobatkan Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul-Nya.  Demikian pula ketika seseorang mengimani adanya hari Akhirat, jangan mengharapkan ketika di dunia ini  dapat melihat kehidupan Akhirat. Inilah definisi iman yang sebenarnya, yaitu mempercayai sesuatu yang tidak mungkin dapat ia lihat dan tidak mungkin ia menyaksikan apa yang diimani itu ketika dia masih berada di dunia ini, bahkan dia mungkin tidak akan pernah melihat apa yang dia imani itu baik di dunia ataupun di akhirat nanti.

Banyak ayat-ayat di dalam Al Qur'an yang menyebutkan tentang keimanan. Dimana keimanan itu merupakan suatu kewajiban yang harus dilalui sebelum menjadi Islam. Hal itu mengapa dikatakan begitu, jikalau hanya beriman saja seseorang belum bisa dikatakan Islam, jika ingin dikatakan muslim, maka seseorang selain beriman juga harus melaksanakan perintah wajib lainnya yang sudah ditetapkan oleh Al Qur'an, misalnya beramal soleh, sholat, puasa, berinfak dan lain sebagainya.  Jadi, iman itu merupakan "kunci pembuka" bagi seseorang untuk menjadi Islam. Yang utama yaitu beriman terhadap adanya Allah sebagai tuhan untuk semesta alam ini.

Mari kita buktikan bahwa arti iman itu secara istilah seperti apa yang didefinisikan di atas melalui Rukun Iman. Seperti telah diketahui bahwa rukun Iman ada 6 perkara antara lain:
1. Beriman kepada Allah S.W.T.,
2. Beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya
3. Beriman kepada Kitab-kitab-Nya
4. Beriman kepada Para Nabi dan Rasul-Nya
5. Beriman kepada Hari Kiamat
6. Beriman kepada Qadha dan Qadhar Allah, yang baik ataupun yang buruk.

Dari perkara isi Rukun Iman di atas jelas sekali bahwa sesuatu yang diperintahkan untuk diimani adalah sesuatu yang tidak dapat dibuktikan secara nyata di Dunia ini, tak satupun akan dapat dilihat secara nyata di dunia ini akan tetapi dapat  diterima secara akal. Rukun Iman di atas merupakan keimanan yang memiliki urutan semacam efek domino. Untuk lebih jelasnya mari kita membahas satu-persatu

Beriman Kepada Allah SWT dan kepada Malaikat-malaikat-Nya.

Sebenarnya tanpa dijelaskan kedua zat tersebut dipastikan tidak akan  dapat dilihat oleh manusia ketika manusia masih hidup di dunia ini, adalah setelah mereka mati dan berada di Alam Kubur saja harus diyakini bahwa manusia akan dapat melihat Malaikat, bahkan untuk melihat Allah S.W.T. hanya dapat terjadi ketika manusia dihadapkan pada Hari Perhitungan di Akhirat Nanti setelah Hari Kiamat. Maksud dari keimanan itu adalah apakah Allah S.W.T. itu ada dan Dia juga sebagai Tuhan dari Alam Semesta ini, serta Malaikat-malaikat itu ada dan merupakan Malaikat-malaikat Allah S.W.T. Tanpa diawali dengan kematian terlebih dahulu, maka membuktikan keimanan ini tidaklah mungkin terjadi.

Beriman kepada Kitab-kitab-Nya

Kitab-kitab Allah S.W.T. memang nyata ada, akan tetapi pertanyaannya adalah; apakah merupakan kitab-kitab yang diturunkan sebagai wahyu dari Allah S.W.T.? Sehinnga semua yang tertulis sesuai apa yang telah diwahyukan melalui Rasul-rasul-Nya adalah benar-benar dari Firman-Nya. Disini jelas sekali ummat dituntut untuk mengimani bahwa apa yang tertulis di dalam Kitab-kitab-Nya adalah Firman-Nya.

Walaupun banyak ayat yang menurut akal tidak mungkin dapat dikatakan oleh manusia biasa saat itu, sesuatu ungkapan untuk mengatakannya secara detail membutuhkan sarana dan prasarana khusus dimana ketika itu sarana dan prasarana itu belum dibuat, lalu ungkapan itu terbukti di kemudian hari setelah sekian ribu tahun ketika setelah sarana dan prasarana yang memadai berhasil dibuat oleh manusia, sehingga disimpulkan bahwa, hanya dari Sang Penciptalah yang dapat mengatakan unkapan itu saat itu. Namun untuk membuktikan bahwa Kitab-kitab itu adalah Kitab-kitab-Nya, adalah nanti setelah bertemu dengan-Nya. Saat ini cukuplah mengimaninya saja.

Beriman kepada Para Nabi dan Rasul-Nya

Sama halnya dengan mengimani Kitab-kitab-Nya, wujudnya ada dan orang-orang pada jaman mereka juga melihat dan hidup bersama mereka, pertanyaannya adalah; apakah Nabi-nabi dan Rasul-rasul itu benar-benar diangkat dan mereka merupakan utusan Tuhan, Allah S.W.T.? Karena Nabi dan Rasul merupakan kepangkatan yang diberikan oleh Allah S.W.T. kepada orang-orang yang dipilih-Nya dimana kepangkatan itu tidak dapat dibuktikan secara nyata, untuk membuktikan itu secara nyata mengharuskan  manusia bertemu dengan Yang Memberi Pangkat dan yang diberi pangkat secara bersamaan ketika kepangkatan itu dianugerahkan, sehingga pembuktiannya dapat dilihat dengan nyata, hal ini hanya memungkinkan ketika para Nabi dan Rasul itu berada di Akhirat berkomunikasi dalam menerima perintah-Nya. Untuk saat ini yang diperlukan hanyalah mengimaninya saja.

Beriman kepada Hari Kiamat

Hari Kiamat merupakan hari dimana semua makhluk dimatikan oleh Allah S.W.T. dan juga diimani bahwa Hari Kiamat merupakan hari dimana  Dunia ini dihancurkan oleh Nya. Setelahnya dilanjutkan dengan hari Akhirat yaitu merupakan hari perhitungan dari/akibat perbuatan yang dilakukan manusia  ketika masih hidup di Dunia. Pertanyaannya adalah, adakah yang disebut Hari Kiamat itu?. Untuk membuktikannya adalah harus menunggu dari akhir Alam Dunia ini. Artinya hal ini tidak dapat dilihat secara nyata ketika manusia masih hidup kecuali kiamat kecil-kecil berupa bencana akan tetapi itu bukanlah apa yang dimaksud dengan Rukun Iman agar manusia beriman kepada Hari Kiamat.

Lalu  bagaimana dengan kalimat terakhir ayat 4 dari surat Albaqarah yang berbunyi, "Dan kepada akhirat mereka yakin"?. Yang dimaksud akhirat di sini adalah, bahwa semua yang ada itu memiliki suatu akhir, artinya semua yang ada ini tidaklah abadi. Semua makhluk akan berakhir dengan kematian, kekayaan akan berakhir ketika menjadi miskin, kemiskinan akan berakhir ketika menjadi kaya, dunia akan berakhir dengan datangnya hari kiamat, dan lain sebagainya. Jadi, berakhirnya sesuatu itu merupakan hal yang nyata dapat dilihat untuk itu ia tidak termasuk dalam renah iman.

Beriman kepada Qadha dan Qadhar Allah S.W.T, yang baik ataupun yang buruk

Hal ini juga sama saja, untuk membuktikan tentang keberuntungan ataupun celaka ketidak baikan atas usaha yang telah dilakukan merupakan keputusan dari Allah S.W.T. Bagaimana cara membuktikan hal ini walaupun secara akal dapat diterima?, Membuktikan peran Allah SWT, sehingga apa yang telah terjadi merupakan apa yang telah ditentukan-Nya.

Apa yang telah dijelaskan di atas tentang Rukun Iman merupakan suatu bukti bahwa Iman itu merupakan suatu keharusan untuk mempercayai yang diperintahkan untuk diimani tanpa harus melihat bukti ketika yang beriman itu masih hidup walaupun yang diimani itu merupakan keperrcayaan yang dapat diterima secara akal atau tidak.

YAKIN

Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu suatu keyakinan. (QS: Alhijr: 99)

Yakin berasal dari bahasa Arab pula yang berarti percaya. Akan tetapi secara istilah menurut bukti yang didapat oleh Penulis bahwa yakin betarti percaya kepada sesuatu yang dapat dijangkau dengan akal dan dapat pula dibuktikan dengan indera ketika dia masih berada di dunia ini atau, sesuatu keimanan menjadi keyakinan setelah apa yang diimani itu menjadi kenyataan ketika dia sudah meninggalkan dunia ini.

Dengan kata lain bahwa yakin itu adalah kepercayaan yang dapat diterima akal dan pasti akan terbukti dan disaksikan indera atau, yakin itu awalnya merupakan suatu keimanan, lalu yang dimani telah terbukti ketika sudah meninggal dunia berada di Alam Akhirat, sehingga ketika melihat bukti keimanannya ketika ia sudah berada di Alam Akhirat, keimanan itu berubah menjadi suatu keyakinan. Untuk itu di Alam Akhirat nantinya tidak ada lagi keimanan kecuali keyakinan.

Jadi, yakin meruapakan kepercayaan yang hanya dipakai apabila sesuatu yang diyakini itu dapat divisualisasikan dan atau dirasakan di dunia ini atau, sesuatu yang diimani telah terbukti setelah meninggal dunia. Wilayah yakin akan lebih dibuktikan oleh panca indra.

Misalnya ketika ada seseorang yang jujur sedang mengabari temannya bahwa rumah si fulan temannya yang lain tetbakar, maka orang yang diberi kabar itu apabila mempercayainya dikatakan dia dikategorikan memiliki kepercayaan dengan katagori yakin dalam tingkat yang paling rendah, dan apabila apa yang telah dikabari itu terbukti dengan melewati rumah si fulan dari api yang berkobar atau apabila sudah padam dapat dilihat dari bekas-bekasnya yang ada, maka yakin itu akan menjadi suatu yakin tingkat tinggi.

Atau ada yang mengatakan bahwa jeruk nipis itu kecut. Apabila seseotang mempercayai apa yang telah dikatakan orang bahwa jeruk nipis itu kecut, maka dia sedang melakukan sesuatu kepercayaan yang berhubungan dengan yakin, karrna ia dapat merasakan sendiri tentang apa yang dia yakini itu kertika ia masih di dunia ini.

Jadi, definisi yakin sangat jelas sekali di sini dan mudah untuk dimengerti, untuk itu marilah mencari bukti bahwa yakin itu adalah sesuatu yang telah terbukti dan umumnya dipakai untuk suatu keyakinan yang dapat dibuktikan atau telah terbukti kebenarannya.

 "dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu suatu keyakinan". (QS: Alhijr: 99)
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin, Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). - See more at: http://kang-ihsanth.blogspot.ae/2012/04/yakin-dalam-al-quran.html#sthash.s5IVZjJP.dpuf

Ayat 99 surat Alhijr di atas terdiri dari dua bagian kepercayaan, kepercayaan yang pertama merupakan wilayah iman dan kepercayaan yang kedua adalah wilayah yakin. Ayat ini sebenarnya memperjelas tentang difinisi tentang apa itu "yakin".

Wilayah iman adalah kalimat "dan sembahlah Tuhanmu". Perintah untuk menyembah Tuhan adalah suatu perintah berdasarkan keimanan karena perintah itu ditujukan kepada siapa saja yang mempercayai bahwa yang disebut "Tuhammu" pada ayat ini adalah Tuhan yang memang wajib disembah.

Sedangkan wilayah lainnnya adalah "sampai datang kepadamu keyakinan". Adanya kata "sampai datang kepadamu keyakinan" sebenarnya merupakan suatu penjelasan dengan sendirinya bahwa keyakinan itu akan datang setelah ada bukti, yaitu bukti bahwa yang disebut dalam ayat ini sebagai "Tuhanmu" adalah benar-benar Tuhan setelah sipenyembah itu bertemu Tuhan setelah dia meninggal dunia. Untuk itu ada beberapa tafsir yang mengartikan "keyakinan" pada ayat ini adalah "kematian" atau "ajal", karena setelah kematianlah adanya Tuhan S.W.T dapat dibuktikan.

"Dan sungguh dia (Al Quran) adalah haqqul yakin". (QS: Al Haqqah: 51).
"Sesungguhnya (yang telah disebutkan itu) adalah suatu haqqul yakin". (QS: Al Waqiah: 95)

Firman Allah S.W.T. dengan pemakaian kata "haqqul yakin", pada kedua ayat di atas merupakan penekanan pada suatu penyebutan kebenaran  kelak ketika di Akhirat. Ayat-ayat pada surat-surat bersangkutan sebelum penyebutan kata "haqqul yakin" adalah menceritakan keadaan di Akhirat sampai dengan pembagian dua golongan, yaitu Golongan Penerima Buku dengan Tangan Kanan atau Golongan Kanan, dan Golongan Penerima Buku denganTangan Kiri atau Golongan Pendusta dan Sesat. Bahwa apa yang telah digambarkan ataupun yang telah diceritakan sebagaimana disebutkan atau dijanjikan di dalam Alqur'an kepada manusia ketika di dunia telah terbukti kebenarannya di Akhirat. Hal inilah yang menyebabkan Allah S.W.T berfirman di Akhirat nanti setelah semua yang telah difirmankan di dalam Alqur'an tentang keadaan bagaimana Alam Akhirat dan ternyata benar-benar telah terbukti, lalu saat itu ketika di Akhirat Allah S.W.T. berfirman dengan menegaskan bahwa Alqur'an itu "Haqqul Yakin" adanya. Artinya secara tersirat selama semuanya belum terbukti cukuplah diimani saja.

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin, Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). - See more at: http://kang-ihsanth.blogspot.ae/2012/04/yakin-dalam-al-quran.html#sthash.s5IVZjJP.dpuf
"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan ilmu pengetahuan yang yakin, Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin, Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)". (QS: Attakatsur: 1 s/d 8).

Isi dari surat Attakatsur di atas memberikan gambaran tentang tingkatan dari "Yakin", yaitu ada dua saja, yang pertama adalah "Ilmul Yakin", yang kedua adalah "Ainul Yakin", sedangkan yang ketiga seperti di sebutkan dalam dua ayat sebelumnya dalam surat Al Haqqah dan Al Waqiah, "Haqqul Yakin" bukanlah termasuk tingkatan dari keyakinan, untuk itu mari kita lihat seperti pemaparan berikut ini.

"Ilmul Yakin" merupakan suatu keyakinan berdasarkan ilmu pengetahuan bahwa apa yang dilihat menurut teropong/mata ilmu pengetahuan atau perhitungan yang dimiliki pasti akan dapat terjadi. Suatu contoh adalah ramalan cuaca, perkiraan dampak kehancuran yang akan terjadi akibat serangan dengan menggunakan hulu ledak bom tertentu, jumlah minyak yang terkandung di dalam suatu sumur minyak yang baru dieksplorasi dan prediksi-pediksi lainnya yang berhubungan dengan perhitungan berdasarkan ilmu pengetahuan alam.

Sedangkan "Ainul Yakin"adalah keyakinan yang ditimbulkan akibat penyaksian. Hal ini cukup mudah diterangkan. Seseorang yang tadinya tidak percaya bahwa si Fulan temannya yang pendiam dikhabarkan menyukai Narkoba, dia lalu menjadi yakin setelah melihatnya dengan matanya sendiri. Keyakinan ini disebut "Ainul Yakin". "Ainul Yakin" bukan saja dibuktkan hanya dengan "Mata", akan tetapi dapat juga dengan panca indera lainnya.

Lalu bagaimana dengan "Haqqul Yakin"?. Definisi "Haqqul Yakin" merupakan suatu definisi yang diawali dengan proses yang berhubungan dengan keimanan.  Ketika seseorang mengimani sesuatu yang tersirat di dalam Alqur'an, lalu kelak apa yang diimani itu terbukti, maka apa yang diimani itu berubah menjadi suatu keyakinan, dan keyakinan tentang keimanan yang demikian itu disebut "Haqqul Yakin", yaitu keyakinan yang akhirnya benar atau keyakinan terhadap suatu yang diimani apa yang tersirat di dalam Alqur'an dan benar-benar terbukti.  "Haqqul Yakin" bukanlah suatu istilah keyakinan seperti "Ilmul Yakin" atau "Ainul Yakin", akan tetapi ia merupakan sebutan terhadap apa yang tersirat tentang yang diimani itu lalu terbukti, maka yang tersirat itu disebut "Haqqul Yakin".

"Dan orang-orang yang beriman kepada apa-apa yang diturunkan kepadamu, serta apa-apa yang telah diturunkan sebelummu, dan kepada kebinasaan mereka yakin" (QS Albaqarah, ayat 4).

Surat Albaqarah ini juga menerangkan bahwa penyeruan kepada mereka yang beriman bahwa mereka yakin kepada suatu keadaan kebinasaan. Arti dari kebinasaan bagi individu adalah kematian, sedangkan bagi benda karena tidak ada kematian, maka akhir dari padanya adalah ketiadaannya dikarenakan faktor perubahan alam, misalnya karena adanya bencana, atau karena cuaca, atau karena sengatan sinar matahari, atau karena curah hujan serta kombinasi dari mereka itu. Peristiwa-peristiwa berakhirnya sesuatu itu dapat disaksikan oleh mata kepala seseorang sehingga mereka menjadi binasa atau berakhir.

Ada banyak kalangan menafsirkan "kebinasaan" atau "akhir" itu adalah hari akhir atau kiamat. Penulis mendapati bahwa yang dimaksud "kebinasaan" atau "akhir" di ayat ini adalah kematian atau berakhirnya dari sesuatu yang dapat dilihat oleh manusia ketika masih hidup.

KESIMPULAN

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin, Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). - See more at: http://kang-ihsanth.blogspot.ae/2012/04/yakin-dalam-al-quran.html#sthash.s5IVZjJP.dpuf
Dari uraian di atas akan menjadi jelas mengapa Rukun Iman tidak dinamakan Rukun Yakin, karena perbedaan antara Iman dan Yakin itu jelas sekali. Iman membutuhkan keteguhan untuk mempercayai sesuatu sedangkan Yakin tidak, karena yakin mempercayai sesuatu yang sudah memiliki bukti. Artinya, Iman itu merupakan suatu kepercayaan terhadap sesuatu dengan memaksa kepada seseorang untuk mempercayai dengan anggapan bahwa pembuktiannya hanya dapat dilakukan ketika orang tu meninggal dunia, sehingga keimanan itu memiliki nilai ibadah. Sedangkan Yakin merupakan kepercayaan terhadap sesuatu yang sudah terbukti kebenarannya, artinya tidak lagi membutuhkan pemaksaan atau usaha terhadap yang mempercayainya untuk menjadi percaya, sehingga yakin tidak memiliki nilai ibadah.

END.

Abu Dhabi, Medio 19 Maret, 2016
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin, Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). - See more at: http://kang-ihsanth.blogspot.ae/2012/04/yakin-dalam-al-quran.html#sthash.s5IVZjJP.dpuf
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin, Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). - See more at: http://kang-ihsanth.blogspot.ae/2012/04/yakin-dalam-al-quran.html#sthash.s5IVZjJP.dpuf

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin, Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). - See more at: http://kang-ihsanth.blogspot.ae/2012/04/yakin-dalam-al-quran.html#sthash.s5IVZjJP.dpuf

No comments: