Sunday, April 20, 2025

PEMILU 2024 DAN JEBAKAN BATMAN

 Ini adalah tulisan lama tetapi belum sempat dipublis karena memang belum sempat untuk diselesaikan. Tetapi walaupun ini sebagai tulisan lama dan hasil Pemilu 2024 sudah jelas hasilnya, penulis masih tetap perlu untuk menyelesaikan tulisan ini dan membaginya di blog ini, dan semoga tulisan ini masih tetap bermanfaat bagi pembaca sekalian.

UMUM

Biasanya pemilihan presiden atau Pilpres sudah mulai terdengar kusak-kusuknya sejak 2 tahun sebelum hari H-nya, bahkan mungkin bisa lebih. Media sosial memang dahsyat. Gema Pilpres secara cepat cukup banyak yang merespon apabila yang dibicarakan tentang topik Pilpres ini, baik dengan hanya berbagi, berkomentar, bahkan ada yang lebih serius dengan berdiskusi di dalam forum-forum resmi. Ini akan mengingatkan pada beberapa Pemilu Pilpres terakhir, 2014 dan 2019 yang lalu. Dan yang tak kalah ramainya adalah Pemilihan Gubernur DKI tahun 2017 lalu. 

Tiga Pemilihan di atas seakan sudah dipastikan ke depannya bahwa masyarakat Indonesia akan terbelah menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok nasionalis yang seakan sudah terwadah dalam Partai PDIP dan koalisinya. Lalu kelompok kedua adalah kelompok yang lebih dinilai sebagai kelompok agamis yang dipinpin oleh Partai Geridra dan koalisinya. Saat itu kelompok tengah atau moderat seperti tidak memiliki tempat di dalam masyarakat. 

Yang paling panas dan paling menghawatirkan akan menjadi konflik antar kelompok adalah ketika akan diadakan Pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2017. Adalah salah satu Cagub yang non-muslim yang menurut beberapa sumber media memberikan ajakan untuk tidak mengikuti salah satu ayat dalam Kitab Suci pemeluk Islam di dalam memilih pemimpin. Ajakan itu dikeluarkan ketika memberikan pembicaraan dalam pertemuan dengan warga di salah satu pulau di Kepulauan Seribu. Setelah ucapan yang dianggap menistakan Agama Islam itu, dunia politik di Tanah Air khususnya di DKI menjadi mendidih. Dia disebut si "Penista Agama". 

Seperti peperangan antara penghuni surga dan penghuni neraka. Sampai-sampai pemeluk Islampun apabila dianggap sebagai pendukung si Penista Agama itu meninggal dunia, mayatnya dilarang oleh pemuka masyarakat yang anti penistaan agamanya disholati di masjid-masjid kelompok lawan atau kelompok anti penistaan agama Islam. 

Adalah suatu keberuntungan akhirnya Cagub dari kelompok yang dianggap penista agama Islam kalah. Karena kalau tidak, ini dapat berakibat akan semakin ramai demonstrasi di DKI dan berpotensi berkembang ke penjuru negeri. Hal ini karena, pengusung utama dari calon yang disebut si Penista Agama merupakan partai pendukung Penguasa Republik saat ini dan untuk Pilpres yang akan datang masih akan maju lagi untuk yang ke dua kalinya. Apalagi tahun 2019 akan ada Pemilu, ini akan berakibat runyam. Tiket-tiket yang sudah terbeli untuk mendudukkan calon-calon Partai-partai akan bisa berantakan dibuatnya apabila keadaan menjadi gaduh.

MENENGOK SEJARAH HASIL SURVEI CALON PRESIDEN 2024

Gaung Pemilu terutama Pemilihan Presiden atau Pilpres sudah bergaung sejak lebih dari 2 tahun sebelum Pemilu 2024 diadakan. Beberapa kandidat sudah mulai dimunculkan baik itu karena popularitas ketika menjadi pejabat pemerintah ataupun dari kalangan pejabat non pemerintah. Baik itu dari ketua partai ataupun anggota partai ataupun public figure dari non-partai. Semua ambisi Pemilu seperti sudah dikotak-kotak untuk diproses oleh para pemilih pada hari-H Pemilu nanti.

Bukan hanya masalah kampanye di media sosial, kampanye kunjungan sebagai kampanye non-formal  sudah mulai dilaksanakan, padahal waktu kampanye formal belum ditentukan. Kampanye non-formal di media sosial sudah sangat masip sekali, karena kampanye ini sejatinya bukan dikeluarka secara resmi oleh para calon-calon yang akan bertarung. Tetapi, kampanye-kampanye itu dikeluarkan oleh mereka yang mendukung para calon-calon itu.

HIRUK-PIKUK PARTAI POLITIK

Dua tahun sebelum Pilpres, nama-nama para calon presiden masih-samar-samar dikumandangkan kecuali calon dari partai Gerindra, partai ini seperti biasanya selalu mencalonkan ketua umumnya, yaitu Prabowo Subianto. Sedangkan untuk partai-partai yang lain masih belum jelas diumumkan kepada khalayak tentang siapa yang akan dicalonkan mereka. 

Sampai dengan bulan Juni, 2022 menurut berita bahwa masyarakat harus bersabar untuk menunggu siapa Calon Presiden atau Capres dari PDI-P, mereka bilang masih menunggu hasil keputusan dari ketua umumnya yang merupakan Ex-Presiden RI, Megawati Sukarno Putri, atau di kenal dengan sebutan Bu-Mega. Bu-Mega menurut PDI-P adalah sosok yang memiliki hak prerogatip dalam menentukan Capres dan Cawapres dari partai PDI-P termasuk juga tentang urusan koalisinya nanti.

Demikian juga untuk partai Nasional Demokrasi atau Nasdem, menyatakan bahwa ada tiga calon yang sedang dibidik antara lain: Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Pang. TNI Andika Prakasa. Akan tetapi nantinya dari ketiga calon itu akan diambil satu saja yang akan diusung sebagai Capresnya.

Pada bulan yang sama Prabowo Subianto sebagai Ketum Gerindra bertemu dengan Ketum Partai Kebangkitan Bangsa, PKB, Muhaimin Iskandar untu menjajaki berkoalisi. Saat itu pula Ketum PKB untuk membentuk koalisi yang dinamakan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya. Ketum PKB mengkonfirmasi bahwa sebelum pertemuannya dengan Ketum Gerindra, dia sudah bertemu dengan Ketum Partai Keadilan Sosial, PKS.

Akhirnya pada bulan Oktober 2022 Nasdem resmi mengusung Anies Baswedan sebagai Capresnya. Sedangkan calon Cawapresnya masih belum ditentukan. Hal ini tentu masih menunggu siapa nanti anggota koalisi yang akan dibentuknya. 

Sampai dengan bulan April 2023, PDI-P masih juga belum menentukan Capresnya. Demikian juga dengan koalisi yang akan digandengnya, PDI-P mungkin sudah merasa bahwa, tanpa koalisipun sudah bisa mengusung sendiri Capres adan Cawapresnya karena hasil Pemilu lalu membuatnya sudah memenuhi ambang minimum atau presidential threshold untuk mengusung sendiri tanpa koalisi Capres dan Cawapresnya, 20% jumlah kursi DPR atau  memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya. Tetapi indikasi dari Ketumnya adalah, Capresnya dari anggota partainya sendiri.

Akhirnya PDI-P pada bulan April 2023 menentukan dan mengumumkan Capresnya dari anggota partainya sendiri, dia itu adalah Ganjar Pranowo. Kira-kira sebulan setelah Ganjar Pranowo menyuarakan penolakan terhadap timnas Israel ikut di dalam Piala Dunia U-20 di Indonesia karena itu sebagai wujud untuk mendukung kemerdekaan Palestina alasannya karena itu sebagai amanat dari Presiden RI pertama, Sukarno.

HASIL-HASIL SURVEI

Begitu antusiasnya para calon-calon pemberi suara Pemilu 2024, gaungnya jauh sebelum hari-H Pemilu dilaksanakan. Hal ini sudah dimulai untuk dimanfaatkan oleh berbagai lembaga survei yang ada di tanah air.

Berikut adalah hasil-hasil survei itu untuk dijadikan sebagai acuan tentang perkembangan naik-turunnya para calon pemilih terhadap para yang digadang-gadang sebagai Capres nanti.

Catatan: Nama-nama Capres akan disingkat saja, untuk memperpendek penulisan dan hasil surveinya dalam satuan prosentase akan di tulis setelah singkatan namanya. Nama calon-calon yang memperoleh angka tidak signifikan misalnya di bawai 3% tidak akan ditulis di sini. Nama-nama itu akan ditulis setelah nama lembaga survei dan tanggal surveinya.

Nama-nama dan singkatannya adalah sebegai berikut: Prabowo Subianto (PS), Anies Baswedan (AB), Ridwan Kamil (RK), Mahfod MD (MD), Agus Harimurti Yodoyono (AHY), Eric Tohir (ET), Muhaimin Iskandar (MI), Gibran Rakabuming (GR) dan Ganjar Pranowo (GP). Penyajiannya adalah hasil survei dari seluruh Indonesia dengan sampel jumlah responden tertentu, dan akan dimulai dari perolehan prosentase besar ke yang kecil.

Hasil Survei Capres :

Hasil survei-survei berikut sebagai referensi untuk menganalisa tentang perilaku perolehan suara menurut hasil survei Capres dan/atau Cawapres. Hasil yang ditampilkan berdasarkan dari hasil survei oleh lembaga survei yang terkenal sejak dari bulan Mei, 2022 sampai dengan Februari 2024 sebelum Pemilu dilaksanakan.

Survei Tahun 2022:

Litbang Kompas: Jan-2022, PS-26,5, GP-20,5, AB-14,2l
Lembaga Survei Jakarta, LSJ: Mei-Jun 2022: PS-29,4, GP-22,2, AB-17,4, RK-6,5
Litbang Kompas: Mei-Jun 2022, 1200 responden: PS-25,3, GP-22, AB-12,6
Lingkaran Suara Publik: Mei-Jun 2022, 1230 resp.: PS-27,7, AB-16,8, GP-16,5, RK-5,7, AHY-5,3
LSI: Agust 2022, 1220 res: GP-24,5, PS -21,3, AB-19,3, RK-10,4, AHY-2,9.
Poltracking: Agust. 2022: GP-26,6, PS-19,7, AB-17,7, AHY-4,7, RK-3,9
Indikator Politik Indonesia, IPI:  Agust.-Sept.: 2022, 1200 resp.: GP-37,4, PS-33, AB-21,5
Saiful Mujani research and consulting, SMRC: Agust-Sept. 2022: GP-44, PS-23, AB-14,2
 Candra Politika: September 2022, 1220 resp.: GP-31,1, PS -24,2, AB -20,6, RK-7,2, SU-2,2. 

Survei Tahun 2023:

Lembaga LSI Denny JA:  Januari 2023 lalu, GP-37,8, PS-25,4,  AB-22,1
LSI Denny JA: 1200 resp. Jan., 2023, GP-43,1, PS-38,5
Indikator Politik Indonesia: April 2023, 1230 resp.: PS 25,3, GP 25,2, AB 12,5, ET 5, MD 2,48
Lembaga LSI Denny JA:  Mei 2023 PS-33,9, GP-31,9, AB-20,8
LSI Denny JA: Mei, PS-44,5, GP-38,1, 
Lembaga LSI Denny JA: Juni 2023 PS-34,3, GP-32,7, AB-22,1
Lembaga Survei Nasional (LSN): Jun, PS-50,4, GP-43,2
Indikator Politik Indonesia (IPI): Juni 2023, 1.220 resp: PS-36,8, GP-35,7, AB-21,5
Poligov: Juni 2023, 1.250 respGP-27,52, PS-22,64, AB-14,16, RK-12,56, ET-5,04, SU-4,08, MD-3,68
Lembaga Survei Jakarta (LSJ): Jun 2023, 1.200 resp: PS-40,3, GP-32,6, AB-20,7
Lembaga LSI Denny JA:: Juli 2023 PS-38,2, GP-35,3, AB-18,4
Lembaga Survey & Poling Indonesia (SPIN): Juli 2023, 1.230 resp:  PS-41,7, GP- 30,3, AB- 21
Lembaga Survei Nasional (LSN):  Jul. 2023, 1420 resp: PS-40,5, GP-30,8, AB-22,4
Lembaga Survei Nasional (LSN): Jul, 2023. PS-52, GP-41,6
Voxpol Center Research & Consulting:  Jul - Agus 2023.: PS-36,5, GP-30,4, AB- 26,4
Lembaga Survei Political Statistics (Polstat): Jul-Agust 2023, 1200 resp.PS-41,4, GP-27, AB-26,9
PoltrackingSep., 2023, 1220 resp.: PS-38,9, GP-37, AB-19,9
PRCSep., 2023, 1220 resp.: GP-40,4, PS-32,3, AB-18,3
Indikator: Sep., 2023, 1200 resp.: GP-33,6, PS-29,3, AB-19,2
Indo Barometer: Okt-2023, 1.230 resp: PS/GR-34,2, GP/MD-26,2, AB/MI-18,3
Charta Politika: Okt-2023, 2400 resp: GP/MD-36,8, PS/GR-34,7,  AB/MI-24,3
Indikator PolitikOkt-Nop, 2023. 1.220 resp: PS/GR-46, GP/MD-30, AB/MI-24
Populi CenterOkt-Nop, 2023. 1.200 resp: PS/GR-43,1 , GP/MD-23, AB/MI-22,3
PoltrackingOkt-Nop, 2023. 1.220 resp: PS/GR-40,2 , GP/MD-30,1, AB/MI-24,4

Survei Tahun 2024:

Indonesia Survey Center (ISC): Jan 2024,1.670 resp.PS/GR: 52, AB/MI : 21,7, GP/MD: 18,1
Charta Politika: Jan 2024, 1.220 resp: PS/GB-42,2, GP/MD-28, AB/MI- 26,7
Poltracking Indonesia: Jan 2024, 1.220 resp: PS/GR: 46,7AB/MI : 26,9GP/MD: 20,6
LSI, Denny JA: Jan 2024, 1.200 resp: PS/GR: 50,7AB/MI : 22GP/MD: 19,7
Populi Center: : Jan-Peb 2024 1500 resp. PS/GB-52,5, AB/MI- 22,1, GP/MD-16,9

Dari hasil survei di atas dapat disimpulkan bahwa, PS pada 6 bulan pertama tahun 2022 masih memimpin, kemudian disusul oleh GP dan AB.

Kenudian, mulai awal enam bulan kedua di tahun 2022, GP mulai mengambil alih sebagai yang teratas hampir dalam setiap survei dan disusul oleh PS kemudian AB.

Sampai dengan dua bulan pertama tahun 2023, GP masih memimpin perolehan jejak pendapat dari tiga Capres terkuat yang muncul. 

Lalu pada hari Kamis, 23 Maret 2023 untuk pertama kalinya GP menyuarakan penolakannya terhadap timnas Israel untuk bertanding di Piala Dunia U-20 di Indonesia. GP menyebutkan penolakan itu wujud dari upaya bersama untuk mendukung kemerdekaan Palestina sesuai dengan amanat Presiden RI pertama, Sukarno. Dan dari kampanye penolakan itu akhirnya Piala Dunia Sepakbola U-20 pun dibatalkan untuk dihelat di Indonesia. Ini tentu berakibat banyak masyarakat yang marah terutama dari mereka para penggemar bola di Tanah Air.

Pernyataan di atas menimbulkan banyak reaksi dari para nitizen, ini terlihat di banyak media sosial ataupun di whatsapp-2 sampai akhirnya kejuaraan dunia itu dibatalkan untuk diselenggarakan di Indonesia. Hal ini semakin menamah lebih banyak orang-orang yang merasa kecewa. 

Pertanyaannya adalah, apakah hal ini menjadikan keuntungan atau malahan sebagai bumerang bagi GP. Analisa dari hasil survei berikut mungkin yang akan menjawabnya. Akan tetapi, bisa saja ada faktor lain yang menyebabkan naik atau turunnya para calon Capres yang sedang mencari dukungan masa. 

Perkembangan selanjutnya adalah penentuan Cawapres dari masing-masing kandidat yang akan bertarung, AB mengumumkan akan menjadikan MI sebagai Cawapresnya pada tanggal 2 September 2023 di Hotel Majapahit, Surabaya. Sedangkan GP mengumumkan akan menjadikan MD sebagai Cawapresnya pada tanggal 18 Oktober 2023. Dan PS mengumumkan akan menjadikan GR sebagai Cawapresnya pada tanggal 22 Oktober 2023. 

Berikutnya adalah peminangan para Capres dan Cawapres oleh para koalisi Partai. AB/MI diusung oleh partai-partai koalisi: Partai NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Keadilan Sejahtera dengan jumlah total suara Pemilu 2019 sejumlah  37.725.552 atau 24,45%.

PS/GR , diusulkan oleh Gabungan Partai Politik, yakni Partai Gerakan Indonesia Raya, Partai Golongan Karya, Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional, Partai Solidaritas Indonesia, Partai Bulan Bintang, dan Partai Garda Republik Indonesia dengan jumlah total suara sah Pemilu 2019 sejumlah 59.726.503 atau 42,67%.

GP/MD , diusulkan oleh Gabungan Partai Politik, yakni PDI Perjuangan, Partai Persatuan Pembangunan, Partai PERINDO, Partai Hati Nurani Rakyat dengan jumlah total suara sah Pemilu 2019 sejumlah 39.276.935 atau 28,06%.

Kemudian pada tanggal 13 Nopember 2023 semua Capres dan Cawapres di atas yang diusung oleh partai-partai koalisi didaftarkan ke Komite Pemilihan Umum RI atau KPU, yaitu AB/MI sebagai calon dengan nomer urut 1, PS/GR sebagai calon dengan nomer urut 2, dan GP/MD sebagai calon dengan nomer urut 3. 

SIAPA YANG BERUNTUNG

Penentuan Cawapres

Cawapres merupakan paket yang menjadi satu dengan Capres dalam Pilpres. Untuk memasukkan hitungan dalam memperoleh jumlah pemilih dalam menentukan Cawapres merupakan strategi yang penting. Ini karena Cawapres ketika Pemilu akan dipajang gambarnya bersama Capres. Untuk itu dalam memilih Cawapres tidak bisa dipandang dengan sebelah mata, ini harus dipertimbangkan dengan penuh perhitungan. 

Pada prinsipnya, Capres dan Cawapres harus dari orang-orang yang bisa dijual untuk mendapatkan pemilih yang lebih banyak. Meskipun awalnya Capres sudah memiliki pendukung tersendiri, akan tetapi apabila dalam memilih atau menentukan Cawapres yang akan mendampinginya adalah Cawapres yang tidak laku dijual di masyarakat, maka ini akan menambah beban kepopuleran si Capres yang sudah memiliki pendukung tertentu itu. Data statistik tahun 2024 tersebut di atas dapat menunjukkan bagaimana tingkahlaku kepopuleran dari ketiga para pasangan Capres dan Cawapres.

Karena penentuan Cawapres dari masing-masing kandidat Capres yang sudah ditentukan oleh masing-masing koalisi sekitar bulan September dan Oktober 2023, maka pengaruh dari penentuan itu bisa dianalisa pada hasil-hasil survei setelah bulan-bulan penentuan itu. Pasangan PS/GR dan AB/MI terus menanjak dan pasangan GP/MD memiliki kecenderungan menurun secara drastis bahkan yang tadinya GP/MD berada di urutan kedua sejak Januari 2024 tergeser ke urutan ketiga.

Debat Capres dan Cawapres

Acara yang tidak kalah penting lagi sebelum Pemilu adalah debat Capres/Cawapres yang disaksikan publik. Ini merupakan debat yang dapat mempengaruhi opini para pemilih, terutama pemilih yang sudah memiliki ancang-ancang tentang siapa yang akan dipilih, tetapi masih belum seratus persen menentukan pilihannya, pemilih yang masih memiliki kecenderungan untuk mengalihkan dukungan apabila mendapatkan yang lebih baik dari hasil debat ini. 

Kelima debat Capres akan dilaksanakan seperti berikut: Debat-debat pertama tanggal 12 Desember 2023, kedua tanggal 22 Desember 2023, ketiga tanggal 7 Januari 2024, keempat 21 Januari 2024 dan kelima 4 Februari 2024 seppuluh hari sebelum Pemilu dilaksanakan.

Tentu bagi mereka yang sudah menentukan pilihannya, kemungkinan apapun dari hasil debat-debat itu tidak akan dapat menggoyahkan pilihan yang sudah mereka tentukan. Terutama yang disebut sebagai pendukung fanatik atau militan dari Capres dan Cawapres masing-masing.

Namun berdasarkan hasil survei 2024 di atas dapat dianalisa tentang pengaruh debat Capres dan Cawapres berdasarkan jadwal tanggal dari kelima debat di atas. Pasangan PS/GR dan AB/MI terus menanjak dan pasangan GP/MD turun drastis bahkan yang tadinya GP/MD berada di urutan kedua sejak Januari 2024 tergeser ke urutan ketiga.

TENTANG DUKUNGAN JOKOWI

Ini adalah hal menarik juga, dukungan Presiden yang sedang menjabat, yaitu Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Ini bukan karena partai pendukungnya, akan tetapi dukungan dari sosok pribadi seorang Presiden. Tentunya, di luar dukungan partai-partai yang menjadi koalisi Presiden yang masih aktip, tentu ada juga pendukung sejati di luar partai koalisinya. 

Dukungan Presiden tiba-tiba berubah, yang tadinya secara terang-terangan mendukung GP sebelum pencalonan GP sebagai Capres, dukungan yang diberikan kepada GP cukup jelas sekali, itu ketika Jokowi, Megawati dan GP duduk bersanding pada acara pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV PDI Perjuangan di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (29/9/2023). Ketika itu hampir semua orang masih memperkirakan bahwa Presiden walaupun tidak secara terang-terangan berpihak kepada salah satu Capres, tetapi dari acara tersebut seperti tersirat bahwa Presiden yang merupakan kader dari partai PDI-P tetap mendukung GP. Pada bulan September 2023 perolehan suara hasil survei-survei GP masih yang paling unggul dibandingkan dengan Capres yang lainnya, walaupun ada satu yangmendapati PS masih mengungguli GP.

Namun setelah GR yang merupakan anak dari Presiden dipilih oleh PS sebagai Cawapresnya pada tanggal 22 Oktober 2023 publik menjadi tidak ragu lagi bahwa Jokowi akan mendukung pasangan PS/GR daripada pasangan GP/MD. Hal ini merupakan salah satu penyebab pasangan GP/MD turun drastis dan pasangan PS/GR naik signifikan.

HASIL PEMILU 2024 

Sebelum memberikan kesimpulan tentang hasil Pemilu terutama Pilpres 2024 yang hasilnya sudah kita ketahui bersama, marilah terlebih dahulu melihat hasil Pemilu tahun 2019. Ini karena untuk menganalisa tentang gerakan para pemilih terutama pemilih yang mendukung Jokowi, PS, GP dan AB. Setelah Jokowi memperlihatkan tidak lagi bersama pilihan kandidat dari PDI-P, maka cukup menarik sekali untuk dicermati, kira-kira ke mana pendukung Jokowi nantinya akan pergi.

Dari hasil pemilu 2019 yang sudah disahkan oleh KPU, menetapkanuntuk Pilpres 2019 bahwa pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin meraih suara 85.607.362 atau 55,50%, sedangkan Prbowo Subianto-Sandiaga Uno meraih 68.650.239 atau 44,50%.

Untuk Pemilu 2019 perolehan masing-masing partai politik Pemihan Legislatif (Pileg) DPR RI adalah sebagai berikur:

PKB: 13.570.097 (9,69%), Partai Gerindra: 17.594.839 (12,57%), PDI Perjuangan: 27.053.961 (19,33%), Partai Golkar: 17.229.789 (12,31%), Partai NasDem: 12.661.792 (9,05%), Partai Garuda: 702.536 (0,50%), Partai Berkarya: 2.929.495 (2,09%), PKS: 11.493.663 (8,21%), Partai Perindo: 3.738.320 (2,67%), PPP: 6.323.147 (4,52%), PSI: 2.650.361 (1,89%), PAN: 9.572.623 (6,84%), Partai Hanura: 2.161.507 (1,54%), Partai Demokrat: 10.876.507 (7,77%), PBB: 1.099.848 (0,79%), PKP Indonesia: 312.775 (0,22%).

Yang menarik untuk disimak adalah perolehan suara Jokowi/Ma'ruf Amin, yaitu 55,5%. Sedangkan total dari perolehan suara koalisinya (PDI-P, Golkar, Nasdem, PPP dan PKP Indonesia) adalah sekitar 45,4%. Pemilu Legislatip PDI-P memperoleh suara sekitar 19,33%.  Walaupun Pemilu legislatip memiliki distribusi yang lebih banyak dari pada Pilpres putaran kedua, ini artinya suara yang diperoleh Jokowi 10% lebih banyak apabila dibandingkan dengan suara dari koalisi pendukungnya. Artinya Jokowi memiliki masa pendukung sendiri di luar masa pendukung partai koalisinya. Dengan demikian, maka Jokowi tidak bisa dikesampingkan dalam Pilpres 2024 ini. Jokowi dapat merubah peta arah perpolitikan di Tanah Air. Bahkan mungkin Jokowi bisa menganggap dirinya sebagai Part of the King Maker.

Hasil yang dikeluarkan KPU untuk Pilpres 2024 ini adalah: 

Berikut ini adalah peminangan para Capres dan Cawapres oleh para koalisi Partai. AB/MI, diusung oleh partai-partai koalisi: Partai NasDem, PKB, dan PKS dengan jumlah total perolehan suara koalisi Pemilu 2024 adalah 28,68%.

PS/GR , diusulkan oleh Gabungan Partai Politik, yakni Gerindra, Golkar, PD, PAN, PSI, PBB, dan Partai Garda Republik Indonesia dengan jumlah total suara koalisi Pemilu 2024 adalah 46,22%.

GP/MD , diusulkan oleh Gabungan Partai Politik, yakni PDI-P, PPP, Perindo, Hanura dengan jumlah total suara koalisi Pemilu 2024 adalah 22,59%.

Sedangkan hasi Pilpres 2024 adalah: Pasangan capres-cawapres nomor urut 1, AB/MI mendapatkan 40.971.906 suara, setara 24,95% dari seluruh suara sah nasional. Pasangan nomor urut 2, PS/GR  memperoleh 96.214.691 suara atau 58,59% dari total suara sah nasional. Pasangan nomor urut 3, GP/MD mengantongi 27.040.878 suara atau 16,47% suara sah nasional.

Dan hasil lengkap berdasarkan hasil rekapitulasi nasional untuk Pemilu Pileg versi KPU yang diambil dari detik.com, ada 8 partai politik yang meraih suara lebih dari 4%, yaitu PDIP, Golkar, Gerindra, PAN, PKB, Partai Demokrat, PKS, dan NasDem. Berikut daftar perolehan suaranya dengan rincian sebagai berikut.

PDIP: 25.387.279 suara (16,72%), Partai Golkar: 23.208.654 suara (15,28%), Partai Gerindra: 20.071.708 suara (13,22%), PKB: 16.115.655 suara (10,61%), Partai NasDem: 14.660.516 suara (9,65%), PKS: 12.781.353 suara (8,42%), Partai Demokrat: 11.283.160 suara (7,43%), dan, PAN: 10.984.003 suara (7,23%)

Sementara itu, ada 10 partai yang memperoleh suara di bawah 4%, yaitu PPP, PSI, Partai Gelora, Partai Ummat, PBB, PKN, Partai Perindo, Partai Buruh, Partai Hanura, dan Partai Garda. Berikut daftar parpol suara di bawah 4%:

PPP: 5.878.777 suara (3,87%), PSI: 4.260.169 suara (2,80%), Partai Perindo: 1.955.154 suara (1,28%), Partai Gelora: 1.281.991 suara (0,84%), Partai Hanura: 1.094.588 suara (0,72%), Partai Buruh: 972.910 suara (0,64%), Partai Ummat: 642.545 suara (0,42%), PBB: 484.486 suara (0,31%), Partai Garuda: 406.883 suara (0,26%), dan PKN: 326.800 suara (0,21%)

Apabila dibuatkan tabel antara perolehan suara Pemilu Legislatip/Pileg Koalisi dan Pilpres, maka hasilnya sebagai berikut:

No.Urut(Pasangan) ------------Total Suara Koalisi 2024 -------------- Perolehan Suara Pilpres 2024

No. 1(AB/MI)        ------------               28,68%                ---------------           24,95%

No. 2(PS/GR)        ------------               46,22%                ---------------           58,59%

No. 3(GP/MD)       ------------              22,59%                 ---------------          16,47%

Dari tabel hasil Pemilu 2024 di atas nampak sekali bahwa perolehan suara pasangan GP/MD adalah 16,47% yang bisa dikatakan sama dengan jumlah prosentase perolehan suara Partai PDI-P yaitu 16,72% ketika Pileg sudah ditinggal oleh Jokowi, dan bisa dikatakan selisih suaranya sudah pindah ke pasangan PS/GR yang mana pasangan ini wapresnya adalah putra dari Jokowi.

Juga demikian tentang pasangan AB/MI, selisih dari perolehan total suara koalisinya pindah juga ke pasangan PS/GR. Ini artinya, kemungkinan di dalam pasangan koalisi yang mengusung AB/MI ada pendukung Jokowi yang suaranya dipindahkan untuk mendukung pasangan PS/GR. 

Dengan demikian, maka suara Jokowi tidak bisa dianggap ringan. Seandainya saja Jokowi tetap di PDI-P dengan kata lain GR yang putra Jokowi tidak jadi Cawapres dari PS, maka kemungkinan besar Pilpres akan ada 2 putaran. Dan akibatnya, suara yang tersingkir akan mirasi ke mana-mana. Yang pasti untuk putaran kedua PS akan berhadapan dengan salah satu dari AB atau GP. 

END.

Medeo 20/04/2025

No comments: