Sunday, January 27, 2013

Khotbah Jum'at 20



Berterima kasih pada pekerja
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ للهِ ربِّ العالمينَ، أحمدُهُ سبحانَهُ حمدًا طيبًا مباركًا كمَا يحبُّ ويرضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، ومَنْ تَبِعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدِّينِ.
أمَّا بعدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ جَلَّ وَعَلاَ، قَالَ تَعَالَى:] يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ[([1]).
Kaum muslimin ; syukur merupakan salah satu bentuk balas budi yang ditampakkan oleh seseorang dengan ucapannya dalam bentuk pujian, dengan hatinya dalam bentuk kasih sayang dan dengan seluruh anggota badannya dalam bentuk tindakan dan etika, ia termasuk dalam salah satu sifat Allah, firman-Nya :
إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ
“Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (Fathir 35 : 34).
إنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ
 Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (As Syura 42 : 23)
Syukur merupakan keutamaan hamba-Nya yang sangat dicintai oleh Allah, Dia memberi mereka agar mereka bersyukur dan berdzikir kepada-Nya, Allah berfirman :
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئاً وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(An Nahl 16 : 78)
Allah berterima kasih kepada seorang hamba yang kreatif dan Dia akan mengampuninya, dari Abu Hurairah RA : bahwa Rasulullah Saw bersabda :
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ فَأَخَّرَهُ، فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ
“Ketika seseorang berjalan di suatu jalan, ia mendapatkan sebatang ranting yang berduri tergeletak di jalanan, lalu ia menyingkirkannya, kemudian Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuninya” (Muslim 1914)
Berterima kasih kepada sesama merupakan akhlak Islami dan nilai-nilai kemanusiaan yang dianjurkan oleh Islam, Allah berfirman :
أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
 “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (Luqman 31 : 14). Dalam hal ini Nabi Saw menghubungkan antara berterima kasih kepada Allah dengan berterima kasih kepada manusia, sabdanya :
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ
“Barang siapa tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia belum beterima kasih kepada Allah” (At Tirmidzi 1955)
Para ulama berkata : artinya bahwa sesungguhnya Allah Swt tidak menerima terima kasih seorang hamba atas kebaikannya, bila hamba tersebut tidak berterima kasih atas kebaikan orang lainnya kepadanya, dan kebaikan mereka tidak diterima kecuali salah satu dari dua perkara diatas terhubungkan (Aunul Ma’bud 10/334)
Dan Allah telah menjanjikan pahala yang besar bagi orang-orang yang bersyukur, Allah berfirman :
وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
“dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (Ali Imran 3 : 114)
Nabi Saw telah menjelaskan kepada kita beberapa jalan dan media menuju syukur, diantaranya adalah berterima kasih dengan balasan yang setimpal dan doa, Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ آتَى إِلَيْكُمْ مَعْرُوفاً فَكَافِئُوهُ، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَادْعُوا اللَّهَ لَهُ حَتَّى تَعْلَمُوا أَنْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ
“Barang siapa berbuat kebaikan pada kalian maka balaslah, bila kalian tidak mendapatkannya, maka doakanlah kepada Allah sehingga mereka mengetahui bahwa kalian telah membalasnya”(Abu Daud 5109)
Cara lain berterima kasih adalah dengan ucapan baik, dari Usamah bin Zaid RA berkata : Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ فَقَالَ لِفَاعِلِهِ: جَزَاكَ اللَّهُ خَيْراً. فَقَدْ أَبْلَغَ فِى الثَّنَاءِ
“Barang siapa diperlakukan baik maka katakanlah pada pelakunya : Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan. Maka sebenarnya ia telah memujinya dengan sempurna”(At Tirmidzi 2035)
Kebaikan diatas bisa berbentuk pemberian yang banyak ataupun sedikit, dari An Nu’man bin Basyir RA berkata : Nabi Saw berkhutbah diatas minbar :
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang siapa tidak berterima kasih atas pemberian sedikit, maka ia tidak akan berterima kasih atas yang banyak” (Ahmad 18946). Sebagian orang shaleh berkata : berterima kasih –atas pemberian yang sedikit pun- merupakan harga bagi setiap pemberian yang sangat banyak sekalipun (Utsman bin Urwah bin Az Zubair bin Al Awwam)
Rasulullah Saw mengajarkan kita untuk berterima kasih kepada para pekerja, dimana biasanya mereka tidak terpedulikan disebabkan pekerjaan dan kondisi mereka yang sederhana, dari Abu Hurairah RA :
أَنَّ امْرَأَةً سَوْدَاءَ كَانَتْ تَقُمُّ الْمَسْجِدَ([2]) فَفَقَدَهَا رَسُولُ اللَّهِ r فَسَأَلَ عَنْهَا بَعْدَ أَيَّامٍ، فَقِيلَ لَهُ: إِنَّهَا مَاتَتْ. قَالَ:« فَهَلاَّ آذَنْتُمُونِي؟». فَأَتَى قَبْرَهَا فَصَلَّى عَلَيْهَا
bahwa ada seorang wanita hitam yang selalu mengumpulkan sampah masjid, lalu Rasulullah Saw merasa kehilangannya dan bertanya setelah beberapa hari, dikatakan bahwa ia telah wafat, beliau berkata : kenapa kalian tidak memberitahukanku ? lalu beliau mendatangi kuburannya dan menyolatkannya” (Muslim 956, Ibnu Majah 1527)
Perhatikanlah bagaimana Nabi Saw membalas sebagian golongan manusia yang menunaikan tugas yang tampak sederhana dihadapan orang lain, tapi belia Saw memberikan syafaat kepada mereka dengan mensolatkan atas mereka, sabdanya :
إِنَّ هَذِهِ الْقُبُورَ مَمْلُوءَةٌ ظُلْمَةً عَلَى أَهْلِهَا، وَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُنَوِّرُهَا لَهُمْ بِصَلاَتِي عَلَيْهِمْ
“Sesungguhnya kuburan ini dipenuhi kegelapan bagi para penghuninya, dan Allah Swt memberi cahaya pada mereka dengan shalatku atas mereka”(Muslim 956)
Rasulullah Saw selalu memeriksa kondisi orang-orang yang bekerja padanya, lalu beliau menghargai dan mendoakan mereka, sebagaimana Rasulullah Saw pernah mendoakan pembantunya yang bernama Anas bin Malik RA dengn kebaikan dunia akhirat :
اللَّهُمَّ ارْزُقْهُ مَالاً وَوَلَداً وَبَارِكْ لَهُ
Ya Allah berilah rezeki harta dan keturunan padanya dan berkahilah ia”. Perlu diketahui bahwa Anas RA termasuk kaum Anshar yang paling kaya, dan ia kemudian dimakamkan diantara anak dan cucu-cucunya setelah menjalani hidup sepanjang 120 lebih. (Ahmad 12379)
Hamba Allah ; sesungguhnya Islam menghargai setiap manusia apapun pekerjaannya dan profesinya yang ikut berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat dan pembangunan negaranya, Rasulullah Saw bersabda :  
الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ
“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang, cabang yang paling tinggi adalah perkataan 'La ilaha illallah' (tauhid), dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan”(Muslim 58)
Memakmurkan bumi ini membutuhkan pada akal orang berilmu, harta orang kaya dan manajemen orang pintar, dan hal itu dapat disempurnakan oleh sentuhan tangan seorang pekerja yang bekerja dengan kedua tangannya agar tampak arti keindahan dan nilai pekerjaan, kota dan bangunannya yang mencakar langit tidak akan pernah menghiasi bila tidak karena tugas yang dilakukan oleh pengangkut batu, penanam pohon dan pembersih jalan, dan Rasulullah Saw sangat peduli dengan pentingnya tugas para pekerja tersebut, disebutkan pula bahwa mereka berhak mendapatkan pahala yang besar, sabdanya :
إِمَاطَتُكَ الْحَجَرَ وَالشَّوْكَةَ وَالْعَظْمَ عَنِ الطَّرِيقِ لَكَ صَدَقَةٌ
 “Tindakanmu menyingkirkan batu, duri dan tulang dari jalanan, semua itu berpahala sedekah bagimu”(Muslim 58)
Ya Allah berilah taufiq pada kami semua untuk mentaati-Mu dan mentaati orang yang Engkau perintahkan untuk ditaatainya, sebagai pengamalan atas firman-Mu : 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 59).
نفعَنِي اللهُ وإياكُمْ بالقرآنِ العظيمِ وبِسنةِ نبيهِ الكريمِ صلى الله عليه وسلم أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ ربِّ العالمينَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه، وأَشْهَدُ أنَّ سيِّدَنا محمَّداً عبدُهُ ورسولُهُ، اللهمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ الطيبينَ الطاهرينَ وعلَى أصحابِهِ أجمعينَ، والتَّابعينَ لَهُمْ بإحسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa sebuah negara tidak akan berdiri kecuali dengan kerja keras seluruh penduduk dengan berbagai profesi mereka, dan hendaknya kita berpanutan pada Rasulullah Saw agar kita lebih perhatian terhadap semua pekerja, menghargai dan memeriksa kondisi mereka, berkata yang baik dan tersenyum pada mereka, mendorong dan berterima kasih kepada mereka atas segala karya mereka, dan berangkat dari dasar keislaman ini Shaikh Mohammad Bin Rashid Al Maktom berinisiatif mengadakan kampanye dengan tema “Terima kasih semua” sebagai penghargaan terhadap para pegawai bawahan, seperti para petugas kebersihan, pertanian, kuli bangunan, para supir dan lainnya, dan hendaknya kita berterima kasih atas kerja mereka dengan ucapan sederhana : terima kasih semua dan semoga Allah membalas kalian dengan balasan yang baik.
عبادَ اللهِ: إنَّ اللهَ أمرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فيهِ بنفْسِهِ وَثَنَّى فيهِ بملائكَتِهِ فقَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([3]) وقالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([4])
اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا ونبيِّنَا مُحَمَّدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وعَنْ سائرِ الصحابِةِ الأكرمينَ، وعَنِ التابعينَ ومَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وقَلْبًا خاشعاً، وَلِسَانًا ذَاكِرًا، ورِزْقًا طَيِّبًا واسعاً، وَعَمَلاً صالحاً مُتَقَبَّلاً، وعافيةً فِي البدنِ، وبركةً فِي العمرِ والذريةِ، اللَّهُمَّ علِّمْنَا مَا ينفَعُنَا، وانفَعْنَا بِمَا علَّمْتَنَا، وزِدْنَا علماً، اللَّهُمَّ آتِ نفوسَنَا تقوَاهَا، وزَكِّهَا أَنْتَ خيرُ مَنْ زكَّاهَا، أنتَ وَلِيُّهَا ومولاَهَا، اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عاقبتَنَا فِي الأُمورِ كُلِّهَا، وأصْلِحْ لَنِا نياتِنَا، وبارِكْ لَنَا فِي أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَاجْعَلْهم قُرَّةَ أَعْيُنٍ لنَا، اللَّهُمَّ اسقِنَا الغيثَ([5]) ولاَ تجعلْنَا مِنَ القانطِينَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، ولاَ دَيْنًا إلاَّ قضيْتَهُ، وَلاَ مريضًا إلاَّ شفيْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا ويسَّرْتَهَا يَا ربَّ العالمينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدولةِ، الشَّيْخ خليفة وَنَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ للمسلمينَ والمسلماتِ الأحياءِ منهُمْ والأمواتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، والشَّيْخ مَكْتُوم، وإخوانَهُمَا شيوخَ الإماراتِ الذينَ انتقلُوا إلَى رحمتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بعفوِكَ وغفرانِكَ ورحمتِكَ آباءَنَا وأمهاتِنَا وجميعَ أرحامِنَا ومَنْ كانَ لهُ فضلٌ علينَا.
اللَّهُمَّ أَدِمْ عَلَى دولةِ الإماراتِ الأَمْنَ والأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِينَ. اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ]وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([6]).


([1]) الحشر : 18.
([2]تَقُمُّ الْمَسْجِدَ : أي تجمع القمامة من المسجد وتنظفه.
([3]الأحزاب : 56 .
([4]) مسلم : 384.
([5]) من السنة رفع اليدين في الدعاء لطلب الغيث.
([6]العنكبوت :45.


Khutbah Jumat, 29 Shafar 1434 H / 11 Januari 2013 M
Beruntunglah orang-orang mukmin
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ للهِ ربِّ العالمينَ، أحمدُهُ سبحانَهُ حمدًا يليقُ بجلالِ وجهِهِ وعظيمِ سلطانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، ومَنْ تَبِعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدِّينِ.
أمَّا بعدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ جَلَّ وَعَلاَ، قَالَ تَعَالَى:] يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِن رَّحْمَتِهِ وَيَجْعَل لَّكُمْ نُوراً تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ[([1]).
Kaum muslimin ; iman kepada Allah merupakan rukun agama, ia merupakan pondasinya yang kuat, pengaman orang-orang yang takut, berita gembira bagi orang-orang yang bertakwa dan hidayah hati menuju kebenaran yang nyata, Allah berfirman :
وَمَن يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ
 “Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya” (At Taghabun 64 : 11). Dan Allah telah memerintahkan hamba-Nya untuk beriman kepada-Nya, karena ia menjadi penyebab  seseorang mendapatkan petunjuk pada kebenaran, Allah berfirman :
فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُم يَرْشُدُونَ
“Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (Al Baqarah 2 : 186). Rasulullah Saw selalu memohon agar selalu diberikan kecintaan pada keimanan, seperti tersebut dalam salah satu doanya :
اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِى قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِينَ
“Ya Allah berilah kami kecintaan kepada keimanan dan jadikanlah ia sebagai penghias hati kami dan tanamkanlah dalam diri kami kebencian kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus”(Adab Al Mufrid Bukhari 699, Ahmad 15891)
Ketika Rasulullah Saw dimintai wasiat singkat oleh salah seorang sahabat, beliau menunjukkan pada iman kepada Allah dan menganjurkan untuk mengamalkan konsekuensinya, dari Sofyan bin Abdullah As Tsaqafi RA berkata : aku bertanya : wahai Rasulullah katakanlah padaku sesuatu tentang Islam sehingga aku tidak bertanya lagi mengenainya pada seseorang setelahmu, dan dalam satu riwayat –selainmu-, Beliau menjawab : Katakanlah : “Saya beriman kepada Allah, kemudian beristiqamahlah" (Muslim 62, Ahmad 15814)
Iman kepada Allah menuntut bukti nyata dalam kehidupan, seperti kelanggengan (istiqamah) dalam menunaikan ketaatan dan kebaikan, Allah berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لاَ نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلاً
 Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan (nya) dengan baik. (Al Kahf 18 : 30). Al Hasan Al Bashri berkata : iman bukanlah hiasan semata, beragama bukanlah cita-cita semata, akan tetapi ia merupakan ketetapan dalam hati yang dibuktikan dengan perbuatan (Tafsir At Thabari 60/10)
Hamba Allah ; Allah berfirman menjelaskan beberapa sifat orang-orang mukmin :
قَدْ أَفْلَحَ المُؤْمِنُونَ* الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ * وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ* وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ* وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ* إِلاَّ عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ * فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ العَادُونَ* وَالَّذِينَ هُمْ لأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ* وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ* أُوْلَئِكَ هُمُ الوَارِثُونَ* الَّذِينَ يَرِثُونَ الفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
 “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya”(Al Mukminun 23 : 1-11)
Seorang mukmin sejati adalah yang hatinya khusu' kepada Allah, bila ada perintah datang dari Allah ia langsung menyimak, tunduk dan mentaatinya, sehingga keimanannya terhadap Tuhannya semakin bertambah, dan mendorongnya selalu melakukan perbuatan baik serta selalu berharap mendapatkan ampunan dan peningkatan derajat dari Tuhannya, Allah berfirman :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ*الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ* أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقّاً لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia” (Al Anfal 8 : 2-4)
Keimanan ini wahai hamba Allah hendaknya memenuhi hati dengan cinta Tuhan Yang Maha Mengetahui hal yang gaib, karenanya seorang mukmin hatinya tidak terkait kecuali kepada Allah dan tidak tertutup oleh sesuatupun dari Allah, Allah berfirman :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُباًّ لِّلَّهِ
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah".(Al Baqarah 2 : 165)
Kaum muslimin : seorang mukmin yang jujur adalah yang selalu tetap teguh dalam ketaatan, tidak memohon rezeki dengan bermaksiat kepada Penciptanya, karena ia percaya penuh terhadap Tuhannya, dan tidak peduli dengan yang ada di tangan orang lain, bila ia tertimpa musibah dan kepenatan ia langsung kembali bermunajat kepada Tuhannya, ia menegaskan kehambaannya pada-Nya dan selalu memohon ridha-Nya, Allah berfirman :
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الخَاشِعِينَ
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’” (Al Baqarah 2 : 45). Seorang mukmin menghadap kepada Tuhannya dengan penuh penyerahan diri dan hal ini terbukti dalam ucapannya dengan keridhaan terhadap ketentuan Allah, seperti terungkap dalam firman Allah :
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلاَّ مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." (At Taubah 9 : 51)
Dan dengan selalu berucap : Cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami dan Dia sebaik-baiknya pelindung, maka keyakinannya kepada Allah akan meningkat seiring bertambahnya ketawakkalannya kepada Allah, keimanannya akan terus bertambah kuat, hingga pada akhirnya ia pantas mendapatkan keteguhan di dunia dan akhirat, Allah berfirman :
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَياةِ الدُّنْيا وَفِي الآخِرَةِ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”. (Ibrahim 14 : 27)
Seorang mukmin harus kuat dan tidak mudah berubah karena musibah yang menderanya, tidak keruh jiwanya karena berbagai bencana menimpanya dan tidak gundah karena kebaikan itu terlepas darinya, Allah berfirman :
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمْوَالِ وَالأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar"(Al Baqarah 2 : 155)
Dan Allah tidak disembah karena ada kebutuhan dunia semata, bila ia mendapatkannya ia bersyukur, tapi bila tertunda darinya ia menjadi ingkar dan kufur, tapi hendaknya ia menghadap Allah karena tamak untuk selalu dekat dengan-Nya dan mengharap ampunan-Nya dan ia bila mendapatkan keutamaan dari Allah maka ia bersyukur dan bila pemberiaan itu terlambat ia bersabar.
Hamba Allah ; seorang mukmin selalu diliputi oleh pertolongan, perhatian dan taufiq Allah, bila seorang hamba sudah mendapatkan semua itu dari Allah, maka ia akan terjauhkan dari segala gundah, dan bila hidayah-Nya telah menguasainya maka hatinya dan jiwanya tidak akan tertimpa keraguan, Allah tidak akan menimpakan kesedihan kepada seorang hamba yang beriman pada-Nya, bila ia terhimpit kedzaliman Dia akan menolongnya, dan Allah akan selalu menolong seorang mukmin dari setiap cobaan yang menimpanya, sehingga ia keluar dalam keadaan selamat, Allah berfirman :
وكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ
 Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman”(Al Anbiya' 21 : 88)
Sehingga seorang mukmin merasa terus berada dalam lindungan Allah, hal ini akan berbuah pada dzikirnya sebagai bentuk terima kasih, cinta dan pengakuan pada-Nya, hatinya menjadi tenang, jiwanya menjadi tentram dan nuraninya menjadi bahagia, dan bagaimana hati seorang mukmin tidak tentram, bila Allah telah menjanjikan surga baginya, kemenangan dengan nikmat yang melimpah dan ridha yang tidak berkesudahan ? Allah berfirman :
وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِناتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهارُ خالِدِينَ فِيها وَمَساكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga Adn. Dan keridaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar” (At Taubah 9 : 72)
Ya Allah berilah kami keteguhan iman, kebaikan tawakkal dan kesempurnaan kepercayaan kepada-Mu, dan berilah taufiq pada kami semua untuk mentaati-Mu dan mentaati orang yang Engkau perintahkan untuk ditaatainya, sebagai pengamalan atas firman-Mu : 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 59).
نفعَنِي اللهُ وإياكُمْ بالقرآنِ العظيمِ وبِسنةِ نبيهِ الكريمِ صلى الله عليه وسلم أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ الَّذِي هدانَا للإيمانِ, ووفَّقَنَا لطاعةِ الرحمنِ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وأَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، ومَنْ تَبِعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدِّينِ .
Bertakwalah pada Allah wahai hamba Allah dengan sebenar-benarnya takwa, dan teruslah merasa diawasi dalam kerahasiaan dan keterang-terangan, dan ketahuilah bahwa iman diberikan oleh Allah kepada para kekasih-Nya, Abdullah bin Mas'ud RA berkata :
إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُعْطِي الْمَالَ مَنْ أَحَبَّ وَمَنْ لاَ يُحِبُّ، وَلاَ يُعْطِي الإِيمَانَ إِلاَّ مَنْ يُحِبُّ
"Sesungguhnya Allah memberikan harta kepada orang yang dicintai dan orang yang tidak dicintai, dan Dia tidak memberikan keimanan kecuali kepada orang yang dicintai" (Bukhari dalam kitab Al Adab Al Mufrid 1/104). Dan sesungguhnya salah satu tanda cinta hamba terhadap Allah adalah dengan selalu bertaqarrub kepada Allah dengan menunaikan faraidh dan memperbanyak shalat sunnah, Allah berfirman dalam hadits Qudsi :
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
" Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan hamba-Ku itu terus berusaha mendekatkan diri kepada-Ku dengan melakukan (sunnah) nawafil hingga Aku mencintainya”(Bukhari 6502)
Karenanya bersungguh-sungguhlah wahai hamba Allah dalam menjalankan ketaatan, memperbanyak menunaikan shalat sunnah, selalu berbuak baik dan bersedekah, karena sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa dan selalu memberi, Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِىَّ الْغَنِىَّ الْخَفِىَّ
 "Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bertakwa, yang kaya dan yang berbuat sembunyi-sembunyi" (Muslim 1965)
عبادَ اللهِ: إنَّ اللهَ أمرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فيهِ بنفْسِهِ وَثَنَّى فيهِ بملائكَتِهِ فقَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2]) وقالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3])
اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا ونبيِّنَا مُحَمَّدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وعَنْ سائرِ الصحابِةِ الأكرمينَ، وعَنِ التابعينَ ومَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وقَلْبًا خاشعاً، وَلِسَانًا ذَاكِرًا، ورِزْقًا طَيِّبًا واسعاً، وَعَمَلاً صالحاً مُتَقَبَّلاً، وعافيةً فِي البدنِ، وبركةً فِي العمرِ والذريةِ، اللَّهُمَّ علِّمْنَا مَا ينفَعُنَا، وانفَعْنَا بِمَا علَّمْتَنَا، وزِدْنَا علماً، اللَّهُمَّ آتِ نفوسَنَا تقوَاهَا، وزَكِّهَا أَنْتَ خيرُ مَنْ زكَّاهَا، أنتَ وَلِيُّهَا ومولاَهَا، اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عاقبتَنَا فِي الأُمورِ كُلِّهَا، وأصْلِحْ لَنِا نياتِنَا، وبارِكْ لَنَا فِي أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَاجْعَلْهم قُرَّةَ أَعْيُنٍ لنَا، اللَّهُمَّ اسقِنَا الغيثَ([4]) ولاَ تجعلْنَا مِنَ القانطِينَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، ولاَ دَيْنًا إلاَّ قضيْتَهُ، وَلاَ مريضًا إلاَّ شفيْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا ويسَّرْتَهَا يَا ربَّ العالمينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدولةِ، الشَّيْخ خليفة وَنَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ للمسلمينَ والمسلماتِ الأحياءِ منهُمْ والأمواتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، والشَّيْخ مَكْتُوم، وإخوانَهُمَا شيوخَ الإماراتِ الذينَ انتقلُوا إلَى رحمتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بعفوِكَ وغفرانِكَ ورحمتِكَ آباءَنَا وأمهاتِنَا وجميعَ أرحامِنَا ومَنْ كانَ لهُ فضلٌ علينَا.
اللَّهُمَّ أَدِمْ عَلَى دولةِ الإماراتِ الأَمْنَ والأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِينَ.
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ]وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([5]).


([1]) الحديد :28.
([2]الأحزاب : 56 .
([3]) مسلم : 384.
([4]) من السنة رفع اليدين في الدعاء لطلب الغيث.
([5]العنكبوت :45.

No comments: