Sunday, January 27, 2013

Khotbah Jum'at 18


Khutbah Jumat, 23 Muharram 1434 H / 07 Desember 2012 M
Senang Dengan Nikmat Allah
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ للهِ ربِّ العالمينَ، أحمدُهُ سبحانَهُ حمدًا طيبًا مباركًا فيهِ كمَا يُحبُّ ويرضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، ومَنْ تَبِعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدِّينِ.
أمَّا بعدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ جَلَّ وَعَلا، قَالَ تَعَالَى:] يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَاناً وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الفَضْلِ العَظِيمِ[([1])
Kaum muslimin ; sesungguhnya nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita sangatlah banyak dan melimpah, dan Allah telah menetapkan agar kita menampakkan kesenangan dan kebahagiaan saat menerima nikmat tersebut dan mensyukurinya, seorang mukmin sejati adalah mukmin yang mensyukuri nikmat dan semua pemberian Allah kepadanya, mensyukuri atas segala kebaikan dan kemakmuran yang telah diterimanya, dan juga agar bersabar saat ditimpa kesusahan, Rasulullah Saw bersabda :
عَجَباً لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ
“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, semua perkara (yang menimpanya) adalah kebaikan baginya dan tidaklah hal ini terjadi kecuali hanya pada diri seorang mukmin, jika dia tertimpa kebahagiaan dia bersyukur maka hal ini adalah baik baginya, dan jika tertimpa musibah dia bersabar maka itu juga baik baginya” (Muslim 2999)
Kita menikmati hari-hari yang indah dan malam-malam yang membanggakan yaitu pada peringatan nikmat persatuan, orang-orang mengungkapkan kebahagiaan dan kesenangan mereka, cinta mereka pada negara mereka, kesetiaan mereka pada pemimpin mereka, sebuah ungkapan kejujuran dan cinta kasih, mereka mendoakan kebaikan bagi para pendiri negara ini, penggerak kebangkitan mereka dengan harapan pemimpin perjalanan ini mendapatkan taufiq, perayaan yang dipenuhi oleh pemandangan yang indah yang menarik pandangan dunia, dan ini menjadi contoh yang pantas diikuti di bidang kecintaan dan kepaduan antara pemimpin dan rakyatnya yang setia, nikmat Allah terbagi merata di negara yang penuh berkah ini, dimana cinta dan kasih terbangun kokoh, semua itu patut dibanggakan, Allah berfirman :
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)” (An Nahl 16 : 53)
Hamba Allah : sesungguhnya kebahagiaan persatuan ini muncul dari rakyat karena cinta pemimpin terhadap mereka, bagaikan cinta seorang ayah yang selalu memperhatikan kondisi anak-anaknya baik dalam suka dan duka, hal itu bertauladan pada Rasulullah Saw seperti termaktub dalam sabdanya :
إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ مِثْلُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ
“Sesungguhnya diriku bagi kalian bagaikan seorang ayah terhadap anaknya” (An Nasa’i 40, Ibnu Majah 313). Bagaimana tidak ? mereka para pemimpin kami mendatangi rumah-rumah kami, memperhatikan keadaan kami, ikut serta dalam kebahagiaan kami, mereka memenuhi kebutuhan kami, mereka berusaha mewujudkan cita-cita kami, dan mereka selalu bersungguh-sungguh agar mampu membahagiakan kami, hal ini merupakan perbuatan mulya yang dipuji oleh Rasulullah Saw :
أَهْلُ الْمَعْرُوفِ فِي الدُّنْيَا أَهْلُ الْمَعْرُوفِ فِي الآخِرَةِ
“Ahli kebaikan di dunia akan menjadi ahli kebaikan di akhirat”(Bukhari di dalam kitab Al Adab Al Mufrid 1/86)
Cinta para pemimpin kami terhadap rakyatnya terwujud dalam bentuk proyek : pendidikan, kesehatan dan sosial, agar mereka dapat hidup layak dan nyaman,
وقَدْ سَأَلَ رَجُلٌ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رضيَ اللهُ عنهُمَا فَقَالَ: أَلَسْنَا مِنْ فُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ؟ فَقَالَ لَهُ عَبْدُ اللَّهِ: أَلَكَ امْرَأَةٌ تَأْوِي إِلَيْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: أَلَكَ مَسْكَنٌ تَسْكُنُهُ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَأَنْتَ مِنَ الأَغْنِيَاءِ. قَالَ: فَإِنَّ لِى خَادِماً. قَالَ: فَأَنْتَ مِنَ الْمُلُوكِ
disebutkan ada seseorang bertanya pada Abdullah bin Amr Al Ash RA : bukankah kita termasuk dalam golongan para fakir kaum muhajirin ? Abdullah menjawab : tidakkah kau mempunyai isteri tempat kembali ? ia menjawab ; ya. Tidakkah kau mempunyai rumah tempat berteduh ? ia menjawab ; ya. Beliau berkata ; kau termasuk orang kaya. Ia menambahkan : aku juga mempunyai seorang pembantu. Ia berkata ; itu berarti kau termasuk golongan seorang raja. (Muslim 2979)
Maka bersyukurlah pada Allah yang telah melimpahkan negara ini pemimpin bijak yang selalu memperhatikan kondisi rakyatnya, menjamin kebutuhan mereka, menyediakan jalan untuk hidup layak bagi mereka, karena diantara kebahagiaan seseorang di dunia adalah dengan terwujudnya kesehatan badan dan ketentraman jiwa, kecukupan hidup dan hunian tempat berteduh, maka barang siapa memiliki semua itu maka sebenarnya Allah telah memberikannya dasar-dasar kenikmatan, hendaknya orang tersebut mensyukurinya dengan mentaati Allah dan menjauh dari semua larangan-Nya.
Kaum muslimin ; hal yang dapat memperdalam cinta ini adalah hubungan kebapaan antara pemimpin dan rakyatnya dimana sang pemimpin selalu memperhatikan keluhan mereka, membantu meringankan beban mereka, mengatasi masalah mereka, membahagiakan keluarga mereka, semua itu merupakan amalan yang dicintai oleh Allah, dari Ibnu Umar RA :
أَنَّ رَجُلاً جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم  فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ وَأَيُّ الأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم   أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ، أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا
 bahwa seorang lelaki mendatangi Nabi saw dan berkata,”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling dicintai Allah ? dan amal apakah yang paling dicintai Allah?” Rasulullah saw menjawab,”Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia dan amal yang paling dicintai Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan kedalam diri seorang muslim atau engkau menghilangkan suatu kesulitan atau engkau melunasi utang atau menghilangkan kelaparan”(At Thabrani dalam kitab Al Kabir 12/453)
Hamba Allah ; kebahagiaan negara kita ini selalu berkesinambungan, setiap pencapaian merupakan kebahagiaan yang membanjiri hati kita, setiap kali matahari terbit kecuali ada khabar yang membawa kesenangan jiwa dan membuat kehidupan kita berbunga-bunga, memperkuat kesatuan kita, menambah dan melanggengkan cinta kita, menebalkan semangat kita dan cita-cita kita, karenanya hendaknya kita bersyukur kepada Allah siang dan malam, sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, karena Allah telah memberikan kita, memperkaya kita, memberi kebahagiaan pada kita, semua itu merupakan anugerah Allah pada kita, maka berilah ya Allah rahmat-Mu pada penanam pohon cinta dan keikhlasan ini, berilah kehormatan pada setiap orang yang selalu merawatnya dengan kedermawanan, sehingga dapat dipetik buahnya oleh rakyat dan ummat yang mulya ini, dan berkahilah semua pemimpin kami, langgengkan cinta kami pada mereka, lindungilah negara kami, persatukan kami dan jadikan negara kami negara yang aman, tentram, makmur, mulya, kuat dan semoga negara-negara muslim lainnya begitu pula adanya, dan jadikanlah kami pengamal firman-Mu
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 59).
نفعَنِي اللهُ وإياكُمْ بالقرآنِ العظيمِ وبِسنةِ نبيهِ الكريمِ صلى الله عليه وسلم أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ ربِّ العالمينَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه، وأَشْهَدُ أنَّ سيِّدَنا محمَّداً عبدُهُ ورسولُهُ، اللهمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ الطيبينَ الطاهرينَ وعلَى أصحابِهِ أجمعينَ، والتَّابعينَ لَهُمْ بإحسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Kaum muslimin ; bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dan ketahuilah bahwa pada kesempatan yang mulya ini, pemimpin kita yang bijak memerintahkan untuk menanam pohon, yang bertujuan agar menjadi penghias lingkungan dan mendatangkan manfaat bagi manusia dan hewan, Rasulullah Saw bersabda :
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْساً، أَوْ يَزْرَعُ زَرْعاً، فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ، إِلاَّ كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
 “Tidak satupun seorang muslim yang bercocok tanam atau bertani, kemudian burung, manusia atau binatang ternak makan darinya kecuali baginya pahala sedekah” (Muttafaq ‘alaih)
Dengan anjuran diatas, maka sekarang negara kita tampak bagaikan surga yang hijau, oasis yang berirama, sehingga kita merasakan kenikmatan saat tanaman itu tumbuh dan saat kita mampu merawatnya dengan baik, sehingga semakin dalam jiwa kita untuk terus bersyukur kepada Allah atas segala nikmat ini, sebagaimana para pemimpin kita mengajak untuk selalu berbuat dan memberi, bersungguh-sungguh dan bekerja, menjaga semua pencapaian negara ini, dan janganlah kebahagiaan kita diungkapkan dengan melakukan pelanggaran peraturan atau pengrusakan terhadap fasilitas umum, Rasulullah Saw bersabda :
لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ
“Tidak ada kemudaratan dan tidak boleh berbuat hal yang memudaratkan” (Muwattha’ 1432 dan Ibnu Majah 2341)
Hendaknya kita selalu bertakwa kepada Allah, berperangai baik, memperbanyak amalan baik yang dapat mendekatkan kita kepada Allah, berusaha untuk melakukan perbuatan dan ucapan yang diridhai Allah, karena dunia ini hanyalah tempat transit sedangkan akhirat adalah tempat hunian yang kekal, maka barang siapa menanam kebajikan maka ia akan mengetam buahnya di dunia sebelum mendapatkan balasannya di akhirat, dan barang siapa melakukan kebaikan –walaupun sedikit- maka ia akan mendapatkan balasannya disisi Tuhannya, Allah berfirman :
يَوْمَ لاَ يَنفَعُ مَالٌ وَلاَ بَنُونَ* إِلاَّ مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih” (As Syu’ara’ 26 : 88-89)
عبادَ اللهِ: إنَّ اللهَ أمرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فيهِ بنفْسِهِ وَثَنَّى فيهِ بملائكَتِهِ فقَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2]) وقالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم :« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3])
اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا ونبيِّنَا مُحَمَّدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وعَنْ سائرِ الصحابِةِ الأكرمينَ، وعَنِ التابعينَ ومَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وقَلْبًا خاشعاً، وَلِسَانًا ذَاكِرًا، ورِزْقًا طَيِّبًا واسعاً، وَعَمَلاً صالحاً مُتَقَبَّلاً، وعافيةً فِي البدنِ، وبركةً فِي العمرِ والذريةِ، اللَّهُمَّ علِّمْنَا مَا ينفَعُنَا، وانفَعْنَا بِمَا علَّمْتَنَا، وزِدْنَا علماً، اللَّهُمَّ آتِ نفوسَنَا تقوَاهَا، وزَكِّهَا أَنْتَ خيرُ مَنْ زكَّاهَا، أنتَ وَلِيُّهَا ومولاَهَا، اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عاقبتَنَا فِي الأُمورِ كُلِّهَا، وأصْلِحْ لَنِا نياتِنَا، وبارِكْ لَنَا فِي أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَاجْعَلْهم قُرَّةَ أَعْيُنٍ لنَا، اللَّهُمَّ اسقِنَا الغيثَ([4]) ولاَ تجعلْنَا مِنَ القانطِينَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، ولاَ دَيْنًا إلاَّ قضيْتَهُ، وَلاَ مريضًا إلاَّ شفيْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا ويسَّرْتَهَا يَا ربَّ العالمينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدولةِ، الشَّيْخ خليفة وَنَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ للمسلمينَ والمسلماتِ الأحياءِ منهُمْ والأمواتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، والشَّيْخ مَكْتُوم، وإخوانَهُمَا شيوخَ الإماراتِ الذينَ انتقلُوا إلَى رحمتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بعفوِكَ وغفرانِكَ ورحمتِكَ آباءَنَا وأمهاتِنَا وجميعَ أرحامِنَا ومَنْ كانَ لهُ فضلٌ علينَا.
اللَّهُمَّ أَدِمْ عَلَى دولةِ الإماراتِ الأَمْنَ والأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِينَ.
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ]وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([5]).


([1]) الأنفال :29.
([2]الأحزاب : 56 .
([3]) مسلم : 384.
([4]) من السنة رفع اليدين في الدعاء لطلب الغيث.
([5]العنكبوت :45.



Beberapa Penyebab Masuk Surga
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ للهِ القدوسِ السلامِ، أحمدُهُ تعالَى أَبْلَغَ حمدٍ وأَتَمَّهُ علَى مزيدِ الإنعامِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ الملكُ العلامُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ خيرُ الأنامِ، وصفِيُّهُ مِنْ خلقِهِ وخليلُهُ وحبيبُهُ علَى الدوامِ، اللَّهُمَّ صَلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ، وعلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ يطولُ فيهِ القِيامُ.
أمَّا بعدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ جَلَّ وَعَلاَ، قَالَ تَعَالَى:] وَاتَّقُوا يَوْماً تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ[([1]).
Kaum muslimin ; tujuan dan harapan setiap muslim dan mukmin adalah mendapatkan ridha Allah dan masuk surga, didalamnya terdapat ketentraman dan tempat abadi bagi orang-orang yang berakal dan orang-orang yang sabar, oleh karena itu orang-orang shaleh mengisi siang hari mereka dengan berpuasa dan malam harinya dengan shalat, siapa diantara kita yang tidak menginginkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, didalamnya terdapat nikmat yang belum terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam hati manusia, tanahnya dari zafaron, kerikilnya dari permata, bangunannya terbuat dari emas dan perak, orang yang memasukinya akan terus merasakan kenikmatan dan tidak merasa bosan, kekal tidak mati, bajunya tidak lusuh, mudanya tidak sirna, di dalamnya terdapat sungai-sungai dan buah-buahan yang tidak diketahui hakikatnya kecuali oleh Allah, kenikmatannya tidak bisa dibandingkan dengan kenikmatan dunia dan isinya, Allah berfirman :
يَا عِبَادِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْكُمُ اليَوْمَ وَلاَ أَنتُمْ تَحْزَنُونَ* الَّذِينَ آمَنُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا مُسْلِمِينَ* ادْخُلُوا الجَنَّةَ أَنتُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ تُحْبَرُونَ* يُطَافُ عَلَيْهِم بِصِحَافٍ مِّن ذَهَبٍ وَأَكْوَابٍ وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الأَنفُسُ وَتَلَذُّ الأَعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ* وَتِلْكَ الجَنَّةُ الَتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ* لَكُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ كَثِيرةٌ مِّنْهَا تَأْكُلُونَ
"Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri. Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan istri-istri kamu digembirakan." Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya." Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan. Di dalam surga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebahagiannya kamu makan. (Az Zukhruf 43 : 68-73)
Hamba Allah ; ada beberapa amalan seperti yang diberitahu oleh Rasulullah, dan semua itu menjadi penyebab masuk surga, sabdanya :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلاَمَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا الأَرْحَامَ، وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ
 “Wahai manusia sebarkanlah salam, berilah makanan, sambunglah tali silaturahmi dan shalatlah ketika manusia lain tengah tertidur; niscaya kamu akan masuk surga dengan selamat sejahtera”(At Tirmidzi 2485). Amalan pertama yang menyebab Anda masuk surga dalam menyebarkan salam, karena risalah Islam adalah salam (perdamaian), perdamaian ini mendatangkan kasih sayang dan menolak kedengkian, Rasulullah Saw :
أَفْشُوا السَّلاَمَ تَسْلَمُوا
"Sebarkan salam makan kalian akan selamat"(Musnad Ahmad 19033 dan Shahih Ibnu Hibban 2/244).  Dengan salam semua kedengkian akan sirna, hati akan bersatu, akan terwujud perdamaian antara dua orang yang bertikai, mengucapkan salam merupakan salah satu bukti ketundukan seseorang yang akan meninggikan derajat seseorang diantara manusia, Rasulullah Saw :
أَفْشُوا السَّلاَمَ كَيْ تَعْلُوا
 "Sebarkan salam agar derajat kalian terangkat" (At Thabrani dengan sanad yang baik, seperti disebutkan oleh Al Haitsami dalam kitab Mujma'uz Zawaid 30/8)
Kaum mukminin ; Rasulullah Saw menegaskan bahwa menyebarkan salam merupakan salah satu penyebab cinta kasih dan masuknya seseorang ke dalam surga, Rasulullah Saw bersabda :
لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا. أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَىْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ، أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
"Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian berimana, dan kalian tidak sempurna imannya hingga kalian saling mencinta. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu, yang bila kalian melakukannya niscaya kalian akan saling mencintai ? Tebarkanlah salam diantara kalian”(Muslim 93)
Menyebarkan salam itu membutuhkan pengorbanan terhadap setiap orang yang Anda jumpai, oleh karena itu para sahabat RA selalu berusaha untuk menyebarkan salam di jalanan, Ibnu Umar RA berangkat ke pasar untuk menyebarkan salam pada setiap orang yang dijumpainnya, Ia berkata :
إِنِّي لأَغْدُو إِلَى السُّوقِ وَمَا بِي حَاجَةٌ إِلاَّ أَنْ أُسَلِّمَ وَيُسَلَّمَ عَلَيَّ
 sesungguhnya aku berangkat ke pasar tidak karena aku mempunyai keperluan, akan tetapi aku hanya ingin mengucapkan salam pada orang lain dan orang lain bersalam padaku” (Syu’bul Iman karangan Al Baihaqi 6/435)
Kaum muslimin ; dan termasuk amalan yang dapat menyebabkan seorang masuk surga adalah memberikan makan keluarga, tetangga dan sahabat, apalagi memberikan makan kepada orang yang membutuhkan seperti kaum fakir miskin, semua ini akan melanggengkan dan mendatangkan kasih sayang, menghilangkan kepura-puraan dan meminimalkan jarak antar sesama, Rasulullah Saw bersabda :
يُمَكِّنُكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ إِطْعَامُ الطَّعَامِ
"Yang memungkinkan kalian masuk surga adalah memberikan makan"(At Thabrani dalam kitab Al Awsath 2/145).
Ibnu Mubarak RA bila sedang menginginkan suatu masakan maka ia tidak akan memasaknya kecuali karena ada tamu yang berkunjung padanya lalu ia makan bersama tamunya tersebut, sebagaimana memberikan makanan pada orang yang membutuhkan dari kaum fakir miskin termasuk budi pekerti mulya yang menyebabkan kaum fakir merasa bahwa para orang kaya tidak melupakan mereka, sehingga mereka juga turut merasakan kebahagiaan yang pada akhirnya mereka akan berdoa untuk kebaikan, keberkahan dan kebertambahan nikmat orang-orang yang menjamu mereka, semua itu berakibat pada bersihnya jiwa masyarakat dan sirnanya rasa dengki diantara sesama, bahkan Ibnu Umar RA selalu berpuasa dan tidak berbuka kecuali bersama dengan anak yatim dan kaum miskin.
Rasulullah Saw menghubungkan antara menyebarkan salam dan memberikan makan, karena keduanya merupakan perbuatan baik yang pertama dengan ucapan dan kedua dengan tindakan, dan orang yang paling berhak dengan kebaikan ini adalah para kerabat, karenanya Nabi Saw menganjurkan untuk bersilaturrahim, hal itu ditegaskan karena didalamnya terdapat pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan keterikatan hubungan social, serta langgengnya tolong menolong dan cinta kasih antara sesama muslim, disebutkan dalam sebuah hadits : “Sambunglah tali silaturrahim”
Allah berfirman : Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi” (An Nisa’ 4 : 1). Hubungan silaturrahim yang paling utama adalah kepada kedua orang tua, kerabat yang terdekat dan seterusnya, dan hubungan silaturrahim harus tetap langgeng, terutama pada saat sebagian mereka sedang dalam keadaan sibuk atau saat terjadi kasus yang membuat hubungan silaturrahim menjadi keruh, Rasulullah Saw bersabda :
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِى إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
“Bukanlah orang yang menyambung silaturrahim itu orang yang membalas kebaikan, tetapi orang yang menyambung silaturrahim itu adalah orang yang menyambung hubungan orang yang telah memutuskan hubungannya” (Bukhari 5991).
وعَنْ أَبِى ذَرٍّ رضيَ اللهُ عنْهُ قَالَ: أَوْصَانِي حِبِّي بِخَمْسٍ وذكَرَ منهَا وَأَنْ أَصِلَ الرَّحِمَ وَإِنْ أَدْبَرَتْ
Dan dari Abu Dzar RA berkata : “Kekasihku berwasiat dengan lima perkara disebutkan diantaranya : Agar aku menyambung silaturrahim walaupun ia telah membelakangi”(Musnad Ahmad 22137)
Kita perlu melembagakan pelestarian makna ini, yaitu menyebarkan salam, memberikan makan, mengunjungi pada kerabat, memegang teguh serta menanamkannya dalam jiwa anak-anak kita, sehingga cinta kasih antara mereka menjadi terwariskan sebagaimana kita mendapatkan warisan kemulyaan ini dari bapak dan kakek-kakek kita terdahulu, dan kita mohon kepada Allah semoga menjadikan kita termasuk golongan orang yang menyebarkan salam, memberikan makan, menyambung tali silaturrahim, dan shalat malam saat manusia lain terlelap tidur, dan kita mohon kepada Allah semoga memberikan kita taufiq kepada untuk mentaati-Nya dan mentaati orang yang diperintahkan untuk ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Nya  
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 59).
نفعَنِي اللهُ وإياكُمْ بالقرآنِ العظيمِ وبِسنةِ نبيهِ الكريمِ صلى الله عليه وسلم أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ ربِّ العالمينَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه، وأَشْهَدُ أنَّ سيِّدَنا محمَّداً عبدُهُ ورسولُهُ، اللهمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ الطيبينَ الطاهرينَ وعلَى أصحابِهِ أجمعينَ، والتَّابعينَ لَهُمْ بإحسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dan ketahuilah bahwa seorang muslim hendaknya memperkuat hubungan dengan Tuhannya dengan ketaatan, dan terutama adalah qiyamullail, Allah menerangkan keadaan hamba-Nya yang shaleh dalam firman-Nya :
كَانُوا قَلِيلاً مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ* وَبِالأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)” (Ad Dzariyat 51 : 17-18)
Shalat di malam hari sangat jauh dari riya' dan pamer, bila seorang muslim terbiasa bangun malam walaupun sebentar maka keadaannya akan berubah, gundahnya akan sirna, dan ia akan merasa nyaman dekat dengan Tuhannya, akan merasakan manisnya keimanan dan kedudukannya akan bertambah mulya,
فقَدْ أخبرَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ النَّبِيَّ عليه الصلاة والسلام بأنَّ شَرَفَ الْمُؤْمِنِ قِيَامُ اللَّيْلِ
Jibril AS mengabarkan Nabi Saw bahwa kemulyaan seorang mukmin terdapat pada bangun malamnya" (At Thabrani dalam kitab Al Awsath 4/306). Bangun malam terhitung setelah selesai shalat Isya' hingga subuh, dan sebaik-baiknya bangun malam dilakukan pada sepertiga malam.
عبادَ اللهِ: إنَّ اللهَ أمرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فيهِ بنفْسِهِ وَثَنَّى فيهِ بملائكَتِهِ فقَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2]) وقالَ رَسُولُ اللَّهِ عليه الصلاة والسلام:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3])
اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا ونبيِّنَا مُحَمَّدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وعَنْ سائرِ الصحابِةِ الأكرمينَ، وعَنِ التابعينَ ومَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وقَلْبًا خاشعاً، وَلِسَانًا ذَاكِرًا، ورِزْقًا طَيِّبًا واسعاً، وَعَمَلاً صالحاً مُتَقَبَّلاً، وعافيةً فِي البدنِ، وبركةً فِي العمرِ والذريةِ، اللَّهُمَّ علِّمْنَا مَا ينفَعُنَا، وانفَعْنَا بِمَا علَّمْتَنَا، وزِدْنَا علماً، اللَّهُمَّ آتِ نفوسَنَا تقوَاهَا، وزَكِّهَا أَنْتَ خيرُ مَنْ زكَّاهَا، أنتَ وَلِيُّهَا ومولاَهَا، اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عاقبتَنَا فِي الأُمورِ كُلِّهَا، وأصْلِحْ لَنِا نياتِنَا، وبارِكْ لَنَا فِي أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَاجْعَلْهم قُرَّةَ أَعْيُنٍ لنَا، اللَّهُمَّ اسقِنَا الغيثَ([4]) ولاَ تجعلْنَا مِنَ القانطِينَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، ولاَ دَيْنًا إلاَّ قضيْتَهُ، وَلاَ مريضًا إلاَّ شفيْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا ويسَّرْتَهَا يَا ربَّ العالمينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدولةِ، الشَّيْخ خليفة وَنَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ. اللَّهُمَّ اغفِرْ للمسلمينَ والمسلماتِ الأحياءِ منهُمْ والأمواتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، والشَّيْخ مَكْتُوم، وإخوانَهُمَا شيوخَ الإماراتِ الذينَ انتقلُوا إلَى رحمتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بعفوِكَ وغفرانِكَ ورحمتِكَ آباءَنَا وأمهاتِنَا وجميعَ أرحامِنَا ومَنْ كانَ لهُ فضلٌ علينَا. اللَّهُمَّ أَدِمْ عَلَى دولةِ الإماراتِ الأَمْنَ والأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِينَ.
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ]وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([5]).


([1]البقرة : 281.
([2]الأحزاب : 56 .
([3]) مسلم : 384.
([4]) من السنة رفع اليدين في الدعاء لطلب الغيث.
([5]العنكبوت :45.

No comments: