Khotbah Pertama:
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Marilah kita senantiasa berupaya meningkatkan rasa syukur kita kepada Allah dengan senantiasa istiqamah dalam takwa, dalam melaksanakan segala perintah Allah dan sunnah-sunah Nabi-Nya, menjauhi segala larangan-Nya dan tidak berbuat maksiat dan durhaka kepada-Nya dan marilah kita selalu tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt dengan sebaik-baik takwa.
Jama’ah Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Pada suatu hari, sebelas orang wanita duduk berkumpul dan masing-masing dari mereka menceritakan kisahnya dengan suaminya. Salah satu dari mereka adalah wanita yang bijak dan cerdas yang menghargai keadaan suaminya. Wanita itu menyebutkan bahwa suaminya murah hati kepadanya, menghabiskan hartanya untuknya, memberinya kebaikan, selalu menemani dan bersikap baik kepadanya, serta membuatnya bahagia dan menghormati keluarganya. Maka siapakah wanita itu? Wanita itu adalah Ummu Zar. Siti Aisyah ra pernah menceritakan kisah Ummu Zar dengan suaminya Abu Zar kepada Rasulullah saw, lalu Rasulullah saw bersabda:
“Aku terhadapmu adalah seperti Abu Zar terhadap Ummu Zar.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Lalu Siti Aisyah ra pun menjawabnya, seraya mengakui kebaikannya dan menyebut-nyebut kebaikannya seraya berkata:
“Demi ayah dan ibuku wahai Rasulullah. Engkau lebih baik bagiku daripada Abu Zar.”
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah. Salah satu penghormatan seorang istri kepada suaminya adalah dengan senantiasa memujinya di hadapan orang lain dan menjaga dirinya ketika suaminya tidak berada di rumah. Sifat mulia ini hendaklah menghiasi para istri yang sholeha dan setia, sebagaimana yang telah Allah Swt katakan:
“….Perempuan-perempuan saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada karena Allah telah menjaga (mereka)….” (QS. An Nisa : 34)
Istri yang sholeha baik sebagai wanita karir atau ibu rumah tangga akan senantiasa menghormati dan memuji perbuatan suaminya, karena ia menyadari bahwa suami adalah sandaran, tempat berlindung, dan sosok pelindung keluarganya. Menghormatinya adalah hak yang paling utama baginya, karena suami adalah orang yang telah bekerja keras dan melakukan yang terbaik untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarganya serta melakukan segala cara untuk membahagiakan keluarganya.
Jama’ah Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Sesungguhnya menghormati suami merupakan budaya yang luhur, yang mana di atasnya rumah tangga dibangun dan keluarga didirikan. Maka, setiap istri wajib menanamkan budaya ini kepada anak-anaknya dengan menghormati suaminya, karena ia adalah teladan dan panutan bagi mereka. Seorang istri hendaklah menanamkan kepada anak-anaknya melalui tutur kata dan perbuatannya hingga menjadi budaya di seluruh lapisan masyarakat. Sesungguhnya salah satu cara istri menunjukkan penghormatan kepada suaminya adalah dengan mengungkapkan rasa terima kasih kepadanya, karena barangsiapa yang tidak banyak bersyukur, maka ia tidak akan bersyukur kepada yang sedikit. Rasulullah saw bersabda:
“Tidak bersyukur kepada Allah, orang yang tidak berterimakasih kepada orang lain.” (HR. Abu Daud)
Salah satu keutamaan bagi para istri adalah mengucapkan terima kasih kepada suaminya dan memujinya di hadapan keluarga suaminya maupun keluarga dirinya. Hendaklah dia tidak terhalang oleh rasa malunya untuk mengucapkan terima kasih kepada suaminya, dengan ungkapan yang paling lembut yang menyenangkannya dan dengan nama panggilan yang disukai suaminya, sebagaimana dalam hadits disebutkan bahwa
“Allah tidak akan memandang seorang wanita yang tidak berterima kasih pada suaminya.” (HR. An Nasa’i)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Sudah sepatutnya bagi seorang istri untuk mendukung apa yang menjadi keputusan suaminya, menghargai ucapan dan pendiriannya, tidak mencela dan merendahkannya, tidak mempermalukannya atas kekeliruan dan kelemahannya, serta menghindari berdebat dan bertengkar dengannya, sehingga dia tidak menjadi orang yang apabila bertengkar dia berbuat kecurangan (licik). Akan tetapi sebaliknya, seorang istri hendaklah mengambil inisiatif untuk berdamai dengan suaminya demi menjaga keharmonisan di dalam rumah tangganya, sebagaimana hadits Rasulullah Saw:
“Sebaik-baik wanita dari ahli surga, penyayang, subur dan taat kepada suaminya. Apabila ia tersakiti atau terluka ia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya seraya berkata: “duhai suami …inilah tanganku yang terulur pada tanganmu memohon maafmu. Sungguh aku tak mampu memejamkan mata hingga engkau ridho.” (HR. An Nasa’i)
Betapa besar penghormatan yang diberikan kepada seorang suami, maka betapa besar pula pengaruh positif yang diberikannya, jika hal itu muncul dari hati seorang istri yang bijak, yang menjaga privasi suaminya dan mendorong untuk meraih cita-citanya.
Jama’ah Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Sesungguhnya istri yang bijak dalam hidupnya, yang tulus dalam cinta dan menghormati suaminya adalah istri yang tidak membebani suaminya di luar kesanggupannya, tidak membandingkan keadaannya. Tidakkah kalian tahu bahwa tidak ada seorang pun yang luput dari kesalahan? Dan kesempurnaan hanya milik Allah Swt. Tidakkah kalian menyadari bahwa adalah kewajiban seorang istri untuk memperhatikan keadaan suaminya, sebagaimana sabda nabi Muhammad Saw:
“Lihatlah siapa yang berada di bawah kalian, dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian, sebab yang demikian lebih patut agar kalian tidak memandang remeh nikmat Allah atas kalian.” (HR. Muslim)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.ُ
Mari kita memohon kepada Allah Swt. Semoga Allah meridai keluarga kita semua dan mengisi keluarga dan rumah-rumah kita dengan kebahagiaan dan kenteraman. Ya Allah anugerahkanlah kami semua kemudahan untuk patuh kepada-Mu, patuh kepada Rasul-Mu Muhammad dan patuh kepada orang yang Engkau perintahkan untuk kami patuhi. Sebagaimana Firman-Mu: ....
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu”. (QS. An Nisa ayat 59)
Khutbah Kedua:
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Sesungguhnya penghargaan dan penghormatan istri terhadap suaminya merupakan hasil penghargaan dan penghormatan sang suami terhadap istrinya. Saling menghargai dan menghormati adalah kewajiban bersama dan sudah menjadi fitrah manusia serta hasrat kejiwaan yang nampak dalam setiap hubungan manusia. Terlebih lagi dalam hubungan suami-istri, demikian itu lebih penting dan memiliki dampak yang lebih dalam di antara mereka, sehingga menjadi penyebab keberhasilan, kebahagiaan dan keberlangsungan dalam rumah tangga. Saling menghargai dan menghormati juga merupakan obat bagi hati yang dapat menenangkannya, dan mampu memperkuat stabilitas dalam keluarga. Di antara suami dan istri hendaklah sama-sama meluangkan waktunya untuk berdialog walaupun hanya satu jam dalam sehari, di mana mereka dapat saling berkata romantis dan saling menghormati yang dapat membantu menghadapi tantangan dan rasa kekhawatiran sehari-hari, serta membantu membebaskan dari berbagai tekanan hidup. Maka mari kita renungkan bersama hadits Rasulullah Saw tentang cara mewujudkan komunikasi yang paling luhur antara suami dan istri. Ketika Rasulullah Saw berkata kepada istrinya Siti Aisyah Ra:
“Sesungguhnya aku benar-benar tahu saat kamu senang padaku dan saat kamu marah padaku.” Aisyah berkata, “Aku bertanya, “Dari mana Engkau mengetahui hal itu?”, maka Nabi pun menjawab, “Jika kamu senang padaku, maka kamu berkata, ‘Demi Tuhan Muhammad.’ Namun bila kamu sedang marah padaku, maka kamu berkata, ‘Tidak. Demi Tuhan Ibrahim.” Aku pun berkata, “Demi Allah wahai Rasulullah, aku tidak menyebut namamu (saat marah).” (HR Bukhari dan Muslim)
Jama’ah Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Betapa indahnya rasa saling menghargai dan menghormati antara suami dan istri. Betapa pentingnya waktu untuk berdialog di antara mereka. Sudah sepantasnya setiap pasangan menjadikan saling menghargai dan menghormati sebagai cara hidup, yang mana dengannya mereka dapat memperbarui rasa kehangatan dalam berkeluarga, meningkatkan kestabilan jiwa bagi anak-anaknya, dan mempererat ikatan kasih sayang di antara mereka. Jika seorang suami menemukan kebahagiaannya di dalam rumah, maka ia akan lebih kreatif dan semangat dalam pekerjaannya yang akan menguntungkan keluarganya dan membawa kebaikan bagi masyarakat dan negaranya. Allah Swt berfirman:
“Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS Ar Rum : 21)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.ُ
Demikian khutbah singkat yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi diri kami dan jama’ah sekalian. Semoga kita tetap di dalam golongan hamba-hamba Allah yang sholeh.
MA Solo: 14/02/2025
No comments:
Post a Comment