Friday, May 15, 2015

Khotbah Jum'at 38 - Merawat Para Jumpo - Melindungi Harta Pribadi dan Milik Umum - Qanaah _ Persatuan

         


Khutbah Jumat, 03 Rajab 1435 H / 02 Mei 2014
Merawat Para Jumpo
Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، خَلَقَ الإنسانَ ضعيفًا، وكانَ بهِ رحيمًا لطيفًا، وشملَهُ بعفوِهِ وإحسانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، الرحيمُ بالضعفاءِ إكرامًا وإجلالاً، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى، قَالَ عَزَّ وَجَلَّ :] يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ[([1])
Kaum muslimin : Allah menciptakan manusia melalui beberapa perkembangan, memberinya kebaikan, sehingga ia dapat menikmati nikmat Allah siang dan malam, sejak ia kecil hingga ia menjadi tua dan jompo, Allah Swt berfirman :
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ العَلِيمُ القَدِيرُ
"Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa" (Ar Ruum 54). Artinya manusia berpindah dari satu tahap penciptaan menuju kondisi lainnya, ia berasal dari tanah, kemudian dari air mani, menjadi segumpal darah, menjadi segumpal daging, kemudian menjadi tulang yang terbungkus daging, kemudian ditiupkan ruh padanya, kemudian dilahirkan dari rahim ibunya dalam keadaan lemah, kemudian beranjak sehinggga menjadi anak kecil, pemuda dan ia menjadi kuat setelah tadinya lemah, kemudian berkembang tumbuh menjadi tua dan renta dan ia menjadi lemah(Tafsir Ibnu Katsir 6/327) setelah tadinya kuat dan terus melemah badannya dan tulangnya, rambutnya beruban dan penyakit terus datang menyelimutinya, dan ketika itulah ia sangat membutuhkan perlindungan, kasih sayang, perhatian dan perlakuan baik, Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّ مِنْ إِجْلاَلِ اللَّهِ إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ
"Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah adalah menghormati seorang muslim yang beruban (sudah tua)" (At Tirmidzi 1921)

Hamba Allah : sesungguhnya menghargai dan menghormati orang tua, menunaikan kebutuhannya, memudahkan segala urusannya termasuk sunnah yang dilakukan oleh para nabi dan merupakan ciri khas orang-orang shaleh yang setia,  Allah Swt berfirman :
 قَالَتَا لا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ فَسَقَى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ
"Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya".Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku" (Al Qashash 23-24). Artinya kami tidak dapat meminumkan ternak kami kecuali setelah para pengembala itu selesai, maka Musa meminumkan ternak keduanya, setelah ia mengetahui bahwa kedua orang tuanya sudah jompo.

Rasulullah Saw adalah teladan dalam menghormati orang jompo, hal yang wajar karena beliau merupakan rahmat dan pemberi petunjuk untuk semua, beliau merupakan tambang kelembutan dan kasih sayang pada sesama, diriwayatkan dari Asma' binti Abu Bakar As Shiddiq RA berkata :
لَمَّا دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ r مَكَّةَ وَدَخَلَ الْمَسْجِدَ أَتَاهُ أَبُو بَكْرٍ بِأَبِيهِ([2]) يَقُودُهُ، فَلَمَّا رَآهُ رَسُولُ اللَّهِ r قَالَ:« هَلاَّ تَرَكْتَ الشَّيْخَ فِي بَيْتِهِ حَتَّى أَكُونَ أَنَا آتِيهِ فِيهِ». وفِي روايةٍ: لَوْ أَقْرَرْتَ الشَّيْخَ فِي بَيْتِهِ لأَتَيْنَاهُ. قَالَ أَبُو بَكْرٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ هُوَ أَحَقُّ أَنْ يَمْشِىَ إِلَيْكَ مِنْ أَنْ تَمْشِىَ أَنْتَ إِلَيْهِ. قَالَ: فَأَجْلَسَهُ بَيْنَ يَدَيْهِ ثُمَّ مَسَحَ صَدْرَهُ ثُمَّ قَالَ لَهُ :« أَسْلِمْ». فَأَسْلَمَ
ketika Rasulullah Saw memasuki Makkah dan beliau memasuki masjid, Abu Bakar datang bersama bapaknya (Abu Quhafah)  yang dituntunnya dan ketika Rasulullah Saw melihatnya, beliau berkata : tidakkah kau tinggalkan orang tua ini di rumahnya, sehingga aku yang datang padanya". Dalam riwayat lain, Andaikata kau tinggalkan orang tuanya ini di rumahnya  maka aku akan mendatanginya. Abu Bakar menjawab : wahai Rasulullah, dia lebih berhak berjalan mendatangimu, dari pada engkau yang berjalan datang padanya. Ia berkata : kemudian beliau mempersilahkan duduk dihadapannya kemudian beliau mengusap dadanya dan berkata : masuklah ke dalam agama Islam, kemudian ia mengikrarkan Islamnya" (Musnad Ahmad 27715)

Para sahabat belajar dari obor kenabian tersebut, sehingga hati mereka dipenuhi oleh rasa kasih sayang, mereka belajar akhlak mulya darinya, sehingga diri mereka dihibahkan untuk berbakti pada orang jompo sebagai penghormatan dan penghargaan pada mereka, dari Abu Salamah bahwa Ibnu Abbas RA mengambil pelana tunggangan Zaid bin Tsabit –saat ia sudah jompo- Zaid berkata padanya : menunduklah wahai anak paman Rasulullah Saw, Ibnu Abbas berkata : begitulah dulu kami memperlakukan orang tua dan para ulama kami" (Al Hakim dalam kitab Al Mustadrak 3/423) Kasihanilah mereka para orang jompo wahai hamba Allah, hormatilah mereka, karena hal itu termasuk ahklah yang paling mulya, paling utama dan paling penting, dari Anas bin Malik RA berkata : ada seorang tua yang datang menghadap Nabi Saw, kemudian para penduduk memperlambat jalannya dan memberikan keluasan padanya, Nabi Saw bersabda :
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا
"Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak mengasihi orang yang lebih muda dan menghormati orang yang lebih tua" (At Tirmidzi 1919). Bila Anda wahai hamba Allah melihat orang jompo, yang berjalan terseok karena umurnya yang telah lanjut, yang diselimuti oleh berbagai penyakit maka kasihanilah kelemahannya, hargailah ketuaannya, hormatilah derajatnya, bantulah ia, berusahalah terus untuk merawatnya karena semua itu akan mendatangkan pahala besar bagi Anda dan Anda akan mendapatkan balasan kebaikan di dunia dan di akhirat, Nabi Saw bersabda :
مَا أَكْرَمَ شَابٌّ شَيْخاً لِسِنِّهِ إِلاَّ قَيَّضَ اللَّهُ لَهُ مَنْ يُكْرِمُهُ عِنْدَ سِنِّهِ
"Tidak satu pun pemuda yang menghormati orang tua karena umurnya maka Allah akan menyiapkan baginya orang yang akan menghormatinya di masa tuanya" (At Tirmidzi 2011)

Kaum muslimin sesungguhnya berbuat baik kepada para jompo sangat dianjurkan apalagi kepada kedua orang tua kita yang telah jompo, Allah Swt berfirman :
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً* وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً
"Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, 'Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah menyayangi aku di waktu kecil'." (QS. Al-Isra : 23-24). Allah menyebutkan usia lanjut pada firman-Nya, karena pada masa itu kedua orang tua sangat membutuhkan bakti anak keduanya, karena kondisi keduanya telah berubah menjadi lemah dan tua, sehingga Allah mempertegas perintahnya kepada seorang anak untuk memperhatikan kondisi keduanya, firman Allah : ( وَقَضَى رَبُّكَ)"Dan tuhanmu telah memerintahkan",artinya memutuskan dan memerintahkan, hal ini karena keduanya sangat membutuhkan perhatian sebagaimana keduanya telah memperhatikan anaknya semasa kecilnya (Tafsir Al Qurthubi 10/241) Pada ayat ini ( إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ) "Jika salah satu seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut" artinya ayat ini mengisyaratkan bahwa usia yang wajar bagi seseorang anak untuk menghormati para jompo, maka wahai orang yang diberikan kehormatan oleh Allah dengan adanya kedua orang tua atau salah satu dari keduanya, pandanglah ayahmu yang telah jompo, punggungnya telah membungkuk dan tulangnya telah ringkih, setiap kali ia memandangmu maka air mata bahagianya akan mengalir, dan pandanglah pula ibumu, orang tua itu telah mengandungmu dalam kepenatan demi kepenatan, dan hingga kini ia masih tetap memperhatikanmu dan mengawasimu dan bagaimana mungkin kamu meremehkannya dan tidak mempedulikannya atau merasa berat atas keberadaan keduanya di sisimu, jagalah selalu wahai hamba Allah untuk selalu merawat kedua orang tuamu, menunaikan kebutuhan keduanya, jadilah kamu pembantu keduanya sebagaimana keduanya telah melakukannya untukmu, dahulukanlah kebutuhan keduanya atas kebutuhanmu, karena keduanya adalah merupakan pintumu menuju syurga, dan merupakan jalan menuju kesuksesan dan keberuntungan dalam segala urusanmu.

Kaum muslimin : sesungguhnya bentuk perhatian terhadap orang tua itu beragam banyak, diantaranya adalah dengan menanyakan keadaan mereka, berbicara dengan mereka, belajar dari pengalaman mereka, mendengarkan kisah dan kabar mereka, membantu mereka bila kita memiliki kemampuan, atau menyediakan orang yang dapat membantu dan menunaikan kebutuhan mereka dengan memilih orang yang kau kenal kebaikan dan keamanahannya, karena orang jompo membutuhkan kasih sayang dan ucapan baik, sebagaimana mengajak musyawarah orang jompo dalam beberapa masalah serta melibatkan mereka dalam mendidik anak cucu mereka dapat mendatangkan rasa bahwa mereka mempunyai peran penting dalam masyarakat, dan bahwa mereka merupakan obor penerang keluarga, dan semua hal diatas merupakan bentuk penghormatan, pengagungan dan pengakuan atas peran orang tua.
Memperhatikan para jompo dapat dilakukan dengan memberikan nafkah pada mereka, dan jangan sampai mereka meminta-minta atau mengharap bantuan keuangan dari kita, karena dahulu mereka memberikan nafkah pada Anda saat Anda masih kecil tanpa harus diminta.

Termasuk bentuk perhatian terhadap para jompo adalah dengan menyediakan semua perawatan kesehatan mereka, berusaha membuat mereka nyaman, memberikan kondisi yang layak sesuai dengan keadaan mereka, memberikan pengobatan pada mereka, dan dengan izin Allah, Negara Emirates dan para pemimpinnya selalu menjaga dan merawat para jompo, dan negara terus berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi para jompo dengan memberikan nafkah pada  mereka dan memberikan perawatan pada mereka, berterima kasih dan menghargai mereka serta mengagungkan kedudukan mereka.

Ya Allah jadikanlah kami termasuk orang yang berbakti kepada kedua orang tua kami, menghormati orang yang lebih tua dari kami, menunaikan hak-hak mereka, berbakti dan merawat mereka, dan berilah kami selalu taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ


Khutbah Kedua
Peringatan Penyatuan Angkatan Bersenjata

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah pada Allah wahai hamba Allah dengan sebenar-benarnya takwa, merasalah diawasi dalam keramaian dan kesendirian dan ketahuilah bahwa sesungguhnya sebaik-baiknya perbuatan adalah berkhidmat pada negara dan mempertahankannya, melindungi tanah air dan warga negaranya dan setia terhadap para pemimpinnya, yang telah mempersatukan angkatan bersenjata yang kita peringati penyatuannya pada hari ini, dan beruntunglah seluruh prajurit angkatan bersenjata, dengan nikmat yang abadi yang disiapkan oleh Allah untuk mereka dan mereka akan berdampingan dengan para wali, para nabi dan hamba-hamba Allah yang shaleh, berita gembira berupa penjauhan dari api neraka akan diberikan kepada para penjaga tanah air dan pelindung kehormatan,  dari Ibnu Abbas RA berkata : Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda :
عَيْنَانِ لَا تَمَسُّهُمَا النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ، وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
"Dua mata yang tidak akan tersentuh oleh api neraka : mata yang menangis karena Allah, dan mata yang berjaga di jalan Allah" (At Tirmidzi 1639)

هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([3]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([4])
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ. اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْعَالَمِينَ([5]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([6])

http://www.awqaf.gov.ae/Jumaa.aspx?SectionID=5&RefID=2274

Khutbah Jumat, 21 Muharram 1435 H / 14 November 2014 M
Melindungi Harta Pribadi dan Umum
Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الكبيرِ المتعالِ، ذِي الجلالِ والكمالِ، الذِي أعْطَى فأجْزَلَ، وَجَادَ عَلَى العبادِ وتفَضَّلَ، فلَهُ الْحَمْدُ سُبْحَانَهُ فِي كُلِّ حالٍ، ولَهُ الشكرُ عَلَى كُلِّ عطاءٍ ونوالٍ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، المنعوتُ بأزكَى الخلالِ والخصالِ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ خيرِ صَحْبٍ وآلٍ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْمَآلِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، قَالَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى:( وَاتَّقُواْ اللَّهَ وَاعْلَمُواْ أَنَّكُم مُّلاَقُوهُ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ)([1]) وَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ:] فَبِشِّرْ عِبَادِ* الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ([2])
Kaum muslimin : sesungguhnya harta merupakan salah satu pemberian Allah, dijadikannya penyebab keberlangsungan kehidupan, keteraturan, terwujudnya kemaslahatan dan kemanfaatan dan tergapainya kebahagiaan bila harta tersebut digunakan oleh manusia dengan sebaik-bainya, Rasulullah Saw bersabda :
نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ
“Sebaik-baiknya harta adalah yang dimiliki orang shaleh” (Shahih Ibnu Hibban 6/8 dan Ahmad 18236). Dan diantara doanya adalah :
اللهُمَّ أَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي، وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي
“Ya Allah perbaikilah untukku duniaku dimana didalamnya ada kehidupanku, perbaikilah untukku akhiratku yang merupakan tempat kembaliku” (Muslim 2720)

Harta adalah perantara untuk berbakti dan berbuat baik pada sesama, Az Zubair bin Al Awwam RA berkata : “Sesungguhnya harta dapat membantu kebaikan, silaturrahim, nafkah di jalan Allah dan dapat membantu beretika mulia” (Islahul Mal karangan Abu Ad Dunya 100)
Oleh karena itu dalam Islam melindungi harta merupakan tujuan yang mulia dan kebutuhan yang agung, karena didalamnya terdapat kemaslahatan yang besar, sebagaimana menelantarkannya akan menimbulkan kerusakan besar, sehingga Nabi Saw menjadikan perlindungannya seperti melindungi darah dan kehormatan, Nabi Saw bersabda saat haji wada’ :
إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا
“Sesungguhnya darah kalian dan harta kalian diharamkan atas kalian sebagaimana haramnya hari kalian ini, di bulan kalian ini dan di negeri kalian ini" (Muttafaq 'alaih). Dalam hadits lain disebutkan :
كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ
"Setiap muslim atas muslim lainnya haram : darahnya, hartanya dan kehormatannya" (Muslim 2564)

Hamba Allah : Allah melarang merusak harta manusia baik milik pribadi ataupun milik umum, Allah Swt berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil” (An Nisa’ 4 : 29)
Harta pribadi adalah harta yang dimiliki oleh pribadi atau beberapa pribadi, dan tidak boleh merusaknya dengan cara paksa, Nabi Saw bersabda :
مَنْ أَخَذَ شِبْرًا مِنَ الْأَرْضِ ظُلْمًا، فَإِنَّهُ يُطَوَّقُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ
“Barang siapa mengambil sejengkal tanah dengan dhalim, maka ia akan dibelunggu oleh tanah sebanyak tujuh bumi pada hari kiamat”(Muttafaq ‘alaih). Bahkan yang lebih kecil dari itu juga dilarang, disebutkan dalam sabda Nabi Saw :
لَا يَحِلُّ لِلرَّجُلِ أَنْ يَأْخُذَ عَصَا أَخِيهِ بِغَيْرِ طِيبِ نَفْسِهِ
“Tidak halal bagi seseorang untuk mengambil tongkat saudaranya tanpa kerelaan dirinya”
Rawi hadits ini menerangkan : hal tersebut menegaskan pengharaman Rasulullah Saw terhadap harta seorang muslim atas muslim lainnya” (Ahmad 23605). Dan karena haramnya harta manusia, maka Islam mengharamkan semua perantara yang menyebabkan pelecehan terhadap hak milik orang lain, maka diharamkan menipu dalam muamalah, Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا
 “Barang siapa menipu, maka ia tidak termasuk golongan kami” (Muslim 101). Dilarang mengurangi takaran seperti disebutkan dalam firman Allah :
وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ* الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ* وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (yaitu) Orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi” (Al Muthaffifin 83 : 1-3). Diharamkan menyogok dan dianjurkan untuk menjauh dari tindakan tersebut, dari Abdullah bin Amr RA berkata :
لَعَنَ رسولُ اللهِ r الراشِيَ والْمُرْتَشِيَ
“Rasulullah Saw melaknat orang yang menyogok dan menerima sogok” (Abu Daud 3580 dan At Tirmidzi 1337)

Sebagaimana diharamkan berpenghasilan dari jalan ilegal yang mengandung kemudaratan bagi manusia, seperti mencuri, berjudi dan lainnya, Allah Swt berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah termasuk perbuatan syetan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan” (Al Maidah 5 : 90)

Kaum muslimin : Islam menegaskan keharaman harta umum, karena ia merupakan harta yang dipergunakan untuk kemaslahatan manusia, dan kepemilikan harta ini dikembalikan kepada publik, dan merusaknya berarti merusak fasilitas umum, seperti : masjid, sekolah, taman, tempat-tempat rekreai, jalan, dan fasilitas umum lainnya, semua harta dan kekayaan negara, tidak boleh dirusaknya, Rasulullah Saw bersabda :
وَإِنَّ هَذَا المَالَ حُلْوَةٌ، مَنْ أَخَذَهُ بِحَقِّهِ، وَوَضَعَهُ فِي حَقِّهِ، فَنِعْمَ المَعُونَةُ هُوَ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِغَيْرِ حَقِّهِ كَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ
“Sesungguhnya harta ini terasa manis, barang siapa yang mengambilnya dengan cara yang benar dan membelanjakannya dengan benar pula, maka ia adalah sebaik-baiknya penolong, dan barang siapa mengambil dengan cara tidak benar, maka ia bagaikan orang yang makan dan tidak pernah kenyang” (Muttafaq ‘alaih)
Melindungi harta milik umum dan tidak merusaknya merupakan tanggung jawab semua masyarakat, merusaknya berarti merusak milik public.

Kaum muslimin : diantara contoh bentuk perlindungan terhadap harta milik umum adalah ; seorang pegawai hendaknya menunaikan tugasnya dengan penuh amanah, seorang pegawai harus menjaga harta yang ada dibawah tanggung jawabnya, dengan menggunakannya sesuai dengan kebutuhannya, meletakkanya sesuai keperluan dan tidak menyia-nyiakannya, dan hendaknya ia menjaga kemaslahatan masyarakat yang telah mempercayainya, karena ia adalah amanah yang diletakkan di pundaknya, Allah Swt berfirman :
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya” (An Nisa’ 4 : 58). Nabi kita bersabda :
أَدِّ الأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ، وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ
“Tunaikan amanah orang yang mempercayaimu  dan jangan berkhianat terhadap orang yang mengkhinatimu” (Abu Daud 3534 dan At Tirmidzi 1264)

Nabi Saw telah mengingatkan agar tidak menyalahgunakan fasilitas umum dan jabatan untuk kepentingan pribadi.
فقَدِ اسْتَعْمَلَ رَجُلاً عَلَى الصَّدَقَةِ، فَلَمَّا قَدِمَ قَالَ: هَذَا لَكُمْ، وَهَذَا أُهْدِيَ لِي، فَقَامَ النَّبِيُّ r عَلَى الْمِنْبَرِ، فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ « مَا بَالُ الْعَامِلِ نَبْعَثُهُ، فَيَأْتِى فيَقُولُ: هَذَا لَكُمْ وَهَذَا أُهْدِىَ لِى، فَهَلاَّ جَلَسَ فِي بَيْتِ أَبِيهِ وَأُمِّهِ فَيَنْظُرُ أَيُهْدَى لَهُ أَمْ لاَ
Disebutkan ada seorang yang dipekerjakan untuk mengurus sedekah, ketika ia datang ia berkata : ini zakat untuk kalian dan ini hadiah untukku. Kemudian Nabi Saw berdiri diatas mimbar  memuji Allah dan bersabda : mengapa ada pekerja yang kami utus, lalu datang dan berkata : ini bagian kalian dan ini hadiah untukku, silahkan duduk di rumah ayah dan ibunya, maka lihatlah apakah ia akan mendapatkan hadiah atau tidak ? (Muttafaq ‘alaih)

Ya Allah berilah pertolongan kepada kami agar dapat menjaga nikmat harta ini, berilah kami taufiq agar dapat mengagungkan kehormatan-Mu dan menunaikan hak-hak hamba-Mu, dan berilah kami taufiq untuk selalu mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ


Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dg sebenar-benarnya takwa, dan merasalah diawasi oleh-Nya dalam kesunyian dan keramaian dan ketahuilah bahwa harta yang dimiliki seorang hamba akan dimintai pertanggung jawaban pada hari kiamat, ia akan mendapatkan balasan baik atau buruk sesuai dengan penggunaannya, Rasulullah Saw bersabda :
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ
“Tidak bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat, hingga ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya diamalkan untuk apa, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia infakkan  dan tentang tubuhnya untuk apa ia gunakan” (At Tirmidzi 2417)

Hendaknya kita selalu merasa diawasi oleh Allah, berlaku jujur, amanah dan wara’ dalam setiap urusan, dan hendaknya kita menjadi teladan baik dalam menjaga harta milik pribadi dan umum, Allah Swt berfirman :
فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ* عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Maka demi Tuhanmu, kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu” (Al Hijr 15 : 92-93)

هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([3]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([4]) وَقَالَ r :« لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ»([5]).
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
اللَّهُمَّ أصلِحْ لنَا دينَنَا الذِي هُوَ عصمةُ أمرِنَا، وأصلِحْ لنَا دُنيانَا التِي فيهَا مَعاشُنَا، وأصلِحْ لنَا آخرَتَنَا التِي فيهَا معادُنَا، اللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى حُسْنِ أداءِ الأماناتِ، وحفظِ نعمةِ الأموالِ العامةِ والخاصةِ، والمحافظةِ عَلَى مُكتسباتِ مُجتمَعِنَا ووطنِنَا، يَا رَحْمَنُ يَا رحيمُ.
اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ. اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا. اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ. اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْعَالَمِينَ([6]). اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([7])
http://www.awqaf.gov.ae/Jumaa.aspx?SectionID=5&RefID=2482

      
Khutbah Jumat, 28 Muharram 1436 H / 21 November 2014 M
Qanaah
Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الْكَرِيمِ الْمَنَّانِ، وَاسِعِ الْكَرَمِ وَالإِحْسَانِ، أَسَبَغَ عَلَيْنَا الْكَثِيرَ مِنَ النِّعَمِ، وَجَادَ عَلَيْنَا بِعَظِيمِ الْمِنَنِ، فَطُوبَى لِمَنْ أَطَاعَهُ وَاتَّقَاهُ، وَقَنَعَ بِمَا آتَاهُ، وَشَكَرَهُ عَلَى مَا أَعْطَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، إِمَامُ الزَّاهِدِينَ، وَقُدْوَةُ الْقَانِعِينَ، فاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْغُرِّ الْمَيَامِينِ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، قَالَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى:] يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا[([1]) وَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:] فَبَشِّرْ عِبَادِ* الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ([2])
Kaum muslimin : Allah telah menciptakan manusia, memuliakannya dan memberinya, sebagian mereka memiliki sifat ridha dan qanaah dan sebagian lainnya memiliki sifat tamak dan serakah, Allah Swt berfirman :
فَأَمَّا الإنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ* وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku" Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku” (Al Fajr 89 : 15-16). Manusia yang mendapatkan taufiq adalah manusia yang ridha dengan pembagian dan pemberian yang telah ditentukan oleh Allah, ia tidak marah dan tidak mengeluh, Allah Swt berfirman :
أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمةَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِي الحَيَاةِ الدُّنْيَا
“Apakah mereka yang membagi-bagi  rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia” (Az Zukhruf 43 : 32). Qanaah adalah rasa ridha dengan yang ada dan tidak sedih atas yang telah tiada. Manfaatnya akan terlihat dalam kehidupan manusia, yang berbentuk harga diri yang tak dapat dibeli, kebahagiaan yang tak terputus, harta yang tak pernah habis dan kehidupan yang aman dan tentram. Allah Swt berfirman :
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (An Nahl 16 : 97). Kehidupan yang baik mencakup semua bentuk ketenangan. Para mufassir mengatakan dari Ali bin Abi Thalib Ibnu Abbas dan selain keduanya bahwa “Mereka mentafsirkan kehidupan yang baik dengan qanaah” (Tafsir Ibnu Katsir 4/601)

Barang siapa diberikan sifat qanaah maka ia telah beruntung dan usahanya akan mencapai kesuksesan, Rasulullah Saw bersabda :
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافاً، وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
“Beruntunglah orang Islam, yang diberikan kecukupan rezeki, dan Allah memberikan sifat qanaah terhadap pemberian-Nya” (Muslim 1054). Rasulullah Saw memiliki rasa puas terhadap pemberian Allah kepadanya, sehingga harapannya hanyalah akhirat dan ridha Tuhannya, disebutkan dalam sebuah doa yang dipanjatkannya :
اللَّهُمَّ اجْعَلْ رِزْقَ آلِ مُحَمَّدٍ قُوتاً
“Ya Allah jadikan rezeki keluarga Muhmmad kecukupan” (Muttafaq ‘alaih). Artinya berilah kecukupan makanan pokok pada mereka yang dapat membantu mereka agar tidak meminta-minta” (Fathul Bari 18/265)

Hamba Allah : sesungguhnya jiwa manusia memiliki kecendrungan dan senang memiliki harta yang lebih dan banyak, Rasulullah  Saw bersabda :
لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى وَادِياً ثَالِثاً
“Andaikata anak Adam mimiliki dua lembah harta, maka ia akan mengharap lembah yang ketiga” (Muttafaq ‘alaih)
Penyair Abu Dzuaib Al Hadzli menyebutkan dalam syairnya :
“Jiwa itu memiliki keinginan kuat jika diikutinya
          Tapi bila dibiasakan sedikit, maka ia akan terbiasa puas

Rasulullah Saw mengasah akhlak para sahabatnya agar dapat menjauh dari setiap keinginan yang berlebihan, sehingga terwujud sifat puas dan kebahagian pada diri mereka, dari Hakim bin Hizam RA berkata :
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ r فَأَعْطَانِي، ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي، ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي، ثُمَّ قَالَ يَا حَكِيمُ: إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ، كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ، الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى. فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَا أَرْزَأُ أَحَدًا بَعْدَكَ شَيْئًا حَتَّى أُفَارِقَ الدُّنْيَا
Aku meminta pada Rasulullah Saw, beliau memberiku, kemudian aku minta kembali, beliau memberiku, kemudian beliau berkata : wahai Hakim : “Sesungguhnya harta ini adalah tampak hijau dan manis, barang siapa yg mengambilnya dgn kelapangan hati (orang yg memberi) maka ia akan diberkahi, sebaliknya orang yg mengambilnya dgn ketamakan hati maka ia tak diberkahi dalam harta tersebut, ia seperti orang yg makan akan tetapi tak kenyang. Tangan yg di atas lebih baik daripada tangan yg di bawah. Hakim berkata; lalu saya berkata; wahai Rasulullah , demi Dzat yg mengutusmu dgn kebenaran, aku tak akan mengurangi harta seorangpun sedikitpun setelahmu hingga berpisah dgn dunia” (Muttafaq ‘alaih)

Para sahabat menerima arahan itu dengan penuh ketulusan dan keyakinan, dan mereka mendidik anak keturunan mereka sifat qanaah dan tidak iri melihat kekayaan orang lain, sebagai contoh Saad bin Abi Waqqash RA, ia berkata menasehati anaknya :
“Wahai anakku, sesungguhnya engkau tidak akan mendapati seorang pun yang lebih sayang dalam menasehatimu melebih ayahmu ini, oleh karena itu jauhilah rasa tamak, sesungguhnya ia adalah kefakiran yang nyata, dan hendaklah engkau berpegang dengan sifat qanaah, karena ia adalah sebenar-benarnya kekayaan” (At Thabrani dalam kitab Al Kabir 1/142)

Kaum muslimin : Rasulullah Saw menunjukkan  kita kepada  jalan dan media yang dapat mengantarkan kita pada sifat qanaah, dan dasar dari semua itu adalah keyakinan manusia bahwa rezeki dan nikmat hanyalah dari Allah semata, Allah Swt berfirman :
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)” (An Nahl 16 : 53). Dan firman-Nya :
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو القُوَّةِ المَتِينُ
“Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh” (Adz Dzariyat 51 : 58). Hendaknya seseorang mampu menghayati nikmat-nikmat Allah yang dilimpahkan padanya, dan jangan membandingkan dengan yang dimiliki oleh orang lain, tapi bila ingin membandingkan maka lihatlah orang yang lebih sedikit mendapatkan nikmat darinya, sehingga ia mampu menghayati nikmat Allah tersebut dan tidak mengingkarinya, Rasulullah Saw bersabda :
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
“Lihatlah orang yang berada dibawahmu, dan jangan melihat orang yang ada diatasmu, karena yang demikian itu lebih layak supaya kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan kepadamu” (Muslim 2963). Sifat qanaah tidak akan menetap pada jiwa seseorang kecuali ia menjauh dari melihat harta yang dimiliki orang lain, dan bila ia ridha dengan pembagian Allah maka ia akan menjadi manusia yang paling kaya, Rasulullah Saw bersabda :
ارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ
“Ridhalah dengan pembagian Allah terhadapmu, maka kamu akan menjadi manusia terkaya” (At Tirmidzi 2305). Kekayaan yang hakiki terletak pada iffah (bersih) diri dari semua yang tidak dimilikinya, Rasulullah Saw bersabda :
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Bukanlah kekayaan itu dengan banyak materi, akan tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa” (Muttafaq ‘alaih). Manusia hingga kini masih sangat menghargai orang yang berjiwa mulia, mereka memperlakukannya dengan penuh penghargaan dan penghormatan dan biasanya ia diberi yang tidak diberikan kepada orang yang tamak, Al Hasan Al Bashri berkata :
“Sifat murah hati masih ada diantara manusia, dan masih ada manusia yang akan menghargaimu selama kamu tidak tamak terhadap harta yang ada di tangan mereka, bila kamu melakukan itu, maka mereka akan meremehkamu, tidak menghargai ucapanmu dan akan marah padamu”

Barang siapa diberikan sifat qanaah, ia akan mampu melihat semua nikmat Allah dan mensyukurinya, dan barang siapa yang tidak pernah puas maka ia akan mengingkari nikmat dan tidak mensyukurinya, Rasulullah Saw bersabda :
يَا أَبَا هُرَيْرَةَ كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ، وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ
“Wahai Abu Hurairah, jadilah orang  yang wara’, niscaya  dirimu menjadi manusia yang paling taat, dan jadilah orang yang qanaah, niscaya dirimu menjadi orang yang paling bersyukur” (Ibnu Majah 4580)

Ya Allah berilah kami sifat qanaah dalam segala urusan kami, limpahkanlah rasa ridha pada kami terhadap setiap pemberian yang telah Engkau limpahkan pada kami, berilah kami taufiq agar dapat mengagungkan kehormatan-Mu dan menunaikan hak-hak hamba-Mu, dan berilah kami taufiq untuk selalu mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ


Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dg sebenar-benarnya takwa, dan merasalah diawasi oleh-Nya dalam kesunyian dan keramaian dan ketahuilah bahwa barang siapa yang dijauhkan dari rasa qanaah maka keyakinannya kepada Tuhannya telah berkurang dan ia telah mengikuti hawa nafsunya, Allah Swt berfirman :
وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوا مَا آتَاهُمْ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ سَيُؤْتِينَا اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللَّهِ رَاغِبُونَ
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)” (At Taubah 9 : 59)

Seorang shalih berkata : “Diantara nikmat Allah yang paling besar dan paling mulia yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya adalah qanaah, dan tidak ada satu pun yang lebih menyegarkan badan melebihi rasa ridha dengan ketentuan Allah dan percaya kepada Allah” (Raudhatul ‘uqola’)

هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([3]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([4]) وَقَالَ r :« لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ»([5]).
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْقَنَاعَةَ بِمَا رَزَقْتَنَا وَوَهَبْتَنَا . اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْعَالَمِينَ([6]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([7])



Khutbah Jumat, 06 Shafar 1436 H / 28 November 2014 M
Persatuan
Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَمَرَ عِبَادَهُ بِالْوَحْدَةِ وَالاِئْتِلاَفِ، وَنَهَاهُمْ عَنِ الْفُرْقَةِ وَالاِخْتِلاَفِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ حَمْدًا يَلِيقُ بِجَلاَلِ وَجْهِهِ وَعَظِيمِ سُلْطَانِهِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى آلاَئِهِ الْجَلِيلَةِ، وَنِعَمِهِ الْعَظِيمَةِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، قَالَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى:( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ)([1]) وَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ:] فَبِشِّرْ عِبَادِ* الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ([2]).
Kaum muslimin : siang berganti malam, generasi penerus datang mengganti, dan kita semua mendapatkan kebaikan, menikmati kehidupan yang layak, semua ini menjadi saksi bahwa persatuan merupakan dasar kemajuan, pembangunan dan jalan menuju keeratan dan kemakmuran. Allah Swt telah menganjurkan didalam firman-Nya  bahwa kita dianjurkan untuk bersatu dalam ketaatan dan bersatu dalam satu kalimat-Nya :
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلا تَفَرَّقُوا
“Dan berpegang teguhlah kamu semua kepada tali Allah” (Ali Imran 3 : 103)
Abdullah bin Masud RA berkata : yang dimaksud adalah bersatu dalam jamaah.
Sebagian ulama berpendapat : sesungguhnya Allah memerintahkan berkasih sayang, melarang perpecahan, karena perpecahan berarti kehancuran dan jamaah berarti keselamatan” (Al Qurthubi 4/159)

Ini merupakan perintah Allah bagi orang yang beriman, yang menghayati dan mengamalkan, maka berusahalah selalu untuk terus menjalankan dan menjaga perintah tersebut, karena persatuan merupakan nikmat yang paling mulia yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya, persatuan disamping ia merupakan nikmat ia juga kasih sayang, sedangkan perpecahan merupakan siksa dan bencana, Rasulullah Saw bersabda :
الْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ، وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ
Persatuan adalah rahmat dan perpecahan adalah adzab”(Ahmad 18946)

Ibnu Abbas RA berkata kepada sebagian orang : bersatulah, bersatulah, karena sesungguhnya telah binasa ummat-ummat yang lalu yang tidak bersatu karena mudah dicerai beraikan. (Al Qurthubi 4 : 162)

Tentu hamba Allah : sesungguhnya nikmat Allah sangat banyak yang telah dilimpahkan pada kita, dulu kita terpecah belah dan kini kita menjadi satu kesatuan, sehingga persatuan kita menjadi salah satu tanda kebesaran Allah, karena dengan persatuan kita dapat mewujudkan kemenangan dan kemanfaatan, Nabi Saw bersabda :
يَدُ اللَّهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ
“Tangan Allah bersama jamaah” (At Tirmidzi 2166).

Dengan persatuan ummat akan terselamatkan dari fitnah, negara akan maju dan pengetahuan akan berkembang, karena tidak satu pun ummat yang bersatu dan berpegang teguh kepada tali Allah, kecuali ia akan mendapatkan kesuksesan dan kemakmuran, dan hal ini telah ditegaskan oleh Rasulullah Saw mengenai pentingnya persatuan dan jamaah, dan beliau mengimbau untuk menjauh dari segala bentuk yang memisahkan hati dan raga, Rasulullah Saw bersabda :
عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ، فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ مِنَ الْغَنَمِ الْقَاصِيَةَ
“Hendaknya  kalian tetap dalam  jamaah, karena sesungguhnya srigala itu hanya akan menerkam kambing yang sendirian" (Abu Daud 547, An Nasa'i847).

Perpecahan adalah kelemahan dan ketercerai beraian, sedangkan persatuan adalah kekuatan dan keteguhan, Rasulullah Saw bersabda :
عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ، وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ، وَهُوَ مِنْ الِاثْنَيْنِ أَبْعَدُ، مَنْ أَرَادَ بُحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمْ الْجَمَاعَةَ
“Bersatulah  dan jauhilah perpecahan, karena sesungguhnya syaitan membersamai orang yang sendirian, sedangkan pada dua orang ia lebih jauh. Barangsiapa yang menginginkan kemakmuran  surga, hendaklah ia tetap dalam kesatuan (jamaah)” (At Tirmidzi 2165)

Hamba Allah : sesungguhnya orang yang menghayati Al Quran dan membaca tafsir, akan mendapatkan bahwa Allah Swt tidak menyampaikan pesan kepada hamba-hamba-Nya yang berpecah belah atau sendirian, akan tetapi khitab Allah berbentuk anjuran untuk bersatu, karena persatuan menjadi penyebab utama saling tolong menolong, perhatikan khitab Allah berikut ini di dalam Al Quran : Wahai Anak Adam, Wahai Manusia, Wahai orang-orang yang beriman, hal ini sebagai isyarat kuat mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan, dan Allah mengingatkan kita agar tidak bercerai berai dan bertikai, Allah Swt berfirman :
وَلاَ تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ
“Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu” (Al Anfal 8 : 46)

Dengan persatuan, masyarakat akan berkembang maju, kebudayaan akan berdiri tegak, dan bahkan pondasi dasar yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah Saw adalah mempersatukan kaum muslimin, yaitu dengan mempersaudarakan sesama mereka, sehingga setelah terwujud persatuan maka mereka akan saling membantu dan saling tolong menolong dan dengan persatuan akan terwujud kekuatan, sehingga kehidupan mereka yang tadinya dipenuhi pertikaian dan perpecahan berubah menjadi perdamaian dan persatuan, yang tadinya perhatian mereka hanya pada pertikaian dalam memperebutkan sumber air, padang rumput dan kebencian, kini berubah menjadi pembangunan kebudayaan kemanusiaan, yang berlandaskan persatuan, ilmu, kasih sayang dan keterikatan, yang pada akhirnya Allah mengangkat rasa dengki dan benci dari hati mereka, dan digantikan dengan rasa cinta sesama yang dipenuhi ketulusan, Allah Swt berfirman :
  هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ* وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin. Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana” (Al Anfal 8 : 62-63). Hati, jiwa dan raga mereka menjadi satu, dan Rasulullah Saw menggambarkan mereka dalam sabdanya :
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضاً
“Seorang mukmin bagi mukmin lainnya bagaikan satu bangunan yang saling menguatkan satu dengan lainnya” (Muttafaq ‘alaih)

Kaum muslimin : berangkat dari prinsip-prinsip Quran dan arahan Nabawiyah, maka berdirilah sebuah negara di daerah Arab yang dilandasi oleh persatuan dan sejak empat puluh tiga tahun yang lalu hingga kini, ia tetap mejadi pemersatu antara keemiratan berkat keikhlasan para pemimpin dan rakyatnya, dan hari ini kita peringati hari persatuan itu, dimana kita hidup dalam keadaan aman dan damai, hidup dipenuhi nikmat, semua itu merupakan karunia Allah, dimana Dia telah menganugrahkan pemimpin yang memahami arti kebijakan dan berpegang teguh pada kitabullah dan sunnah nabi-Nya, sehingga para pemimpin kami setia pada rakyatnya, membangun negaranya, sehingga negara ini dapat berdiri tegak diantara negara-negara lain, negara berkembang dipenuhi oleh keimanan, sehingga cinta rakyat Emirates kepada pemimpinnya, seperti cinta pemimpinnya kepada mereka, dan rakyat Emirates menjadi rakyat yang paling bahagia dibandingkan rakyat negara lain, dan kini terwujud semua bentuk kebaikan diatas tanah air kita ini, semoga ini menjadi isyarat yang ditegaskan oleh Nabi dalam sabdanya :
خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ، وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ
"Pemimpin-pemimpin kalian yang terbaik adalah pemimpin yang kalian sukai dan mereka menyukai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka mendoakan kalian” (Muslim 1855). Kemudian para pendiri negara ini mewariskan para penerus yang setia pada para pendahulunya, dan mereka bekerja melanjutkan perjalanan negara ini, sehingga tanah air Persatuan Emirates Arab menjadi surga yang dikunjungi oleh berbagai penduduk dari seluruh penjuru dunia, dan ia bagaikan pohong rindang tempat berteduh setiap orang yang mengunjunginya.

Hamba Allah : sesungguhnya yang harus dipelajari oleh generasi penerus dari peringatan hari persatuan setiap tahunnya adalah yang terpenting mencintai negara, pentingnya loyalitas terhadapnya, nilai kesetiaan terhadap pemimpin dan menjaga pencapaian sehingga perjalanan kebangkitan negara ini terus berlanjut, dengan tetap berpegang teguh semua pada tali Allah yang kuat dan sunnah Nabi-Nya yang terpercaya. 

Ya Allah berilah keberkahan pada kami di negara Emirates ini, lindungilah pemimpin kami dan persatuan kami, berilah kami taufiq agar dapat mengagungkan kehormatan-Mu dan menunaikan hak-hak hamba-Mu, dan berilah kami taufiq untuk selalu mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صلى الله عليه وسلم
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ


Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dg sebenar-benarnya takwa, dan merasalah diawasi oleh-Nya dalam kesunyian dan keramaian dan ketahuilah bahwa persatuan merupakan nikmat yang sangat besar yang patut disyukuri, bersyukurnya dengan menjaga sebab akibat kelanggengan dan kemajuannya, dan diantara penyebab kelanggengannya adalah dengan menjauh dari segala bentuk fitnah yang dapat menghancurkan kebaikan dan bahkan mengundang kesengsaraan, berpegang teguh dengan ruh persatuan, saling tolong menolong dalam kebajikan dan ketakwaan, dan inilah yang menjadi penyebab datangnya keridhaan dan taufiq dari Allah, kasih sayang dan bantuan dari-Nya, dan kita semua tetap berusaha menggunakan berbagai media kemajuan, berkontribusi dalam membangun negara ini dengan kontribusi aktif, menjaga semua keberhasilan dan pencapaiannya, memahami dan mengerti keutamaan para pendiri negara persatuan ini, dan semoga Allah membalas kita semua dengan balasan yang setimpal, Allah Swt berfirman :  
إِنَّا لاَ نُضِيعُ أَجْرَ المُصْلِحِينَ
Karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan (Al A'raf 170). Bersatu padu membantu pemimpin kita –semoga Allah meluruskan langkahnya dan menjaganya-, karena para pemimpin kita tidak pernah lelah berusaha demi kemakmuran dan kemajuan negara ini, semoga Allah melindungi mereka semua, dan Dia sebaik-baiknya Penolong dan sebaik-baiknya Pelindung.

هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([3]) وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([4]) وَقَالَ r :« لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ»([5]).
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابِةِ الأَكْرَمِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
اللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى التَّمَسُّكِ بِوَحْدَتِنَا، وَالْمُحَافَظَةِ عَلَى مُنْجَزَاتِنَا، وَالتَّلاَحُمِ مَعَ قِيَادَتِنَا، وَأَعِنَّا عَلَى شُكْرِ نِعَمِكَ الَّتِي لاَ تُعَدُّ وَلاَ تُحْصَى يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحْةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ. اللَّهُمَّ اغفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا. اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ([6]).
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ] وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([7])
http://www.awqaf.gov.ae/Jumaa.aspx?SectionID=5&RefID=2499

No comments: