Oleh: Mr. Q
Tulisan ini ingin mengulas sedikit-banyak tentang keadaan sesungguhnya yang terjadi di sekitar kita, ini diakibatkan oleh derasnya arus informasi yang tersebar, akibat dari itu terkadang kita tidak dapat membedakan apakah informasi yang telah kita terima itu benar adanya atau hanya suatu informasi dari orang yang ingin menyesatkan bagi yang menerimanya yang dikenal dengan istiah hoax. Terkadang memang cukup sulit untuk membedakannya karena banyak faktor. Suatu informasi bohong yang diterima dari seorang teman yang sudah dikenal lama, bahkan teman dekat dan dikenal lurus dan jujur, akan sulit untuk tidak dipercaya, padahal informasi itu ia terima dari orang lain, di mana orang lain itu mendapatkannya dari temannnya yang lain pula, demikian seterusnya sampai sulit bahkan tidak diketahui lagi siapa yang mengawali menyebarkan informasi tadi.
Ada banyak orang yang mengaku sebagai seorang muslim, dan ada pula yang mengaku dari suatu kelompok muslim. Banyak orang yang hanya mempercayai apa yang telah diakui oleh orang atau kelompok muslim itu, baik itu karena orang itu dikenal ataupun di dalam kelompok muslim itu orang-orangnya banyak yang dikenal. Sehingga informasi yang dilemparkan akan menjadi informasi yang dianggap akan memiliki kebenaran yang tidak akan diragukan lagi, dan harus diamini tanpa harus diteliti ulang keabsahannya. Inilah gambaran kebanyakan yang terjadi saat ini. Celakanya, informasi yang diikuti oleh adanya kemauan pribadi, padahal informasi tsb. memiliki opini buruk terhadap sesuatu yang sedang diinformasikan, tentu tanpa pikir panjang lagi informasi itu akan seratus persen diamininya.
Adanya informasi yang sesat lalu dipercaya begitu saja, akan mengakibatkan kerugian bagi yang mempercayainya. Apakah si penerima informasi itu akan mengikuti anjuran informasi sesat itu. Apakah informasi itu akan dipakai sebagai landasan data untuk memberikan masukan pada yang lain, dan lain sebagainya. Pendek kata, didalam menerima suatu informasi tentang apapun dan dari siapapun, maka cobalah untuk bernafas terlebih dahulu, berpikirlah terlebih dahulu, lalu periksalah terlebih dahulu untuk menyimpulkan apakah informasi itu benar atau tidak. Kesampingkan rasa ego, rasa benci, rasa jijik, rasa suka, rasa cinta dan terhadap kedudukan dari informasi yang diterimanya, sumber dari informasinya, dan biarlah anda merasa bersih dari pengaruh apapun sebelum mempercayai suatu informasi yang sedang diterima.
Kalaupun anda tidak memiliki kapasitas dalam menyimpulkan kebenaran suatu informasi yang sedang diterima, apakah informasi itu penting atau tidak, maka diamkanlah informasi itu sebagaimana seolah anda belum menerima informasi yang belum anda pahami. Sehingga anda tidak ikut larut ke dalam informasi yang belum diketahui kebenarannya bahkan mungkin lalu ikut untuk menyebarkannya.
Yang paling penting bahwa, ketika menerima suatu informasi, usahakan untuk memposisikan diri anda berada di luar informasi itu. Asumsikan bahwa anda seolah sedang melihat suatu pertandingan di mana orang lain yang bermain sedangkan anda hanya menikmati permainannya saja, bukan sebagai pendukung dari mereka ataupun ikut bermain di dalam permainan mereka. Hal ini untuk memastikan bahwa anda benar-benar berada di luar permainan. Lalu setelahnya anda mulai mencerna informasi itu untuk disimpulkan tentang keabsahannya.
SIAPA YANG DISEBUT MUSLIM?
Siapakah yang disebut muslim? Merupakan suatu pertanyaan yang seolah tidak perlu mendapatkan jawaban. Suatu pertanyaan yang jawabannya semudah membalik telapak tangan, semua orang pasti akan mengetahuinya. Namun apakah benar yang disebut muslim itu memiliki jawaban semudah yang telah anda sangka selama ini?. Apakah setelah membacakan dua kalimat Syahadat seseorang sudah menjadi mulslim? Apakah mereka yang dilahirkan dari kedua orang tua muslim akan layak disebut sebagai muslim yang sebenarnya?.
Tentu untuk menjawab pertanyaan di atas kemungkinan tidak semudah membalik telapak tangan. Mari kita mulai.
Yang disebut muslim adalah tidak semudah sangkaan banyak orang terhadap mereka yang hanya sudah beriman utamanya terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya. Keimanan itu merupakan pembuka pintu dari suatu ruangan yang disebut ruangan muslim. Atau dapat dikatakan sebagai dasar atau fondasi dari suatu bangunan yang akan dibangun yaitu "bangunan sebagai seorang muslim". Lalu setelah dibangunnya suatu fondasi, setelah benar-benar beriman, maka bangunan di atasnya harus dibuat agar bangunan utuh sebagai "bangunan muslim" dapat terwujud. Kelanjutan bangunan itu antara lain; sholat wajib dan sholat malam, berpuasa wajib, berhaji apabila mampu, bersedekah, selalu berbuat baik dan lain sebagainya seperti yang diperintah sesuai dengan perintah Allah SWT, serta menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT seperti semua itu sudah tertera di dalam kitab suci Alqur'an.
Yang paling penting bahwa, ketika menerima suatu informasi, usahakan untuk memposisikan diri anda berada di luar informasi itu. Asumsikan bahwa anda seolah sedang melihat suatu pertandingan di mana orang lain yang bermain sedangkan anda hanya menikmati permainannya saja, bukan sebagai pendukung dari mereka ataupun ikut bermain di dalam permainan mereka. Hal ini untuk memastikan bahwa anda benar-benar berada di luar permainan. Lalu setelahnya anda mulai mencerna informasi itu untuk disimpulkan tentang keabsahannya.
SIAPA YANG DISEBUT MUSLIM?
Siapakah yang disebut muslim? Merupakan suatu pertanyaan yang seolah tidak perlu mendapatkan jawaban. Suatu pertanyaan yang jawabannya semudah membalik telapak tangan, semua orang pasti akan mengetahuinya. Namun apakah benar yang disebut muslim itu memiliki jawaban semudah yang telah anda sangka selama ini?. Apakah setelah membacakan dua kalimat Syahadat seseorang sudah menjadi mulslim? Apakah mereka yang dilahirkan dari kedua orang tua muslim akan layak disebut sebagai muslim yang sebenarnya?.
Tentu untuk menjawab pertanyaan di atas kemungkinan tidak semudah membalik telapak tangan. Mari kita mulai.
Yang disebut muslim adalah tidak semudah sangkaan banyak orang terhadap mereka yang hanya sudah beriman utamanya terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya. Keimanan itu merupakan pembuka pintu dari suatu ruangan yang disebut ruangan muslim. Atau dapat dikatakan sebagai dasar atau fondasi dari suatu bangunan yang akan dibangun yaitu "bangunan sebagai seorang muslim". Lalu setelah dibangunnya suatu fondasi, setelah benar-benar beriman, maka bangunan di atasnya harus dibuat agar bangunan utuh sebagai "bangunan muslim" dapat terwujud. Kelanjutan bangunan itu antara lain; sholat wajib dan sholat malam, berpuasa wajib, berhaji apabila mampu, bersedekah, selalu berbuat baik dan lain sebagainya seperti yang diperintah sesuai dengan perintah Allah SWT, serta menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT seperti semua itu sudah tertera di dalam kitab suci Alqur'an.
Jadi, menjadi seorang muslim belum cukup hanya dengan melaksanakan sesuai dengan apa yang tertera di dalam 5 rukun islam itu saja; membaca dua kalimat Syaahadad, mengerjakan sholat, mengerjakan zakat, berpuasa di bulan Romadan dan menunaikan haji. Lebih dari itu masih ada perintah-perintah lain seperti; selalu berbuat baik, mengerjakan sholat malam, dilarang: mengolok-olok, memfitnah, merendahkan yang lain, gibah, memanggil dengan panggilan hina, berbuat yang melampaui batas, tidak patuh terhadap perintah yang ada di dalam Alqur'an, bersombong atau takabbur, menentang ayat Alqur'an, sirik, mengikuti hawa-nafsu, mendustakan aya Alqur'an, berbuat kerusakan di muka bumi, kufur, tidak berbuat baik terhadap orang tua, membentak orang tua, serta berkhianat atau tidak menepati janji. Ini karena, untuk menjadi muslim, ketika sudah mendeklarasikan atau mengimani dengan membaca dua kalimat Syahadad, seseorang harus patuh dan melaksanakan apa-apa yang diperintahkan serta apa-apa yang dilarang oleh Allah SWT sesuai yang sudah tertuang di dalam Alqur'an.
Hal-hal yang disebutkan di atas merupakan bangunan di dalam membentuk suatu karakter sebagai seorang muslim. Karakter-karakter seperti itu tidak cukup hanya karena sudah membaca dua kalimat Syahadat atau karena sudah terlahir dari keluarga muslim lalu mendeklarasikan diri sebagai seorang muslim. Terkecuali sebagai muslim yang masih minus hal-hal yang masih belum bisa dikerjakan. Atau muslim minus sesuatu yang melawan terhadap hal yang telah diperintahkan oleh Allah SWT.
MUNGKINKAN MEMILIKI DATA AKURAT JUMLAH MUSLIM?
Pertanyaan di atas sengaja disampaikan untuk memberikan prediksi sebenarnya berapa jumlah umat muslim sebenarnya. Karena dengan adanya data yang akurat, maka dapat dianalisa tentang suatu keadaan atau kondisi suatu daerah dengan mayoritas berpenduduk sebagai pemeluk agama Islam. Sudah banyak bukti bahwa suatu daerah dengan mayoritas penduduknya sebagai pemeluk agama Islam, akan tetapi angka kejahatannya juga mayoritas. Hal ini salah satu kemungkinannya adalah, karena para pemeluk agama Islam itu masih belum memenuhi untuk disebut sebagai bangunan muslim secara lengkap. Atau dengan kata lain pemeluk Islam di sana masih sebagai bagunan muslim minus atau bangunan muslim yang masih belum jadi, masih ada cacat, masih ada bagian yang rusak, dan minus-minus lainnya.
Inilah mengapa pertanyaan di atas diajukan, karena untuk mendapatkan orang yang benar-benar sebagai muslim sungguh tidak mudah.
Yang lebih penting lagi adalah, data-data setiap tahunnya melawan pemeluk Islam seperti; antusias dalam pendaftar menjadi jamaah haji, angka kriminal, serta kejahatan lainnya seperti; mereka yang mengikuti demonstrasi untuk tujuan tertentu dengan imbalan atau dibayar. Setelah diketahui angka-angka itu mungkin dapat diambil sebagai data pendekatan saja dengan menganggap yang disebut muslim adalah sama dengan jumlah pemeluk Islam dikurangi jumlah angka kejahatan yang dilakukan oleh pemeluk Islam di daerah tersebut. Atau mungkin dicari cara lain dalam menentukan jumlah muslim di suatu daerah, sehingga dapat memisahkan antara pemeluk Islam dan mereka yang sudah menjadi muslim.
Dari paparan di atas, maka untuk menentukan angka sebenarnya tentang jumlah muslim adalah sangat sulit kalau tidak bisa dikatakan tidak mungkin. Karena jumlah pemeluk Islam bukan berarti sama dengan jumlah muslim. Logikanya adalah, jumlah pondasi bangunan yang sudah dibangun tidak sama dengan jumlah bangunan yang sudah selesai secara keseluruhan. Jumlah pemeluk Islam bukan berarti jumlah yang berpredikat muslim, akan tetapi jumlah muslim pasti termasuk di dalam jumlah pemeluk Islam.
Penulis mengansusikan di sini, jumlah pemeluk Islam adalah jumlah manusia dengan identitas formal mereka sebagai pemeluk agama Islam, akan tetapi jumlah itu bukanlah sebagai jumlah yang sudah menjadi muslim. Sehingga jumlah pemeluk agama Islam bisa diistilahkan sebagai Islam secarara identitas atau terkenalnya mereka merupakan sebagai "Islam KTP", tetapi mereka semua bukanlah yang disebut "Muslim".
TENTANG INFORMASI
Informasi bagi suatu komunitas sosial, saat ini sudah jauh sekali dahsyatnya baik dari segi jumlah, kecepatan dan kemudahannya apabila dibandingkan dengan katakanlah di tahun 1965. Jenisnya pada saat itu, yaitu kira-kira ada empat jenis saja, yaitu cetak, visual, audio dan cerita dari orang ke orang atau ketoktular. Sedangkan pada saat ini selain yang empat jenis itu ada tambahan satu lagi, yaitu informasi dijital.
Mengacu pada beberapa peristiwa pada saat itu (dari tahun '65 dan sebelumnya), media masa bisa dikatakan mudah intuk dikendalikan atau dikontrol, sehingga suatu media masa bisa ditutup dengan mudah apabila tidak sejalan dengan suatu kebijakan terutama kebijakan arus utama yaitu Pemerintah. Akan tetapi saat ini, dengan adanya internet dengan media dijitalnya yang kebanyakan diikuti adanya suatu aplikasi masing-masing atau tertentu, adalah sangat sulit untuk dikendalikan oleh siapapun termasuk Pemerintah. Media ini mudah bocor ke mana-mana dan susah untuk dibendung. Sudah banyak contoh suatu pemerintahan yang kokoh tumbang akibat informasi yang beredar dengan menggunakan media dijital ini. Sepertinya masih belum ada yang dapat melawan arus informasi dijital ini sampai saat ini. Itu termasuk negara adidaya dibidang teknologi sekalipun.
Dengan adanya arus informasi dijital ini, maka komunitas sosial masyarakat dapat dengan mudah menerima arus informasi yang demikian dahsyatnya. Karena begitu masipnya baik jumlah dan kecepatannya, maka seolah-olah sudah tidak ada waktu lagi dalam membedakan atau meneliti apakah informasi itu akurat atau tidak. Bahayanya adalah, informasi yang tidak benar dan diterima oleh mereka yang kurang paham tentang informasi yang diterima dari arus suatu informasi dijital, yaitu, informasi sesat dipakai sebagai landasan untuk mengambil keputusan.
Saat ini sudah ada teknologi baru yang disebut Artificial Intelegent atau yang dikenal dengan AI, yang dalam bahasa kita sehari-hari dikenal dengan istilah Kecerdasan Buatan atau KB. KB kerjanya berdasarkan kumpulan data-data yang sudah beredar dan yang sudah terekam, sehingga hasil kerjanya berdasarkan kaedah yang umum sesuai data yang masuk sebagai pertimbangan si KB. Sebagai contoh adalah, data dari suara seorang penyanyi. Dari kumpulan data yang sudah direkam tentang si penyanyi itu oleh si KB, apabila si KB diminta untuk menirukan dengan menirukan membuat suatu lagu baru dengan penyanyi yang sudah ada datanya, maka si KB akan memberikan suara yang kedengarannya sama persis dengan suara si penyanyi yang KB tirukan. Itu karena rekaman-rekaman sebagai data untuk si penyanyi itu sudah ada di dalam memori si KB itu. Dan data itu sebagai data statistik dalam mengeluarkan suara tiruannya. Untuk lebih jauh tentang cara kerja KB ini dapat dicari dengan mesin-mesin pencari di internet, banyak sekali.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa, siapa saja dengan mengtasnamakan apasaja dapat membuat atau memberikan suatu informasi terhadap khalayak. Bahayanya adalah, apabila informasi itu dari mereka yang sebenarnya memiliki tujuan tertentu misalnya jahat, demi bayaran atau keuntungan lainnya. Bahkan dari mereka dengan tujuan deviasi tertentu tetapi mengatasnamakan Islam, padahal mereka bukan muslim.
Di sinilah permasalahannya. Derasnya informasi dijital tanpa saringan yang baik akan menyebabkan menjadi korban salah informasi. Salah informasi ini sangat runyam terutama bagi mereka dengan literasi yang rendah. Sedangkan pemberi informasi sangat menyadari tentang rendahnya literasi di dalam suatu komunitas sosial yang ada. Karena rendahnya literasi yang dimiliki, maka akan berakibat pada umumnya akan memiliki keterbatasan pengetahuan, hal ini akan mengakibatkan analisa terhadap informasi yang diterima kurang atau tidak detail bahkan itu dapat menghasilkan kesimpulan yang tidak akurat pula. Dan yang ada, informasi yang diterima pada umumnya kebanyakan untuk menilai benar atau tidaknya hanya berdasarkan dari siapa informasi itu datang, baik sumber aslinya ataupun siapa yang membaginya. Celakanya adalah, apabila informasi itu datang dari atau tentang orang yang diidolakannya. Maka di situlah informasi yang diterima tidak akan dianalisa lagi, analisa dari diri pribadi sudah tidak akan dipakai lagi. Ini mungkin salahsatunya adalah merasa lebih rendah baik ilmu dan kompetensi diri sendiri dibandingan yang memberi informasi. Dengan demikian orang-orang seperti itu akan menjadi korban dari identitas orang lain.
KESIMPULAN
Dari paparan tulisan di atas, apabila informasi yang beredar adalah tentang informasi dengan topik yang berhubungan dengan Islam, dan apabila si pengirim atau si tokoh idola memiliki tujuan lain selain tujuan memberikan informasi benar tanpa mengharapkan imbalan apapun kecuali rido Allah SWT, si penerima informasi jelas akan dijadikan korban oleh si pemberi atau penyebar informasi itu. Karena orang yang membagi informasi sesat itu adalah orang Islam (baca Muslim minus), maka si korban adalah korban dari orang Islam KTP.
END
Medio 23/03/2025
No comments:
Post a Comment