Saturday, February 04, 2017

KAYA ATAU MISKIN

KAYA ATAU MISKIN

Umum

Ketika seorang teman lama secara tidak diduga bertemu, maka keduanya akan saling bertanya, memberi berita dan lain sebagainya untuk mengingatkan masa-masa lalu selama mereka saling berteman dulu yang abadi terkenang di dalam diri mereka masing-masing. Lalu tentu akan diteruskan dengan saling bertukar berita selama mereka berpisah tidak saling bertemu. Tidak jarang pula akan menyampaikan secara langsung tentang khabar burung yang telah dia dengar dari temannya yang lain. Ada khabar burung tentang keadaan keluarganya di mana dia menetap, ada tentang kedudukan dalam sosial masyarakat saat ini berhubungan dengan profesi mereka, bahkan ada khabar tentang keadaan kondisi ekonomi mereka. Itulah kondisi umum keadaan masyarakat Indonesia, terkadang ada rasa sok ingin tau.

Namun ada dua orang remaja berteman yang dimulai dengan suatu perkenalan dalam kondisi ekonomi keluarga yang berada di bawah rata-rata secara umum, lalu mereka harus berpisah untuk menjalani kehidupan mereka masing-masing, di mana salah seorang dari mereka terpaksa harus merantau meninggalkan kampung halamannya, bahkan negaranya. Hal ini menyebabkan si perantau melihat dunia baru dengan standar kehidupan sosial yang berbeda yang pada umumnya memiliki standar jauh lebih tinggi dari apa yang ada pada kampung halaman yang telah ia tinggalkan. Dengan demikian, maka dia harus memaksa  kehidupannyapun untuk berubah, untuk menyesuaikan diri agar menjadi mirip dengan keadaan lingkungan yang baru. Apalagi dia memiliki suatu kegiatan baik usaha, atau pekerjaan dengan penghasilan sesuai dengan kehidupan sosial di lingkungan barunya.

Keadaan ini menjadikan dia jadi pusat perhatian cerita teman-teman di kampung halaman yang ia tinggalkan, bahwa dia sudah menjadi seperti orang-orang di dalam kaca (baca TV). Seperti orang-orang dengan status sosial tinggi, di mana akan  membuat decak-kagum bagi temannya yang lain. Hal inilah yang banyak teman-teman di kampungnya menyimpulkan; bahwa dia sekarang sudah menjadi orang kaya, sudah menjadi orang mapan, dan sebutan lainnya yang mengkatagorikan perubahan status sosial dengan nilai standar kekayaan. Teman-temannya sudah memberi dia suatu status yang tinggi.

Inilah permasalahannya, status kaya atau miskin itu diukur dari perubahan sosial kalau bukan dikatakan jumlah kekayaan yang dimilikinya.

Adalah tidak salah memiliki pandapat demikian, dan juga, tidak dapat dibenarkan seratus persen pandangan demikian itu, untuk itu marilah kita cari dan tentukan tentang definisi-definisi yang berkaitan dengan kaya dan miskin itu.

Dapatkah Kaya atau Miskin Itu diukur?

Pertanyaan di atas sungguh menantang bagi yang menyukai beragumentasi, tentu jawabannya akan berkisar pada, pertama "tidak bisa", yang kedua "bisa diukur", atau bahkan bagi orang yang tidak mau pusing akan menjawab dengan jujur, "tidak tau".

Yang menjawab dengan jawaban pertama pasti sudah memiliki alasan tersendiri, misalnya,  kaya dan miskin itu merupakan rasa, bukan jumlah harta yang dimiliki oleh seseorang, merupakan alasan yang kokoh. Dan bagi yang menjawab dengan jawaban kedua tentu akan memiliki alasan tersendiri. Misalnya ada seseorang yang sejak kecil hidupnya serba kekurangan, sehingga dia terpaksa bekerja  ikut orang lain membantu berjualan. Karena keuletannya ketika dia dewasa dia menjadi orang sukses dan memiliki cukup harta (baca di atas rata--rata orang kebanyakan), sehingga ketika dipuji oleh orang lain karena hartanya dia akan mengatakan, "sukur dan Maha Suci Tuhan". Dari jawaban itu seakan mengungkapkan bahwa dia sudah berkecukupan dengan kata lain dia sudah kaya, Atau ada orang yang hidupnya berandai-andai dan mengatakan, "Apabila aku memiliki sejumlah uang sebesar 100 milyar rupiah, maka aku sudah cukup, aku sudah kaya.., rencanaku akan aku jadikan ini sekian, itu sekian.., dst, maka aku akan ongkang-ongkang tanpa harus bekerja lagi..".  Lain halnya apabila jawaban yang dia berikan adalah mencerminkan suatu kekurangan, maka dia akan menunjukkan ketidak puasannya terhadap apa yang telah ia capai dalam mengumpulkan hartanya.

Kaya, Sedang dan Miskin

Ada tiga keadaan dimensi bagi seseorang perihal kekayaan, yang pertama adalah kaya, kemudian sedang, dan yang ketiga adalah miskin. Ketiga demensi itu bukanlah sesuatu yang berhubungan langsung dengan jumlah harta yang dimiliki walaupun kaya itu tergantung juga umumnya pada jumlah harta yang dimiliki oleh seseorang. Akan tetapi mereka akan berhubungan dengan rasa kepuasan terhadap harta yang dimiliki oleh seseorang.

Kaya

Merupakan suatu rasa lebih terhadap sesuatu terutama harta yang sedang dimiliki, sehingga mengakibatkan rasa sangat  puas dengan kekayaan yang dimiliki oleh seseorang berapapun jumlahnya. Akibatnya adalah, rasa syukur selalu diucapkan apabila sedang menerima pendapatan. Bukan itu saja, kaya merupakan rasa puas dan berlebih dan akan merasa tidak keberatan membantu orang lain yang dipandang perlu untuk dibantu, walaupun terkadang sampai untuk keperluan dirinya sendiri tidak ada harta yang tersisa, namun karena rasa yang dimiliki merasa lebih, maka dia akan tetap merasa percaya diri akan kepuasan atau kelebihan harta bagi dirinya.

Jadi, kaya itu secara langsung bukanlah tergantung dari jumlah harta yang sedang dimiliki oleh seseorang, melainkan dari rasa selalu berlebihan yang membawa rasa kepuasan atas apa yang sedang dimilikinya.

Tidak jarang ditemukan bahwa seseorang sudah memiliki rumah mewah dengan fasilitas lengkap lebih dari satu, sudah memiliki mobil mewah lebih dari satu, juga memiliki usaha dengan omzet dan keuntungan yang sungguh luar biasa besarnya, sudah memiliki jabatan setinggi langit, sudah memiliki tanah di seluruh negeri, dan lain sebagainya. Akan tetapi, orang tersebut masih saja melakukan hal yang tidak terpuji apabila ada kesempatan, mengambil yang bukan haknya, bahkan terkadang mencari celah agar dapat mendapatkan lebih banyak harta kekayaan lagi dengan cara yang curang.

Orang  yang selalu merasa kekurangan walaupun harta yang telah dimiliki menurut orang lain sudah berlimpah. Orang ini sesungguhnya jauh dari definisi sebagai orang kaya. Bahkan sebaliknya.
Ciri ciri orang kaya ini antara lain sebagai berikut:

  • ringan tangan terhadap yang memerlukan bantuan sampai harta yang penghabisan sekalipun akan dipakai untuk membantu yang memerlukannya,
  • tidak akan mengambil sesuatu yang bukan haknya,
  • jumlah kekayaan yang dimiliki bukanlah sebagai tolok ukur dalam mensyukuri kekayaan yang dimiliki, akan tetapi penilaian kekayaan akan diukur secara menyeluruh terhadap apa yang didapat, sebagaimana itu menyebabkan dia dapat hidup sebagai makhluk Tuhan.
Sedang

Sedang atau orang yang selalu merasa cukup terhadap sesuatu atau kekayaan yang sedang dimilikinya. Orang demikian akan selalu merasa cukup bagi dirinya sendiri terhadap apa yang dimiliki. Dia akan selalu memprioritskan miliknya yang dia rasa cukup itu untuk dirinya sendiri terlebih dahulu. Sehingga didalam memberikan bantuan dia akan selalu melihat dirinya terlebih dahulu, apakah jumlah bantuan yang akan diberikan akan dapat membahayakan kedudukannya karena membantu adalah mengurangi dari jumlah yang dimiliknya. Dengan demikian bantuannya akan terukur  terhadap pengurangan kecukupannya.

Didalam memberikan bantuan dia akan bertanya atau akan melihat lagi yang sedang ada padanya, apakah bantuannya itu akan mengurangi rasa kecukupannya atau apakah tidak. Jika dia masih merasa cukup setelah memberikan bantuan, maka dia akan memberikan bantuan. Akan tetapi apabila tidak merasa cukup (mengurangi rasa aman, nyaman dan lain sebagainya) untuk dirinya apabila dikurangi dengan memberikan bantuan kepada yang lain, maka dia tidak akan memberikan bantuan, bahkan akan dia anggap bahwa dirinya sedang tidak mampu untuk memberikan bantuan.

Ciri ciri orang cukup ini antara lain sebagai berikut:

  • akan menjadi ringan tangan terhadap yang memerlukan bantuan dengan catatan bahwa bantuannya tidak akan mengurangi rasa nyaman, aman dan kedudukan di masyarakat. 
  • tidak akan mengambil sesuatu yang bukan haknya, akan tetapi masih memiliki potensi untuk mengambil yang bukan haknya apabila kebutuhan/tuntutannya meningkat.
  • jumlah kekayaan yang dimiliki adalah sebagai tolok ukur dalam mensyukuri kekayaan yang dimiliki, akan tetapi terkadang bisa juga tidak apabila dia selalu merasa berkecukupan. 
Miskin 

Miskin merupakan suatu keadaan yang sama juga yaitu, tidak ada hubungan secara langsung dengan jumlah harta kekayaan yang dimiliki oleh seseorang. Miskin merupakan suatu rasa selalu kurang, tidak cukup terhadap apa yang telah dimilikinya. Orang-orang demikian akan melakukan berbagai macam cara didalam memenuhi rasa kurangnya itu.

Memberikan bantuan merupakan suatu yang tidak mungkin karena dia merasa kekurangan. Bahkan sebaliknya, dia akan selalu meminta bantuan kepada yang lain tidak perduli apakan yang dimintai bantuan memiliki kekayaan lebih sedikit atau lebih banyak dari dirinya sendiri, yang penting dia akan meminta bantuan kepada yang lain.

Orang miskin akan selalu merasa iri hati terhadap kepemilikan orang lain, sehingga dia akan merasa tidak bahagia terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain. Dia akan berusahan mendapatkan milik siapapun dengan cara apapun untuk memilikinya.

Karena miskin itu rasa kekurangan, walaupun menurut orang lain dia sudah memiliki banyak harta tetap saja akan selalu mencari harta dengan segala cara.  Walaupun dia sudah dianugerahi dengan harta yang bergelimang, dengan jabatan yang tinggi dan dengan status sosial yang tinggi pula, dia akan selalu mencari cara bagaimana untuk mendapatkan harta, jabatan serta status sosial yang tinggi utntuk memenuhi rasa kekurangannya.

Ciri ciri orang miskin ini antara lain sebagai berikut:

  • tidak akan memberikan bantuan terhadap yang memerlukan bantuan kecuali bantuannya itu dapat memberikan keuntungan baik dari segi materi dan/atau non materi,
  • akan mengambil sesuatu yang bukan haknya baik dengan cara yang baik ataupun dengan cara curang,
  • jumlah kekayaan yang dimiliki adalah sebagai tolok ukur dalam mensyukuri kekayaan yang dimiliki, karena dia yakin bahwa dengan jumlah harta yang dimiiki itu hidupnya akan tetap terjaga.
KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa; kaya atau miskin seseorang itu bukanlah diukur dari banyaknya harta yang dimiliki, akan tetapi dari rasa yang orang itu miliki. Banyak harta bukan berarti kaya. Demikian juga sedikit harta bukan berarti miskin. Rasa yang ada  di dalam diri seseorang itulah yang menentukan. Hal ini dapat direfleksikan pada kehidupan orang tersebut sehari-hari, kedermawanan merupakan ciri orang kaya, ketidak takutan akan kehabisan hartanya untuk kebaikan merupakan ciri orang kaya juga. Sedangkan mereka yang masih ingin mengambil harta bukan haknya merupakan orang miskin.

END.
Medio Akhir Februari 2017.


No comments: