Friday, December 30, 2011

Mubadala 2011

Tanwin Jadi Volunteer

Ini merupakan tahun ke dua Tanwin menjadi pekerja sukarela di Mubadala World Tennis Championship, acara pertandingan tennis tahunan yang diadakan oleh Mubadala Group dari Abu Dhabi yang diselenggarakan pada penghujung akhir tahun yaitu untuk tahun ini dimulai dari tanggal 29 sampai dengan 31 Desember. Sedangkan untuk tahun-tahun sebelumnya dimulai pada tanggal 29 Desember sampai dengan 1 Januari tahun berikutnya. Kerja Sukarela (volunteer) disini setiap anggota mendapatkan 2 kaos, 1 jaket, 1 celana tiga per empat dari sponsor dan uang saku untuk makan atau minum berupa kupon bagi Tanwin seharga 60 Dirham sehari. Pertandingan ini mengundang pemain papan atas kelas dunia, pemain yang mempunyai ranking 1 sampai dengan 10 Association Tennis Professional(ATP). Untuk tahun ini diikuti oleh Novak Djokovic, Rafael Nadal, Roger Federer, David Ferer, Gael Monfil, dan Jo-Wilfred Tsonga.
Alarm dari Black Barryku berdering bemberitahu aku bahwa hari ini, taggal 28 Desember Tanwin harus melakukan kunjungan lapangan sebagai pengenalan akhir untuk acara pertandingan tennis yang akan diadakan oleh Mubadala mulai besok pagi. Pengenalan lapangan selama 1 jam ini dibagi/ada 2 kelompok, kelompok pagi mulai pukul 8:00 dan kelompok sore mulai pukul 18:00. Tanwin memilih kelompok sore, ini bagus, selain aku tidak harus ribet dengan waktu kerjaku yang dimulai sejak pukul 7 pagi, juga pada pukul 18:00 aku mempunyai waktu yang leluasa untuk mengantarnya ke Abu Dhabi International Tennis Complex, Zayed Sport City tempat pertandingan tennis akan diselenggarakan.
Aku parkir mobilku di tempat parkir yang bertuliskan 'For Royal/VIP', aku tidak melihat penjaga parkir yang sedang bertugas, aku berpikir bahwa tempat parkir ini secara official belum dimulai, maka aku dan Tanwin yang mempunyai kategori bukan orang Royal/VIP bebas saja menggunakan tempat parkir ini. Tempat parkir para pengunjung dibagi tiga bagian, untuk Royal/VIP, untuk VIP saja, dan untuk Public. Royal/VIP adalah bagi mereka para anggota Keluarga Kerajaan atau Pejabat Negara, VIP adalah bagi mereka dengan karcis utama dan official pertandingan, sedangkan Public adalah selain dari yang dua diatas. Jalan dari tempat parkir Royal/VIP menuju 'Tennis Village' harus melalui depan loket penjualan karcis. Sejenak aku ingat bahwa aku belum mempunyai karcis untuk menyaksikan salah satu pertandingan terutama untuk pertandingan hari kedua, dimana yang akan bertanding adalah Nadal dengan lawannya dan Federer dengan lawannya. Aku langsung saja menuju loket penjualan karcis dan aku mendapati jawaban dari orang yang ada didalam loket, bahwa penjualan karcis dibuka besok pagi mulai pukul 9:00. Sebelum ini aku pernah memesan karcis pertandingan ini secara 'on line' tidak berhasil karena pembelian melalui internet dengan kartu kreditku harus memasukkan nomor 'activation code' dimana aku tidak mempunyai saat ini, dan aku coba membeli melalui telepon juga tidak berhasil walaupun aku coba secara berulang-ulang.
Aku malas keluar kompleks 'Tennis Village' setelah mengantar Tanwin pada kelompoknya sore itu. Hari sudah mulai petang walaupun jam tanganku sudah menunjukkan sepuluh menit melebihi pukul delapanbelas. Azan Maghrib sudah terdengar sejak pukul 17:35 tadi, aku dan Tanwin sudah sholat Maghrib berjemaah berduaan di rumah.
Aku melihat sekeliling 'Tennis Village' semuanya kelihatan sudah siap untuk menerima tamu menyaksikan pertandingan besok. Pintu utama masuk 'Tennis Village' ada dua, pintu utara khusus untuk pengunjung VIP dan pintu selatan untuk umum, kedua pintu langsung berhadapan dengan tempat parkir, tentu parkir VIP berhadapan dengan pintu Utara dan parkir umum berhadapan dengan pintu Selatan. Sedangkan bagi Royal/VIP melalui pintu khusus dari parkir Royal/VIP melalui ruangan VIP. Dekorasi didalam 'Tennis Village' tidak ubahnya seperti yang berada di luar, tatanan warna didominasi oleh warna putih dan biru, merupakan warna utama dari maskot Mubadala. dari arah utara ada kios-kios dadakan yang menawarkan aneka barang, ada kios olahraga merek Wilson, kios mobil Land Rover dan pajangan mobil 4x4 model terbarunya serta pajangan gambar mobil terbuat dari semacam kawat berwarna merah diterangi lampu, kios Mubadala tempat aneka permainan game yang ada hubungannya dengan tennis, kios penjual makan dan minum The Kitchen, Arena Beverages, aneka minuman ringan dan sari buah dan lainnya. Gambar-gambar para pemain yang akan bertanding dipajang pada setiap dinding, gambar mereka kebanyakan sedang melakukan aksi memukul bola tennis, ada yang sedang melakukan servis, forehand, backhand, dan slice. Gambar-gambar dicetak besar berukuran kira-kira 2x3 meteran.
Ditengah 'Tennis Village' ini aku lihat Tanwin dan kelompoknya diberi pengarahan oleh 'Master'nya berkulit putih, tak sengaja aku menatap satu layar telivisi dekat teribun pintu utama sedang menyiarkan latihan Djokovic lawan Ferrer. Di 'Tennis Village' ini ada banyak telivisi yang siap menyiarkan langsung setiap pertandingan ini, orang yang tidak ingin masuk kedalam stadion bisa menyaksikan pertandingan melalui tevisi yang disediakan. Semua telivisinya mempunyai layar datar, ada telivisi berukuran raksasa (kira-kira 4x4 meteran) yang dipasang didepan deretan kursi tempat duduk kios makan-minum The Kitchen. Di depan pintu ada seorang yang berseragam seperti kebanyakan orang pada malam itu sedang keluar dari pintu utama yang sedang terbuka tidak dijaga itu. Aku bertanya kepada orang itu apakah sekarang masih bebas untuk masuk ke dalam Stadion Utama Tennis untuk menyaksikan Djokovic melawan Ferrer. Orang itu menjawab; 'Bebas'.
Didalam stadion tennis aku lihat semuanya sudah siap. Dua kamera ada dihadapan hakim sisi lain lapangan, sound system terdengar menggema ketika dicoba, telivisi ada pada keempat ujung sisi-sisinya, telivisinya bertuliskan 'Ectronically chalange facility available now', atribut-atribut dagang para sponsor bertebaran, mulai dari sponsor utama Mubadala sampai pakain olahraga Erke, bendera-bendera dari negara asal pemainpun sudah ditinggikan termasuk juga bendera Negara United Arab Emirates sebagai negara penyelenggara, pendeknya semuanya sudah siap.
Sungguh setiap pukulan-pukulan pemain tennis kelas dunia yang sedang aku saksikan malam ini luar biasa keras dan cepatnya, ini bisa aku kategorikan pukulan 'dahsyat', tidak seperti yang aku bayangkan ketika melihat mereka bertanding melalui telivisi. Selain itu gerakan-gerakan mengejar bola dan antisipasi arah bola sungguh luar biasa dahsyatnya. Jika aku membayangkan bagaimana aku dan kawan-kawanku bermain tennis, entahlah, nampaknya tidak ada kata yang bisa aku lukiskan, kami ini sepertinya mendekati nol, dan mereka seratus tingkatannya.
Aku pikir lumayan hari ini mendapatkan tontonan Djokovic melawan Ferrer secara cuma-cuma, entah berapa akhir skor yang mereka buat karena skornya dihitung pakai mulut saja tidak dimasukkan ke score-board, tetapi nampaknya Djokovic memenangkan latih tanding ini. Ferrer keluar arena lapangan setelah memberesi barang-barang bawaanya dengan dibantu seorang perempuan muda berambut pirang lurus yang tidak berseragam panitia, sedangkan Djokovic tetap tinggal didalam arena lapangan melanjutkan permainan sepak bola tennis dengan tiga orang lainnya. Sepak bola tennis ini baru aku lihat, ini cukup unik, dua pemain melawan dua pemain, semacam permainan tennis ganda tetapi menggunakan kaki, badan dan kepala kecuali tangan, bola diolah seperti dalam permainan sepak takraw tetapi bola boleh mental sebanyak dua kali ke dasar lapangan, ditahan, dioper kepada kawan untuk diumpankan agar disemesh. Aku tidak bisa menyaksikan lebih lama lagi permainan sepak bola tennis ini karena masih harus melakukan belanja mingguan untuk minggu ini setelah Tanwin selesai program acaranya malam ini.

Suasana Tahun Baru 2012 sudah mulai terasa di kantor, ketika pihak managemen mengumumkan bahwa pada tanggal 1 Januari, 2012 merupakan hari libur kantor, teman-teman kantor menyambutnya dengan gembira.
Hari ini aku berniat untuk masuk mulai pukul 8:00 saja di kantor, satu jam lebih lambat dari biasanya, karena hari ini Tanwin memulai hari kerja sukarela di Mubadala World Tennis championship yang akan dimulai pada pukul 8:00 juga menurutnya. Aku antar dia sampai pintu masuk yang ia inginkan, pintu masuk dari arah selatan 'Tennis Village', ia memintaku untuk dijemput pada pukul 20:00, setelah aku tanya ia menjawab bahwa pertandingan tennisnya selesai pada pukul 19:00 tetapi ia harus membereskan pekerjaannya dan akan keluar pada pukul 20:00. Kantorku selesai pada pukul 15:30, aku berpikir untuk apa pulang kemudian keluar lagi menjemput Tanwin, lebih baik aku menunggu di kantor sambil melakukan aktifitas pekerjaan kantor atau membaca berita dari internet kantor kemudian pada pukul 19:00 menuju ke Stadion untuk menjemput Tanwin.
Aku parkir mobilku di tempat parkir sebelah selatan stadion ditempat dimana Tanwin saya turunkan tadi pagi. Ada beberapa orang sudah mulai keluar stadion, aku berpikir bahwa pertandingan sedang akan usai untuk malam ini. Aku masuk 'Tennis Village', semakin banyak orang keluar melawan arahku sehingga aku harus mempercepat jalanku agar tidak terdesak. Aku duduk didepan kafetaria The Kitchen, salah satu kafetaria dari tiga kafetaria dadakan di luar stadion, karena diseberangnya ada telivisi berukuran raksasa enak bisa duduk sambil nonton telivisi siaran dari dalam stadion. Aku lihat gambar dalam telivisi sedang memancarkan stadion yang sudah kosong, ini berarti semua orang sudah keluar stadion dan pertandingan sudah usai. Aku memberi tahu Tanwin lewat pesan singkat SMS bahwa aku sedang duduk di depan kafetaria The Kitchen, lama setelah itu Tanwin membalasnya dengan huruf 'K' yang artinya 'OK'. Aku lihat banyak orang bule sedang anteri untuk membeli makanan atau minuman dari kafetaria The Kitchen. Aku melihat daftar menu dan harganya. Wow.., minta ampun harganya!. Hot dog plus kentang goreng dan soft dring diluaran biasanya dijual tidak lebih dari 15 Dirham di sini dijual 45 Dirham, Burger plus kentang goreng dan soft dring yang biasanya dijual diluaran seharga 20 Dirham disini dijual 50 Dirham, harga kentang goreng saja seharga 15 Dirham!!. Sejenak aku terbayang pada Tanwin, dengan uang saku 60 Dirham sehari, apa yang dapat ia beli?. Tanwin mengatakan bahwa ia membeli 2 swarma dan 1 kentang goreng, ia merasakan bahwa sekarang perutnya terasa kosong, lalu kami pergi ke restoran cepat saji di luar komplek stadion Zayed Sport City (ZSC), Kentucky Fried Chiken sebelum pulang ke rumah. Ia juga menuturkan bahwa hari ini ia datang terlalu pagi, orang pada datang mulai dari pukul 10:00 dan selama menunggu ia hanya membaca buku yang ia bawa Theory Of Knowledge (TOK), demikian ia mengkoreksi kesalahan waktu datangnya di hari pertama kerja sukarelanya.

Dapat Karcis

Satu jam sebelum kerja sukarela dimulai, Tanwin sudah bangun, biasanya ia bangun pukul 5:30 lalu melaksanakan shalat subuh kemudian tidur lagi sampai pukul 10:00. Hari ini merupakan hari kedua baginya bekerja sukarela dari tiga hari yang direncanakan, ia bangun satu jam lebih pagi dari biasa ketika hari libur sekolah. Setelah semua persiapan untuk hari ini ia lakukan, waktu tinggal limabelas menit untuk perjalanan menuju Stadion Tennis (ZSC). Aku mengharapkan konter penjualan karcis masuk sudah buka ketika aku sampai di sana. Ku parkir mobilku sama seperti tempat parkir umum kemaren malam ketika aku menjemput Tanwin. Cepat-cepat aku langsung menuju loket karcis setelah mengantar Tanwin. Aku lihat Tanwin menuju dan masuk lorong yang melingkar dibawah tribun stadion tennis, dan keadaan sekitar masih sepi dari kehadiaran pengunjung. Loket karcis sudah dibuka, dari empat lubang loket, dua lubang ada penjaganya. Aku menuju ke lubang yang dijaga oleh seorang perempuan usia tiga puluhan. Ia mengatakan bahwa karcis masih ada. Karcis dibagi beberapa katagori, mulai dari yang Primier Hospitality, katagori 1 dan terahir katagori 2. Pemegang karcis Primier Hospitality harus mengeluarkan biaya 1.300 Dirham per orang untuk hari pertama, 1.600 Dirham untuk hari kedua dan 2.000 Dirham untuk grand final. Mereka akan mendapatkan fasilitas tanya jawab dengan pemain sesuai jadwal setiap hari, makan dan minum gratis, tempat duduk paling depan, nonton telivisi kaca datar raksasa, dan tempat parkir VIP. Sedangkan dua kategori lainnya hanya mendapatkan fasilitas tempat duduk, keduanya berbeda, karcis kategori 1 harga perlembar mulai hari pertama sampai final 200, 300, 450 Dirham untuk anak dan 250, 350, 500 Dirham untuk orang dewasa tempat duduknya dibelakang Primier Hospitality dan kategori 2 di tribun paling belakang harga perlembar karcisnya mulai hari pertama sampai final 50, 150, 250 Dirham untuk anak dan 100, 200, 300 Dirham untuk orang dewasa.
Aku pilih untuk kategori 1 dihari ke dua sehingga aku harus membayar 350 Dirham. Aku merasa lega karena aku berhasil mendapatkan karcis untuk nonton tennis hari ini, karcis yang gagal aku beli melalui internet dan telepon, aku langsung keluar komplek stadion menuju kantor dan kemudian aku putuskan pulang ke rumah saja mengetik bloggerku sambil menunggu pertandingan dimulai pada pukul 15:00 nanti.

Menonton Pertandingan Tennis

Asik mengetik blogger waktu terasa begitu cepat, pengetikan hari ini belum selesai jam di dinding sudah menunjukkan mendekati pukul 14:00, cepat-cepat aku makan siang lalu melaksanakan shalat Dhuhur. Aku baru sadar kalau hari ini adalah hari Jum'at, aku lupa tentang hari ini, ini membuat aku tidak melakukan shalat Jum'atan di Masjid. Secepat kilat aku sudah sampai di komplek stadion ZSC, ku parkir mobilku bukan ditempat parkir umum, ada slot tepi jalan dekat stadion tennis yang masih longgar bisa aku masuki untuk tempat parkir mobilku, depan dan belakang slot ruas jalan dekat gedung tertutup depan stadion tennis ini sudah dipenuhi mobil-mobil yang diparkir sebelum aku datang. Aku terlihat tergesa-gesa sampai air minumku tertinggal di dalam mobil, aku ingat itu setelah aku berjalan lebih dari limapuluh meteran dari mobil, aku biarkan saja air minumku di mobil, toh hari ini cuacanya cukup dingin, maka air minum tidak terlalu dibutuhkan, demikian pikirku menuruti ketergesaanku.

Aku merasakan angin agak kencang, udara dingin semakin terasa dingin saja. Aku lihat banyak orang memakai jaket tetapi orang-orang bule tidak menggunakannya kecuali diikatkan pada leher atau pinggang mereka saja. Wah.., bule memang tahan dingin, atau karena masih siang sehingga mereka merasa gerah memakai jaket walaupun kondisi udara dingin dan berangin terasa semakin dingin ini.

Pintu Depan masuk stadion tennis berada di areal 'Tennis Village'. Ada beberapa orang sedang diperiksa memakai detector oleh sekuriti pada pintu masuk 'Tennis Village' yang dibagi menjadi empat jalur setiap pintunya. Aku keluarkan semua isi dalam kantong celana dan jaketku, lalu aku letakkan di atas meja sekuriti pintu, setelah sekuriti yang memeriksaku mengatakan 'Ok' lalu aku pungut kembali barang-barang yang aku keluarkan termasuk blackbarry, kunci mobil, dan dompet untuk aku kembalikan ke tempat masing-masing dalam kantong pakaianku. Di dalam 'Tennis Village' aku melalui pada sebuah meja berisi tumpukan majalah event yang dijaga oleh orang berpakain kondora, pakaian orang lokal Emirati, karena aku tidak tertarik aku lewatkan saja, dibelakangnya ada rak berisi koran yang disediakan secara cuma-cuma, di dalam rak ada koran olahraga 360, koran Ittihad berbahasa Arab. Aku pungut koran olahraga 360 saja, mungkin nanti akan aku baca sebagai pengisi waktu apabila diperlukan. Koran ini akhirnya aku tinggalkan diatas meja depan kios The Kitchen setelah isinya tidak aku sukai.

Suasana di dalam 'Tennis Village' sudah banyak orang yang sedang menuju ke dalam stadion tennis melalui pintu masuk mengantri seperti kereta api panjangnya. Sebagian yang lain duduk-duduk sambil menikmati makan atau minum dari kios-kios makan dan minum yang ada. Anak-anak kebanyakan mengunjungi tempat permainan game yang ada. Beberapa orang sibuk mengambil gambarnya berlatar belakang gambar-gambar besar para pemain tennis dunia yang akan bertanding yang dipasang behadapan dengan kios makanan dalam 'Tennis Village'.

Aku coba keluar antrian setelah aku merasa bosan dengan tetap menyimpan kedua tanganku dalam saku jaketku menghindari udara dingin. Seorang petugas bepakaian kondora mendekati aku dan mengatakan bahwa ada pintu masuk lain selain pintu kearah yang sedang diantri oleh orang-orang ini sambil ia menunjukkan dengan telunjuk jari kanannya ke tempat pintu yang dimaksud. Aku dapati pintunya dan jumlah orangnya tidak sebanyak pada pintu yang pertama aku temukan. Didalam stadion aku langsung 'clingak-clinguk' mengharapkan bertemu dengan Tanwin. Ia pernah bilang bahwa tugasnya di dalam stadion mengarahkan para penonton untuk menemukan tempat duduk mereka, tugasnya menunggu di pintu masuk nomor 6, sedangkan aku masuk dari pintu nomor 2 sesuai petunjuk yang ada dalam karcis masukku.

Aku dapatkan gadis seusia Tanwin menanyai tentang karcisku, ia membawa aku ke tempat duduk sesuai yang tertera pada karcisku. Aku melihat Tanwin berada di tribun yang sama tetapi di kategori 2 agak jauh dari tempat dudukku. Aku mencoba mendekatinya agar aku dapat mengambil gambarnya untuk aku kirimkan kepada Ibunya dan Ila yang saat ini sedang berada di Seattle Woshington, Amerika Serikat.

Aku perhatikan sekeliling tribun banyak orang yang sudah hadir, mereka sungguh beraneka warna, di sana ada beberapa bendera Serbia, Spanyol, dan Swiss sudah dipasang di depan deretan kursi penonton oleh masing-masing para pendukung yang akan bertanding, plakat-plakat warna putih, orange dan hijau dari karton bertuliskan warna hitam huruf Arab dan Latin dibawa oleh banyak orang. Plakat plakat bertuliskan Nadal, Djokovic dan Federer mendominasi daripada tulisan pesan-pesan lainnya. Sesaat kemudian Djokovic dan Federer sudah memasuki lapangan, mereka menyelinap diantara 'Ball Boys/Girls', hakim dan penjaga garis yang menunggunya sejak kira-kira sepuluh menit lalu. Kedua pemain bintang yang sedang ditunggu oleh penonton di dalam stadion ini langsung menuju ke kursi masing-masing yang sudah disediakan, Djokovic menuju kearah sebelah kiri hakim dan Federer ke sebelah kanan hakim. Serentak para penonton yang sudah tidak sabar bersorak-sorai. Federer membalas teriakan penonton dengan melambaikan tangan kirinya sambil tangan kanannya meletakkan tas bawaannya, sedangkan Djokovic tidak menghiraukan karena sibuk mengeluarkan raket dan minumnya dari dalam tas yang ia bawa. Mereka harus bertarung hari ini memperebutkan tempat final untuk besok siang, sedangkan yang kalah akan bertanding juga besok memperebutkan tempat ketiga. Federer terlihat kurus sekali tidak seperti tampaknya di dalam telivisi, demikian pula Djokovik, ia tampak lebih kurus daripada ketika terlihat didalam layar telivisi walaupun tidak sekurus Federer. Aku menyimpulkan bahwa pemain tennis kelas dunia akan selalu kurus, karena jadwal pertandingan mereka yang sangat ketat, mereka harus mempunyai fisik yang tahan dan kuat menghadapi kegiatan pertandingan agar nilai/point untuk kebutuhan peringkatnya di ATP (Association Tennis Players) dapat lebih baik. Hari ini Djokovik bermain sungguh mengagumkan, pukulan forehand Federer selalu ia patahkan dengan pengembalian bola yang keras dan arah yang mematikan pula. Federer tampak tidak bisa berbuat banyak, pada set pertama ia kalah 2-6 sedangkan pada set ke dua ia kalah dengan skor yang lebih telak lagi 1-6.

Suasana dalam stadion ketika keduanya sedang bertanding sungguh riuh. Ketika Djokovik atau Federer mendapatkan angka, sorak penonton menggema kegirangan. Pendukung Djokovic lebih riuh lagi, satu atau dua orang saling bersahutan ketika riuh sudah reda; 'Who is the number one?', teriak mungkin dari salah seorang pendukung Djokovik, 'Djokovic!', sahut dari teriak yang lainnya. Walaupun suasananya riuh karena pendukung yang berlainan, tetapi tidak menimbulkan gaduh, para penonton ingin mencari perhatian yang lain juga agar merasa gembira. Tidak ada saling berolok diantara kedua pendukung. Mereka berkata dengan kata-kata dukungan kepada yang didukung tanpa mengolok-olok pemain atau pendukung lawannya. Sungguh di dalam stadion terasa aman dari amukan massa karena saling olok-mengolok diantara kedua pendukung yang sedang bertanding. Begitu pertandingan usai atribut para pendukung kedunya tetap dipakai, mereka tidak perduli apakah yang didukung kalah atau menang. Mereka semua tampak senang-senang saja. Tidak ada rasa takut walaupun kecewa mestinya ada, tetapi semua orang nampak gembira semuanya. Lalu mereka pada berdiri memberi tepuk tangan pada Federer yang keluar terlebih dahulu meninggalkan lapangan, dan Djokovik yang keluar belakangangan.

Pertandingan Djokovic melawan Federer memakan waktu cuma hampir satu jam, setelah kedua pemain menghilang dari lapangan, aku keluar untuk melakukan shalat Asyar. setelah dari kamar kecil aku menemui petugas menanyakan tempat/ruang untuk shalat. Aku putuskan keluar komplek stadion saja sambil mencari camilan setelah mencari tempat shalatnya terhalang oleh banyak orang yang bergerombol di lorong menuju ruang shalat. Aku pikir Carefuor Air Port Road tidak jauh dari stadion ini.  Disana aku bisa  mencari makanan ringan dengan harga Supermarket kemudian aku dapat melaksanakan shalat Asyar juga di Mushollanya. Selesai shalat aku masuk Supermarketnya. Aku mencari coklat bar untuk makanan ringanku di dalam stadion nanti, aku pungut dua coklat bar. Sesampai di dalam stadion pihak pembawa acara sudah menanyakan kepada para penonton apakah hari ini anda sudah siap menyaksikan pertandingan antara Rafael Nadal melawan David Ferer?, dengan riuhnya sambil bertepuk tangan para penonton menjawab 'siap'.

Ketika aku dapati tempat dudukku sudah diisi oleh orang lelaki agak tua Arab berkulit agak putih dengan pakaian baju kotak-kotak biru-putih yang terang bercelana warna krem. Aku lihat kedua anaknya menjauhi tempat duduk sebelah lelaki itu. Aku mengatakan permisi kepadanya kemudian duduk di sebelahnya, ia mengatakan bahwa anak-anaknya akan duduk di tempat duduk yang sedang aku duduki, kemudian aku memintanya agar dia duduk di tempat yang sedang aku duduki dan aku duduk di tempat duduknya karena karcis nomor tempat dudukku ia duduki. Lalu kemudian ia setuju. Setelah aku duduk pada tempat dudukku yang seharusnya, orang-orang yang berhak duduk disebelahku pada berdatangan, orang Arab dan anaknya tadi terpaksa harus berpindah di tempat duduk kosong depan deretan kursi tempat dudukku. Peristiwa ini mengingatkan aku pada kejadian tahun lalu ketika aku menonton pertandingan di sini bersama Istriku. Setelah ke luar untuk istirahat selesai aku dan istriku kembali ke tempat duduk, di sana sudah ada yang duduk yaitu orang Arab berkulit putih dengan kemeja dan bercelana panjang. Ketika aku minta ijin menginginkan tempat dudukku lalu salah seorang diantaranya tidak rela bahkan menanyai karcisku untuk diperiksanya, aku terpaksa memanggil salah satu penjaga yang mengatur tempat duduk untuk mengusir mereka. Aku merasa jadi emosi ketika menulis bagian ini.

Nadal masuk lapangan sambil berlari kecil, walaupun tidak segesit ketika dulu aku melihat kebiasaannya ini di dalam telivisi, Nadal menampakkan bagai seseorang yang tidak bisa diam, ia nampak super aktip, mungkin sekarang ia lebih dewasa, karena semuanya akan berubah seiring dengan bertambahnya usia, inilah hidup. Sedangkan Ferrer orangnya sedikit lebih tenang tidak blingsakan. Ketika pemanasan pukulan-pukulan Nadal seperti biasanya, forehand top spin melambung dan top spin backhand demikian juga. Sedangkan Ferrer spin bola datar baik forehand ataupun backhand. Aku tidak merasa yakin dengan penampilan Nadal kali ini. Aku bandingkan ketika Ferrer melakukan latih tanding dua malam yang lalu, maka Ferrer kemungkinan akan memenangkan pertandingan lawan Nadal kali ini.

Ramalanku ternyata benar, walaupun aku mendukung Nadal untuk memenangkan pertandingan dengan Ferer ini, Nadal dilumat Ferrer dengan skor cukup telak 3-6 dan 2-6, maka yang akan bertanding di final besok antara Djokovic melawan Ferrer, suatu pertandingan yang pernah aku lihat ketika mereka berlatih tanding dua malam yang lalu dan ketika itu nampaknya Djokovic memenangkan latih tanding itu. Aku merencanakan datang menonton melalui telivisi raksasa saja di 'tennis Village' besok, selain pertandingan final ada pertandingan menarik lainnya yaitu antara Nadal melawan Federer.

Menyaksikan Pertandingan Final

Blackbarryku berdering dengan nada ada telepon masuk, nama seorang teman tennis muncul dilayar Blackberryku. Ia menanyakan acara dimulainya pertandingan tennis hari ini dan harga karcis masuk pertandingan final ini. Setelah aku jelaskan, maka ia setuju hadir menyaksikan pertandingan melalui telivisi raksasa di dalam 'Tennis Village' nanti mulai pukul 15:00. Aku gembira karena aku nanti akan melakukan hal yang sama, sehingga aku akan mempunyai teman didalam menyaksikan pertandingan final melalui layar raksasa.

Tanwin meminta diantar lebih siang saja, itu seperti yang diminta oleh supervisornya, karena ia kemarin telah hadir mulai dari pukul 10:00, maka hari ini ia diminta untuk datang mulai pukul 12:00an, pada hal ia menginginkan hadir mulai pukul 10:00 untuk mendapatkan jam kredit yang lebih panjang sebagai persyaratan murid IB (International Bechelorious) sekolahnya, tetapi ia akan datang pada waktu sesuai permintaan supervisornya.  Ia lalu aku antar dan aku kembali pulang menulis di blogku.

Dari rumah aku ingin membawa camilan, setelah keluar rumah naik mobil aku mampir ke toko grocery membeli 2 coklat bar, sebungkus kacang goreng, sebotol air dan soft drink Merinda merah. Aku pikir cukup untuk aku dan temanku yang sudah bersepakat via telepon nonton bersama melalui layar telivisi raksasa di ZSC. Dari areal parkir aku telepon temanku ia bilang sudah didepan telivisi raksasa, mendengar itu aku langkahkan kakiku lebih cepat. Dari kejauhan aku lihat dia sedang duduk dengan satu temannya lagi. Suasana sudah banyak orang duduk di depan The Kitchen melototi telivisi raksasa dengan gambar Nadal dan Federer di dalamnya, sebagian yang lain ada yang sedang bertepuk tangan kecil dan ada pula yang bergumam. Kursi duduk sudah hampir penuh. Dibelakang atas layar telivisi ada matahari sedang memancarkan sinarnya, sinar lebih kuat dari pancaran sinar telivisi raksasa di depanku. Pertansingan antara Nadal melawan Federer sudah dimulai dan ketika aku duduk kedudukan angka sudah 4-1 untuk keunggulan Nadal. Matahari sungguh masih mengganggu pandangan ke arah telivisi raksasa. Teman sebelahku bilang bahwa setelah sepuluh menit lagi sinar matahari tidak akan mengganggu lagi, karena ia akan bersembunyi dibalik telivisi raksasa itu. Aku harus menggunakan tanganku untuk menghalabgi pancaran sinar matahari ketika mataku menatap telivisi. Aku mencoba melihat sekelilingku, semuanya tampak berjalan normal saja, kemudian aku beranjak dari duduk berjalan mnyusuri 'Tennis Village'. Kios-kios tidak terlalu banyak pengunjungnya, mungkin karena hampir semua orang sudah memasuki stadion menonton pertandingan.
Aku masuk dalam kios yang paling besar, Mubadala Interactive Zone, kios ini berukuran kira-kira 15x10 meterpersegi sedangkan kios-kios yang lain umumnya berukuran 3x3 meterpersegi, kios ini dibagi menjadi beberapa bilik, antara lain bilik untuk speed service yaitu semacam permainan melakukan servis permainan tennis, bola dan raket disediakan kemudian waktunya akan direkam oleh alat perekam elektronik dan hasilnya langsung ditampilkan, mirip dengan yang ada pada lapangan tennis Grand Slam. Ada bilik tennis star, yaitu sebuah bilik yang melayani permainan tennis pada lapangan mini kira-kira berukuran 2,5x5 meterpersegi, raket ukuran yunior dan bola tennis terbuat dari sepon disediakan. Ada bilik 'Target Shot' yaitu memukul bola tennis dengan raket tennis ke arah target semacam lubang berdiameter 30 centimeteran dan diberi perangkap terbuat dari jaring, ada tempat photo, ada facebook contact yaitu mebuat facebook bagi yang belum memiliki akun kemudian mendaftar sebagai angota kontak, dan ada bilik untuk face painting, yaitu bilik untuk mewarnai wajah sesuai dengan pemain yang didukungnya, juga meminta untuk menulis nama dengan huruf Arab di kertas yang sudah disediakan untuk dibawa sebagai kenangan. Semua bilik diperuntukkan terutama bagi anak. Di luar bilik- bilik ini ada satu bilik lagi dengan pintu menghadap luar Zone, bilik ini khusus dipersiapkan bagi pengunjung untuk melakukan dialog dengan pemain bintang yang diundang, aku tidak pernah berkunjung pada tempat ini, selain waktunya dibawah pukul 14.00 aku masih belum keluar kantor, juga aku tidak tertarik mengambil tanda tangan mereka. Selesai dari dalam bilik Mubadala aku kembali menonton pertandingan antara Nadal melawan Federer melalui telivisi raksasa. Nadal akhirnykan pertandingan ini sehingga dia berhak sebagai juara ke tiga.
Cuaca semakin dingin saja seiring semakin tenggelamnya matahari mendekati ufuk barat. Aku mengambil minum yang aku tinggal di dalam mobil. Aku ambil jalan pintas melalui tennis clinic arena berharap melihat petennis muda yang sedang dilatih oleh pemain kaliber dunia. Seseorang memberitahu aku bahwa di court nomor 1 sedang bermain antara Monfils melawan Tsonga, dua pemain kelas dunia berkebangsaan Perancis. Aku duduk diatas tribun penonton yang diteduhi oleh bayangan tribun barat. Tsonga memenangkan latihan ini. Aku keluar menuju mobilku untuk mengambil minum melalui pintu keluar Club House tempat para pemain keluar arena lapangan tennis. Banyak orang sedang menunggu sambil mempersiapkan kamera, majalah dan bola tennis besar dan ballpoint. Aku lihat juga 2 mobil Land Rover sedang menunggu didepan pintu Club House. Salah seorang yang berdiri mengatakan bahwa yang akan keluar adalah Nadal dan Federer. Aku lanjutkan ke mobil mengambil minum. Ketika kembali lagi dan hasrat ingin menuju ke tempat telivisi raksasa aku masih melihat semakin banyak orang yang menunggu keluarnya Nadal dan Federer di depan Club House. seorang pria dari Philipina menanyai ku tentang kerumunan orang didepan Club House ini, aku jawab mereka menunggu Nadal dan Federer keluar. Aku tawarkan dia menonton bersama melalui telivisi raksasa pertandingan final antara Djokovic melawan Ferer kalau tidak mempunyai tiket, ia berkata bahwa ia akan mencari cara untuk dapat masuk menyaksikan pertandingan final secara langsung. Tanpa ragu ia menyapa seorang wanita Philipina berseragam panitia menanyakan bagaimana dapat masuk ke dalam stadion tanpa mengeluarkan biaya atau gratis. Wanita itu menjanjikan satu tiket dan akan dipanggil jika sudah mendapatkannya. Kami berdua pergi ke depan pintu masuk stadion dan anak Philipina sebelahku ini menyapa orang lain lagi, seorang wanita Philipina dengan maksud yang sama. Aku tinggal pria Philipina itu untuk shalat Ashar. Aku berjalan santai dari Musolla stadion. Seorang pria menyapaku bahwa aku ditunggu oleh temanku orang Philipina dengan 2 tiket masuk stadion. Aku begegas mencari anak itu. Aku dapati ia dengan taburan senyum seakan membuktikan bahwa ia bisa memenuhi keinginannya mendapatkan tiket gratis dari kelihaian cara lobinya. Aku masuk dengan perasaan senang, Djokovic dan Ferrer sudah berada ditengah lapangan sedang pemanasan. Aku dapat tempat duduk agak didepan, dibelakang barisan penonton kelas utama. Anak philipin itu minta aku untuk membantunya mengambil gambar, dengan latar belakang Djokovik atau Ferrer.

No comments: