Friday, October 07, 2011

BERTEMU ANANG-ASHANTY DI DUBAI


Berita Kelahiran

"Kenal nama ini, tidak?", aku sedikit terkejut ketika isteriku menyodori pertanyaan tentang nama seorang wanita yang ia sebutkan di pagi sekali sambil ia tetap mengayunkan setrika pada baju seragam sekolah putraku. Pagi itu tanggal 6 Oktober 2011, aku baru saja selesai sholat subuh yang biasa aku lakukan di rumah dan siap menuju makan pagiku.
"Memangnya kenapa? ", demikian jawabku penasaran dengan menanyakan kembali tentang keperluan pertanyaannya, lalu ia melanjutkan ceritanya,
"itu...!. Wanita yang pernah kita kenal dulu yang sekarang ada di Dubai kemarin melahirkan anak laki-laki",
"Oh...,!", jawabku sambil menyembunyikan wajahku yang merasa lega karena yang dimaksud 'nama wanita itu' adalah nama seorang teman lama isteriku yang tinggal di Dubai sejak gadis dan sekarang sudah mempunyai 4 orang anak, bukan kata 'seperti nama wanita' yang selalu diucapkan seseorang didalam merayu seseorang yang disukai dan disayangi.

"Syukurlah, semoga semuanya selamat", tambahku.
"Iya, kemaren pagi dia sudah merasa mules, kemudian masuk rumah sakit, lalu minta keluar karena siangnya rasa mulesnya sudah hilang", demikian istriku melanjutkan ceritanya. "Siang harinya langsung bertemu Anang-Ashanty, bintang idolanya, setelah itu dia merasa mules lagi lalu masuk rumah sakit lagi sampai ia melahirkan", lanjut istriku.

"Kalau begitu nama anaknya nanti seharusnya ada Anangnya atau sesuatu peristiwa hari ini yang berkaitan dengan kedatangan Anang-Ashanty ke Dubai", demikian aku mengusulkan sambil bergurau.

"Entahlah", timpal istriku singkat, 'Wah.., idolanya sama nih dengan kamu' sambungku lagi, 'Iya', sahutnya pendek sambil tersenyum.

Nyawa atau Harta?

Waktu menunjukkan sekitar pukul 10 pagi, aku baru saja keluar dari Abu Dhabi Shipbuilding kantorku menyetir mobil van milik kantor menuju Towilah, Pangkalan Polisi Air ke arah utara luar kota Abu Dhabi, dengan seorang enjiner teknisi listrik orang Indonesia, seorang kawan kerja, dan seorang mekanik berkebangsaan India ketika secara tiba-tiba ada nada tune SMS di Blackbarry-ku. SMS itu ternyata dari istriku,
"yah punya temen org konjen dubai nggak...", demikian tulisan awal SMS-nya,
"nggak', jawabku pendek sambil menyetir memperlambat laju mobil karena khawatir bahaya akibat nyetir sambil SMSan dan ingin mencari tau kenapa istriku menanyakan tentang itu,
'Oh...kirain', demikian jawaban SMSnya lagi,
lalu 'yah boleh nggak sy ke dubai ntar habis jemput putraku naik bus sama dia terus jenguk teman yang baru melahirkan di lanjut ketemu anang ashanty di konjen...syukur kl ayah mau ikut juga haha tp jam 5 hrs sampai konjen kt teman yang baru melahirkan",
"nggak usah kan ini bkn hari libur", jawabku yang ku ketik ketika mobil berhenti di lampu merah,
kemudian jawabnya, "Besok kan libur pak", lalu SMSnya lagi, "saya sama putraku aja dan ntar di dubai kan banyak temen si A si B dll",
"nggak usah saja", jawabku sambil tetap nyetir.
"Ah dasar nggak mau lihat orang seneng.. Awas ntar kl pingin main tenis ke ruwais atau dubai bakaln sy tidak ngasih",
lalu jawabku karena kasian melihat keinginannya untuk ke Dubai, "Ok, go aja and salam ama mereka".
"bener nih...sy bawa mobil taruh ib batutah atau naik bus ya..", jawabnya seakan tidak percaya akan ijin dariku.
"Ktnya mo naik bus, and sama siapa?", tanyaku lagi,
'ya sama putraku, bu itu sih mau tp nggak tau lagi kl jam 5 hehe.", jawabnya lagi,
"Kl ama putraku aja nggak usah aja, ato aku coba plng dlan", jawabku sambil khawatir pada mereka seandainya pergi ke Dubai cuma berduaan, toh aku bisa pulang lebih awal 2 jam dari jam kantorku karena aku masih mempunyai simpanan kelebihan jam di kantor karena jam lemburku belum aku ambil.
"Ok, kl ayah tdk bisa sy naik bus aja ya.. lagian kan nyetir bagusan sy daripada ayah" lanjut SMSnya lagi,
"Mkn ayah bisa, khsus utk istriku", jawabku singkat,
"Apa artinya", tanyanya singkat, "Ada deh, udah aq lagi nyetir", pintaku untuk mengakhiri SMSan ini karena mobilku sudah akan memasuki High Way arah Abu Dhabi International Airport,
"Yup", jawabnya, lalu akupun meneruskan perjalananku ke Towilah mengunjungi pekerjaan yang menungguku di sana.

Di dalam perjalanan aku sedikit merasa heran dengan sesuatu yang namanya 'kesenangan', beberapa hari yang lalu istriku menuturkan bahwa ia membaca berita seorang anak lelaki di Amerika, ia pengangguran berusia 29 tahun yang hidupnya selalu dibantu oleh ibunya, si anak itu tega membunuh ibunya sendiri dengan sebilah pisau disebabkan si ibu menolak memenuhi permintaan uang si anak untuk membeli karcis pertunjukan (konser) musik dari bintang idola anak itu.

Aku tersenyum didalam hati mengenang cerita itu sambil membayangkan bagaimana keinginan istriku untuk melihat idolanya di Dubai walaupun ia tidak akan melakukan seperti apa yang telah diakukan anak Amerika itu kepadaku seandainya aku tetap melarangnya, untunglah aku sudah mengalah mendukung apa yang ia inginkan pergi ke Dubai sekalian jalan-jalan, demikian pikirku. Walaupun aku tidak merasa semacam ditodong dengan pistol di kepala oleh seseorang sambil berkata, 'Pilih harta atau nyawa'.

Dubai Marina

Pukul 3 sore aku menerima telepon dari isteriku menanyakan posisiku yang sedang berada di Free Port Mina Zayeed, Abu Dhabi. Pada pukul 3:20 sore aku sudah memparkir mobil dekat Masjid Besar 200san meter arah timur rumah. Aku sungguh kecewa begitu mengetahui kunci rumah tertinggal di kantor, sedangkan istriku sudah pergi ke sekolah untuk menjemput putraku yang selesai sekolahnya pada pukul 3:30 sore. Demikian juga istriku, sungguh ia sangat kecewa ketika aku memberitahu bahwa kunci rumah yang ada padaku ketinggalan di kantor, lalu ia bilang, "seandainya memberitau lebih awal, maka kunci yang ada di aku akan aku taruh dibawah koset depan pintu",
'khan, tahunya setelah aku memeriksa tas kerjaku ketika sampai di parkir depan rumah..!", demikian jawabku mengharap istriku dapat mengurangi kekecewaannya kepadaku.

Aku menunggu di lantai dasar lobi apartemenku, kemudian ada SMS dari istriku lagi meminta aku melakukan persiapan ke Dubai secepatnya,
"Yah nanti putra kita naik kasih kunci langsung ayah cuci muka dan kaos aja terus pk sandal di bobil sdh ada celana dan baju ayah... kl perlu bawa handuk kecil ntar bersih di rumah temanku di Dubai Marina",
"Ok", jawabku singkat sambil berkata dalam hati,'memangnya apaan, pulang kerja belum sholat Asyar, badan berbau, rupa berminyak karena keringat dari kerja di kapal, terus membersihkan badan di rumah orang, memangnya si Anangi-Ashanty itu sipa untuk aku?'.

Demikian aku melihat putraku keluar dari mobil, aku langsung ambil kunci rumah ketika itu jam tanganku sedang menunjukkan pukul 3:56 sore.  Aku langsung bergegas seperti orang kesetanan membuka baju kerjaku, cepat-cepat masuk kamar mandi untuk shower, 15 menit kemidian aku keluar rumah setelah aku selesai sholat Asyar, aku tidak melihat putraku di dalam rumah setelah aku selesai mandi, pikirku 'apakah dia sudah selesai sholat kok sudah turun menuju mobil lagi?'.

Tepat pukul 3:24 mobil meninggalkan apartemenku menuju Dubai melalui Sakdiyat Island. Setelah keluar dari Yas Island jalan begitu ramai karena banyak orang menuju ke Northern Emirates, maklum hari ini hari Kamis, jadi banyak orang yang bekerja di Abu Dhabi pulang ke kampung mereka di Northern Emirates dan lagi sekarang harga sewa properti di Abu Dhabi lebih mahal daripada di Dubai dan lainnya.

Aku tidak yakin bahwa akan sampai di Dubai sesuai target waktu yang biasanya aku lakukan, yaitu perjalanan selama satu setengah jam saja dari Abu Dhabi. Penyebabnya selain jalan ramai dengan banyaknya kendaraan, juga ada kemacetan setelah Kota Satelit Rahbah  disebabkan oleh adanya pekerjaan konstruksi jembatan baru.

Semua kendaraan orang melaju dengan sangat cepat, nampaknya mereka pada takut kehilangan waktu didalam perjalanan mereka, untunglah banyak kamera pengawas kecepatan di sepanjang jalan Highway Abu Dhabi - Dubai, sehingga mereka masih menahan laju kendaraan mereka dibawah 140 KM/Jam, kalau tidak, maka kamera akan menyala merekam gambar kendaraan yang melebihi batas kecepatan yang ditentukan, dan dendalah akibatnya.

Menuju rumah kediaman teman istriku, merupakan isteri dari kenalanku juga di daerah Marina Dubai sebetulnya cukup sederhana, setelah melewati Ibnu Batutta Mall langsung masuk exit kanan mengikuti petunjuk jalan ke arah Marina, akan tetapi karena aku cuma sekali saja mengunjungi rumahnya kira-kira lebih dari dua tahun lalu, maka aku lupa daerahnya, sehingga aku sempat tersesat/kehilangan arah setelah melewati Marina Mall daerah Dubai Marina. Aku sempat kembali karena terlalu jauh melewati rumah teman istriku itu. Hal itu baru diketaahui setelah menerima perintah dari teman istriku melalui istriku. Kemudian mobilku kembali lagi setelah aku memastikan dengan teman istriku di daerah Marina Mall, Dubai. Untuk itu mobilku sampai di halaman parkir apartemen teman istriku kira-kira pada pukul 6:15 sore, di situ terlihat teman istriku sudah siap diantar oleh anak gadisnya yang juga teman dari putraku.

Bertemu Anang-Ashanty

Aku, istriku dan teman istriku bertiga dalam satu mobil saja, suami dari teman istriku tidak bisa ikut karena baru saja datang dari Saudi Arabia, sedang ketiga anaknya ada di rumah, demikian menurut teman istriku menuturkan. Demikian juga dengan putraku, ia lebih memilih tidak ikut ke Konjen Dubai bertemu Anang-Ashanty. Sebenarnya sejak dari rumah di Abu Dhabi putraku telah menggerutu bahwa, mengapa ia harus ikut ke Dubai untuk ini?. Karena hari ini adalah malam hari libur, dan waktunya dia untuk bermain PS3, makanya ia sekarang memilih tinggal di rumah teman istriku dengan membawa PS3 nya yang ia bawa dari rumah, dan akan bermain game dengan putra teman istriku, yaitu anak yang paling kecil,dari keluarga teman istriku, maka kamipun bertiga berangkat menuju kantor Konjen Dubai.

Begitu keluar areal parkir apartemen teman istriku langsung memberi tahu bahwa perjalanan menuju ke kantor Konjen Dubai agak macet, apalagi hari ini hari Kamis, maka iapun memberi tahu aku tip-tip agar perjalanan dapat ditempuh lebih cepat menurut pengalamannya.

"Dubai sekarang nampaknya sudah agak pulih dari krisis, ya?", demikian suaraku memecah kesunyian menikmati ramainya Jalan Sheikh Zayed Road yang menyendat laju mobilku,
"Iya", jawab teman istriku tegas, "Tapi harga sewa akomodasi bulan lalu masih turun, kok !", demikian teman istriku melanjutkan jawabannya.

Ditengah perjalanan istriku menerima SMS dari temannya, yang baru saja melahirkan, ia menuturkan bahwa Anang dan Ashanty tiba di kantor Konjen pada pukul 5:30, mereka datangnya terlambat. Aku melihat jam tanganku menunjukkan pukul 6:26 kemudian kami menyimpulkan bahwa acaranya akan molor, sehingga kami akan dapat bertemu muka dengan mereka walaupun kami bertiga datangnya terlambat.

Letak Kantor Konjen Dubai di daerah Port Rasyed, dalam perjalanan dari rumah teman istriku tadi sebelum masuk daerah areal kantor Konjen ada satu rumah makan Indonesia, Sari Rasa namanya. Kantor Konjen merupakan sebuah villa berwarna putih, kami sampai disana pada pukul 7 malam. Dari tempat parkir aku merlihat seorang perempuan keluar dari Kantor Konjen menuju mobilnya dan langsung menghidupkan mesin mobilnya. Ini dari kejauhan pikiranku merasa yang bukan-bukan, dan yang pasti hati ini bekata, "Jangan-jangan acaranya sudah bubar, dan Anang-Ashanty sudah meninggalkan kantor Konjen".

Pintu luar Kantor Konjen masih terbuka, kami bertiga langsung saja masuk, dan tepat di mulut pintu teman istriku bertemu temannya dan menuturkan bahwa Anang dan Ashanty sudah pergi dari Kantor Konjen. Kami tidak yakin dengan apa yang dituturkan oleh wanita teman dari teman istriku itu, lalu kami jelaskan bahwa mereka datangnya terlambat ke kantor Konjen.

Di halaman Kantor Konjen aku bertemu kawan lama, seorang lelaki, ia pernah bekerja di Kantor KBRI Abu Dhabi sebelum Konjen Dubai dibentuk, setelah aku beritahukan maksudku datang ke Konjen, maka ia mengatakan bahwa Anang dan Ashanty sudah pergi sekitar setengah jam yang lalu. Sungguh aku kecewa lagi mendengar penuturan temanku itu, kemudian kamipun tetap dipersilahkan memasuki kantor Konjen, setelah kawan lamaku membukakan pintu kantor dengan PIN Code yang ia masukkan.

Di dalam Kantor aku melihat ruangan sudah sedikit tidak teratur, kursi tempat duduk pemirsa sudah banyak yang tidak mengarah pada meja presenter, makanan dalam tempat makanan sudah banyak yang terambil, Pak Konjen ada berdiri dengan dua orang lainnya yang satu rekanku yang tinggal di Dubai dan yang lain aku tidak mengenalnya. akupun langsung menyapa Pak Konjen lalu ia menyebutkan namanya, Mansur, orang mengenalnya dengan nama Pangeran. Sambil aku menyalami rekanku yang tinggal di Dubai aku berkata kepada Pak Konjen bahwa aku pernah bertemu dengannya di Abu Dhabi beberapa waktu yang lalu.

Perut terasa lapar begitu melihat sisa makanan acara Anang-Ashanty yang masih tetap berada di atas meja makan tamu, tetapi karena aku belum sholat Maghrib, maka aku meminta ijin kepada Pak Konjen untuk solat dulu. Aku melihat sejenak ke arah istriku dan teman istriku, mereka sedang sibuk menyapa bersalaman sambil menempelkan pipi-pipi mereka. Dandanan wanita-wanita yang saling tegur sapa dengan istriku nampaknya lebih gemerlap daripada istriku dan temannya. Wanita yang berbaju hijau dengan rok diatas lutut menurut teman istriku adalah isteri Pak Konjen, dimana di Abu Dhabi aku tidak pernah melihat Ibu Dubes berpakaian rok yang boleh dikatakan mni itu. Lalu aku bergurau sambil berkata, "Kalau Ibu Konjennya berpakaian mini, masyarakatnya akan berpakaian yang bagaimana, ya..?". Istriku dan temannya hanya menjawabnya dengan senyuman saja.

Suasana Kantor Konjen Dubai terasa sesak, selain banyak barang-barang seperti alat-alat musik, meja makan, meja konter untuk menerima tamu, telivisi berukuran besar (kira-kira 52 inchi), dan sekat ruangan yang memisahkan bagian belakang dapur dan kamar kecil seolah tumplek-bleg di satu ruangan.

Hasrat setelah sholat Maghrib akan langsung makan malam di Konjen, sholatpun sedikit terburu-buru terpikir takut makanan cepat-cepat diambil dari meja makan dan dimasukkan ke dalam. Selesai sholat Maghrib dan memasang kembali sepatu langsung menuju ke istriku dan temannya yang kelihatannya menungguku selesai sholat, aku bertanya kepada istriku apakah ia sudah selesai sholatnya, iapun mengingatkan aku bahwa ia sedang tidak boleh sholat, lalu iapun mengajakku pulang.  Kemudian sambil berbisik aku bilang, "Lho..!, nggak makan dulu ?",
"tidak usah, nanti di rumah Ria", jawabnya, rupanya ia dan temannya sudah sepakat untuk tidak makan malam di Konjen karena ia terlambat datang, menurut istriku bahwa nanti disangka orang datang hanya untuk makan saja, maka kecewalah lagi, aku..!.

Kami Melampiaskan Kekecewaan

Entah apa yang ada didalam benak istriku dan temannya, yang pasti aku sudah kehilangan kesempatan menikmati makanan di dalam Kantor Konjen malam itu, yang terbayang di dalam pikiranku adalah ayam goreng keri-kering warna kecoklatan, nasi putih dalam bakul, sambal dalam mankok, dan sayur-mayur dengan kuah agak kehitaman, serta aneka minuman kaleng diatas meja. Aku mencoba membayangkan datang jauh dari Abu Dhabi ada banyak makanan dan minuman, perut terasa lapar dan ada kesempatan tetapi hilang begitu saja karena harus menjaga toleransi perasaan kepada isteri dan temannya yang takut dibilang orang, "Hanya mau makan saja datang ke Konjen..!". "Ahh.., biarlah, rejeki tidak bisa ditolak", demikian aku meyakinkan diriku sendiri.

Ditengah jalan setelah keluar kantor Konjen istriku mengingatkanku bahwa setelah ini akan mencari buku untuk putraku di toko buku Konakonia, di Emirates Mall. Lama aku bertiga saling bercerita tentang kondisi kemasyarakatan di Dubai termasuk 2 kelompok pengajian, acara arisan ibu-ibu dan lainnya. Sebelum melalui exit 36 dekat rumah teman istriku, istriku mengajak langsung ke Emirates Mall.  Lalu akupun harus membelokkan kembali ke arah Dubai laju mobilku. Teman istriku menganjurkan untuk masuk Emirates Mall dari pintu Burj Khalifah, lalu masuk ke arah At the Top Parking karena dekat dengan lokasi toko buku Konakonia. Dari tempat parkir itu langsung masuk lift, begitu keluar dari lift di lantai 1 sudah langsung berada didalam toko buku itu.

Dari 4 buku yang dicari hanya satu yang dijual di toko buku Konokania itu, secepat kilat kami keluar menuju toko buku yang lain di daerah Jumaerah karena waktu sudah agak larut khawatir toko bukunya sudah tutup.

Perjalanan menuju toko buku daerah Jumaerah terasa sangat panjang, sementara istriku memerikasa SMS yang sedang datang pada telepon cellku mengatakan bahwa sisa uang didalam pulsa Salik-ku hanya 6 Dirham saja. Salik merupakan Toll Gate System Dubai secara elektronik, ini dirancang secara free flow tolling system, setiap pengendara yang akan melewati jalan-jalan utama Dubai diharuskan mempunyai pulsa Salik. Ia bekerja dengan memasang semacam chip pada kaca depan tengah mobil, setiap melewati Toll Gate Dubai mobil akan diidentifikasi oleh perangkap gate kemudian secara otomatis akan mengurangi sebesar 4 (empar) Dirham pulsa yang ada dalam rekening Salik mobil tersebut menggunakan teknologi Radio Frequency Identification,.

Pengemudi dapat memperoleh pulsa Salik dengan cara mendaftarkan mobilnya di setiap stasiun pompa bensin, terutama pompa bensin milik Pemerintah Dubai, dengan mengisi formulir mengenai identitas mobil, pemiliknya serta nomor tepon cellnya, pulsa awal biasanya berisi 100 Dirham, kemudian begitu pulsa yang tersisa dibawah 30 Dirham karena pemakaian, maka Pihak Salik akan mengirim pesan melalui SMS mengingatkan pemilik pulsa Salik tentang sisa uang yang ada di dalam rekeningnya.

Istriku merasa khawatir sekali, maklum ia orangnya paling tidak suka berurusan degan pelanggaran-pelanggaran peraturan, cepat-cepat ia memintaku untuk mengisi kembali pulsa Salik mobilku, namun karena kini sedang diburu waktu, maka dipituskan mengisi pulsa Salik setelah kembali pulang dari toko buku daerah Jumaerah saja.

Buku yang dicari ternyata tidak ada di toko buku daerah Jumaerah, walaupun penjaga toko itu bilang bahwa ada judul buku yang dicari Worl War-1, tetapi setelah diteliti ternyata buku itu diperuntukkan bagi anak sekolah dasar saja, sedangkan yang dicari untuk sekolah menengah atas. Menurut penjaga toko itu bahwa tokonya tidak hanya menjual buku-buku untuk anak sekolah dasar saja,  juga untuk sekolah menengah atas, sayangnya buku yang sedang dicari tidak ada.

Jalan menuju rumah teman istriku dari Jumaerah terasa cukup panjang, apalagi banyak lampu lalu-lintas di sepanjang jalan itu. Ketika dari kejauhan terlihat ada atu stasiun pompa bensin Emarates mobil aku kurangi kecepatannya dan segera aku belokkan untuk membeli bahan bakar dan pulsa Salik. Selesai isi bensin lalu aku masuk toko milik pompa bensin itu dan langsung menanyakan pada petugas jaga untuk mengisi pulsa Salik. Penjual mengatakan bahwa pulsa yang terendah adanya hanya 200 Dirham, sedangkan saya mencari yang bernilai 100 Dirkam, tanpa banyak pikir akupun membelinya, tetapi ketika akan aku masukkan pulsanya kedalam rekeningku aku diminta nomor PIN yang dulu waktu pertama kali diberikan oleh Salik. "Wah.. aku sudah lupa, pulsa 100 Dirham pertama aku beli dulu baru habis sekian tahun apalagi mobilku sangat jarang melaju di Dubai", demikian gerutuku. Akhirnya diputuskan akan dilihat lagi setelah sampai di rumah teman istriku saja sambil mengkonsultasikan denga suami dia,

Aku sudah kenal lama dengan suami teman istriku, ia aku anggap teman dekat juga. Ia yang sudah sering kali mengisi ulang pulsa Saliknya. Suami teman istriku mencoba mencari tahu melalui website Salik, kemudian ia menyimpulkan bahwa nomor kode PIN tetap diperlukan, maka aku mencoba untuk menelpon Salik lagi, setelah dicoba sebanyak 3 kali, aku mendapatkan SMS dari Salik memberi tahu bahwa nomor PIN-ku adalah 8153. Setelah aku masukkan nomor-nomor yang diperlukan lagi melalui telepon cell-ku, maka Salik memberitahu bahwa sekarang jumlah pulsa dalam rekeningku sebesar 202 Dirham.

Aku mencoba menenangkan kembali pikiranku atas beberapa kekecewaanku tadi. Gagal bertemu Anang-Ashanti buknlah berarti gagal segalanya. Gagal makan malam di Kantor Konjen tadi bukanlah kegagalan segalanya. Seandainya aku, istri dan putraku tidak pergi ke Dubai, maka kami tidak akan menikmati makan malam di rumah teman istriku. yang bertempat tinggal di Dubai Marina ini Seandainya aku tidak ikut ke Dubai, maka aku tidak akan mengisi ulang rekening Salik untuk mobilku. Dan seandainya kami tidak pergi ke Dubai, maka putraku tidak akan main PS3-nya dengan anak lelaki teman istriku dirumah teman istriku dan putraku tidak menonton movie melalui saluran khusus di rumah teman istriku, bahkan putraku hari ini tidak akan bertemu dengan putinya teman istriku, puteri kawanku juga. Inilah hidup, ia selalu membuat makhluk untuk tetap dinamis mengikuti pergerakan lingkungan sekitarnya.

Pulang ke Abu Dhabi

Di depan meja makan aku menengok jam tanganku, aku lihat ia menunjukkan pukul 11:30an malam, aku meminta istriku agar mempersiapkan pulang saja, iapun menyetujuinya. Beberapa menit setelah kami rasa cukup, maka kami keluar rumak temanku ini. Di areal parkir apartemen temanku penjaga parkir selalu berdiri begitu ada tamu yang keluar apartemen, aku lihat ia membawa buku catatan guna mencatat setiap tamu yang datang, serta mencatat jam saat mobil diparkir, di sana ada plakat bertuliskan kira-kira berarti "setiap pengunjung dibrikan waktu parkir maksimum 4 jam, pelanggaran akan didenda". Aku melihat didepan kaca mobil terselip stiker diantara lengan pembersih kaca depan, stiker aku ambil, ia bertuliskan tentang status jam parkir mobilku, mulai kedatangan dan tempat yang dikunjungi serta nomor telepon cell-ku.

Diawal perjalan menuju Abu Dhabi badan terasa lelah dan juga ngantuk. Ketika mobil akan melintasi stasiun pompa bensin setelah Gantoot, aku putuskan membeli minuman dan makanan yang akan aku nikmati selama perjalanan sambil menyetir untuk menghilangkan rasa ngantuk. Setelah beberapa saat keluar dari stasiun pompa itu aku tetap saja merasa ngantuk dan aku harus memutuskan untuk berhenti di lain stasiun pompa saja untuk tidur sebentar diatas mobil karena sudah susah untuk ditahan rasa ngantukku dan aku takut berakibat yang bukan-bukan.

Memang sangat berbahaya menyetir di jalan-jalan Persatuan Emirat Arab ini, selain jalannya mulus-mulus, juga besar-besar dan didukung dengan mobil yang bagus-bagus pula, maka akan membuat seseorang untuk melajukan kecepatan mobilnya dengan cepat saja. Jadi, kalau ngantuk dan tertidur sekejap saja selagi menyetir, maka ini dapat berakibat fatal.

Sesampainya di stasiun pompa Alrahba mobil aku hentikan, lalu aku tidur saja. Putraku sudah tidur sejak tadi rupanya di jok kursi  belakang. Istriku nampak sudah sayup-sayup matanya menahan rasa ngantuk pula, dan akupun jatuh tidur di parkiran pom bemsin Alrahba.

Tidak terasa aku sudah tertidur selama kira-kira 1 jam. Itu aku sadari ketika aku terbangun dan melihat jamp tanganku. Kemudian aku putuskan untuk meneruskan perjalanan.  Aku paksa driku meneruskan perjalanan dengan badan sedikit terasa segar kembali, Istriku selalu bertanya tentang kondisi ngantukku, ia menawarkan untuk menyetirnya apabila aku masih terasa ngantuk, aku menolaknya karena aku lebih khawatir lagi kalau dia yang menyetir mobil malam hari tanpa memakai kacamata kirnya yang tertinggal di rumah.

Pukul 3 pagi kami sampai di depan apartemen, putraku masih tertidur pulas di tempat duduk belakang, ia masih menggigau ketika aku membangunkannya kemudian ia terbangun ketika ia tersadar dengan suara tinngiku mengatakan bahwa kita sudah sampai.

Parkir sekitar rumah sudah penuh semua, setelah putus asa berkeliling mencari tempat parkir sekitar rumah kemudian aku putuskan mencarinya disekitar Kantor Pos Tourist Club sana, setelah memparkir mobilku, maka aku pulang untuk beristirahat di rumah membuang lelah di jiwa dan ragaku karena pesona Anang dan Ashanty hari ini.

Sekian..!.

Medio Abu Dhabi, 11/7/2011

No comments: