Friday, February 19, 2016

KHOTBAH JUM'AT JANUARI 2016

Khutbah Jumat, 21 Rabiul Awwal 1437 H / 01 Januari 2016
Membaca kunci pengetahuan
Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَمَرَ نَبِيَّهُ r بِالْقِرَاءَةِ، وَجَعَلَهَا سَبِيلاً لِلرُّقِيِّ وَالسَّعَادَةِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، قَالَ تَعَالَى:( وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ)([1]).
Kaum muslimin : sesungguhnya Allah mengutus nabi-Nya Muhammad pada ummat yang tidak membaca dan menulis, kemudian Nabi mentransfer mereka menjadi ummat yang yang menulis, membaca dan dipenuhi hikmah. Allah berfirman :
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah (As sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (Al Jumu’ah 62 : 2).  Sebagian mufassir menyebutkan bahwa : ummat ini merupakan ummat yang tidak bisa baca tulis (Qatadah  dalam Tafsir  At Thabari 23/372), hingga datang hikmah dari Allah yang mengangkat sebagian dari hamba-Nya menjadi orang yang berilmu, dan mereka menikmati kemuliaan ilmu tersebut. Dan Allah memulai risalah penutup dalam firman-Nya :
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
"Bacalah dengan (menyebut) nama  Tuhanmu yang menciptakan"   (Al 'alaq 96 : 1). Ini merupakan pengantar penghapusan buta huruf, awal kebangkitan dan kepemimpinan, dan Allah akan mengangkat kedudukan orang yang menulis, membaca dan orang yang berilmu, Allah berfirman :
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan  Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (Al Mujadilah 58 : 11)

Para jamaah shalat : Nabi selalu berusaha untuk memperkuat cinta membaca pada masyarakat, hasilnya kaum muslimin menjadi rajin menulis dan membaca, sehingga Nabi berhasil membangun sebuah ummat yang matang, terpelajar, sadar dan membaca. Sahabat yang memiliki kepandaian membaca mendapatkan tempat tersendiri di sisi Rasulullah, salah satunya adalah Zaid bin Tsabit, ia mendapatkan tugas mulia dari Rasulullah, karena ia pandai membaca dan menulis, hingga ia menjadi salah satu penulis Mushaf dan surat menyurat, bahkan ia menjadi penterjemah sebagian bahasa. Rasulullah juga mengirim para sahabat yang pandai membaca ke negara-negara lain agar mereka dapat mengajarkan Al Quran, Rasulullah bersabda : 
بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
“Sampaikan dariku walaupun satu ayat” (Bukhari 3461). Orang yang pandai membaca, baik itu dewasa maupun mereka masih berusia muda belia, menjadi teman dan penasehat Umar bin Khattab (Bukhari 4642).

Para sahabat sungguh-sungguh dalam belajar, mereka berlomba menghapal dan menulis, ini merupakan penanaman cinta membaca di hati para penduduk Arab dan muslimin, sehingga pengetahuan mereka berlimpah, mereka menyelami sumber peradaban dan pengetahuan, yang akhirnya membuat gerakan penulisan, karangan, penterjemahan dari berbagai bahasa dan peradaban menjadi lebih giat dan meluas, dan perpustakaan menjadi bukti buah dari peradaban Islam tersebut,  gerakan inilah yang memperkaya semua perpustakaan dunia dan bahkan yang terbesar sepanjang sejarah, Perpustakaan, Madinah, Makkah, Al Quds, Cairo, Baghdad, Damaskus, Cordoba, Seville dan Granada. Semua menjadi saksi atas bangunan peradaban dan kebudayaan, dan merupakan betapa pentingnya nilai membaca bagi penduduk Arab dan kaum muslimin.

Kaum mukminin : sesungguhnya membaca memiliki dampak dan manfaat besar, karena ia merupakan mata rantai untuk mendapatkan pengetahuan yang telah dianugerahkan oleh Allah, ia menjadi salah satu penyebab kemajuan dan kedudukan mulia. Membaca dapat menyinari akal dan pandangan, memperkaya pengetahuan dan memperluas jangkauan pemikiran, dengannya peradaban dibangun, kebudayaan ditinggikan, semua itu melalui membaca dan menelaah hasil pemikiran manusia, yang diambil dari pengetahuan, kebudayaan dan peradabannya. Dengan membaca kemajuan dan kepioneran dapat digapai, dengannya komunikasi saling pengertian dapat dibangun antara ummat dapat terwujud, sebagaimana membaca buku-buku yang bermanfaat dapat menjadi jendela atas dunia, dan juga ilmu dengan beragam cabangnya, inovasi dan penemuannya tercipta dari bacaan. Dan setiap penulis, pengarang atau penterjemah telah menuliskan hasil karya pemikirannya, pengalamannya dan kerjanya, sehingga para pembaca dapat meningkatkan kemampuan dan memperluas pemikirannya.

Hamba Allah : hal yang paling bermanfaat ditanamkan pada anak-anak kita adalah cinta membaca, dengannya generasi kita dapat berbekal pengetahuan yang kuat, ilmu dan peradaban yang bermanfaat. Yang terpenting adalah membaca Al Quran, membacanya dengan penuh penghayatan dan kekhusuan, karena ia adalah kitab yang abadi yang dipenuhi mukjizat ilahi, yang dapat mengangkat manusia, membacanya dapat meninggikan derajat dan kedudukannya. Salah satu dari kemurahan yang diberikan oleh Allah adalah menjadikan balasan setiap bacaan satu huruf dari Al Quran akan mendapatkan pahala dan balasan yang melimpah, Nabi bersabda : 
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ, وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ  ألم حَرْفٌ, وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ, وَلَامٌ حَرْفٌ, وَمِيمٌ حَرْفٌ
“Barang siapa membaca satu huruf dari kitabullah, maka baginya dengannya satu kebaikan, dan satu kebaikan dengan sepuluh kali lipat, aku tidak berkata alif lam mim satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf”(At Tirmidzi 2910).

Sesungguhnya duduk mendampingi anak-anak membaca buku di ruang keluarga dapat menumbuhkan kemampuan mereka dalam membaca, memompakan semangat pada  mereka untuk tetap konsisten, begitu pula menemani anak-anak untuk menulis ungkapan yang baik dan mengajak mereka untuk berkomunikasi aktif, semoga hasilnya akan tampak dan dengan rajin membaca akan menambah keluasan dalam wawasan, serta dapat membantu mereka dalam menghapal, menjadikan buku-buku yang bermanfaat dihadapan mata mereka, melindungi mereka dari semua informasi yang tidak benar, ajak mereka mengenail budaya yang moderat. Perlu diingat bahwa kenikmatan membaca dan menelaah buku dapat membangkitkan kebahagiaan dan ketentraman, disebutkan dalam sebuah syair :
“Sebaik-baiknya teman di segala masa adalah buku”

Salah satu penyebab terkuat yang dapat membantu cinta membaca adalah : adanya perpustakaan kecil yang memuat buku-buku yang sesuai dengan keluarga dan anak-anak dan tentu yang sesuai dengan umur mereka, perpustakaan yang mudah dijangkau yang meliputi pengetahuan dan seni yang bermanfaat yang dapat menumbuhkan akal mereka, memperkaya peradaban mereka, sehingga budaya membaca tertanam kuat pada anggota masyarakat.

Para jamaah shalat : sesungguhnya manfaat banyak membaca adalah kemampuan untuk menulis, karena ilmu dan pengetahuan yang matang akan melahirkan pemikiran yang bermanfaat, pena menjadi mudah untuk menuliskan, sehingga di kemudian hari dapat menelorkan karangan dan buku-buku yang dapat bermanfaat bagi manusia, yang dapat menerangi hati dan pikiran mereka.

Ya Allah, ajarilah kami ilmu yang bermanfaat, dan berilah kemanfaatan dengan ilmu yang telah Engkau ajarkan pada kami, hiasilah kami dengan pemahaman, ilmu dan kesabaran, dan berilah kami taufiq untuk selalu mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Khutbah  Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

Para jamaah shalat : sesungguhnya bertakwa pada Allah merupakan sebaik-baiknya bekal untuk akhirat, dan sesungguhnya membaca merupakan sebaik-baiknya bekal seseorang untuk memakmurkan dunia, dan menggapai keberuntungan di akhirat, oleh karena itu “membaca” menjadi perhatian penuh pemerintah, seperti dengan mengadakan pameran buku, menganjurkan membaca melalui inisiatif dan lomba yang ada hubungan dengan membaca, menyediakan hadiah dan insentif, dan Syaikh Khalifah Bin Zayed, Kepala Negara –semoga Allah melindunginya- menjadikan tahun 2016 sebagai tahun membaca, dan sebaik-baiknya penginvestasian waktu adalah dengan membaca dan menelaah buku, terutama saat menunggu, seperti di ruang tunggu rumah sakit, klinik, transportasi dan lainnya.

Wakil Presiden, Syaikh Muhammad Bin Rashed Al Maktom –semoga Allah melindunginya- mengajak pengadaan Pencucian Otak melalui tahun membaca, karena pemikiran dan ide-ide itu muncul melalui membaca, sehingga membaca menjadi kebiasaan masyarakat yang populer. Menjadikan membaca menjadi bagian dari budaya, kebiasaan dan kehidupan generasi kita. Beliau menambahkan : sesungguhnya para ulama, peneliti dan innovator yang akan memimpin masa depan kita hendaknya mereka dibangun atas dasar cinta membaca, senang pada pengetahuan dan kelebihannya, agar mereka kelak dapat melahirkan generasi yang senang membaca dan menelaah, dan Emirat kelak menjadi Ibu Kota Konten dan Pengetahuan.
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([2]). اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ فَقِّهْنَا فِي الدِّينِ، وَسَهِّلْ لَنَا طُرُقَ الْعِلْمِ, وَيَسِّرْ لَنَا سُبُلَ الْقِرَاءَةِ وَالْمَعْرِفَةِ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.
اللَّهُمَّ ارْحَمْ شُهَدَاءَ الْوَطَنِ وقُوَّاتِ التَّحَالُفِ الأَبْرَارَ، وَأَنْزِلْهُمْ مَنَازِلَ الأَخْيَارِ، وَارْفَعْ دَرَجَاتِهِمْ فِي عِلِّيِّينَ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ، يَا كَرِيمُ يَا غَفَّارُ. اللَّهُمَّ اجْزِ خَيْرَ الْجَزَاءِ أُمَّهَاتِ الشُّهَدَاءِ وَآبَاءَهُمْ وَزَوْجَاتِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ جَمِيعًا، اللَّهُمَّ انْصُرْ قُوَّاتِ التَّحَالُفِ الْعَرَبِيِّ، الَّذِينَ تَحَالَفُوا عَلَى رَدِّ الْحَقِّ إِلَى أَصْحَابِهِ، اللَّهُمَّ كُنْ مَعَهُمْ وَأَيِّدْهُمْ، اللَّهُمَّ وَفِّقْ أَهْلَ الْيَمَنِ إِلَى كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْمَعْهُمْ عَلَى كَلِمَةِ الْحَقِّ وَالشَّرْعِيَّةِ، وَارْزُقْهُمُ الرَّخَاءَ وَالاِسْتِقْرَارَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِينَ.
اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ مَرِيضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. اللَّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الأَكْرَمِينَ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحَّةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلاَ تَدَعْ فِيْنَا وَلاَ مَعَنَا شَقِيًّا وَلاَ مَحْرُوْمًا.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ([3]).
اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الأَرْضِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللَّهِ:( إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ)([4])
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ( وَأَقِمِ الصَّلاَةَ إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ)([5]).
________________________________________________________________
 
Khutbah Jumat, 28 Rabiul Awwal 1437 H / 08 Januari 2016
Bertanggung Jawab
Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَثَابَ عِبَادَهُ الْمُجْتَهِدِينَ، وَأَجْزَلَ الْعَطَاءَ لِلصَّابِرِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، تَحَمَّلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ الصِّعَابَ، حَتَّى بَلَّغَ رِسَالَتَهُ، وَأَدَّى أَمَانَتَهُ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، قَالَ تَعَالَى:( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ)([1]).
Kaum muslimin : Allah menciptakan manusia agar dijadikan khalifah di muka bumi, dibekalinya dengan kemampuan yang besar dan sifat yang besar pula, diberikannya akal dan kemauan, serta ditundukkan untuknya semua yang ada di bumi, agar ia mampu menjalankan tugas memakmurkan dan membangun bumi, Allah Swt berfirman :
وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasan Allah) bagi kaum yang berpikir”  (Al Jatsiyah 45 : 13).Sehingga manusia dapat menunaikan amanah yang dibebankan oleh Allah padanya, maka hendaknya ia memiliki kemampuan untuk bersabar dan bertanggung jawab, bekerja aktif dalam menjalankan tugasnya, dan terus membangun sifat yang istimewa, berbuat baik dan berlaku tekun, sebagaimana dianjurkan oleh Nabi r dalam sabdanya :
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ الْعَبْدُ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ
“Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba bila ia berbuat satu perbuatan, maka ia lakukan dengan tekun”(Al Baihaqi  dalam Syu’bul Iman 5312). Ketekunan yang dicintai oleh Allah dalam melakukan perbuatan mengandung konsekuensi sabar dalam menghadapi kesulitan, teguh dalam mewujudkan cita-citanya, menghadapi tekanan kehidupan, bersabar atas kesusahan dan mengalahkan nafsunya, Rasulullah r bersabda :
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ، وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Surga diliputi oleh hal-hal yang tidak menyenangkan dan neraka diliputi oleh syahwat” (Muslim 2822)


Para jamaah shalat : sesungguhnya kemampuan dalam menghadapi kesulitan dan tantangan memiliki beragam bentuk, sebagai contoh Rasulullah bersabar dalam menghadapi tantangan dan kesulitan saat mengajak manusia menuju hidayah Allah, Beliau sabar saat disakiti oleh kaumnya selama tiga belas tahun, beliau menerima berbagai hinaan terhadap dirinya, keluarganya dan sahabatnya. Mereka memboikot semua klannya, sehingga mereka terpaksa tingga di lembah Abu Thalib selama tiga tahun, mereka makan dedaunan pohon, mereka bertanggung jawab dan sabar, Rasulullah tetap bersabar, bertanggung jawab dan teguh, dan beliau tidak meninggal dunia melainkan telah menunaikan amanahnya, mempersatukan manusia, menghentikan pertumpahan darah, melindungi kehormatannya, menjaga hak-haknya dan hartanya, hingga Allah menyempurnakan dan menutup risalah ini, beginilah hendaknya seorang muslim berteladan pada Rasulullah dalam bersabar dan bertanggung jawab, dalam membalas keburukan dengan kebaikan, dalam menghadapi amarah dengan ampunan dan pemaafan, dan Nabi kita memiliki kelapangan dada, interaksi yang baik, ucapan yang baik, komunikasi yang baik, sabar dan lembut, tidak membalas keburukan dengan keburukan, akan tetapi justeru memaafkan, dari Anas bin Malik berkata :
كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ r وَعَلَيْهِ رِدَاءٌ نَجْرَانِيٌّ غَلِيظُ الْحَاشِيَةِ، فَأَدْرَكَهُ أَعْرَابِيٌّ، فَجَبَذَهُ بِرِدَائِهِ جَبْذَةً شَدِيدَةً، نَظَرْتُ إِلَى صَفْحَةِ عُنُقِ رَسُولِ اللَّهِ r وَقَدْ أَثَّرَتْ بِهَا حَاشِيَةُ الرِّدَاءِ، مِنْ شِدَّةِ جَبْذَتِهِ، ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ مُرْ لِي مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِي عِنْدَكَ، فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ r فَضَحِكَ، ثُمَّ أَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ
 “Aku berjalan bersama Rasulullah, ketika itu beliau mengenakan sorban Najran yang tebal ujungnya, lalu ada seorang arab yang menjumpainya, kemudian ia menarik sorbannya dengan kuat. Aku melihat ke tengkuk Rasulullah dan terlihat bekas ujung sorbannya karena tarikannya yang keras,  kemudian ia berkata : wahai Muhammad, berikan padaku sebagian dari harta Allah yang ada padamu, beliau menoleh padanya dan tertawa, kemudian ia memerintahkan untuk memberikan sesuatu padanya” (Muttafaq ‘alaih)


Banyak pelajaran yang bermanfaat dan berguna dalam hal tanggung jawab bagi setiap manusia sesuai dengan kedudukan dan pekerjaannya, seorang pegawai bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya dimana saja, seorang hakim, dokter, insinyur, guru, wartawan, imam masjid, tentara, polisi dan semua profesi  harus andil bertanggung jawab dalam membangun negerinya, berbakti pada masyarakatnya dan membahagiakan mereka, sebagaimana kedua orang tua memiliki tanggung jawab dalam kehidupan keluarganya, keduanya mengarungi bahtera kehidupan dengan jiwa dan kemauan yang kuat, manajemen yang baik untuk menjaga keutuhan keluarga, keduanya bertanggung jawab dalam menghadapi tekanan kehidupan dan kesusahannya, bertanggung jawab dalam mendidik anak, mengarahkan dan mengoreksi kesalahan mereka, Nabi bersabda :
وَالرَّجُلُ فِي أَهْلِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالْمَرْأَةُ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا
“Dan seorang suami dihadapan keluarganya adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas orang yang dipimpinnya, dan seorang isteri di rumah suaminya adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas orang yang dipimpinnya” (Muttafaq ‘alaih)

Kaum muslimin : sesungguhnya menjalankan tugas besar dengan penuh kemampuan, membuktikan arti sebuah tanggung jawab, dimana para sahabat Nabi telah mencontohkan yang patut diteladani dalam menjalankan tugas dengan kesungguhan, tanpa lelah dan malas walaupun tugasnya cukup berat, Zaid bin Tsabit berkata : Abu Bakar RA berkata : wahai Zaid bin Tsabit, sesungguhnya kau masih muda belia dan berakal, sebagaimana kau telah menulis wahyu untuk Rasulullah, mencari dan mengumpulkan Al Quran. Zaid RA berkata : demi Allah, andaikata mereka membebaniku untuk memindahkan satu gunung, maka itu tidak lebih berat terhadapku melebihi perintahnya padaku untuk mengumpulkan Al Quran. Zaid RA berkata : lalu aku mulai mencari tulisan ayat-ayat Quran dan mengumpulkannya dari pelepah kurma, lempengan batu dan dari hafalan para sahabat” (Bukhari 4986). Zaid mampu melakukan tugasnya dengan tekun dan penuh tanggung jawab atas tugas mulia ini, sehingga ia terjaga sepanjang zaman, dan inilah Al Quran yang kit abaca sekarang dalam satu mushaf.

Arti tanggung jawab juga telah ditunjukkan  oleh pendiri kemajuan negara kita yaitu almarhum Syaikh Zayed bin Sultan Al Nahyan, yang bertanggung jawab dalam mewujudkan cita-cita mulia dan dalam menghadapi tantangan, sehingga Negara Emirates Arab menjadi negara yang kuat, berdiri teguh dan rakyatnya mendapatkan kebahagiaan dan kemakmuran, dan peradabannya dipenuhi dengan kebaikan dan pemberian.

Ya Allah lindungilah Emirates kami, berkahilah semua pemimpin kami, langgengkanlah persatuan dan kekuatan kami, dan  berilah kami taufiq untuk selalu mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad  r  dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.


Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى نِعَمِهِ الَّتِي لاَ تُعَدُّ وَلاَ تُحْصَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ الْعَلِيُّ الأَعْلَى، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ الْمُصْطَفَى، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أُولِي الصِّدْقِ وَالْوَفَا، وَالطُّهْرِ وَالتُّقَى، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا.
Kamu muslimin : sesungguhnya takwa pada Allah merupakan wasiat yang paling utama, dan berterima kasih terhadap pemimpin kami yang bijak yang bertanggung jawab dalam membangun negara ini, ia telah memberikan pelayanan yang paling bagus untuk rakyatnya. Diantara nikmat Allah yang diberikan pada kita di negara Emirates adalah diberikannya kita pemimpin yang bijak, yang menegakkan keadilan diantara kita, melindungi kemaslahatan kita, ia berjaga untuk ketentraman kita, ia membukakan hidup nyaman pada kita, keamanan, kemakmuran dan ketenangan. Kepala Negara Yang Mulia Syaikh Khalifah bin Zayed Al Nahyan menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada saudaranya Yang Mulia Syaikh Muhammad bin Rashed Al Maktom – Wakil Kepala Negara, Perdana Menteri dan Penguasa Dubai atas berlalunya sepuluh tahun atas jabatan yang diembannya, dimana dengan taufiq dari Allah, beliau telah menorehkan kesuksesan, mengatasi kesulitan dan tantangan, beliau telah membentuk sebuah team kerja nasional, membangun pemerintahan yang cerdas, mengangkat posisi kepemimpinannya, mengkonsolidasikan persatuan nasional, memimpin ekonomi nasional yang kuat, berimbang dan berkelanjutan, meluncurkan berbagai inisiatif nasional yang istimewa yang dapat membahagiakan rakyat dan melanyani negerinya.

هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى:( إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا)([2]). فاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ التَّحَمُّلِ وَالصَّبْرِ، وَامْنُنْ عَلَيْنَا بِالتَّوْفِيقِ لِكُلِّ خَيْرٍ، وَسَهِّلْ لَنَا كُلَّ صَعْبِ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.
اللَّهُمَّ ارْحَمْ شُهَدَاءَ الْوَطَنِ وقُوَّاتِ التَّحَالُفِ الأَبْرَارَ، وَأَنْزِلْهُمْ مَنَازِلَ الأَخْيَارِ، وَارْفَعْ دَرَجَاتِهِمْ فِي عِلِّيِّينَ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ، يَا عَزِيزُ يَا كَرِيمُ. اللَّهُمَّ اجْزِ خَيْرَ الْجَزَاءِ أُمَّهَاتِ الشُّهَدَاءِ وَآبَاءَهُمْ وَزَوْجَاتِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ جَمِيعًا، اللَّهُمَّ انْصُرْ قُوَّاتِ التَّحَالُفِ الْعَرَبِيِّ، الَّذِينَ تَحَالَفُوا عَلَى رَدِّ الْحَقِّ إِلَى أَصْحَابِهِ، اللَّهُمَّ كُنْ مَعَهُمْ وَأَيِّدْهُمْ، اللَّهُمَّ وَفِّقْ أَهْلَ الْيَمَنِ إِلَى كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْمَعْهُمْ عَلَى كَلِمَةِ الْحَقِّ وَالشَّرْعِيَّةِ، وَارْزُقْهُمُ الرَّخَاءَ وَالاِسْتِقْرَارَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ، وَاهْدِنَا لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ فَإِنَّهُ لاَ يَهْدِي لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنَّا سَيِّئَهَا فَإِنَّهُ لاَ يَصْرِفُ عَنَّا سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.
اللَّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الأَكْرَمِينَ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحَّةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا. اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلاَ تَدَعْ فِيْنَا وَلاَ مَعَنَا شَقِيًّا وَلاَ مَحْرُوْمًا.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ([3]). اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الأَرْضِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللَّهِ:( إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ)([4])
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ( وَأَقِمِ الصَّلاَةَ إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ)([5]).
___________________________________________________________________


Khutbah Jumat, 05 Rabiul Akhir 1437 H / 15 Januari 2016
Bahaya Pengkafiran
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي زَيَّنَنَا بِالإِيمَانِ، وَكَرَّهَ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، دَعَا إِلَى الشَّرْعِ الْمُنِيرِ، وَحَذَّرَ مِنَ الْفِتَنِ وَالتَّكْفِيرِ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، قَالَ تَعَالَى:( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ)([1])

Kaum muslimin : Rasulullah datang membawa risalah agung, untuk mewujudkan kebaikan dan kebahagiaan bagi manusia, menjamin perdamaian dan ketentraman, kedamaian dan ketenangan, dan diantara pondasi dasar risalahnya adalah mempercayai rukun iman yang telah dijelaskan dalam sabdanya :
الْإِيمَانُ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
“Iman itu adalah beriman pada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,  rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan beriman pada qadar baik dan buruknya”(Muttafaq ‘alaih). Maka barang siapa meyakini rukun-rukun ini, maka ia adalah muslim walaupun ia teledor dalam mengamalkan, karena keimanan itu tempatnya di hati, dan tidak ada yang mengetahui apa yang ada dalam hati kecuali Allah Yang Maha Mengetahui hal yang ghaib, dan tidak boleh meragukan keislaman seseorang yang mengucapkan syahadat, dari Usamah bin Zaid RA :
أَنَّهُ أَدْرَكَ رَجُلاً يُقَاتِلُ الْمُسْلِمِينَ فِي سَاحَةِ الْمَعْرَكَةِ، فَلَمَّا رَأَى السَّيْفَ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ. فَطَعَنَهُ فَوَقَعَ فِي نَفْسِهِ مِنْ ذَلِكَ، فَذَكَرهُ لِلنَّبِيِّ r فَقَالَ:« أَقَالَ: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَقَتَلْتَهُ ؟». قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّمَا قَالَهَا خَوْفًا مِنَ السِّلاَحِ. قَالَ:« أَفَلاَ شَقَقْتَ عَنْ قَلْبِهِ حَتَّى تَعْلَمَ أَقَالَهَا أَمْ لاَ
“Bahwasanya ia mendapati seseorang yang memerangi kaum muslimin di medan perang, ketika ia melihat pedang ia berkata : Tidak ada Tuhan selain Allah. Lalu ia menikam dirinya, lalu ia ceritakan pada Nabi Saw, beliau bertanya : apakah ia mengucapkan Tidak ada Tuhan selain Allah dan kamu membunuhnya ? aku menjawab : wahai Rasulullah, sesungguhnya ia mengatakannya karena takut pada senjata. Beliau bertanya : apakah kamu telah membelah hatinya sehingga kamu mengetahui apa yang dikatakannya atau tidak ?” (Muslim 158)

Tidak boleh mengkafirkan seorang muslim, dan bagaimana ia mengkafirkan sedangkan ia telah mengerjakan cabang iman yang paling mulia, Rasulullah r bersabda :
الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
“Iman itu ada tujuh puluh lebih atau enam puluh cabang, dan yang paling utama adalah mengucapkan : Tidak ada Tuhan selain Allah” (Muttafaq ‘alaih).

Hamba Allah : sesungguhnya pengkafiran merupakan hukum syariat, ini adalah hak Allah semata, yang dibebankan oleh penguasa kepada pengadilan untuk memutuskannya, sungguh hina seorang muslim ketika ia dituduh kafir, mengeluarkannya dari agama Islam dan memutus hubungannya dengan kaum muslimin, dan hal ini memiliki konsekuensi terhadap hukum-hukum Islam, seperti hak waris, pernikahan, pemakaman dan lainnya. Karena berapa banyak yang salah paham mengenai pengkafiran ini, sehingga perlu kehati-hatian dalam mengkafirkan kaum muslim hanya dengan ucapan dan penafsiran yang salah, yang membuat manusia bingung, sebagian mereka mengangkat syiar-syiar yang lahirnya tampak ingin mendirikan hukum agama, padalah hakikatnya ingin menghancurkan agama, Allah Swt berfirman :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ* وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ
“Dan sebagian manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannnya  kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasan” (Al Baqarah 2 : 204-205). Para pengkafir sesamanya telah menyebar luas dimana-mana, mereka mengkafirkan pemerintah, ulama, bangsa, masyarakat, pemerintahan dan tentara, mereka menjadikan pengkafiran sebagai alasan untuk menumpahkan darah, melanggar kehormatan dan merampok harta, dan penyakit pemikiran seperti ini telah menyebar pada kelompok-kelompok radikal, mereka mengikuti jejak para khawarij yang membangkang Ali bin Abi Thalib kemudian mereka mengkafirkannya, pemikiran ini berlanjut dan menular pada sebagian kelompok radikal masa kini, mereka mengikuti jalur khawarij pendahulu mereka , mereka membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah, mereka meninggalkan wasiat Nabi Muhammad saat haji wada’ :
لَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ
“Janganlah kalian kembali setelahku menjadi kafir yang saling memenggal leher sesamanya”(Muttafaq ‘alaih). Imam Nawawi berkata : jangan saling mengkafirkan sehingga kalian terperangkap dalam saling memerangi (Syarah An Nawawi atas hadits Muslim 1/160). Ibnu Abdul Bar Al Maliki menyatakan bahwa yang dimaksud adalah dilarang seorang muslim mengkafirkan saudaranya yang muslim berdasarkan atas dosa atau penafsirannya (At Tamhid lana dalam kitab Al Muwattha’ dari Al Ma’ani dan Al Asanid 17/14).

Kaum muslimin : Nabi telah memperingatkan untuk berhati-hati mengenai pengkafiran ini dan beliau menganggapnya sebagai penghancuran dan pembunuhan terhadap seorang muslim karena bahaya yang ada di dalamnya, Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ رَمَى مُؤْمِنًا بِكُفْرٍ فَهُوَ كَقَتْلِهِ
“Barang siapa menuduh seorang mukmin dengan kekafiran maka ia bagaikan membunuhnya” (Bukhari 6105). Bahkan kita dapati larangan telah mencapai puncaknya ketika seseorang menuduh dengan sembarangan seseorang dengan kafir dan sesat dan ini adalah dosa besar, Rasulullah Saw bersabda :
أَيُّمَا امْرِئٍ قَالَ لِأَخِيهِ: يَا كَافِرُ، فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا، إِنْ كَانَ كَمَا قَالَ، وَإِلَّا رَجَعَتْ عَلَيْهِ
“Siapa pun orang yang berkata pada saudaranya : wahai kafir, maka sesungguhnya kalimat itu akan menimpa salah satu dari keduanya, bila ia seperti yang dikatakannya, bila tidak maka ia kembali pada orang yang mengucapkannya”(Muttafaq ‘alaih). Maksudnya ia kembali pada saudaranya atas kemaksiatan dalam mengkafirkannya (Syarah An Nawawi atas hadits Muslim 1/153). Dan Nabi menegaskan agar seseorang tidak mengkafirkan saudaranya, disebutkan dalam sabdanya :
إِذَا كَفَّرَ الرَّجُلُ أَخَاهُ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا
“Bila seseorang mengkafirkan saudaranya, maka salah satu dari keduanya akan menganggungnya”(Muttafaq ‘alaih). Ini merupakan ancaman bagi orang yang mengkafirkan seorang muslim (Ihkam Al Ahkam, syarah umdah Al Ahkam karangan Ibnu Daqiq Al Id 3/44).

Para sahabat melanjutkan dan berjalan diatas hidayah, mereka mengikuti dan mengambil dari sirah Nabi dalam memperingatkan manusia untuk tidak mengkafirkan dan menganjurkan untuk menghindar darinya, dari Abu Sofyan berkata : aku berkata pada Jabir bin Abdullah : apakah kalian menuduh salah satu ahli kiblah (kaum muslimin) dengan kafir ? ia berkata : tidak. Aku bertanya : kalian berkata : musyrik ? ia menjawab : aku berlindung pada Allah (Al Mu’jam Al Awsath karangan At Thabrani 7354 (7/230)
Ali bin Abi Thalib RA ditanya tentang orang-orang yang memberontak padanya dan memeranginya : apakah mereka musyrik ? ia menjawab : mereka jauh dari kemusyrikan (As Sunan Al Kubra karangan Al Baihaqi 16713). Maka setiap orang yang mengkafirkan orang muslim maka ia telah melampaui batas, melanggar keadilannya, mengambil hak Allah dan memperebutkan perkaranya, karena pengkafiran merupakan hak Allah semata.


Ya Allah berilah pemahaman pada kami tentang agama kami, lindungilah negara kami, dan  berilah kami taufiq untuk selalu mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad  r  dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Para jamaah shalat : sesungguhnya wasiat yang paling utama adalah wasiat mengenai bertakwa kepada Allah, mengikuti sunnah Rasul-Nya dan kembali pada para ulama, karena mereka pewaris para nabi, dan Allah telah memerintahkan kita untuk bertanya dan merujuk pada mereka, Allah berfirman :
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (An Nahl 16 : 43). Abdullah bin Mas’ud RA berkata : manusia akan tetap berada dalam kebaikan selama mereka mengambil ilmu dari para pembesar, orang yang terpercaya dan dari ulama mereka, karena bila mereka mengambil ilmu dari orang-orang yang buruk diantara mereka, maka mereka akan binasa, karena orang yang sudah tua telah mengalami masa muda dan ketergesa-gesaannya, telah banyak mendapatkan pengalaman, sehingga tidak ada keraguan dalam ilmunya, tidak dikuasai oleh nafsunya, tidak berpihak pada ketamakannya dan tidak mudah digoyahkan oleh syetan (Al Faqih wal Mutafaqqih karang Khatib Al Baghdadi 1/155).

Dan kita seharusnya menolak pemikiran asing yang merusak ummat Islam dan perdamaian, karena ia memisahkan bukan mengumpulkan, ia meruntuhkan bukan membangun, dan hendaknya kita berpegang teguh pada tali Allah yang kuat, persatuan negara kita, taat pada pemimpin kita, karena taat pada mereka berarti taat pada Tuhan kita, dan hendaknya kita mendoakan mereka agar mendapatkan taufik dan keberuntungan.

هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى:( إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا)([2]).
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مُعْتَدِلِينَ كَمَا أَمَرْتَنَا، وَارْزُقْنَا الْفَهْمَ وَالسَّدَادَ، وَجَنِّبْنَا الزَّيْغَ وَالتَّطَرُّفَ وَالْفَسَادَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.
اللَّهُمَّ ارْحَمْ شُهَدَاءَ الْوَطَنِ وقُوَّاتِ التَّحَالُفِ الأَبْرَارَ، وَأَنْزِلْهُمْ مَنَازِلَ الأَخْيَارِ، وَارْفَعْ دَرَجَاتِهِمْ فِي عِلِّيِّينَ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ، يَا عَزِيزُ يَا كَرِيمُ. اللَّهُمَّ اجْزِ خَيْرَ الْجَزَاءِ أُمَّهَاتِ الشُّهَدَاءِ وَآبَاءَهُمْ وَزَوْجَاتِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ جَمِيعًا، اللَّهُمَّ انْصُرْ قُوَّاتِ التَّحَالُفِ الْعَرَبِيِّ، الَّذِينَ تَحَالَفُوا عَلَى رَدِّ الْحَقِّ إِلَى أَصْحَابِهِ، اللَّهُمَّ كُنْ مَعَهُمْ وَأَيِّدْهُمْ، اللَّهُمَّ وَفِّقْ أَهْلَ الْيَمَنِ إِلَى كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْمَعْهُمْ عَلَى كَلِمَةِ الْحَقِّ وَالشَّرْعِيَّةِ، وَارْزُقْهُمُ الرَّخَاءَ وَالاِسْتِقْرَارَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِينَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ، وَاهْدِنَا لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ فَإِنَّهُ لاَ يَهْدِي لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنَّا سَيِّئَهَا فَإِنَّهُ لاَ يَصْرِفُ عَنَّا سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.
اللَّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الأَكْرَمِينَ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحَّةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلاَ تَدَعْ فِيْنَا وَلاَ مَعَنَا شَقِيًّا وَلاَ مَحْرُوْمًا.
اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ([3]).
اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الأَرْضِ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللَّهِ:( إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ)([4])
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ( وَأَقِمِ الصَّلاَةَ إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ)([5]).


__________________________________________________________________
 

Khutbah Jumat, 12 Rabiul Akhir 1437 H / 22 Januari 2016
Integritas
Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، تَقَدَّسَتْ أَسْمَاؤُهُ، وَتَنَزَّهَتْ صِفَاتُهُ، سُبْحَانَهُ خَلَقَ النَّفْسَ فَسَوَّاهَا، وَوَعَدَ بِالْفَلاَحِ مَنْ زَكَّاهَا، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، خَاتَمُ الأَنْبِيَاءِ، وَإِمَامُ الأَتْقِيَاءِ، وَقُدْوَةُ النُّزَهَاءِ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، قَالَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى:( وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ)([1]).

Kaum muslimin : sesungguhnya Islam adalah agama yang memiliki akhlak yang tinggi, ucapan yang utama, interaksi yang mulia, dan kita dianjurkan untuk berhias dengan tabiat, etika dan kepribadian yang tinggi, Rasulullah bersabda :
إِنَّ اللَّهَ كَرِيمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ وَمَعَالِيَ الأَخْلاَقِ، وَيَكْرَهُ سَفْسَافَهَا
“Sesungguhnya Allah itu mulia, menyukai kemuliaan dan akhlak mulia serta membenci akhlak yang rendah” (Al Hakim dalam kitab Al Mustadrak 151)
Integritas itu nilai kemuliaan yang menetap dalam jiwa yang mulia yang tampak dalam perbuatan mulia dan keindahan, ia termasuk sifat yang paling mulia, ia adalah akhlak yang paling mulia dan paling sempurna, dan termasuk salah satu makna integritas adalah menjauh dari keburukan dan kekurangan orang lain.

Nabi adalah teladan dalam integritas dalam menjauh dari kekurangan orang lain, beliau adalah teladan yang paling baik untuk diikuti, contoh dan panutan, Jabir bin Abdullah RA berkata :
كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ r فِي سَفَرٍ، فَتَعِبَ جَمَلِي، فَلَحِقَنِي رَسُولُ اللَّهِ r وَدَعَا لَهُ، فَضَرَبَهُ، فَسَارَ سَيْرًا لَمْ يَسِرْ مِثْلَهُ، فَقَالَ:« بِعْنِيهِ بِوُقِيَّةٍ». قُلْتُ: لَا. قَالَ:« بِعْنِيهِ». فَبِعْتُهُ بِوُقِيَّةٍ، فَلَمَّا بَلَغْنَا الْمَدِينَةَ أَتَيْتُهُ بِالْجَمَلِ، وَابْتَغَيْتُ ثَمَنَهُ، ثُمَّ رَجَعْتُ فَأَرْسَلَ إِلَيَّ، فَقَالَ:« أَتُرَانِي إِنَّمَا مَاكَسْتُكَ ـ أَيْ نَقَصْتُ الثَّمَنَ ـ لِآخُذَ جَمَلَكَ؟ خُذْ جَمَلَكَ وَدَرَاهِمَكَ
“Aku bersama Nabi dalam sebuah perjalanan, lalu untaku kelelahan, kemudian Rasulullah datang menjumpaiku, berdoa untuknya, memukulnya, lalu unta itu berjalan tidak seperti biasanya, Beliau bersabda : juallah padaku dengan satu uqiyah. Aku berkata : tidak. Beliau berkata : juallah padaku, lalu aku menjualnya dengan satu uqiyah. Dan ketika kami tiba di Madinah, aku mendatanginya membawa unta dan aku meminta harganya, kemudian aku pulang, lalu beliau mengikutiku dan berkata :  apakah kau kira aku menawar harganya agar mengambil untamu ? ambillah untamu dan dirhammu” (Muttafaq ‘alaih). Rasulullah menjauh dari harta para sahabatnya, karena menjauh dari ketamakan adalah unsur dasar sebuah integritas, dan Nabi telah mengajarkan para sahabatnya mengenai integritas ini, sehingga mereka menjadi contoh teladan tersendiri, Umar bin Khattab RA :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ r يُعْطِينِي الْعَطَاءَ، فَأَقُولُ: أَعْطِهِ مَنْ هُوَ أَفْقَرُ إِلَيْهِ مِنِّي. فَقَالَ:« خُذْهُ، إِذَا جَاءَكَ مِنْ هَذَا الْمَالِ شَيْءٌ، وَأَنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ وَلاَ سَائِلٍ، فَخُذْهُ، وَمَا لاَ فَلاَ تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ
“Rasulullah memberiku pemberian, Aku berkata : berikanlah pada yang lebih fakir dariku. Beliau berkata : ambillah, bila kamu diberikan harta sedangkan kamu tidak mengindam-ngidamkannya dan tidak meminta-minta, maka ambillah dan bila tidak demikian maka janganlah kamu memperturutkan nafsumu”  (Muttafaq ‘alaih)

Hakim bin Hizam RA meriwayatkan pada kita bagaimana Rasulullah mengajarkan integritas, disebutkan : “Aku meminta pada Rasulullah, lalu beliau memberiku, kemudian aku meminta padanya, lalu beliau memberiku, kemudian aku meminta padanya, lalu beliau memberiku, kemudian beliau bersabda : wahai Hakim, sesungguhnya harta ini hijau dan manis, maka barang siapa mengambilnya dengan kemurahan jiwa niscaya diberikan berkah baginya pada harta itu. Dan barang siapa mengambilnya dengan nafsu  serakah niscaya tidak diberikah berkah baginya pada harta itu, bagaikan orang yang makan dan tidak kenyang, tangan yang diatas lebih baik dari tangan yang dibawah”. Aku bertanya : wahai Rasulullah dan demi yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak akan meminta sedikit pun pada seorang setelah ini sampai aku meninggal dunia. Abu Bakar RA memanggil Hakim agar menerima pemberian, tapi ia menolak, begitu juga Umar RA pernah mengajaknya untuk memberinya pemberian tapi ia menolak…. Dan Hakim belum pernah meminta pada siapa pun setelah Rasulullah hingga ia wafat” (Muttafaq ‘alaih). Maksudknya ia tidak mengambil sesuatu pun dari seseorang, hingga Allah meridhainya, ia membersihkan dirinya dari sifat tamak dan rakus, maka sungguh indah bentuk integritas diatas.

Termasuk salah satu bentuk integritas adalah menjauh dari mendapatkan pemasukan yang haram dan mencurigakan, hendaknya seseorang menghindarinya dan meminta perlindungan pada qana’ah, karena ia dalah simpanan yang tidak sirna, sebagaimana juga berinfak tidak memutus rezeki, dan setiap kali orang yang qana’ah terhalang dari sesuatu urusan  dunia, ia merasa puas dengan apa yang telah diterimanya dan rela (An Nihayah fi targhibil hadits wal atsar 4/114). Rasulullah r bersabda :
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ، فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا، فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ، خُذُوا مَا حَلَّ، وَدَعُوا مَا حَرُمَ
“Wahai manusia bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya jiwa seseorang tidak akan mati hingga rezekinya terpenuhi walaupun datangnya terlambat, ambillah yang halal dan tinggalkanlah yang haram” (Ibnu Majah 2144)

Kaum mukminin : bersuci adalah salah satu gambaran integritas, seperti membersihkan badan dari kotoran, membersihkan jiwa dari segala kekurangannya, dan inilah yang terpenting dan paling utama yaitu membersihkan hati dari segala penyakitnya, seperti dengki, iri, benci dan permusuhan, Nabi telah memperingatkan hal ini dan kita dianjurkan untuk membersihkan hati kita dan Beliau memberikan obat penyembuh atas penyakit ini, disebutkan dalam sabdanya :
دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الأُمَمِ قَبْلَكُمْ: الْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ هِيَ الْحَالِقَةُ، لاَ أَقُولُ تَحْلِقُ الشَّعْرَ، وَلَكِنْ تَحْلِقُ الدِّينَ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَفَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِمَا يُثَبِّتُ ذَاكُمْ لَكُمْ، أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
“Telah menyebar diantara kalian penyakit umat-umat sebelum kalian : iri hati dan kebencian dan inilah yang mencukur, Aku tidak mengatakan mencukur rambut, tapi mencukur agama, dan demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai, maukah Aku beritahu kalian hal yang dapat mewujudkan itu bagi kalian, sebarkan salam diantara kalian” (At Tirmidzi 2510)

Para jamaah shalat : sesungguhnya integritas dalam menunaikan tugas adalah salah satu gambaran integritas yang paling jelas dan paling berpengaruh pada masyarakat, yaitu dimana seorang pegawai menjauh dari semua yang tidak layak, seperti menjauh untuk menjamah uang public, sebagai contoh Umar bin Abdul Aziz RA, ia menggunakan lilin untuk keperluan kaum muslimin, bila selesai ia langsung mematikannya, kemudian ia menyalakan lilin miliknya pribadi untuk kepentingan pribadinya (Siyar A’lamun Nubala’ 5/136). Maksudnya ia menggunakan lilin milik baitul mal untuk menyelesaikan urusan kaum muslimin, bila selesai maka ia akan menggunakan lilin milik pribadinya.

Seorang pegawai yang berintegritas tidak akan teledor dalam menunaikan tugasnya, tidak akan melakukan perbuatan yang dilarang, integritas itu tidak dijual dengan menerima suap atau mengambil hadiah yang memiliki kepentingan dibelakangnya. Dari Sulaiman bin Yasar
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ r كَانَ يَبْعَثُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ رَوَاحَةَ إِلَى خَيْبَرَ فَيَخْرُصُ- أَيْ: يُقَدِّرُ الثِّمَارَ- بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَهْلِ خَيْبَرَ، فَجَمَعُوا لَهُ حُلِيًّا مِنْ حُلِيِّ نِسَائِهِمْ، وَطَلَبُوا مِنْهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْهُمْ وَيُحَابِيَهُمْ، فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ: أَمَّا مَا عَرَضْتُمْ مِنَ الرِّشْوَةِ فَإِنَّهَا سُحْتٌ- أَيْ كَسْبٌ حَرَامٌ- وَإِنَّا لاَ نَأْكُلُهَا. فَقَالُوا: بِهَذَا - أَيْ بِالْعَدْلِ- قَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ
“Bahwa Rasulullah mengutus Abdullah bin Ruwahah ke Khaibar, lalu ia –menaksir pembagian buah-buahan- antaranya dan penduduk Khaibar, lalu  mereka mengumpulkan perhiasan isteri-isteri mereka untuknya, dan mereka memintanya untuk meringankan dan berpihak pada mereka, Abdullah bin Ruwahah berkata : Adapun suap yang kalian tawarkan, maka sesungguhnya itu haram dan sesungguhnya kami tidak memakannya. Mereka berkata : dengan –keadilan ini- langit dan bumi berdiri” (Al Muwattha’ 1389)

Sesungguhnya seorang pedagang yang berintegritas, ia tidak akan menjual barang yang membahayakan konsumen, tidak terpedaya dengan keuntungan yang melimpah dan ia mengikuti orang-orang shaleh, dan pedagang yang jujur akan mendapatkan keberuntungan sesuai dengan sabda Rasulullah :
التَّاجِرُ الأَمِينُ الصَّدُوقُ الْمُسْلِمُ مَعَ الشُّهَدَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Pedagang yang terpercaya, jujur dan muslim bersama para syuhada di hari kiamat”  (Ibnu Majah 2139). Integritas itu beragam sesuai dengan bentuk kegiatan dalam kehidupan, dan setiap bidang mempunyai bentuk manifestasi dari integritas tersebut.


Ya Allah bersihkan hati dan jiwa kami, jadikanlah kami orang-orang yang memiliki integritas dan  berilah kami taufiq untuk selalu mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad  r  dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Khutbah Jumat
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Para jamaah shalat : sesungguhnya wasiat yang paling utama adalah wasiat mengenai takwa kepada Allah, menjauh dari semua yang tidak pantas, membersihkan diri, hati dan anggota tubuh kita, menghiasinya dengan semua yang bersih dan baik, membersihkan ucapan kita dari kekejian dan ghibah, menjauh dari semua tempat yang mencurigakan, maka barang siapa menempatkan dirinya di tempat yang mencurigakan, maka jangan menyalahkan orang yang mencurigainya. Integritas itu adalah perlindungan dan benteng, dan ia memiliki beberapa keberuntungan, diantaranya adalah ridha Allah, mengajarkan kepuasan pada diri, ia adalah jalan menuju keberuntungan di dunia dan akhirat, Rasulullah r bersabda :
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
“Beruntunglah orang telah memeluk islam, rezekinya mencukupi dan ia diberikan kepuasan oleh Allah dengan apa yang diberikan padanya” (Muslim 1054)

Integritas dapat mewujudkan keridhaan dalam diri seseorang dan membuatnya merasa kaya, Rasulullah  r bersabda :
لَيْسَ الغِنَى عَنْ كَثْرَةِ العَرَضِ، وَلَكِنَّ الغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, akan tetapi  kekayaan itu kekayaan jiwa” (Muttafaq ‘alaih)
Maksudnya bukanlah kekayaan yang dimaksud adalah banyaknya harta dunia, akan tetapi kekayaan hakiki adalah kekayaan jiwa dan kepuasannya walaupun ia hanya memiliki harta yang sedikit. Sebagaimana integritas dapat melindungi kehormatan jiwa, bila terwujud integritas dalam satu masyarakat, maka kepercayaan diri akan meningkat pada setiap individu, kebaikan akan berkembang, keluarga akan mendapatkan kenikmatan dan mereka akan mendapatkan perlindungan dan keutamaan dari Allah, disebutkan dalam firman-Nya :
كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ
“Makanlah olehmu  dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun” (Saba’ 34 : 15). Betapa indahnya bila kita menghiasi diri dengan integritas dalam ucapan, tindakan dan etika kita, sehingga kita kelak mendapatkan keberuntungan surga Tuhan kita.

هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([2]). اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا النَّزَاهَةَ فِي الْقَوْلِ وَالْعَمَلِ، وَزَيِّنَّا بِالْقَنَاعَةِ، وَجَمِّلْنَا بِالأَمَانَةِ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.
اللَّهُمَّ ارْحَمْ شُهَدَاءَ الْوَطَنِ وقُوَّاتِ التَّحَالُفِ الأَبْرَارَ، وَأَنْزِلْهُمْ مَنَازِلَ الأَخْيَارِ، وَارْفَعْ دَرَجَاتِهِمْ فِي عِلِّيِّينَ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ، يَا عَزِيزُ يَا كَرِيمُ. اللَّهُمَّ اجْزِ خَيْرَ الْجَزَاءِ أُمَّهَاتِ الشُّهَدَاءِ وَآبَاءَهُمْ وَزَوْجَاتِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ جَمِيعًا، اللَّهُمَّ انْصُرْ قُوَّاتِ التَّحَالُفِ الْعَرَبِيِّ، الَّذِينَ تَحَالَفُوا عَلَى رَدِّ الْحَقِّ إِلَى أَصْحَابِهِ، اللَّهُمَّ كُنْ مَعَهُمْ وَأَيِّدْهُمْ، اللَّهُمَّ وَفِّقْ أَهْلَ الْيَمَنِ إِلَى كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْمَعْهُمْ عَلَى كَلِمَةِ الْحَقِّ وَالشَّرْعِيَّةِ، وَارْزُقْهُمُ الرَّخَاءَ وَالاِسْتِقْرَارَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ، وَاهْدِنَا لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ فَإِنَّهُ لاَ يَهْدِي لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنَّا سَيِّئَهَا فَإِنَّهُ لاَ يَصْرِفُ عَنَّا سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.
اللَّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الأَكْرَمِينَ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحَّةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلاَ تَدَعْ فِيْنَا وَلاَ مَعَنَا شَقِيًّا وَلاَ مَحْرُوْمًا. اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ([3]).
اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الأَرْضِ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللَّهِ:( إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ)([4])
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ( وَأَقِمِ الصَّلاَةَ إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ)([5]).

________________________________________________________________

 

Khutbah Jumat, 19 Rabiul Akhir 1437 H / 29 Januari 2016
Sirah Sahabat
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَسَلاَمٌ عَلَى عِبَادِهِ الصَّالِحِينَ، اخْتَارَ لِنَبِيِّهِ صَحَابَتَهُ، فَهُمْ مِنْ بَعْدِهِ أَئِمَةُ الْهُدَى، وَمَصَابِيحُ الدُّجَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَالصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، قَالَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى:( فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا)([1]).
Kaum mulsimin : Allah telah menjadikan bagi setiap nabi sahabat-sahabatnya, yang mendukungnya dalam mewujudkandan menegakkan kebenaran, mereka yang akan melanjutkan menyampaikan syariat atau kitab yang diturunkan kepadanya setelah kepergiannya, Allah memilih sebaik-baiknya sahabat untuk rasul penutup, yang mendukung dan membelanya, mereka adalah  sahabat dan kekasih yang terbaik baginya, dan Allah telah menjanjikan kebaikan bagi mereka dan menjamin ridha dan surga bagi mereka, Allah berfirman :
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, itulah kemenangan yang besar” (At Taubah 9 : 100)

Mereka adalah sebaik-baik orang pada ummat ini setelah Rasulullah, mereka memilik ilmu yang paling dalam, hati yang paling baik, paling sedikit kepura-puraan dan paling terpercaya ucapannya (Tafsir Ibnu Katsir 1/464). Mereka waliyullah di dunia, mereka menjadi penasehat hamba-hamba Allah, bahkan sirah mereka yang harum tetap hidup (Murujud Dzahab wa Ma’adinul Jauhar karangan Al Mas’udi 3/75). Nabi menjamin kemurnian mereka dalam sabdanya :
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي
“Sebaik-baiknya manusia adalah pada zamanku” (Muttafaq ‘alaih). Mereka telah membaiat Nabi di bawah pohon, sehingga Allah memberkahi mereka dalam baiat mereka, Allah meridhai mereka, dan baiat ini dikenal dengan baiat ridwan, Allah berfirman :
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
“Sesungguhnya Allah telah meridhai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)” (Al Fath 48 : 18) . Mereka pemilik kejujuran dan kesetiaan, kebersihan dan kemurnian, kita diperintahkan oleh Rasulullah agar mengenal keutamaan mereka, dan kita dilarang untuk merendahkan mereka, disebutkan dalam sabdanya :
لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ
“Jaganlah kalian mencaci para sahabatku, demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, andaikata salah seorang dari kalian berinfaq emas sebesar gunung Uhud, niscaya  infaq mereka tidak akan menyamai satu mud atau setengahnya” (Muttafaq ‘alaih). Maksudnya andaikata salah seorang dari kalian menginfakkan emas, maka pahalanya tidak akan menyamai satu mud atau setengahnya pahala infaq salah satu sahabat (Syarah An Nawawi atas hadits Muslim 8/321)

Hamba Allah : sesungguhnya para sahabat yang paling utama dari Muhajirin dan Anshar yaitu 10 sahabat yang dijamin masuk surga, kemudian para ahli Badr, kemudian para ahli Uhud, kemudian ahli baiat Ridwan, kemudian sisanya semoga Allah meridhai mereka, dan semua dijanjikan surga oleh Allah, Allah berfirman :
وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik, dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al Hadid 57 : 10). Sahabat pertama yang dijanjikan mendapatkan surga adalah Abu Bakar Shiddiq RA, ia lelaki pertama yang masuk Islam, ia dijuluki As Shiddiq karena tidak ragu-ragu dalam meyakini kejadian Isra’, ia adalah manusia yang paling dicintai oleh Rasulullah,
سُئِلَ r: أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ:« عَائِشَةُ». قِيلَ: مِنَ الرِّجَالِ؟ قَالَ:« أَبُوهَا»
“Beliau ditanya : siapakah orang yang paling kau cintai ? Beliau menjawab : Aisyah. Dikatakan dari kaum lelaki ? Beliau menjawab : Ayahnya” (Muttafaq ‘alaih). Abu Bakar As Shiddiq RA telah mengumpulkan Al Quran yang kita baca sekarang, yang berbentuk satu mushaf, ia yang telah meletakkan tiang-tiang ketentraman dan keamanan, persatuan dan kerekatan, ia adalah contoh dalam bertanggung jawab, mengemban amanah dan berusaha memberikan ketentraman dan kesatuan dalam masyarakatnya.

Para jamaah shalat : yang kedua dalam keutamaan adalah shabat mulia yaitu Umar bin Khattab RA, Rasulullah r bersabda :
اقْتَدُوا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ
“Ikutilah dua orang setelahku : Abu Bakar dan Umar” (At Tirmidzi 3662 dan Ibnu Majah 97) . Ia termasuk salah satu sepuluh sahabat yang dijanjikan surga, dengannya Allah mengangkat derajat kaum muslimin, ia yang melakukan dakwah dengan terang-terangan sehingga dijuluki Al Faruq, ia diambil menantu oleh Nabi dengan dinikahkannya dengan Ummul Mukminin Hafsah RA, kemudian Umar menikah dengan Umm Kultsum bin Ali bin Abi Thalib RA. Utsman RA berkata : sepengetahuanku mengenainya bahwa batinnya lebih baik dari lahirnya dan sesungguhnya tidak ada diantara kita yang menyamainya (Tarikh Islam karangan Ad Dzahabi 2/68).
Allah telah meridhai Al Faruq Umar bin Khattab, ia telah memberikan contoh menarik atas kecerdasan, kebijakan, ketegasan, kesungguhan dan keadilan.

Hamba Allah : ketiga adalah Ustman bin Affan RA, ia adalah sahabat yang pertama masuk Islam, ia mendapatkan berita gembira dari Nabi dengan diamsukkannya ke dalam surga, ia membaiat Nabi pada baiat Ridwan, ia sangat pemalu, hingga malaikat pun malu darinya, Nabi bersabda :
أَلاَ أَسْتَحِي مِنْ رَجُلٍ تَسْتَحِي مِنْهُ الْمَلاَئِكَةُ
“Tikdakkah aku malu pada orang yang malaikat pun malu darinya” (Muslim 6362). Nabi menikahkannya dengan putrinya Ruqayyah, dan ketika ia wafat maka ia dinikahkan dengan Umm Kultsum, kemudian ia dijuluki dengan pemilik dua cahaya (Dzun Nurain), ia termasuk orang pertama yang berhijrah, ia menjadi contoh tersendiri di bidang pengkhidmatan pada masyarakatnya, ia ikut aktif andil dalam memecahkan masalah masyarakatnya, salah satunya dengan membeli sumur Rumah. Nabi bersabda :
مَنْ يَزِيدُ فِي مَسْجِدِنَا هَذَا بِبَيْتٍ فِي الْجَنَّةِ؟
“Siapakah yang akan menambah pada masjid kita ini dengan rumah di surga ?” (As Sunnah karangan Ibnu Abi Ashim : 1309)
Utsman RA adalah yang menambah di dalamnya dan mempersiapkan pasukan di masa sulit (Jaisyul ‘Usrah), Nabi bersabda :
مَا ضَرَّ عُثْمَانَ مَا عَمِلَ بَعْدَ اليَوْمِ
“Tidak membahayakan Utsman apa yang dilakukan setelah hari ini” (At Tirmidzi 3702)

Kaum muslimin : sahabat keempat yang memiliki kedudukan dan keutamaan adalah Ali bin Abi Thalib RA, anak paman Rasulullah dan ia termasuk sepuluh yang mendapatkan jaminan surga, ia pemuda pertama yang masuk Islam, ia adalah suami Fatimah binti Rasulullah, ia selalu mendukung Abu Bakar dan Umar, ia mengetahui keutamaan keduanya, dari Muhammad bin al Hanafiah berkata :
قُلْتُ لِأَبِي ـ أَيْ: عَلِيٍّ ـ : مَنْ خَيْرُ النَّاسِ بَعْدَ النَّبِيِّ r؟ فَقَالَ: أَبُو بَكْرٍ. قُلْتُ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ عُمَرُ. قُلْتُ: ثُمَّ أَنْتَ؟ قَالَ: مَا أَنَا إِلَّا رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Aku bertanya pada bapakku (Ali) : siapakah manusia yang terbaik setelah Nabir  ? ia menjawab : Abu Bakar. Aku bertanya : kemudian siapa ? ia menjawab : Umar. Aku bertanya : kemudian kamu ? ia menjawab : tidaklah aku melainkan sebagian orang dari kaum muslimin” (Bukhari 3671)
Ali RA membela Utsman RA, ia termasuk orang yang alim dan bijak, pemberani, ia menolak fitnah khawarij yang mengkafirkan kaum muslimin dan menghalal darah mereka, ia melindungi masyarakat dari keburukan dan bahaya yang ditimbulkan oleh mereka, sehingga Allah meridhainya dan meridhai sahabat yang mendapat jaminan surga, mereka adalah : Thalhah, Az Zubair, Abdur Rahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqash, Said bin Zaid, Abu Ubaidah bin Al Jarrah, setiap individu dari mereka memiliki pendirian tersendiri, Allah meridhai mereka dan semua sahabat.

Ya Allah berilah kami rezeki cinta pada nabi-Mu, cinta pada sahabat-sahabatnya,  dan  berilah kami semua taufiq untuk selalu mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad  r  dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Para jamaah shalat : sesungguhnya wasiat yang paling utama adalah wasiat mengenai takwa kepada Allah, berteladan pada Rasulullah dan mengetahui sirah para sahabatnya, mencintai mereka, menghargai dan memuliakan kedudukan mereka, mengikuti mereka di bidang keilmuan, keberanian, keadilan, kemoderatan, kesedikitan dalam keberpura-puraan dan  keselamatan hati mereka, dimana masyarakat pada zaman mereka dipenuhi oleh kasih sayang dan kerekatan, mereka saling mengalah, mereka mengakui keutaman sesamanya, mereka mengerti kedudukannya masing-masing, mereka sebagaimana disebutkan di dalam Al Quran :
رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
“Berkasih sayang sesama mereka” (Al Fath 48 : 29). Hendaknya kita menanamkan kasih sayang pada hati anak-anak kita dengan cara mengenalkan nama-nama, sirah dan pendirian para sahabat, mengajarkan mereka dan berdoa untuk mereka, karena mereka para sahabat adalah contoh teladan kita setelah Rasulullah, mereka telah menyampaikan ajaran syariat pada kita dari Nabi. Ibnu Abdul Barr Al Maliki berkata : tidak ada perbedaan antara ulama bahwa mempelajari sirah sahabat Rasulullah merupakan ilmu yang paling utama, dan aku tidak menyangka bahwa setiap pemeluk agama melainkan para ulama mereka sangat perhatian untuk mengetahui para sahabat nabi mereka, karena mereka adalah penghubung antara nabi dan ummatnya (Al Isti’ab dalam ma’rifat sahabat para sahabat 1/19)

Demi menjaga kedudukan sahabat pada generasi kita, maka pemerintah kita telah memuat pelajaran dan ceramah yang mengandung contoh teladan dari sirah mereka sebagai bentuk penghargaan terhadap kedudukan mereka,  disebutkan dalam undang-undang anti diskriminasi dan anti kebencian, dimana penghinaan terhadap nabi, rasul, isteri, keluarga dan para sahabatnya atau mengejek mereka termasuk dalam perbuatan kriminal.

هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([2]). اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا مَحَبَّةَ نَبِيِّكَ r وَمَحَبَّةَ صَحَابَتِهِ الأَبْرَارِ، وَخُلَفَائِهِ الأَخْيَارِ، وَاجْعَلْنَا مُقْتَدِينَ بِهِمْ يَا كَرِيمُ يَا غَفَّارُ.
اللَّهُمَّ ارْحَمْ شُهَدَاءَ الْوَطَنِ وقُوَّاتِ التَّحَالُفِ الأَبْرَارَ، وَأَنْزِلْهُمْ مَنَازِلَ الأَخْيَارِ، وَارْفَعْ دَرَجَاتِهِمْ فِي عِلِّيِّينَ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ، يَا عَزِيزُ يَا كَرِيمُ. اللَّهُمَّ اجْزِ خَيْرَ الْجَزَاءِ أُمَّهَاتِ الشُّهَدَاءِ وَآبَاءَهُمْ وَزَوْجَاتِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ جَمِيعًا، اللَّهُمَّ انْصُرْ قُوَّاتِ التَّحَالُفِ الْعَرَبِيِّ، الَّذِينَ تَحَالَفُوا عَلَى رَدِّ الْحَقِّ إِلَى أَصْحَابِهِ، اللَّهُمَّ كُنْ مَعَهُمْ وَأَيِّدْهُمْ، اللَّهُمَّ وَفِّقْ أَهْلَ الْيَمَنِ إِلَى كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْمَعْهُمْ عَلَى كَلِمَةِ الْحَقِّ وَالشَّرْعِيَّةِ، وَارْزُقْهُمُ الرَّخَاءَ وَالاِسْتِقْرَارَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِينَ.
اللَّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الأَكْرَمِينَ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحَّةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلاَ تَدَعْ فِيْنَا وَلاَ مَعَنَا شَقِيًّا وَلاَ مَحْرُوْمًا. اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ([3]).
اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الأَرْضِ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللَّهِ:( إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ)([4])
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ( وَأَقِمِ الصَّلاَةَ إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ)([5]).