Saturday, December 31, 2011

Falsafah-falsafah Baru oleh Mr. Q

Tentang Cinta;

"Cinta pada kekasih tidak ada yang abadi, yang abadi adalah kenangannya". oleh Nasuki, September 2011


Keterangan;

Banyak orang mempercayai bahwa cinta dengan kekasih merupakan cinta yang abadi, anggapan itu merupakan anggapan yang tidak tepat, anggapan ini akan menyebabkan seseorang terlena akan 'cinta'. Yang paling terasa apabila ini dibuktikan dengan bukti-bukti berikut ini;

1. Cinta yang besar putus ditengah jalan.

Sungguh bagi seseorang yang sedang dimabuk cinta, sebut saja cinta pertama, putus cinta merupakan suatu bencana hidup yang dapat terasakan sampai yang paling menghancurkan. Terkadang si korban sampai menghilangkan nyawa si lawan yang dicinta, atau bahkan menghilangkan nyawanya sendiri. Namun ada pula yang tetap termenung dalam waktu yang lama memikirkan si dia yang telah meninggalkannya.

Yang akan menjadi jawaban bahwa perasaan cinta itu tidak abadi adalah yang terjadi pada kondisi yang terakhir diatas. Seseorang setelah putus cinta suatu saat mendapatkan pasangan pengganti, sebutlah cinta kedua dengan kenyataan hidup yang ada, maka sampailah pada suatu kesepakatan bahwa hubungannya akan dilanjutkan sampai ke pelaminan. Selang beberapa waktu mereka mempunyai keturunan dan hidup manis layaknya satu keluarga yang kokoh.

Biasanya seseorang yang pernah mencintai orang lain tentu mempunyai suatu kenangan manis yang tidak bisa dilupakan, katakanlah kenangan itu adalah tersangkut pada hal-hal tertentu misalnya pada sebuah lagu. Suatu kenangan apabila ada peristiwa serupa akan mengakibatkan si dia dari cinta pertama (yang lalu) akan terbayang walaupun kenyataannya sekarang sudah berkeluarga anak-beranak akantetapi tetap saja bayangan si dia dari cinta yang lalu selalu menjelma, namun demikian ketika setelah sadar akan kondisinya yang sedang berkeluarga, maka bayangan itu akan dilupakan. Sehingga yang ada adalah cinta kepada keluarga bukan cinta kepada yang ada pada cinta pertama tadi. Cinta pertamanya sudah putus, namun bayangan karena adanya kenangan yang abadi yang tetap menyangkut di dalam memori seseorang itu menyebabkan seseorang tidak dapat melupakannya, karena bagi orang yang berakal sehat tidak akan mengorbankan keluarganya demi kenangan cinta pertamanya tadi dengan mengenangnya secara terus menerus melebihi mengingat keluarganya saat ini.

Untuk itulah, apabila seseorang pernah menjalin cinta dengan seseorang, usahakan untuk tidak berkomunikasi dengan cara apapun termasuk dengan sengaja mendengarkan lagu kenangannya, atau bertemu, karena dengan adanya komunikasi atau pertemuan itu menyebabkan cinta yang sudah putus akan terjalin kembali yang secara substansial diakibatkan oleh kenangan yang masih melekat pada keduanya, apalagi ketika berkomunikasi saling mengingatkan tentang kenangan di masa lalunya.

2. Cinta yang dilanjutkan sampai berkeluarga

Karena keyakinan tentang jalinan cinta yang tulus, suci, besar dan agung kepada seorang kekasih, sehingga meyakini bahwa cintanya akan abadi, maka akal pikirannya sudah tidak dapat lagi menerima yang lain, baik itu berupa nasehat untuk memutus cintanya disebabkan karena si penasehat melihat adanya suatu kelemahan tentang jalinan cintanya, misalnya masalah status sosial atau perbedaan agama/keyakinan, perbedaan usia yang tidak layak dan lain sebagainya, bahkan tidak menerima yang lain yang lebih layak untuknya. Akhirnya cinta itu menyebabkan suatu perkawinan dan terjalinlah sebagai suatu keluarga rumah tangga dengan anak dan hidup seperti layaknya satu keluarga yang kokoh.

Setelah mengarungi hidup berkeluarga dengan si dia dengan cinta yang agung tadi, sampailah pada suatu titik waktu dimana kesadaran akal pikiran mulai melebihi perasaan cinta butanya selama ini. Itu bisa disebabkan karena kehadiran anak-anaknya, atau akibat adanya perbedaan yang selalu menghantui ketika itu tertutup karena cinta yang ia yakini sebagai cinta tulus dan akan abadi, dan ketika sampai suatu saat rasa cinta yang agung tadi benar-benar punah berganti pada kasihan (sebut saja kekasih berubah menjadi kasihan).

Jadi, di sini sebenarnya tidak ada cinta lagi, yang ada hanyalah kasihan, baik terhadap lawan cintanya atau kepada keluarganya, sehingga kebersamannya sekarang bukan lagi seperti dulu karena cinta tetapi berubah dikarenakan sebab-sebab yang lain. untuk itulah tidak ada lagi yang namanya cinta, sehingga cinta itu tidak abadi.

Tentang Kehidupan;

1. "Sorak-sorai penonton pada suatu pertunjukan musik tidak tergantung pada suara merdu penyanyi atau keselarasan alunan musik yang dimainkan, tetapi sesungguhnya tergantung pada siapa yang bernyanyi atau memainkan musik itu". Oleh Nasuki, Nopember 2011

Substansi dari falsafah ini berhubungan dengan stereotype yang terjadi pada kehidupan kita sehari-hari.

Sebagai contoh;
Seorang penyanyi lagu daerah, katakanlah daerah Jawa disebut sinden, dan ketika bernyanyi disebut berkidung, sedangkan lagunya disebut kidung. Ada seorang sinden kampung kebetulan seorang pria sedang mengadakan pertunjukan dalam suatu hajatan pada seorang keluarga yang mempunyai saudara pejabat kelas atas. Penyanyi pria itu katakanlah dikenal dengan nama Pak Sinden karena merdu suaranya. Setelah kidung yang dinyanyikan Pak Sinden usai terdengar sorak-sorai tepukan penonton terdengar tidak terlalu riuh bahkan penonton terasa ogah-ogahan, sepertinya biasa saja perasaan penonton mendengarkan kidung dari Pak Kidung ini, pada hal suaranya.., aduh.., merdu sekali.

Sesaat kemudian tibalah acara sumbang kidung, dan yang akan menyumbang untuk berkidung adalah saudara dari tuan rumah yang datang pada hajatan itu, yaitu seorang Bupati misalnya. Si Pak Bupati ini ingin berkidung untuk mengenang masa remajanya dulu ketika hidup di desa ini, maka berkidunglah ia. Setelah kidungannya selesai, ternyata tepukan orang yang menyambutnya sungguh luar biasa, jauh melebihi tepukan yang didapat oleh Pak Sinden yang suaranya jauh lebih merdu. Bahkan ada pendengar yang mengeritik bahwa suara berkidung dari Pak Bupati jika dibandingkan dengan suara Pak Sinden bagai bumi dan langit, akan tetapi sorak-sorai penonton masih berpihak kepada Pak Bupati bukan karena suaranya, karena ia seorang Bupati.

Contoh yang lain adalah, seorang yang tidak mempunyai kendaraan sendiri untuk menuju ke tempat kerjanya yang jauh harus naik kereta api. Sebetulnya keadaan orang ini merupakan keadaan umum terjadi di setiap kota besar, sehingga masalah mereka tidak akan ada yang memperdulikannya.

Suatu saat ada seorang pejabat baru yang naik kereta api menuju ke kantornya, maka semua orang menaruh perhatian kepada pejabat itu, termasuk juga wartawan, dan peristiwa ini sampai dimuat sebagai berita utama pada setiap berita media masa. Terlepas apa tujuan si pejabat itu, apakah ia ingin mempopulerkan diri, atau memang ingin merasakan bagaimana rasanya naik kereta api saat menuju ke kantor atau karena jalan menuju kantonya sedang terganggu.

Secara ekonomi sebetulnya yang mempunyai masalah adalah orang-orang yang selalu naik kereta api ke kantornya karena tidak bisa membeli kendaraan dibanding dengan seorang pejabat yang tidak pernah mempunyai masalah terhadap kendaraan pribadinya. Namun kenapa justru pejabat yang mendapatkan perhatian daripada orang yang tidak mempunyai kendaraan sendiri itu?. Jawabannya karena ia seorang pejabat.

Jadi, perhatian (baca sorak-sorai) bukanlah tergantung dari substansi masalah yang dilakukan tetapi tergantung dari siapa yang melakukan, walaupun tidak mempunyai masalah.

2. "Positive thinking tetapi tidak logis adalah lebih rendah derajadnya daripada negative thinking tetapi logis". Oleh Nasuki, Januari 2012

Falsafah ini berkenaan dengan dukungan kepada sesuatu apakah kepada seseorang, barang, organisasi atau yang lainnya.

Misalnya seperti peristiwa dukungan kepada mobil rakitan murid-murid Esemka. Semua orang mendukungnya agar mobil hasil rakitan murid-murid SMK itu agar dijadikan sebagai 'Mobil Nasional' atau Mobnas. Dukungan para pendukung itu merupakan sesuatu hal yang positip, tetapi mereka tidak melihat substansi yang sebenarnya, yaitu bagaimana bisa hasil rakitan murid-murid SMK akan dijadikan mobil nasional?. Tidakkah mereka itu sadar bahwa SMK itu merupakan suatu tempat untuk mendidik bukan untuk berproduksi?. Bukankah pengetahuan murid-murid itu sangat terbatas terutama dari segi rekayasa atau rancang bangun? Sehingga apa yang mereka lakukan didalam merakit mobil itu tidak mereka mengerti secara teknologi rekayasa?.

Lain halnya bagi mereka yang mengetahui duduk persoalannya bahwa merancang sampai dengan membuat suatu mobil merupakan suatu pekerjaan yang kompleks, sehingga murid-murid SMK tidak layak untuk menciptakan suatu mobil yang sesuai dengan persyaratan yang seharusnya, makanya orang-orang yang begini ini tidak akan mendukungnya (baca berpikiran negatip).

3. Carilah kedamaian, bukan kebahagiaan”. Catatan pendek di dinding kamarku dulu.

Catatan ini diambil dari seorang teman kampung sepermainan ketika aku masih SMP. Aku tidak mengetahui dari mana ia dapatkan falsafah ini, tetapi maknanya bagiku sungguh mendalam dan aku memakainya sejak saat itu.

Perbedaan antara kedamaian dan kebahagiaan adalah; kedamaian adalah perasaan senang karena suatu keberhasilan dan tidak ada satupun yang merasa dirugikan dengan apa yang sedang atau sudah dilakukan baik dirinya sendiri, orang lain atau lingkungan sekitarnya, sedangkan kebahagiaan adalah satu perasaan senang ketika mendapatkan sesuatu yang diharapkan tanpa memperdulikan akibat terhadap yang lainnya.

Contoh kedamaian:
Untuk mendapatkan uang yang cukup agar mampu membeli sebuah rumah, maka dilakukanlah bekerja dengan baik dan menabung, lalu setelah uang muka terkumpul, maka datanglah ke developer untuk membeli sebuah rumah melalui Kredit Kepemilikan Rumah (KPR). Setelah itu dimilikilah sebuah rumah dan lalu merasa senang dan bahagialah ia beserta anggota keluarganya. Uang yang didapat adalah dengan bekerja sungguh-sungguh dan jujur, lalu menabungkan uang dari hasil gajinya, kemudian membeli sebuah rumah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya yaitu dengan mengangsur melalui KPR pada suatu bank. Semuanya adalah menurut kewajaran yang seharusnya.

Contoh Kebahagiaan:
Untuk dapa memasuki Perguruan Tinggi Negeri (PTN) seseorang harus lulus mengikuti ujian masuk PTN yang dilakukan oleh pihak yang berwenang. Menjadi mahasiswa di salah satu PTN favorit merupakan suatu kebanggan tersendiri, sehingga ketika diterima di PTN senangnya (baca bahagianya) bukan kepalang. Untuk mendapatkan itu ada orang yang melakukannya bukan sebagaimana seharusnya, misalnya dengan melakukan suatu kecurangan yang tentunya akan merugikan yang lainnya. Di sini perasaan senang (bahagia) yang didapat sesungguhnya hanya bagi dirinya sendiri, tetapi sesungguhnya ada pihak-pihak lain karenanya yang dirugikan. Tetapi yang menjadi titik beratnya bukan karena kerugian terhadap pihak lain melainkan ketidak perdulian terhadap pihak lain dengan lebih mengutamakan kesenangannya sendiri(selfish).

Jadi, kedamaian suatu perasaan senang karena tindakan yang dilakukan tanpa merugikan yang lainnya karena dilakukan sewajarnya, sedangkan kebahagiaan adalah perasaan senang karena tindakannya tanpa memperdulikan yang lainnya apakah akan merugikan yang lain atau tidak.

4. “Sesuatu yang khusus hanya akan jatuh atau dianugerahkan kepada orang-orang khusus pula”. Oleh Nasuki Marsali

Apapun di dunia ini yang dinilai khusus oleh lingkungan, budaya, agama, sosial, pekerjaan dan lain sebagainya tidak akan pernah dimiliki oleh orang biasa, mereka akan dimiliki oleh orang-orang khusus pula. Walaupun jika ada orang biasa yang sedang memiliki sesuatu yang dinilai khusus dipastikan sesuatu itu akan lepas kembali meninggalkannya untuk menuju kepada orang khusus yang akan memilikinya untuk selamanya. Ini merupakan hukum sebab-akibat juga.

Contoh:
Nomor Hand Phone (HP) bagus (khusus), misalnya nomor 5555555 tidak akan pernah dimiliki oleh orang biasa, seandainya terjadi, maka orang biasa itu akan merasa tidak enak dan berhasrat untuk memindah tangankan dengan cara menjualnya misalnya, kepada orang khusus yang berkemampuan khusus didalam memiliki dan memeliharanya. Demikian pula jika ada wanita jelita (luar-dalam) atau pria perkasa (berkuasa dan berharta) tidak akan jatuh untuk dimiliki oleh orang-orang biasa pula, mereka akan dimiliki oleh orang-orang khusus pula.

Di sini ada semacam refleksi yang mengindikasikan bahwa apa yang ada (dimiliki) pada seseorang tentang sesuatu merupakan tingkat (derajad) dari orang tersebut.

5. “Aku percaya bahwa titik nol kehidupanku bukan dimulai sejak aku dilahirkan oleh ibuku, tetapi sejak terbetuknya alam semesta ini. Jikalau aku tidak memanfaatkan sebaik mungkin kehidupanku ini, maka aku sedang mengabaikan diriku sendiri sejak dari titik nolku”. Catatan pribadi terinspirasi dari salah satu buku bacaan tentang kehidupan.

Substansi dari Filosofi ini agar senantiasa memberi motivasi terhadap kehidupanku setiap hari, karena motivasi itu bisa kuat bahkan akan hilang kalau sedang kehabisan bahan bakar. Untuk itu terkadang seseorang merasa tidak bersemangat didalam hidupnya. Dengan adanya motivasi, maka arti kehidupan yang akan diraih selalu mempunyai bahan bakar dan bukan mesinnya.

Pada prinsipnya kejadian di alam semesta ini merupakan kejadian sebab-akibat dengan meniti pada titik-titik keteraturan dan berurutan. Semuanya mempunyai pola yang sama. Seperti Efek Domino saja, kejadian akhir tergantung dari kejadian sebelumnya dan demikian seterusnya.

Katakanlah; apabila salah satu dari nenek-moyang seseorang yang sedang hidup sekarang dimangsa oleh binatang pemangsa saat itu, lalu nenek-moyang itu tidak akan pernah bertemu dengan nenek-moyang yang lainnya, maka tidak akan menyebabkan lahirnya keturunan-keturunan lainnya sampai pada orang itu ada sekarang ini. Demikian pula dengan kehidupan di bumi ini, seandainya salah satu partikel yang menyebabkan terbentuknya bumi ini melesat ke arah yang lain atau ada meteor besar lain benabrak bumi dan menyebabkan terpengaruhnya permukaan bumi ini, maka bumi ini tidak akan pernah ada seperti sekarang ini, dan ini tentu akan mempengaruhi kehidupan yang ada sekarang juga.

6. "Sesungguhnya kawan itu juga yang menentukan masa-depanmu, untuk itu pilihlah kawan yang baik" oleh Nasuki Marsali


Tentang Pekerjaan

"Aku tidak akan mencari uang didalam bekerja, biarlah uang yang mencari diriku" oleh Nasuki Marsali, 17 April, 2012.

Tentamg Keuangan


“Rajin-rajinlah menabung ketika anak-anak masih kecil, karena setelah mereka sudah tumbuh besar banyak kebutuhannya”. Nasehat dari ayah salah seorang temanku. 






No comments: