Sasaranya adalah, agar kita lebih memperkuat iman kita
terhadap isi yang ada di dalam Alqur’an.
Seperti telah diketahui bahwa isi bacaan dari pada Alqur'an masih dijamin keasliannya sejak pertamakali ditulis ke dalam buku menjadikannya sebuah kitab Suci sampai sekarang ini, walaupun cara penulisannya sudah mengalami perubahan dikarenakan perkembangan cara penulisan Huruf Arab itu sendiri, akan tetapi kata demi kata masih tetap dijaga sebagaimana ketika untuk pertama kalinya ditulis untuk dijadikan sebuah Kitab. Namun apabila diperhatikan dari banyaknya tafsir yang beredar, ketika ayat-ayat Alqur'an dialih bahasakan ke dalam Bahasa selain Bahasa Arab, di situ banyak ditemukan kata-kata tambahan (baca tidak sesuai yang tertulis dalam Bahasa Arab aslinya) dan atau perbedaan jika dibandingkan dengan Alqur'an Bahasa Arab. Hal inilah terkadang tidak disadari oleh pembaca tafsir yang kurang paham dengan kata-kata Bahasa Arab, sehingga menganggap bahwa terjemahan atau arti yang sedang dibaca itu adalah sama persis dengan apa yang tertulis dalam Bahasa Arab.
Seperti telah diketahui bahwa isi bacaan dari pada Alqur'an masih dijamin keasliannya sejak pertamakali ditulis ke dalam buku menjadikannya sebuah kitab Suci sampai sekarang ini, walaupun cara penulisannya sudah mengalami perubahan dikarenakan perkembangan cara penulisan Huruf Arab itu sendiri, akan tetapi kata demi kata masih tetap dijaga sebagaimana ketika untuk pertama kalinya ditulis untuk dijadikan sebuah Kitab. Namun apabila diperhatikan dari banyaknya tafsir yang beredar, ketika ayat-ayat Alqur'an dialih bahasakan ke dalam Bahasa selain Bahasa Arab, di situ banyak ditemukan kata-kata tambahan (baca tidak sesuai yang tertulis dalam Bahasa Arab aslinya) dan atau perbedaan jika dibandingkan dengan Alqur'an Bahasa Arab. Hal inilah terkadang tidak disadari oleh pembaca tafsir yang kurang paham dengan kata-kata Bahasa Arab, sehingga menganggap bahwa terjemahan atau arti yang sedang dibaca itu adalah sama persis dengan apa yang tertulis dalam Bahasa Arab.
Suci berarti tidak terkontaminasi atau berkurang oleh satu
hal yang dapat menggagalkan kesucianan itu sendiri, jadi apapun bentuk
gangguan, yang menyebabkan berubahnya sesuatu hal, dapat disebut ‘pelanggar’
kesucian dari hal tsb.
Alqur’an merupakan kitab suci yang diciptakan/difirmankan oleh Allah S.W.T,
kemudian diturunkan berupa wahyu dengan perantara Malaikat Jibril dan
Rasulullah S.A.W, sebagai petunjuk bagi umat manusia, baik petunjuk di Alam
Dunia maupun di Alam Akhirat. Suci bagi Alqur’an dapat diartikan bahwa dia
merupakan ‘Firman’ yang langsung datang dari Penciptanya, yaitu dengan mengimani
bahwa dua jenis makhluk perantara (Malaikat Jibril dan Rasulullah S.A.W)
merupakan Pesuruh Sang Pencipta, yang bertugas hanya menyampaikan ‘Firman’-Nya
dalam bentuk wahyu dengan jujur dan apa adanya. Sehingga Alqur’an begitu sampai
pada sipemakai (manusia) untuk digunakan sebagai petunjuk, sama dengan ketika
dia diciptakan oleh Sang Pencipta-nya.
Untuk memudahkan pemikiran kita mengartikan kesucian
Alqur’an, penulis memisalkannya dengan sebuah bola suci berbentuk bulat
sempurna memiliki keseimbangan luar biasa, dia berada di dalam kotak kaca
berisi air yang tidak bergerak. Bola suci itu. diam tepat berada
ditengah-tengah kotak tersebut. Dengan kata lain, titik tengah bola suci
terletak sama dengan titik tengah kotak kaca berisi air diam itu.. Karena
keseimbangan bola suci itu, sehingga apabila ada sebuah partikel asing sekecil
apapun menghinggap dan menyatu dengan bola suci itu akan menyebabkan
keseimbangan bola suci itu terganggu, kemudian menyebabkan bola suci itu
bergerak searah dengan gerakan awal partikel asing sebelum hinggap menyatu dengan bola
suci itu. Demikian pula apabila ada yang mengurangi bagian bola suci, berupa
partikel terkecil sekalipun, akan menyebabkan keseimbangan bola suci itu terganggu, kemudian menyebabkan bola suci itu bergerak kearah berlawanan dengan letak hilangnya
partikel dengan titik tengahnya. Sehingga apabila didapati posisi bola suci
berubah, maka dapat dipastikan bahwa ada sesuatu hal telah terjadi yang
mengakibatkan terganggunya keseimbangan bola suci itu.
Ini dapat dimisalkan seperti, ada sekelompok manusia atau
bahkan seluruh penduduk bumi ini demi kepentingan mereka bersekongkol merubah isi
Alqur’an, baik mengganti suku kata yang mirip artinya, atau mengurangi atau
menambah sebuah huruf didalamnya,
ataupun menggantinya dengan huruf yang mirip, misalnya; ‘tak marbutah’ diganti
dengan ‘tak maftuhah’ dan lain sebagainaya. Ini sebetulnya sekelompok orang itu telah merubah
keseimbangan isi yang ada pada Alqur’an, yaitu dengan hanya merubah teks dari
hukum sunnatullah, dengan kata lain, mereka merubah suatu hukum atau suatu
petunjuk, tanpa diikuti oleh perubahan berikut kejadiannya itu sendiri. Akibatnya
adalah, orang akan mendapati suatu hukum (yang sudah dirubah) akan berbeda atau
bahkan bertentangan dengan kejadian sebenarnya. Hal lain mengingat isi Alqur’an
antara ayat satu dan lainnya ada yang saling terkait, sehingga berubahnya salah
satu suku kata akan mengakibatkan berubahnya satu kata, dimana hal ini
berakibat pada berubahnya arti satu ayat. Dengan demikian mau tidak mau harus
merubah ayat-ayat yang terkait lainnya. Inilah makna bahwa Alqur'an itu akan tetap terjaga sepanjang masa, karena ayat-ayat yang terdapat di dalam Alqur'an merupakan penjelasan daripada kejadian-kejadian terutama kejadian penting di Dunia ataupun di Akhirat.
Indah
Alqur’an diturunkan pada suatu jaman dan tempat di
lingkungan masyarakat yang sangat menyukai keindahan suatu syair, sehingga
Rasullullah S.A.W pernah menantang ahli syair yang meragukan tentang Alqur’an
merupakan wahyu Tuhan, untuk membuat syair tandingan, dimana paling tidak,
syair buatan ahli syair (manusia) itu dapat menyamai keindahan syair yang ada
di dalam Alqur’an buatan Tuhan. Ini suatu hal yang tidak mungkin dapat terjadi
atau dilakukan oleh manusia. Lalu, mengapa?.
Keindahan syair dalam Alqur’an memang tidak diragukan lagi,
namun lebih dari itu sebetulnya setiap ayat yang terdapat di dalam Alqur’an merupakan petunjuk bagi
umat manusia, atau dengan kata lain, ayat-ayat yang tertulis di dalam Alqur’an
merupakan petunjuk bagi umat manusia berupa kaedah-kaedah hukum yang menjawab
tentang seluruh kejadian yang ada di Alam Semesta ini, baik kejadian di masa
lalu, kejadian masa kini, di masa yang akan datang, dan kejadian menerus dari
masa lalu sampai dengan masa yang akan datang, yang kemudian dikenal dengan
hukum sunnatullah.
Konsekwensi Logis
Jika manusia dapat membuat syair, keindahanya dapat menyamai
keindahan syair yang ada di salah satu ayat dalam Alqur’an, berarti manusia dapat
membuat salah satu ‘petunjuk’ tentang suatu kejadian di Alam Semesta ini. Dengan
dinobatkan manusia dapat membuat salah satu ‘petunjuk’ tentang kejadian di Alam
Semesta ini, ini berarti menobatkan manusia dapat menciptakan bagian dari Alam
Semesta ini (kata menciptakan berarti membuat sesuatu dari yang tidak ada
samasekali menjadi ada), yang mana kekuasaan untuk menciptakan sesuatu itu adalah
hanya milik Tuhan, jika demikian, maka manusia dapat diartikan sama dengan
Tuhan.
Kesimpulan
Di sini dapat disimpulkan bahwa, Allah S.W.T. telah membuat suatu
sistem pengaman pada Alqur’an, yaitu integrated system antara
teks yang ada di dalam Alqur’an dan diikuti oleh kejadian sesungguhnya di Alam
Semesta ini atau Alam Akhirat nanti menjadi suatu keseimbangan (baca kesamaan), yang mana, apabila ada
yang mencoba merubah isi Alqur’an, maka dengan sendirinya akan membunyikan
‘alarm’ yang menandakan bahwa, Alqur’an sedang terganggu keseimbangannya,
karena manusia hanya dapat merubah teks dari ayat Alqur’an, akan tetapi tidak dapat merubah
kejadianya. Dengan demikian membuat Alqur’an akan tetap terjaga dari ‘pelanggar’ yang ingin
merubahnya, hal itulah yang membuat Alqur’an
tetap suci dan indah, sehingga akan tetap pada bentuk teks aslianya sepanjang
masa.
END.
END.
No comments:
Post a Comment