Friday, July 05, 2013

Khotbah Jum'at - 30

Khutbah Jumat, 21 Rajab 1434 H / 31 Mei 2013 M
Isra' Mi'raj
Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الكبيرِ الْمُتعالِ، الْمُتفضِّلِ علَى عبادِهِ بِمَزيدِ الفضلِ والنوالِ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا فِيهِنَّ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وأَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ عليهِ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ وعلَى مَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدِّينِ.
أمَّا بَعْدُ: فأُوصِيكُمْ عبادَ اللهِ ونفسِي بتقوَى اللهِ جَلَّ وعَلاَ، قالَ تعالَى:] يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ[([1]).

Kaum muslimin ; Allah memberikan keistimewaan dan keutamaan pada Muhammad Saw sebagai pengagungan atas kedudukannya disisi Tuhannya, diantara keagungan itu adalah yang terjadi pada mukjizat isra' mi'raj, Allah Swt berfirman :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِالأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّيعُ الْبَصِيرُ
"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya dari masjidil haram ke masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat" (Al Isra' 17 : 1)
Allah telah mempersiapkan perjalanan penuh berkah itu untuk nabi-Nya, sebuah perjalanan disebabkan beban berat yang diterimanya serta cercaan yang dialamatkan kepadanya dari orang-orang yang mendustainya, dari mereka yang menolak risalahnya yang terjadi di Makkah dan Thaif, suatu perjalanan setelah kesedihan yang menimpanya dengan wafatnya pamannya Abi Thalib yang terkenal dengan dukungan penuhnya kepadanya, serta sepeninggalan isterinya Khadijah RA yang menjadi tempat penenang baginya, lalu Allah memberangkatnya dalam perjalanan malam (isra') dari masjidil haram menuju masjidil Aqsa, lalu dinaikkan ke langit, dan diperlihatkan padanya ayat-ayat Tuhannya yang agung, sebagai penghibur atas sedihnya dan sebagai penguat atas kesungguhannya, beliau mengendarai Buraq menuju baitul maqdis, disana Allah mengumpulkan dengan para nabi lalu Beliau menjadi imam shalat, Rasulullah Saw bersabda :
وَقَدْ رَأَيْتُنِي فِي جَمَاعَةٍ مِنَ الأَنْبِيَاءِ... فَحَانَتِ الصَّلاَةُ فَأَمَمْتُهُمْ
 "Dan telah diperlihatkan padaku jamaah para nabi…., lalu tibalah waktu shalat kemudian aku menjadi imam shalat mereka" (Muslim 278). Hal ini menunjukkan keagungan derajat Nabi Saw serta mulyanya kedudukan imam shalat, keutamaan shalat dan keutamaan masjid, dari poin ini perjalanan itu berawal dan darinya pula perjalanan tersebut berakhir, sehingga masjid merupakan identitas seorang muslim dalam bersegera berangkat menunaikan ibadah di dalamnya dan melakukan perawatan masjid dengan baik, maka barang siapa yang hatinya terpaut dengan masjid maka ia telah terhindar dari kesengsaraan pada hari kiamat.

Anas RA berkata bahwa Abu Dzar RA menceritakan bahwa Rasulullah Saw bersabda :
فَعَرَجَ بِي إِلَى السَّمَاءِ، فَلَمَّا جَاءَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، قَالَ جِبْرِيلُ لِخَازِنِ السَّمَاءِ: افْتَحْ. قَالَ: مَنْ هَذَا؟ قَالَ: هَذَا جِبْرِيلُ. قَالَ: مَعَكَ أَحَدٌ؟ قَالَ: مَعِىَ مُحَمَّدٌ. قَالَ: أُرْسِلَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: نَعَمْ، فَافْتَحْ. قَالَ أَنَسٌ رضي الله عنه فَذَكَرَ أَنَّهُ وَجَدَ فِى السَّمَوَاتِ إِدْرِيسَ وَمُوسَى وَعِيسَى وَإِبْرَاهِيمَ، عليهِمْ وعلَى نبيِّنَا أفضلُ الصلاةِ وأتَمُّ التسليمِ. ثُمَّ عُرِجَ بهِ إلَى السمواتِ الْعُلَى حتَّى بلغَ سِدْرَةَ الْمُنتَهَى, قالَ اللهُ تبارك وتعالَى:] وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى* عِندَ سِدْرَةِ الْمُنتَهَى* عِندَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى* إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى* مَا زَاغَ البَصَرُ وَمَا طَغَى* لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الكُبْرَى
Kemudian aku dimi'rajkan ke langit, dan ketika sampai ke langit dunia, Jibril berkata pada penjaga langit ; bukalah, ia bertanya : siapa ini ?Jibril menjawab : Ini Jibril.
Malaikat penjaga langit bertanya lagi : Adakah orang lain bersamamu ? Jibril menjawab : Ya, bersamaku Muhammad Saw. Penjaga itu bertanya lagi : Apakah dia diutus sebagai Rasul ? Jibril menjawab : Benar maka bukalah. Anas RA berkata maka disebutkan bahwasanya pada tingkatan langit-langit itu Beliau berjumpa dengan Idris, Musa, Isa dan Ibrahim Alaihimussalam (semoga Allah memberi shalawat-Nya kepada mereka). Kemudian beliau dimi'rajkan ke langit yang paling tinggi hingga sampai di sidratil muntaha, Allah Swt berfirman :
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى* عِندَ سِدْرَةِ الْمُنتَهَى* عِندَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى* إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى* مَا زَاغَ البَصَرُ وَمَا طَغَى* لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الكُبْرَى
Dan sesungguhnya dia (Muhammad) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratilmuntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar" (An Najm 53 : 13-18) 


Dan diantara yang dilihat oleh Rasulullah Saw adalah suatu kaum yang diazab karena sibuk dengan kehormatan orang lain, Rasulullah Saw bersabda :
لَمَّا عُرِجَ بِي مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمِشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلاَءِ يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَؤُلاَءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ
"Ketika aku dimi'rajkan aku berjalan melalui suatu kaum yang mempunyai kuku-kuku dari tembaga, mereka menggaruk-garukkan muka serta dada mereka sendiri. Aku bertanya : siapakah mereka wahai Jibril ? ia berkata ; mereka adalah orang-orang yang makan daging sesama manusia dan menjatuhkan kehormatan mereka" (Abu Daud 4878)Hendaknya kita menghindar dari perbuatan dosa seperti ini, menjauh dari menggunjing dan dusta, karena di dalamnya terdapat marabahaya yang besar pada individu dan masyarakat.

Hamba Allah ; pada mi'raj Nabi Saw ditetapkan kewajiban shalat, disebutkan dalam sabdanya :
فَفَرَضَ اللَّهُ عَلَىَّ خَمْسِينَ صَلاَةً ... ثم قال r فَرَاجَعْتُ رَبِّي فَقَالَ: هِىَ خَمْسٌ، وَهْىَ خَمْسُونَ، لاَ يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَىَّ
"Maka Allah mewajibkan shalat kepadaku sebanyak 50 waktu, sabdanya : Aku kembali pada Tuhanku maka Dia berfirman : ia adalah lima waktu sebagai pengganti 50 waktu dan tidak ada perubahan keputusan di sisi-Ku" (Muttafaq 'alaih). Hal ini menunjukkan kedudukan shalat, keagungan, keutamaan dan pentingnya menjaga penunaiannya, Allah berfirman :
فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ كَانَتْ عَلَى المُؤْمِنِينَ كِتَاباً مَّوْقُوتاً
"Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa), sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (An Nisa' 4 : 103) Maka beruntunglah orang yang selalu menjaga penunaian shalatnya dengan tidak mengakhirkannya, dan berungtunglah orang yang mendekatkan diri pada Allah dengan shalat-shalat sunnah dan nawafil, karena itu akan menjadi pengantar pelakunya memasuki surga, mendapatkan ridha Allah dan menjadi penutup kealpaannya, Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ، يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ: انْظُرُوا فِي صَلاَةِ عَبْدِي أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا، فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً، وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئاً قَالَ: انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ: أَتِمُّوا لِعَبْدِي فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ، ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ

 "Sesungguhnya amalan pertama manusia yang dihisab pada hari kiamat adalah shalat, Tuhan kami berkata pada malaikat-Nya dan Dia Maha Tahu :perhatikan shalat hamba-Ku apakah terdapat kesempurnaan atau kekurangan, bila dilakukan dengan sempurna maka ia mendapatkan pahala sempurna, dan bila didapati kekurangan darinya, Dia berfirman : lihatlah apakah hamba-Ku mempunyai shalat sunnah ? Bila ia mempunyai shalat sunnah, Dia berfirman : sempurnakan shalat wajib hamba-Ku dari shalat sunnahnya, kemudian seperti itu cara menghisab amalan-amalan lainnya" (Abu Daud 864)
   
Kaum muslimin : ketika Rasulullah Saw kembali ke Makkah, beliau memberitahukan pada kaumnya apa yang terjadi dalam perjalanan isra' mi'raj, maka para pendusta mempunyai kesempatan untuk mengkritik kenabiannya, mereka meminta bukti-bukti konkrit atas kebenaran ucapannya, Beliau Saw menerangkan tentang baitul maqdis dan menjelaskan ciri-cirinya, Rasulullah Saw bersabda :
لَمَّا كَذَّبَتْنِي قُرَيْشٌ قُمْتُ فِي الْحِجْرِ فَجَلَّى اللَّهُ لِي بَيْتَ الْمَقْدِسِ فَطَفِقْتُ أُخْبِرُهُمْ عَنْ آيَاتِهِ وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَيْهِ
"Ketika kaum quraisy mendustaiku, aku berdiri diatas al hijr, lalu Allah memperlihatkan padaku baitul maqdis, lalu aku mulai menjelaskan pada mereka tentang tanda-tandanya dan aku melihatnya" (Muttafaq 'alaih).

Kejadian ini menambah keimanan kaum mukminin, keyakinan mereka pada Rasulullah Saw serta kepercayaan terhadap pada wahyu yang diturunkan oleh Tuhannya semakin tidak tergoyahkan, Abu Salamah berkata : Abu Bakar RA didatangkan dan ditanyakan padanya : apakah padamu ada sesuatu terhadap sahabatmu, ia menyangka bahwa ia diberangkatkan ke baitul maqdis kemudian kembali dalam satu malam. Abu Bakar bertanya : apakah beliau berkata demikian ? mereka menjawab : ya. Ia berkata : aku bersaksi, bila beliau berkata demikian maka beliau berkata jujur. Mereka bertanya : apakah kamu bersaksi bahwa beliau datang ke Syam dalam satu malam dan kembali sebelum menjelang pagi ? ia menjawab : Ya, sesungguhnya aku mempercayainya walaupun lebih jauh jaraknya dari itu, aku mempercayai berita langit siang dan malam. (Mushannaf Abdur Razzaq  5/328, Tafsir At Thabari 17/335)Perlu diketahui kenapa Abu Bakar diberi julukan As Shiddiq, karena ia yang langsung mempercayai Nabi Saw ketika mendengar kabar isra'. (Tarikh Al Madinah As Syarifah karangan As Sakhawi 2/59)

Kami memohon pada Allah semoga meneguhkan keyakinan kami, memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang menjaga shalat kami, dan semoga Dia memberikan kami taufiq untuk mentaati Tuhan kami, mentaati Rasul kami Muhammad Saw dan mentaati orang yang diperintahkan untuk ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
 “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نفعَنِي اللهُ وإياكُمْ بالقرآنِ العظيمِ، وبِسنةِ نبيهِ الكريمِ صلى الله عليه وسلم،
أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.


Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه، وأَشْهَدُ أنَّ سيِّدَنا محمَّداً عبدُهُ ورسولُهُ، اللهمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ الطيبينَ الطاهرينَ وعلَى أصحابِهِ أجمعينَ، والتَّابعينَ لَهُمْ بإحسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan selalu merasalah diawasi Allah dalam kesunyian dan keramaian, dan ketahuilah bahwa diantara pelajaran perjalanan Isra' Mi'raj adalah penegasan akan kehormatan seorang muslim di sisi Allah, dan syariat Islam telah mengajak untuk melindungi jiwa manusia, diantara sebab-sebab perlindungannya adalah menjauh dari segala yang berdampak bahaya pada manusia baik dalam ucapan dan tindakan, dan diantara kemudaratan yang telah ditetapkan oleh kedokteran adalah merokok yang dapat berdampak buruk pada kesehatan hati dan paru-paru sebagaimana menjadi salah satu penyebab penyakit kanker, dan juga berdampak negative pada kesehatan orang-orang yang ada di sekitarnya, Rasulullah Saw bersabda :
لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang lain " (Ibnu Majah 2341). Kebisaaan merokok dapat merugikan kesehatan dan harta, dan bahayanya telah menjadi kenyataan.

هذَا وصلُّوا وسلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بالصلاةِ والسلامِ عليهِ، قَالَ تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2]) وقالَ رَسُولُ اللَّهِr:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3])
اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا ونبيِّنَا مُحَمَّدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وعَنْ سائرِ الصحابِةِ الأكرمينَ، وعَنِ التابعينَ ومَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إنَّا نسألُكَ الجنةَ لنَا ولوالدينَا، ولِمَنْ لهُ حقٌّ علينَا، وللمسلمينَ أجمعينَ.
اللَّهُمَّ وفِّقْنَا للأعمالِ الصالحاتِ، وترْكِ المنكراتِ، اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِى قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وارزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وارزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، اللَّهُمَّ أصْلِحْ لَنِا نياتِنَا، وبارِكْ لَنَا فِي أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَاجْعَلْهم قُرَّةَ أَعْيُنٍ لنَا، واجعَلِ التوفيقَ حليفَنَا، وارفَعْ لنَا درجاتِنَا، وزِدْ فِي حسناتِنَا، وكَفِّرْ عنَّا سيئاتِنَا، وتوَفَّنَا معَ الأبرارِ، اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، ولاَ دَيْنًا إلاَّ قضيْتَهُ، وَلاَ مريضًا إلاَّ شفيْتَهُ،  ولاَ مَيِّتاً إلاَّ رحمتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا ويسَّرْتَهَا يَا ربَّ العالمينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدولةِ، الشَّيْخ خليفة وَنَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ. اللَّهُمَّ اغفِرْ للمسلمينَ والمسلماتِ الأحياءِ منهُمْ والأمواتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، والشَّيْخ مَكْتُوم، وإخوانَهُمَا شيوخَ الإماراتِ الذينَ انتقلُوا إلَى رحمتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بعفوِكَ وغفرانِكَ ورحمتِكَ آباءَنَا وأمهاتِنَا وجميعَ أرحامِنَا ومَنْ كانَ لهُ فضلٌ علينَا.
اللَّهُمَّ أَدِمْ عَلَى دولةِ الإماراتِ الأَمْنَ والأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِينَ. اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ]وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([4]).



([1]) الحشر : 18.
([2]الأحزاب : 56 .
([3]) مسلم : 384.
([4]العنكبوت :45

 Nikmatnya Ketentraman
Jumat, 14 Juni 2013

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ، أحمدُهُ سبحانَهُ حمدًا يليقُ بِجلالِ وجهِهِ وعظيمِ سلطانِهِ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا فِيهِنَّ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وأَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ عليهِ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ وعلَى مَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدِّينِ.

أمَّا بَعْدُ: فأُوصِيكُمْ عبادَ اللهِ ونفسِي بتقوَى اللهِ جَلَّ وعَلاَ، قالَ تعالَى:] يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ[ (الحشر:18).
Kaum Muslimin: Diantara nikmat dari sekian nikmat yang telah Allah karuniakan kepada manusia di bumi ini, yang merupakan dambaan setiap makhluk hidup adalah nikmat "ketentraman". Nabi Ibrahim AS senantiasa memohon jenis nikmat tersebut untuk keluarga dan umatnya, sebagaimana firman Allah yang menceritakan tentangnya:
 وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ)(البقرة: 126)
Dan tatkala Ibrahim berkata: Tuhan, jadikanlah negeri ini negeri yang aman, dan limpahkanlah rizki bagi penduduknya yang berupa buah-buahan, bagi mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir.

Allah telah menspesifikasikan jenis kenikmatan yang berupa ketentraman bagi sebagian umat terdahulu, yang diantaranya adalah kaum Saba (Yamen), dalam firman-Nya:
لَقَدْ كَانَ لِسَبَأٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ. (سبأ: 15)
Sungguh, bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Allah), di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.

Sebagai mana Allah telah mengaunegerahkan kepada kaum Quraisy berupa kesejahteraan dan rasa aman:
الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ. (قريش: 4)
(Allah lah) Yang Telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.”

Wahai hamba Allah: dan diantara unsur-unsur terwujudnya ketentraman adalah: beriman kepada Allah, dan menjauhkan diri dari segala bentuk larangan-Nya. Allah berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُوْلَئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ. (الأنعام: 82)
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Barang siapa yang beriman secara totalitas, dengan menjauhkan diri dari kemaksiatan, maka Allah akan menganugerahkan rizki kepada mereka berupa rasa aman dan nyaman.

Seorang Mukmin sejati, adalah mereka yang dapat mengakui segala bentuk nikmat yang telah Allah berikan kepadanya, terutama nikmat ketentraman, sehingga dirinya bersyukur kepa-Nya, dan dirinya dapat membadingkan kondisi dirinya dengan kondisi orang-orang yang dalam keadaan tercekam rasa takut dan krisis pangan. Allah berfirman:

وَاذْكُرُوا إِذْ أَنْتُمْ قَلِيلٌ مُسْتَضْعَفُونَ فِي الأَرْضِ تَخَافُونَ أَنْ يَتَخَطَّفَكُمْ النَّاسُ فَآوَاكُمْ وَأَيَّدَكُمْ بِنَصْرِهِ وَرَزَقَكُمْ مِنْ الطَّيِّبَاتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ. (الأنفال: 26)
“Dan ingatlah (hai para muhajirin), ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Medinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.

Dan diantara bentuk dari kesempurnaan syukur seseorang adalah dengan tidak lalai dalam menikmati kenikmatan yang telah dianugrahkan kepadanya, dengan melupakan Sang Pemberinya. Dan hendaknya ia berterimakasih kepada Allah atas kenikmatan ketentraman, dan berterimakasih pula kepada yang sebagai perantara terwujudnya ketentraman tersebut. Allah berfirman:
مَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفاً فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ
Siapapun gerangan yang telah berbuat kebajikan untuk kepentingan umum, hendaknya kalian memberikan imbalan kepadanya, namun jika kalian tidak memiliki kemampuan untuk memberinya imbalan, maka hendaknya kalian mendoakannya hingga diri kalian merasa bahwa kalian telah memberinya dengan imbalan yang setimpal dengan apa yang telah ia lakukan. H.R. Abu Dawud: 1672)

Oleh sebab itu, hendaklah kita bersyukur kepada Allah dan berterimakasih kepada para pemimpin negara, mereka telah menjalankan ketaatan kepada Allah, membangun negeri, mereka telah berkorban waktu istirahat demi kesejahteraan rakyatnya, keamanan masyarakat dan negaranya, termasuk berterimakasih kepada segenap instansi dan setiap orang yang telah turut berpartisipasi dalam mewujudkan "Deso mowo coro negoro mowo toto" dengan iringan doa: Jazakumullahu Khoiron, Semoga Allah membalas budi baik kalian, sebagaimana kaliat telah berbudi baik terhadap kami, dan kalian termasuk dalam kategori golongan:
 عَيْنَانِ لاَ تَمَسُّهُمَا النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ، وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ
Dua mata yang tak akan pernah tersengat oleh api neraka: Mata yang meneteskan air mata karena rasa takutnya kepada Allah, dan mata yang tak kenal lelah karena menjaga keamanan teritorial negara.

Diantara unsur lainnya dari penyebab terwujudnya ketentraman adalah menyebarkan rasa cinta damai kepada sesama. Sabda Nabi:
المُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
Antara Mukmin satu dengan yang lain, bagaikan satu bangunan yang saling mengkokohkan. (Nabi Mohammad menyampaikan sabda tersebut sembari menyatukan jari jemari kedua tangannya).

Janganlah kita saling cerai berai, saling bermusuhan, karena dampaknya adalah perpecahan dan berkelompok-kelompok dan berpartai-partai. Allah berfirman:
وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Dan janganlah kalian saling bermusuhan, karena niscaya kalian akan menjadi lemah semangat dan kehilangan kekuatan, bersabarlah karena Allah selalu bersama dengan orang-orang yang sabar.

Ketahuilah wahai hamba Allah, bahwa cinta tanah air merupakan pilar utama dalam mewujudkan ketentraman dalam suatu komunitas, jika diri seseorang mencintai tanah airnya, maka akan timbul dalam dirinya rasa tanggung jawab untuk selalu menjaga keamanan dan ketentraman di negaranya, oleh sebab itu, Nabi SAW pernah memohon kepada Allah untuk menganugerahkan kepadanya rasa cinta tanah air (yang pada saat itu beliau tinggal di Madinah) demi terwujudnya rasa tentram dan aman. Dalam doanya: "Ya Allah, karuniakanlah kepada kami rasa cinta terhadap tanah air kami "Madinah" sebagaimana kami mencintai "Mekah" atau lebih dari pada kami mencintai "Mekah". Karena seseorang jika mencintai negaranya, maka ia akan tenang, damai dan dapat lebih kreatif serta produktif.

Semoga Allah membimbing kita untuk senantiasa dalam jalan yang tepat, dan atas segala nikmat-Nya kita dapat mensyukurinya, dan menjadikan kita termasuk sebagai ora-orang yang dapat menjaga ketentraman negara kita, keamanan, kemajuan, dan untuk tetap dapat menaati Allah dan Rasul-Nya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ[
نفعَنِي اللهُ وإياكُمْ بالقرآنِ العظيمِ، وبِسنةِ نبيهِ الكريمِ صلى الله عليه وسلم،
أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه، وأَشْهَدُ أنَّ سيِّدَنا محمَّداً عبدُهُ ورسولُهُ، اللهمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ الطيبينَ الطاهرينَ وعلَى أصحابِهِ أجمعينَ، والتَّابعينَ لَهُمْ بإحسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, dan tetapkanlah dirimu untuk selalu taat kepada-Nya dalam segala kondisi baik sepi maupun dalam keramaian, dan ketahuilah, bahwa warga yang baik adalah mereka yang berpartisipasi membangun negeri, menjaganya, berjuang untuknya demi terwujudnya rasa tentram dan aman. Dan janganlah kalian menuruti atau mengikuti seruan orang-orang yang hendak mengacaukan negeri dengan berbgai kritikan dan slogan mereka. Sesungguhnya keamanan dan ketentraman negara ini merupakan tanggung jawab setiap individu.

هذَا وصلُّوا وسلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بالصلاةِ والسلامِ عليهِ، قَالَ  تَعَالَى:] إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([1]) وقالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([2])
اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا ونبيِّنَا مُحَمَّدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وعَنْ سائرِ الصحابِةِ الأكرمينَ، وعَنِ التابعينَ ومَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إنَّا نسألُكَ الجنةَ لنَا ولوالدينَا، ولِمَنْ لهُ حقٌّ علينَا، وللمسلمينَ أجمعينَ.
اللَّهُمَّ وفِّقْنَا للأعمالِ الصالحاتِ، وترْكِ المنكراتِ، اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِى قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وارزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وارزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، اللَّهُمَّ أصْلِحْ لَنِا نياتِنَا، وبارِكْ لَنَا فِي أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَاجْعَلْهم قُرَّةَ أَعْيُنٍ لنَا، واجعَلِ التوفيقَ حليفَنَا، وارفَعْ لنَا درجاتِنَا، وزِدْ فِي حسناتِنَا، وكَفِّرْ عنَّا سيئاتِنَا، وتوَفَّنَا معَ الأبرارِ، اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، ولاَ دَيْنًا إلاَّ قضيْتَهُ، وَلاَ مريضًا إلاَّ شفيْتَهُ،  ولاَ مَيِّتاً إلاَّ رحمتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا ويسَّرْتَهَا يَا ربَّ العالمينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدولةِ، الشَّيْخ خليفة وَنَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ للمسلمينَ والمسلماتِ الأحياءِ منهُمْ والأمواتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، والشَّيْخ مَكْتُوم، وإخوانَهُمَا شيوخَ الإماراتِ الذينَ انتقلُوا إلَى رحمتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بعفوِكَ وغفرانِكَ ورحمتِكَ آباءَنَا وأمهاتِنَا وجميعَ أرحامِنَا ومَنْ كانَ لهُ فضلٌ علينَا.
اللَّهُمَّ أَدِمْ عَلَى دولةِ الإماراتِ الأَمْنَ والأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِينَ. اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ]وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[

>>Diterjemahkan oleh: Juwakhid<<


([1]) الأحزاب : 56 .
([2]) مسلم : 384.

No comments: