Saturday, July 27, 2013

ARTI FISIK DOA

Pendahuluan

"Dan bilamana hamba-hamba-Ku menanyakan terhadapmu tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku memperkenankan permohonan (doa) seseorang, bila ia memohon (berdoa) kepada-Ku.  Karena itu, hendaklah ia mentaati perintah-Ku dan beriman kepada-Ku, semoga ia selalu dalam kebenaran" (QS 2 - 186, terjemahan oleh Depag RI, 1978).

Semua orang akan sepakat bahwa berdoa kepada Tuhan itu berarti memohon pertolongan dengan suatu ucapan (terucap atau dalam hati  atau komunikasi) permintaan kepada Tuhan agar masalah yang dihadapi dapat diselesaikan dengan bantuan kekuasaan-Nya.

Pertanyaannya apakah benar demikian arti doa itu?

Tulisan ini untuk menelusuri arti fisik dari doa dengan tujuan agar si pengucap doa akan lebih terfokus dan secara akurat didalam mendapatkan sasaran yang dituju, sehingga memberi bantuan didalam melaksanakan ibadah doa.

Arti Doa

Secara harfiah berati meminta dan secara lugat berarti memohon, yaitu permohonan dari yang lemah kepada Yang Lebih (Maha untuk Tuhan) Kuat. Karena anggapan berupa pengakuan bahwa Tuhan adalah Maha Kuat sebagai tempat memohon itu, maka doa adalah disebut salah satu bentuk ibadah kepada Tuhan, yaitu mengakui kemaha kuatan Tuhan. Dengan demikian doa merupakan salah satu komponen penting bagi manusia sebagai hamba Tuhan didalam melaksanakan perintah-Nya. Untuk itu doa terkadang berarti beribadah.

Namun pada arti lain dari doa, yaitu sebagai suatu sarana tempat di mana seorang hamba Tuhan dapat berkomunikasi satu arah dengan Tuhan, dalam bentuk permintaan, pengucapan rasa syukur, bahkan untuk mengadu berbagai curahan hati kepada Tuhan. 

Dari uraian ayat di atas sebenarnya permohonan kepada Tuhan itu akan dikabulkan apabila memenuhi dua syarat yaitu, pertama mentaati perintah Tuhan, dan yang kedua adalah beriman kepada Tuhan.

Mentaati Perintah Tuhan

Perintah Tuhan ada banyak macam dan bentuknya, itu semua terangkum di dalam Alqur'an dan Sunnah Rasul SAW dalam bentuk banyak rangkaian ibadah-ibadah bagi manusia, Perintah Tuhan atau ibadah kepada Tuhan dalam bentuk definisi secara singkat berarti menjauhi larangan-Nya dan melaksanakan perintah-Nya. Tetapi apakah demikian?.

Di sinilah letak permasalahannya ketika melakukan doa, untuk itu marilah kita mencoba menjelaskan tentang perintah Tuhan yang mana yang harus ditaati ketika seseorang sedang melakukan ibadah doa.

Ketika seseorang berdoa, maka sesungguhnya ia sedang melakukan curahan hati memohon pertolongan Tuhan untuk membantu menyelesaikan masalah yang sedang dikeluhkan. Misalnya seorang anak sedang mendoakan kedua orang tuanya yang sudah meninggal dengan doa seperti ayat Alqur'an berikut;

 "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS. Al Isra’:24).

Jika digabung antara ayat pertama (QS 2-186) di awal tulisan ini dan kedua (QS Alisra': 24) di atas, maka akan didapati skenario sebagai berikut:

Ketika kedua orang tua si anak yang berdoa itu masih hidup, mereka mendidiknya dengan ilmu-ilmu Agama, memerintahkan untuk berbuat baik kepada sesama manusia, selalu jujur dan ajararan keduniaan lainnya. Ketika kedua orang tua mereka masih hidup, si ayah pernah menjabat sebagai Lurah di tempat tinggal mereka. Artinya ayah si anak ini pernah memiliki kekuasaan. Ketika sang ayah sedang menjabat sebagai Lurah, sang ayah berbuat curang dengan mengambil tanah yang bukan haknya secara semena-mena. Si anak mengetahui perbuatan sang ayah, namun karena ajaran orang tua bahwa seorang anak harus mengabdi kepada orang tua atau sebab karena usia, usia yang masih muda, maka ia (si anak) tidak mampu berbuat banyak ataupun tidak mengerti tentang arti yang telah dilakukan sang ayah mengambil sebidang tanah yang bukan hak sang ayah. Sedangkan salah satu syarat agar yang dimohonkan/didoakan kepada Tuhan itu dapat dikabulkan menurut ayat 186, QS-2 adalah 'mentaati perintah Tuhan'. 

Dari contoh di atas diketahui bahwa mengambil yang bukan haknya itu adalah perbuatan yang tercela dan dilarang oleh Tuhan karena itu merupakan perbuatan zalim terhadap yang lain.

Lalu bagaimana solusi dari anak ini agar orang tuanya yang sudah meninggal dikasihani Tuhan dalam arti agar doanya dikabulkan oleh Tuhan sedangkan orang tuanya sudah meninggal?. Sebagai anak yang baik (soleh), maka ia harus memintakan maaf orang tuanya atas kesalahan mereka ketika mereka masih hidup kepada si pemilik tanah yang pernah diambil oleh ayah si anak yang sedang berdoa itu ketika si ayah berkuasa sebagai Lurah pada masa hidupnya, lalu si anak menunggu apa yang akan diminta oleh si pemilik tanah. Apakah si pemilik tanah memaafkannya tanpa syarat ataukah si pemilik tanah mau memaafkan dengan syarat tanah yang pernah diambil oleh ayah si anak harus dikembalikan. Jika permintaan wajar dari si pemilik tanah sudah dipenuhi, maka salah satu syarat doa kepada Tuhan agar dikabulkan sudah dipenuhi. Dengan memenuhi permintaan yang diminta, maka pintu maaf yang sudah dibuka oleh yang telah dizalimi akan menghentikan dosa yang ditinggalkan oleh orang tua si anak yang sudah meninggal. Ini berarti menjadikan beban dosa yang terus berjalan karena perbuatan zalim ketika masih hidup terhenti seketika ketika yang dizalimi memaafkan kesalahan mereka, sehingga ukuran dosanya semakin mengecil dengan arti menjadikan semakin memperbesar nilai kebaikan orang tua yang sudah meninggal.

Di sini sebetulnya seorang yang sedang berdoa diharuskan memiliki suatu komitmen bahwa ia akan melaksanakan perintah Tuhan berkenaan dengan doa yang sedang ia mohonkan.

Beriman Kepada-Ku

Iman secara harfiah berarti percaya, dan secara lugat berarti mempercayaii sesuatu yang masuk akal akan tetapi bukti kebenarannya tidak dapat dibuktikan di dunia kecuali di Akhirat nanti. Sehingga arti beriman kepada-Ku adalah percaaya kepada Tuhan. Pernyataan pada ayat QS-2 ayat 186 ini adalah; apakah beriman kepada-Ku berarti beriman tentang adanya Tuhan atau beriman bahwa Tuhan akan mengabulkan permohonan yang sedang diminta atau ke duanya.. Ini perlu dijawab agar ibadah doa bisa dilaksanakan tepat sasaran.

Tentu sudah bisa dipastikan bahwa apabila seseorang sedang berdoa kepada Tuhan ,maka sesungguhnya orang itu sudah mengakui tentang adanya Tuhan, dengan kata lain seseorang sudah pasti beriman tentang Tuhan itu ada. Jadi, orang yang sedang berdoa kepada Tuhan dipastikan dia sudah mempercayai tentang keberadaan Tuhan. Dengan demikian arti dari "beriman kepada-Ku" pada QS-2 ayat 186 itu bukanlah dimaksudkan agar seseorang meyakini tentang keberadaan Tuhan, melainkan seseorang yang sedang berdoa agar merasa yakin bahwa Tuhan akan memberi jawaban terhadap doa yang sedang dimohonkan, sehingga Tuhan akan memperkenankan permohonan atas doanya.

Arti Doa Secara Filosofis

Seperti yang telah disebutkan di atas tentang arti dari doa secara harfiah atau lugat, maka untuk mendapatkan arti yang sebenarnya tentang arti fisik dari doa adalah dengan mengkombinasikan arti doa baik secara harfiah ataupun secara lugat dengan persyaratan seperti yang tertera di dalam QS-2 ayat 186.

Jadi, doa adalah suatu permohonan yang diikuti dengan ketundukan si pendoa kepada Tuhan tentang apa-apa yang harus dilakukan sehubungan dengan doa yang sedang dimohonkan, dan harus percaya bahwa doa yang sedang dimohonkan akan mendapatkan hasil/jawaban dari Tuhan. Dengan kata lain, agar doa dapat dikabulkan oleh Tuhan, maka pemohon harus melaksanakan komitmen atas perintah Tuhan sebagai salah satu syarat sehubungan dengan doa yang sedang diajukannya dan pasrah dengan keimanan bahwa doa yang sedang dimohonkan akan dijawab oleh Tuhan.

Di sini sebenarnya sudah sangat jelas sekali bahwa dikabulkannya suatu doa itu bukan lagi tergantung kepada Tuhan, melainkan tergantung kepada si pemohon atas doa itu. Yaitu apakan si pemohon itu mau melakukan perintah Tuhan dan beriman kepada-Nya atau tidak. Dengan kata lain; Tuhan tidak bertanggungjawab terhadap apa yang akan terjadi kepada seseorang, melainkan orang itu sendiri yang harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Sehingga doa sebenarnya merupakan pendeklarasian janji kepada Tuhan bahwa seseorang benar-benar akan melakukan komitmennya agar yang diminta itu bisa terlaksana.

End.

Medio 30/04/2012. 
Revisi-1, 24/07/2013; dan
Revisi-2, 06/03/2014.

Friday, July 05, 2013

Khotbah Jum'at - 30

Khutbah Jumat, 21 Rajab 1434 H / 31 Mei 2013 M
Isra' Mi'raj
Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الكبيرِ الْمُتعالِ، الْمُتفضِّلِ علَى عبادِهِ بِمَزيدِ الفضلِ والنوالِ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا فِيهِنَّ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وأَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ عليهِ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ وعلَى مَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدِّينِ.
أمَّا بَعْدُ: فأُوصِيكُمْ عبادَ اللهِ ونفسِي بتقوَى اللهِ جَلَّ وعَلاَ، قالَ تعالَى:] يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ[([1]).

Kaum muslimin ; Allah memberikan keistimewaan dan keutamaan pada Muhammad Saw sebagai pengagungan atas kedudukannya disisi Tuhannya, diantara keagungan itu adalah yang terjadi pada mukjizat isra' mi'raj, Allah Swt berfirman :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِالأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّيعُ الْبَصِيرُ
"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya dari masjidil haram ke masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat" (Al Isra' 17 : 1)
Allah telah mempersiapkan perjalanan penuh berkah itu untuk nabi-Nya, sebuah perjalanan disebabkan beban berat yang diterimanya serta cercaan yang dialamatkan kepadanya dari orang-orang yang mendustainya, dari mereka yang menolak risalahnya yang terjadi di Makkah dan Thaif, suatu perjalanan setelah kesedihan yang menimpanya dengan wafatnya pamannya Abi Thalib yang terkenal dengan dukungan penuhnya kepadanya, serta sepeninggalan isterinya Khadijah RA yang menjadi tempat penenang baginya, lalu Allah memberangkatnya dalam perjalanan malam (isra') dari masjidil haram menuju masjidil Aqsa, lalu dinaikkan ke langit, dan diperlihatkan padanya ayat-ayat Tuhannya yang agung, sebagai penghibur atas sedihnya dan sebagai penguat atas kesungguhannya, beliau mengendarai Buraq menuju baitul maqdis, disana Allah mengumpulkan dengan para nabi lalu Beliau menjadi imam shalat, Rasulullah Saw bersabda :
وَقَدْ رَأَيْتُنِي فِي جَمَاعَةٍ مِنَ الأَنْبِيَاءِ... فَحَانَتِ الصَّلاَةُ فَأَمَمْتُهُمْ
 "Dan telah diperlihatkan padaku jamaah para nabi…., lalu tibalah waktu shalat kemudian aku menjadi imam shalat mereka" (Muslim 278). Hal ini menunjukkan keagungan derajat Nabi Saw serta mulyanya kedudukan imam shalat, keutamaan shalat dan keutamaan masjid, dari poin ini perjalanan itu berawal dan darinya pula perjalanan tersebut berakhir, sehingga masjid merupakan identitas seorang muslim dalam bersegera berangkat menunaikan ibadah di dalamnya dan melakukan perawatan masjid dengan baik, maka barang siapa yang hatinya terpaut dengan masjid maka ia telah terhindar dari kesengsaraan pada hari kiamat.

Anas RA berkata bahwa Abu Dzar RA menceritakan bahwa Rasulullah Saw bersabda :
فَعَرَجَ بِي إِلَى السَّمَاءِ، فَلَمَّا جَاءَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، قَالَ جِبْرِيلُ لِخَازِنِ السَّمَاءِ: افْتَحْ. قَالَ: مَنْ هَذَا؟ قَالَ: هَذَا جِبْرِيلُ. قَالَ: مَعَكَ أَحَدٌ؟ قَالَ: مَعِىَ مُحَمَّدٌ. قَالَ: أُرْسِلَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: نَعَمْ، فَافْتَحْ. قَالَ أَنَسٌ رضي الله عنه فَذَكَرَ أَنَّهُ وَجَدَ فِى السَّمَوَاتِ إِدْرِيسَ وَمُوسَى وَعِيسَى وَإِبْرَاهِيمَ، عليهِمْ وعلَى نبيِّنَا أفضلُ الصلاةِ وأتَمُّ التسليمِ. ثُمَّ عُرِجَ بهِ إلَى السمواتِ الْعُلَى حتَّى بلغَ سِدْرَةَ الْمُنتَهَى, قالَ اللهُ تبارك وتعالَى:] وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى* عِندَ سِدْرَةِ الْمُنتَهَى* عِندَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى* إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى* مَا زَاغَ البَصَرُ وَمَا طَغَى* لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الكُبْرَى
Kemudian aku dimi'rajkan ke langit, dan ketika sampai ke langit dunia, Jibril berkata pada penjaga langit ; bukalah, ia bertanya : siapa ini ?Jibril menjawab : Ini Jibril.
Malaikat penjaga langit bertanya lagi : Adakah orang lain bersamamu ? Jibril menjawab : Ya, bersamaku Muhammad Saw. Penjaga itu bertanya lagi : Apakah dia diutus sebagai Rasul ? Jibril menjawab : Benar maka bukalah. Anas RA berkata maka disebutkan bahwasanya pada tingkatan langit-langit itu Beliau berjumpa dengan Idris, Musa, Isa dan Ibrahim Alaihimussalam (semoga Allah memberi shalawat-Nya kepada mereka). Kemudian beliau dimi'rajkan ke langit yang paling tinggi hingga sampai di sidratil muntaha, Allah Swt berfirman :
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى* عِندَ سِدْرَةِ الْمُنتَهَى* عِندَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى* إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى* مَا زَاغَ البَصَرُ وَمَا طَغَى* لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الكُبْرَى
Dan sesungguhnya dia (Muhammad) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratilmuntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar" (An Najm 53 : 13-18) 


Dan diantara yang dilihat oleh Rasulullah Saw adalah suatu kaum yang diazab karena sibuk dengan kehormatan orang lain, Rasulullah Saw bersabda :
لَمَّا عُرِجَ بِي مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمِشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلاَءِ يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَؤُلاَءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ
"Ketika aku dimi'rajkan aku berjalan melalui suatu kaum yang mempunyai kuku-kuku dari tembaga, mereka menggaruk-garukkan muka serta dada mereka sendiri. Aku bertanya : siapakah mereka wahai Jibril ? ia berkata ; mereka adalah orang-orang yang makan daging sesama manusia dan menjatuhkan kehormatan mereka" (Abu Daud 4878)Hendaknya kita menghindar dari perbuatan dosa seperti ini, menjauh dari menggunjing dan dusta, karena di dalamnya terdapat marabahaya yang besar pada individu dan masyarakat.

Hamba Allah ; pada mi'raj Nabi Saw ditetapkan kewajiban shalat, disebutkan dalam sabdanya :
فَفَرَضَ اللَّهُ عَلَىَّ خَمْسِينَ صَلاَةً ... ثم قال r فَرَاجَعْتُ رَبِّي فَقَالَ: هِىَ خَمْسٌ، وَهْىَ خَمْسُونَ، لاَ يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَىَّ
"Maka Allah mewajibkan shalat kepadaku sebanyak 50 waktu, sabdanya : Aku kembali pada Tuhanku maka Dia berfirman : ia adalah lima waktu sebagai pengganti 50 waktu dan tidak ada perubahan keputusan di sisi-Ku" (Muttafaq 'alaih). Hal ini menunjukkan kedudukan shalat, keagungan, keutamaan dan pentingnya menjaga penunaiannya, Allah berfirman :
فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ كَانَتْ عَلَى المُؤْمِنِينَ كِتَاباً مَّوْقُوتاً
"Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa), sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (An Nisa' 4 : 103) Maka beruntunglah orang yang selalu menjaga penunaian shalatnya dengan tidak mengakhirkannya, dan berungtunglah orang yang mendekatkan diri pada Allah dengan shalat-shalat sunnah dan nawafil, karena itu akan menjadi pengantar pelakunya memasuki surga, mendapatkan ridha Allah dan menjadi penutup kealpaannya, Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ، يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ: انْظُرُوا فِي صَلاَةِ عَبْدِي أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا، فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً، وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئاً قَالَ: انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ: أَتِمُّوا لِعَبْدِي فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ، ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ

 "Sesungguhnya amalan pertama manusia yang dihisab pada hari kiamat adalah shalat, Tuhan kami berkata pada malaikat-Nya dan Dia Maha Tahu :perhatikan shalat hamba-Ku apakah terdapat kesempurnaan atau kekurangan, bila dilakukan dengan sempurna maka ia mendapatkan pahala sempurna, dan bila didapati kekurangan darinya, Dia berfirman : lihatlah apakah hamba-Ku mempunyai shalat sunnah ? Bila ia mempunyai shalat sunnah, Dia berfirman : sempurnakan shalat wajib hamba-Ku dari shalat sunnahnya, kemudian seperti itu cara menghisab amalan-amalan lainnya" (Abu Daud 864)
   
Kaum muslimin : ketika Rasulullah Saw kembali ke Makkah, beliau memberitahukan pada kaumnya apa yang terjadi dalam perjalanan isra' mi'raj, maka para pendusta mempunyai kesempatan untuk mengkritik kenabiannya, mereka meminta bukti-bukti konkrit atas kebenaran ucapannya, Beliau Saw menerangkan tentang baitul maqdis dan menjelaskan ciri-cirinya, Rasulullah Saw bersabda :
لَمَّا كَذَّبَتْنِي قُرَيْشٌ قُمْتُ فِي الْحِجْرِ فَجَلَّى اللَّهُ لِي بَيْتَ الْمَقْدِسِ فَطَفِقْتُ أُخْبِرُهُمْ عَنْ آيَاتِهِ وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَيْهِ
"Ketika kaum quraisy mendustaiku, aku berdiri diatas al hijr, lalu Allah memperlihatkan padaku baitul maqdis, lalu aku mulai menjelaskan pada mereka tentang tanda-tandanya dan aku melihatnya" (Muttafaq 'alaih).

Kejadian ini menambah keimanan kaum mukminin, keyakinan mereka pada Rasulullah Saw serta kepercayaan terhadap pada wahyu yang diturunkan oleh Tuhannya semakin tidak tergoyahkan, Abu Salamah berkata : Abu Bakar RA didatangkan dan ditanyakan padanya : apakah padamu ada sesuatu terhadap sahabatmu, ia menyangka bahwa ia diberangkatkan ke baitul maqdis kemudian kembali dalam satu malam. Abu Bakar bertanya : apakah beliau berkata demikian ? mereka menjawab : ya. Ia berkata : aku bersaksi, bila beliau berkata demikian maka beliau berkata jujur. Mereka bertanya : apakah kamu bersaksi bahwa beliau datang ke Syam dalam satu malam dan kembali sebelum menjelang pagi ? ia menjawab : Ya, sesungguhnya aku mempercayainya walaupun lebih jauh jaraknya dari itu, aku mempercayai berita langit siang dan malam. (Mushannaf Abdur Razzaq  5/328, Tafsir At Thabari 17/335)Perlu diketahui kenapa Abu Bakar diberi julukan As Shiddiq, karena ia yang langsung mempercayai Nabi Saw ketika mendengar kabar isra'. (Tarikh Al Madinah As Syarifah karangan As Sakhawi 2/59)

Kami memohon pada Allah semoga meneguhkan keyakinan kami, memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang menjaga shalat kami, dan semoga Dia memberikan kami taufiq untuk mentaati Tuhan kami, mentaati Rasul kami Muhammad Saw dan mentaati orang yang diperintahkan untuk ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
 “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نفعَنِي اللهُ وإياكُمْ بالقرآنِ العظيمِ، وبِسنةِ نبيهِ الكريمِ صلى الله عليه وسلم،
أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.


Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه، وأَشْهَدُ أنَّ سيِّدَنا محمَّداً عبدُهُ ورسولُهُ، اللهمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ الطيبينَ الطاهرينَ وعلَى أصحابِهِ أجمعينَ، والتَّابعينَ لَهُمْ بإحسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan selalu merasalah diawasi Allah dalam kesunyian dan keramaian, dan ketahuilah bahwa diantara pelajaran perjalanan Isra' Mi'raj adalah penegasan akan kehormatan seorang muslim di sisi Allah, dan syariat Islam telah mengajak untuk melindungi jiwa manusia, diantara sebab-sebab perlindungannya adalah menjauh dari segala yang berdampak bahaya pada manusia baik dalam ucapan dan tindakan, dan diantara kemudaratan yang telah ditetapkan oleh kedokteran adalah merokok yang dapat berdampak buruk pada kesehatan hati dan paru-paru sebagaimana menjadi salah satu penyebab penyakit kanker, dan juga berdampak negative pada kesehatan orang-orang yang ada di sekitarnya, Rasulullah Saw bersabda :
لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang lain " (Ibnu Majah 2341). Kebisaaan merokok dapat merugikan kesehatan dan harta, dan bahayanya telah menjadi kenyataan.

هذَا وصلُّوا وسلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بالصلاةِ والسلامِ عليهِ، قَالَ تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2]) وقالَ رَسُولُ اللَّهِr:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3])
اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا ونبيِّنَا مُحَمَّدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وعَنْ سائرِ الصحابِةِ الأكرمينَ، وعَنِ التابعينَ ومَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إنَّا نسألُكَ الجنةَ لنَا ولوالدينَا، ولِمَنْ لهُ حقٌّ علينَا، وللمسلمينَ أجمعينَ.
اللَّهُمَّ وفِّقْنَا للأعمالِ الصالحاتِ، وترْكِ المنكراتِ، اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِى قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وارزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وارزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، اللَّهُمَّ أصْلِحْ لَنِا نياتِنَا، وبارِكْ لَنَا فِي أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَاجْعَلْهم قُرَّةَ أَعْيُنٍ لنَا، واجعَلِ التوفيقَ حليفَنَا، وارفَعْ لنَا درجاتِنَا، وزِدْ فِي حسناتِنَا، وكَفِّرْ عنَّا سيئاتِنَا، وتوَفَّنَا معَ الأبرارِ، اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، ولاَ دَيْنًا إلاَّ قضيْتَهُ، وَلاَ مريضًا إلاَّ شفيْتَهُ،  ولاَ مَيِّتاً إلاَّ رحمتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا ويسَّرْتَهَا يَا ربَّ العالمينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدولةِ، الشَّيْخ خليفة وَنَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ. اللَّهُمَّ اغفِرْ للمسلمينَ والمسلماتِ الأحياءِ منهُمْ والأمواتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، والشَّيْخ مَكْتُوم، وإخوانَهُمَا شيوخَ الإماراتِ الذينَ انتقلُوا إلَى رحمتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بعفوِكَ وغفرانِكَ ورحمتِكَ آباءَنَا وأمهاتِنَا وجميعَ أرحامِنَا ومَنْ كانَ لهُ فضلٌ علينَا.
اللَّهُمَّ أَدِمْ عَلَى دولةِ الإماراتِ الأَمْنَ والأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِينَ. اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ]وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([4]).



([1]) الحشر : 18.
([2]الأحزاب : 56 .
([3]) مسلم : 384.
([4]العنكبوت :45

 Nikmatnya Ketentraman
Jumat, 14 Juni 2013

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ، أحمدُهُ سبحانَهُ حمدًا يليقُ بِجلالِ وجهِهِ وعظيمِ سلطانِهِ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا فِيهِنَّ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وأَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ عليهِ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ وعلَى مَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدِّينِ.

أمَّا بَعْدُ: فأُوصِيكُمْ عبادَ اللهِ ونفسِي بتقوَى اللهِ جَلَّ وعَلاَ، قالَ تعالَى:] يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ[ (الحشر:18).
Kaum Muslimin: Diantara nikmat dari sekian nikmat yang telah Allah karuniakan kepada manusia di bumi ini, yang merupakan dambaan setiap makhluk hidup adalah nikmat "ketentraman". Nabi Ibrahim AS senantiasa memohon jenis nikmat tersebut untuk keluarga dan umatnya, sebagaimana firman Allah yang menceritakan tentangnya:
 وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ)(البقرة: 126)
Dan tatkala Ibrahim berkata: Tuhan, jadikanlah negeri ini negeri yang aman, dan limpahkanlah rizki bagi penduduknya yang berupa buah-buahan, bagi mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir.

Allah telah menspesifikasikan jenis kenikmatan yang berupa ketentraman bagi sebagian umat terdahulu, yang diantaranya adalah kaum Saba (Yamen), dalam firman-Nya:
لَقَدْ كَانَ لِسَبَأٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ. (سبأ: 15)
Sungguh, bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Allah), di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.

Sebagai mana Allah telah mengaunegerahkan kepada kaum Quraisy berupa kesejahteraan dan rasa aman:
الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ. (قريش: 4)
(Allah lah) Yang Telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.”

Wahai hamba Allah: dan diantara unsur-unsur terwujudnya ketentraman adalah: beriman kepada Allah, dan menjauhkan diri dari segala bentuk larangan-Nya. Allah berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُوْلَئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ. (الأنعام: 82)
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Barang siapa yang beriman secara totalitas, dengan menjauhkan diri dari kemaksiatan, maka Allah akan menganugerahkan rizki kepada mereka berupa rasa aman dan nyaman.

Seorang Mukmin sejati, adalah mereka yang dapat mengakui segala bentuk nikmat yang telah Allah berikan kepadanya, terutama nikmat ketentraman, sehingga dirinya bersyukur kepa-Nya, dan dirinya dapat membadingkan kondisi dirinya dengan kondisi orang-orang yang dalam keadaan tercekam rasa takut dan krisis pangan. Allah berfirman:

وَاذْكُرُوا إِذْ أَنْتُمْ قَلِيلٌ مُسْتَضْعَفُونَ فِي الأَرْضِ تَخَافُونَ أَنْ يَتَخَطَّفَكُمْ النَّاسُ فَآوَاكُمْ وَأَيَّدَكُمْ بِنَصْرِهِ وَرَزَقَكُمْ مِنْ الطَّيِّبَاتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ. (الأنفال: 26)
“Dan ingatlah (hai para muhajirin), ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Medinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.

Dan diantara bentuk dari kesempurnaan syukur seseorang adalah dengan tidak lalai dalam menikmati kenikmatan yang telah dianugrahkan kepadanya, dengan melupakan Sang Pemberinya. Dan hendaknya ia berterimakasih kepada Allah atas kenikmatan ketentraman, dan berterimakasih pula kepada yang sebagai perantara terwujudnya ketentraman tersebut. Allah berfirman:
مَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفاً فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ
Siapapun gerangan yang telah berbuat kebajikan untuk kepentingan umum, hendaknya kalian memberikan imbalan kepadanya, namun jika kalian tidak memiliki kemampuan untuk memberinya imbalan, maka hendaknya kalian mendoakannya hingga diri kalian merasa bahwa kalian telah memberinya dengan imbalan yang setimpal dengan apa yang telah ia lakukan. H.R. Abu Dawud: 1672)

Oleh sebab itu, hendaklah kita bersyukur kepada Allah dan berterimakasih kepada para pemimpin negara, mereka telah menjalankan ketaatan kepada Allah, membangun negeri, mereka telah berkorban waktu istirahat demi kesejahteraan rakyatnya, keamanan masyarakat dan negaranya, termasuk berterimakasih kepada segenap instansi dan setiap orang yang telah turut berpartisipasi dalam mewujudkan "Deso mowo coro negoro mowo toto" dengan iringan doa: Jazakumullahu Khoiron, Semoga Allah membalas budi baik kalian, sebagaimana kaliat telah berbudi baik terhadap kami, dan kalian termasuk dalam kategori golongan:
 عَيْنَانِ لاَ تَمَسُّهُمَا النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ، وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ
Dua mata yang tak akan pernah tersengat oleh api neraka: Mata yang meneteskan air mata karena rasa takutnya kepada Allah, dan mata yang tak kenal lelah karena menjaga keamanan teritorial negara.

Diantara unsur lainnya dari penyebab terwujudnya ketentraman adalah menyebarkan rasa cinta damai kepada sesama. Sabda Nabi:
المُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
Antara Mukmin satu dengan yang lain, bagaikan satu bangunan yang saling mengkokohkan. (Nabi Mohammad menyampaikan sabda tersebut sembari menyatukan jari jemari kedua tangannya).

Janganlah kita saling cerai berai, saling bermusuhan, karena dampaknya adalah perpecahan dan berkelompok-kelompok dan berpartai-partai. Allah berfirman:
وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Dan janganlah kalian saling bermusuhan, karena niscaya kalian akan menjadi lemah semangat dan kehilangan kekuatan, bersabarlah karena Allah selalu bersama dengan orang-orang yang sabar.

Ketahuilah wahai hamba Allah, bahwa cinta tanah air merupakan pilar utama dalam mewujudkan ketentraman dalam suatu komunitas, jika diri seseorang mencintai tanah airnya, maka akan timbul dalam dirinya rasa tanggung jawab untuk selalu menjaga keamanan dan ketentraman di negaranya, oleh sebab itu, Nabi SAW pernah memohon kepada Allah untuk menganugerahkan kepadanya rasa cinta tanah air (yang pada saat itu beliau tinggal di Madinah) demi terwujudnya rasa tentram dan aman. Dalam doanya: "Ya Allah, karuniakanlah kepada kami rasa cinta terhadap tanah air kami "Madinah" sebagaimana kami mencintai "Mekah" atau lebih dari pada kami mencintai "Mekah". Karena seseorang jika mencintai negaranya, maka ia akan tenang, damai dan dapat lebih kreatif serta produktif.

Semoga Allah membimbing kita untuk senantiasa dalam jalan yang tepat, dan atas segala nikmat-Nya kita dapat mensyukurinya, dan menjadikan kita termasuk sebagai ora-orang yang dapat menjaga ketentraman negara kita, keamanan, kemajuan, dan untuk tetap dapat menaati Allah dan Rasul-Nya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ[
نفعَنِي اللهُ وإياكُمْ بالقرآنِ العظيمِ، وبِسنةِ نبيهِ الكريمِ صلى الله عليه وسلم،
أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه، وأَشْهَدُ أنَّ سيِّدَنا محمَّداً عبدُهُ ورسولُهُ، اللهمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ الطيبينَ الطاهرينَ وعلَى أصحابِهِ أجمعينَ، والتَّابعينَ لَهُمْ بإحسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, dan tetapkanlah dirimu untuk selalu taat kepada-Nya dalam segala kondisi baik sepi maupun dalam keramaian, dan ketahuilah, bahwa warga yang baik adalah mereka yang berpartisipasi membangun negeri, menjaganya, berjuang untuknya demi terwujudnya rasa tentram dan aman. Dan janganlah kalian menuruti atau mengikuti seruan orang-orang yang hendak mengacaukan negeri dengan berbgai kritikan dan slogan mereka. Sesungguhnya keamanan dan ketentraman negara ini merupakan tanggung jawab setiap individu.

هذَا وصلُّوا وسلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بالصلاةِ والسلامِ عليهِ، قَالَ  تَعَالَى:] إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([1]) وقالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([2])
اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا ونبيِّنَا مُحَمَّدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وعَنْ سائرِ الصحابِةِ الأكرمينَ، وعَنِ التابعينَ ومَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إنَّا نسألُكَ الجنةَ لنَا ولوالدينَا، ولِمَنْ لهُ حقٌّ علينَا، وللمسلمينَ أجمعينَ.
اللَّهُمَّ وفِّقْنَا للأعمالِ الصالحاتِ، وترْكِ المنكراتِ، اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِى قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وارزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وارزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، اللَّهُمَّ أصْلِحْ لَنِا نياتِنَا، وبارِكْ لَنَا فِي أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَاجْعَلْهم قُرَّةَ أَعْيُنٍ لنَا، واجعَلِ التوفيقَ حليفَنَا، وارفَعْ لنَا درجاتِنَا، وزِدْ فِي حسناتِنَا، وكَفِّرْ عنَّا سيئاتِنَا، وتوَفَّنَا معَ الأبرارِ، اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، ولاَ دَيْنًا إلاَّ قضيْتَهُ، وَلاَ مريضًا إلاَّ شفيْتَهُ،  ولاَ مَيِّتاً إلاَّ رحمتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا ويسَّرْتَهَا يَا ربَّ العالمينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدولةِ، الشَّيْخ خليفة وَنَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ للمسلمينَ والمسلماتِ الأحياءِ منهُمْ والأمواتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، والشَّيْخ مَكْتُوم، وإخوانَهُمَا شيوخَ الإماراتِ الذينَ انتقلُوا إلَى رحمتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بعفوِكَ وغفرانِكَ ورحمتِكَ آباءَنَا وأمهاتِنَا وجميعَ أرحامِنَا ومَنْ كانَ لهُ فضلٌ علينَا.
اللَّهُمَّ أَدِمْ عَلَى دولةِ الإماراتِ الأَمْنَ والأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِينَ. اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ]وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[

>>Diterjemahkan oleh: Juwakhid<<


([1]) الأحزاب : 56 .
([2]) مسلم : 384.

Khotbah Jum'at 29


Khutbah Jumat, 07 Rajab 1434 H / 17 Mei 2013 M
Menghayati Surah Al Falaq dan An Nas
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ للهِ ربِّ العالمينَ، أحمدُهُ سبحانَهُ حمدًا طيبًا مُباركًا فيهِ كمَا يُحبُّ ويرضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، ومَنْ تَبِعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدِّينِ.
أمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ جَلَّ وَعَلا، قَالَ تَعَالَى:] يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَاناً وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الفَضْلِ العَظِيمِ[([1])
Kaum muslimin : Al Quran merupakan hidayah dan rahmat bagi manusia, ayat-ayatnya merupakan penyembuh hati, dalil, hujjah dan cahaya, Allah berfirman :
وَنُنَزِّلُ مِنَ القُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
“Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” (Al Isra' 7 : 82). Nabi Saw mengkhususkan beberapa surah dalam Al Quran yang mempunyai kelebihan dan keutamaan, karena didalamnya terdapat pengaruh yang besar dalam meninggikan keimanan dan melindungi manusia, dan diantara beberapa surah itu adalah dua surah yang sangat agung pengaruh dan maknanya dan keduanya mengandung beberapa kenyataan yang sangat besar dan faedah yang besar pula, kedua surah itu adalah surah Al Falaq dan An Nas, Rasulullah Saw bersabda :
أَلَمْ تَرَ آيَاتٍ أُنْزِلَتِ اللَّيْلَةَ لَمْ يُرَ مِثْلُهُنَّ قَطُّ (قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ) وَ(قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
"Tidakkah kau melihat beberapa ayat yang diturunkan pada malam ini yang belum pernah terlihat semisal dengannya selamanya, (Al Falaq) dan (An Nas). (Muslim 814). Keduanya merupakan pengaman bagi orang yang takut marabaya dari orang lain, jaminan dari ketakutan dan bisikan syetan, ia merupakan wasiat Rasulullah Saw bagi orang yang mencari kebaikan, dan dianjurkan bagi orang yang mau mendapatkan keselamatan dari segala bencana, Uqbah bin Amir RA berkata :
كُنْتُ أَقُودُ بِرَسُولِ اللَّهِ r نَاقَتَهُ فِى السَّفَرِ فَقَالَ لِي:« يَا عُقْبَةُ أَلاَ أُعَلِّمُكَ خَيْرَ سُورَتَيْنِ قُرِئَتَا». فَعَلَّمَنِي (قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ) وَ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ) فَلَمْ يَرَنِي سُرِرْتُ بِهِمَا جِدًّا، فَلَمَّا نَزَلَ لِصَلاَةِ الصُّبْحِ صَلَّى بِهِمَا صَلاَةَ الصُّبْحِ لِلنَّاسِ، فَلَمَّا فَرَغَ رَسُولُ اللَّهِ r مِنَ الصَّلاَةِ الْتَفَتَ إِلَىَّ فَقَالَ :« يَا عُقْبَةُ كَيْفَ رَأَيْتَ
Aku mengendarai unta bersama Rasulullah Saw dalam sebuah perjalanan, Beliau berkata padaku : wahai Uqbah, maukah aku mengajarkanmu kebaikan dua surah yang dibaca. Lalu beliau mengajarkanku : (Al Falaq) dan (An Nas) dan beliau belum pernah melihatku bahagia seperti bahagia dengan keduanya, dan ketika beliau berangkat menunaikan shalat subuh menjadi imam, dan ketika Rasulullah Saw selesai menunaikan shalat, beliau berpaling padaku dan bersabda : "Wahai Uqbah bagaimana pendapatmu" (Abu Daud 1462). Karenanya jangan lupa untuk selalu membaca keduanya (Al Falaq dan An Nas) setiap pagi dan sore, karena keduanya merupakan penenang orang yang tertimpa musibah dan benteng baginya.
فعَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها: أَنَّ النَّبِىَّ r كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَ(قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ) وَ(قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
Dari Aisyah RA bahwa Nabi Saw bila hendak tidur setiap malam beliau mengupulkan kedua telapak tangannya kemudian meniup keduanya dan membaca surah (Al Ikhlas), (Al Falaq) dan (An Nas) kemudian mengusapkan dengan keduanya semua tubuh yang mampu digapainya dengan memulai dari kepalanya, wajahnya dan tubuh bagian depan dan beliau melakukan itu tiga kali" (Bukhari 5017).
Hamba Allah : dua surah ini menempati urutan pertama dalam permintaan perlindungan pada Allah dari segala keburukan makhluk, al isti'adzah adalah kembali kepada Allah dan meminta pertolongan darinya, ia (al isti'adzah) adalah pelindung dari segala mudarat syetan yang selalu mengajak kaum mukminin pada kesesatan, dan Al Quran memerintahkan untuk beristi'adzah setiap kali seseorang merasa ada sesuatu yang tidak disukainya atau ada rasa takut menimpa dirinya, Allah Swt berfirman :
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
 “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syetan, maka berlindunglah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Al A'raf 7 : 200). Beristi'adzah kepada Allah dianjurkan setiap waktu, dalam setiap perbuatan dan ibadah, terutama saat membaca Al Quran, karena syetan sering memasuki jiwa seseorang agar ia tidak mendekatkan diri pada Tuhannya, Allah berfirman :
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syetan yang terkutuk” (An Nahl 16 : 98). Berikut teks isti'adzah Nabi Saw kepada Allah dari syetan :
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ مِنْ نَفْخِهِ وَنَفْثِهِ وَهَمْزِهِ
"Aku berlindung kepada Allah dari syetan, tiupan, bisikan dan godaannya" (Abu Daud 764) 
Kaum mukminin : dua surah tersebut mengisyaratkan akan adanya keburukan yang harus dihindari oleh manusia selama hidupnya, diantara keburukan itu yang diperintahkan kepada kita agar meminta perlindungan Allah adalah keburukan tukang sihir yang meniupkan pada buhul-buhul, Allah berfirman :
وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي العُقَدِ
"Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul” (Al Falaq 113 : 4) yang dimaksud meniup tali adalah sihir dan semisalnya seperti memprediksikan hal yang gaib, membaca bintang, semua itu merupakan perkara yang dilarang oleh Nabi Saw dan diperintahkan untuk menghindarinya, tersebut dalam sabdanya :
مَنْ عَقَدَ عُقْدَةً ثُمَّ نَفَثَ فِيهَا فَقَدْ سَحَرَ، وَمَنْ سَحَرَ فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ تَعَلَّقَ شَيْئاً وُكِلَ إِلَيْهِ
"Barang siapa mengikat ikatan lalu meniupkan didalamnya  maka ia telah menyihir, barang siapa melakukan sihir maka ia telah berlaku syirik dan barang siapa yang bergantung pada sesuatu maka ia telah bergantung padanya" (An Nasa'i 4079). Sebagaimana Allah memerintahkan kita untuk meminta perlindungan pada-Nya dari keburukan orang yang dengki, Allah berfirman :
وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
 “Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki" (Al Falaq 113 : 5).Dengki itu berarti seseorang yang mengharapkan hilangnya nikmat dari seseorang, ia terus menerus mengikutinya agar ia terjatuh dalam keburukan, karenanya wahai hamba Allah hendaknya kalian berlindung dengan Al Quran, dzikir dan wirid seperti diajarkan oleh Nabi Saw, dan jangan sampai kalian terbawa oleh godaan syetan hingga menjerumuskan kalian dan pergi ke dukun dan menggunakan sihir atau pergi pada orang pintar yang mampu menyembuhkan manusia, karena pada dasarnya manusia dapat meruqyah dirinya, meruqyah keluarganya dengan ayat-ayat Quran, dzikir dan doa yang didapat dari Nabi Saw, lalu gunakan doa itu untuk kesembuhan dan keberkahan, karena ia lebih mengetahui kondisi dirinya dari pada orang lain dan lebih mengetahui penyakit yang menimpanya, dan ini merupakan ajaran Rasulullah Saw, dari Aisyah RA bahwa :
أَنَّ النَّبِىَّ r كَانَ إِذَا اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى نَفْسِهِ الْمُعَوِّذَاتِ وَيَنْفِثُ، فَلَمَّا اشْتَدَّ وَجَعُهُ كُنْتُ أَقْرَأُ عَلَيْهِ وَأَمْسَحُ بِيَدِهِ رَجَاءَ بَرَكَتِهَا
Nabi Saw bila merasa sakit ia membaca atas dirinya Al Mu’awwidzat (Al Falaq dan An Nas) lalu meniupkan pada dirinya, dan ketika sakitnya semakin parah maka Aku membacakan padanya dan mengusapkan dengan tangannya dengan mengharap keberkahannya” (Muttafaq ‘alaih)
Rasulullah Saw mencontohkan bahwa beliau meminta perlindungan pada Allah untuk Al Hasan dan Al Husein seperti terdapat dalam sabdanya :
أُعِيذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ
"Aku berlindung kepada Allah untuk kalian berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari segala syetan, binatang yang berbisa dan pandangan mata yang jahat" (Abu Daud 4737). Rasulullah Saw menganjurkan untuk membaca ayat Kursi dan lainnya sehingga seseorang terus berada dalam perlindungan dan penjagaan-Nya, Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
"Barang siapa membaca dua ayat akhir surah Al Baqarah pada satu malam, maka keduanya akan mencukupinya" (Muttafaq 'alaih). Pada kalamullah terdapat kesembuhan bagi penyakit hati, Allah Swt berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman" (Yunus 10 : 57). Pada dua surah At Ta'awwudz dan surah lainnya terdapat sebab penyembuhan seseorang dari segala penyakit, serta mengembalikan kebugaran pada tubuh seseorang dari segala jenis kelelahan dan kepenatan.
Ya Allah jadikanlah Al Quran sebagai musim semi hati kami, cahaya pandangan kami, penyembuh hati kami, penghilang kesedihan dan gundah kami, ya Allah berilah kami taufiq untuk mentaati-Mu dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami untuk ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
 “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نفعَنِي اللهُ وإياكُمْ بالقرآنِ العظيمِ، وبِسنةِ نبيهِ الكريمِ صلى الله عليه وسلم،
أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ ربِّ العالمينَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه، وأَشْهَدُ أنَّ سيِّدَنا محمَّداً عبدُهُ ورسولُهُ، اللهمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ الطيبينَ الطاهرينَ وعلَى أصحابِهِ أجمعينَ، والتَّابعينَ لَهُمْ بإحسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dan ketahuilah sesungguhnya Allah memerinthakn kita dalam surah Al Falaq untuk beristi'adzah dalam satu kali dari tiga keburukan, yaitu : gelap malam, wanita-wanita tukang sihir dan orang dengki apabila ia dengki.
Sedangkan dalam surah An Nas, Allah memerintahkan kita untuk meminta perlindungan tiga kali dari satu keburukan yaitu bisikan syetan, ini menunjukkan akan besarnya bahaya gangguan syetan, dimana syetan dapat merasuk ke dalam hati manusia dan mampu memalingkannya dari jalan yang benar, dan ia merayu manusia dengan syahwat dan hal-hal yang menyesatkan, oleh karena itu Allah memerintahkan kita agar beristi'adzah kepada-Nya dari keburukan syetan, firman-Nya :
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ* مَلِكِ النَّاسِ* إِلَهِ النَّاسِ* مِنْ شَرِّ الْوَسْواسِ الْخَنَّاسِ
"Katakanlah : Aku berlindung kepada Tuhan, Raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa bersembunyi" (An Nas 114 : 1-4)
Khannas adalah syetan yang selalu mengganggu dan bersembunyi ketika seorang hamba berdzikir pada Tuhannya, dari Ibnu Abbas RA menafsirkan firman Allah :
الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
“dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa bersembunyi" (An Nas 114 : 4), bahwa ia adalah syetan yang menyerang hati anak Adam, bila ia lupa maka ia (syetan) datang  mengganggu dan bila ia mengingat Allah maka ia (syetan) mengecil dan berpaling darinya" (Tafsir Al Qurthubi 24/709)
هذَا وصلُّوا وسلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بالصلاةِ والسلامِ عليهِ، قَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2]) وقالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3])
اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا ونبيِّنَا مُحَمَّدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وعَنْ سائرِ الصحابِةِ الأكرمينَ، وعَنِ التابعينَ ومَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إنَّا نسألُكَ الجنةَ لنَا ولوالدينَا، ولِمَنْ لهُ حقٌّ علينَا، وللمسلمينَ أجمعينَ.
اللَّهُمَّ وفِّقْنَا للأعمالِ الصالحاتِ، وترْكِ المنكراتِ، اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِى قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وارزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وارزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، اللَّهُمَّ أصْلِحْ لَنِا نياتِنَا، وبارِكْ لَنَا فِي أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَاجْعَلْهم قُرَّةَ أَعْيُنٍ لنَا، واجعَلِ التوفيقَ حليفَنَا، وارفَعْ لنَا درجاتِنَا، وزِدْ فِي حسناتِنَا، وكَفِّرْ عنَّا سيئاتِنَا، وتوَفَّنَا معَ الأبرارِ، اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، ولاَ دَيْنًا إلاَّ قضيْتَهُ، وَلاَ مريضًا إلاَّ شفيْتَهُ،  ولاَ مَيِّتاً إلاَّ رحمتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا ويسَّرْتَهَا يَا ربَّ العالمينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدولةِ، الشَّيْخ خليفة وَنَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغفِرْ للمسلمينَ والمسلماتِ الأحياءِ منهُمْ والأمواتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، والشَّيْخ مَكْتُوم، وإخوانَهُمَا شيوخَ الإماراتِ الذينَ انتقلُوا إلَى رحمتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بعفوِكَ وغفرانِكَ ورحمتِكَ آباءَنَا وأمهاتِنَا وجميعَ أرحامِنَا ومَنْ كانَ لهُ فضلٌ علينَا.
اللَّهُمَّ أَدِمْ عَلَى دولةِ الإماراتِ الأَمْنَ والأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِينَ.
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ]وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([4]).


([1]) الأنفال :29.
([2]الأحزاب : 56 .
([3]) مسلم : 384.
([4]العنكبوت :45.
- مركز الفتوى الرسمي بالدولة  باللغات (العربية ، والإنجليزية ، والأوردو) للإجابة على الأسئلة الشرعية وقسم الرد على النساء         22 24  800
من الثامنة صباحا حتى الثامنة مساء عدا أيام العطل الرسمية
- خدمة الفتوى عبر الرسائل النصية sms على الرقم         2535

Khutbah Jumat, 14 Rajab 1434 H / 24 Mei 2013 M
Pengawasan Allah
Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وأَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ عليهِ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ وعلَى مَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ.
أمَّا بَعْدُ: فأُوصِيكُمْ عبادَ اللهِ ونفسِي بتقوَى اللهِ جلَّ وعَلاَ، قالَ تعالَى:] يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً[([1])
Kaum mukminin : Allah menciptakan makhluk dan Dia mengetahui atas segala sesuatu, tidak tersembunyi dari-Nya baik masalah kecil dan besar, Allah berfirman :
لاَ يَعْزُبُ عَنْهُ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ فِي السَّمَوَاتِ وَلاَ فِي الأَرْضِ وَلاَ أَصْغَرُ مِن ذَلِكَ وَلاَ أَكْبَرُ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
 "Tidak ada tersembunyi daripada-Nya seberat atom pun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz)" (Saba’ 34 : 3). Ilmu Allah mengetahui apa yang terdetak dan yang dibisikkan dalam hati, Allah berfirman :
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya" (Qof  50 : 16)Maha besar Allah Yang Maha pencipta Yang mengetahui yang disembunyikan hati dan yang terkandung didalamnya, mengetahui isi langit dan bumi, Allah berfirman :
قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَيَعْلَمُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Katakanlah : "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kami melahirkannya, pasti Allah mengetahui, dan Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu" (Ali Imran 3 : 29). Karenanya seorang hamba harus merasakan pengawasan Allah, dan ia harus yakin bahwa Allah mengetahui lahir dan batin seorang hamba, dengan demikian ia akan selalu bersungguh-sungguh dalam ketaatan sepanjang hari, hingga ia menjadi meningkat derajat ibadah dan muamalahnya, maka barang siapa merasa diawasi oleh Allah, maka ia telah mencapai derajat ihsan, seperti dijelaskan dalam sabda Nabi Saw :
الإِحْسَانُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
"Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, bila tidak melihat-Nya, maka Dia melihat engkau " (Muttafaq 'alaih)

Hamba Allah : pengawasan Allah dapat terwujud dengan mengetahui sifat dan asma'-Nya, Allah berfirman :
وَلِلَّهِ الأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
Hanya milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaaulhusna (Al A’raf 7 : 180). Dan diantara asma'-Nya adalah Ar Raqib, Allah berfirman :
وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ رَّقِيباً
"Dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu" (Al Ahzab 33 : 52). Dan barang siapa yang menghayati asma’ Allah (Ar Raqib) maka seluruh anggota badannya akan berlaku istiqamah dan semua tindakannya akan baik, karena ia mengetahui bahwa segala ucapannya akan dipertanggung jawabkan, Allah berfirman :
مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir" (Qof 50 : 18). Dan tiada satu amalan pun yang dilakukannya kecuali ia tercatat, Allah berfirman :
وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ* كِرَاماً كَاتِبِينَ* يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ
"Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Infithar 82 : 10-12). Dan tiada satu pun kondisi kecuali Allah mengetahuinya, Allah berfirman :
وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِن قُرْآنٍ وَلاَ تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلاَّ كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُوداً إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ
Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya" (Yunus 10 : 61). Dan barang siapa yang lalai dari pengawasan Allah terutama saat sendirian, maka dapat timbul keberanian pada diri orang tersebut untuk melakukan kemaksiatan dan kemungkaran, sehingga hilanglah darinya segala simpanan kebaikannya, dari Tsauban RA bahwa Nabi Saw bersabda :   
لأَعْلَمَنَّ أَقْوَاماً مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضاً فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُوراً». قَالَ ثَوْبَانُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ. قَالَ:«أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ، وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا
“Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari ummatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih, lantas Allah menjadikan kebaikan itu debu yang beterbangan.” Tsauban berkata; “Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka kepada kami, dan jelaskanlah tentang mereka kepada kami, supaya kami tidak menjadi seperti mereka sementara kami tidak mengetahuinya.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya mereka adalah saudara-saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian mengerjakannya, tetapi mereka adalah kaum yang melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan Allah jika mereka berkhulwah (menyendiri)” (Ibnu Majah 4245)

Kaum muslimin : sesungguhnya pengawasan Allah dapat mengangkat derajat seseorang di dunia, dan menjadikannya termasuk golongan orang yang selamat di akhirat, Rasulullah Saw bersabda :
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ تَعَالَى فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ وذكرَ منْهُمْ: وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ... وذكرَ منْهُمْ: وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
"Tujuh golongan yang akan mendapatkan perlindungan Allah pada hari dimana tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Nya, disebutkan diantaranya : dan seseorang yang diajak berzina oleh wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan, lalu ia menolak dengan ucapan : sesungguhnya aku takut kepada Allah, disebutkan pula diantaranya : seseorang yang selalu mengingat Allah dalam kesunyian, lalu kedua matanya meneteskan air mata" (Muttafaq 'alaih)Maka beruntunglah orang yang selalu merasa diawasi oleh Allah, lalu ia bersungguh-sungguh untuk menjalankan ketaatan dalam setiap waktunya, bersegera bertaubat dan beristighfar dalam setiap dosa dan kesalahan yang dilakukannya, karenanya bersungguh-sungguhlah wahai hamba Allah dalam merasa diawasi oleh Tuhan kalian dalam setiap tindakan kalian yang sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, berlakulah baik pada keluarga kalian, dan kepada seluruh orang tua kalian, bertakwalah pada Allah dalam mengawasi anak-anak kalian, dan janganlah kalian lalai dan teledor dalam memberikan hak-hak mereka dan berilah mereka pendidikan yang baik, dan wahai seluruh guru dan pengajar hendaknya kalian merasa diawasi oleh Allah dalam mengajar dan mendidik para siswa-siswi, bersungguh-sungguhlah dalam mengajar mereka, dalam menyiapkan mereka agar mereka menjadi pemuda-pemudi yang shaleh yang bermanfaat bagi diri dan masyarakat mereka, setia pada negara mereka, dan wahai para pegawai, merasa diawasilah kalian oleh Allah dalam pekerjaan kalian, dan ketahuilah bahwa kalian dibebankan amanah, bersungguh-sungguhlah dalam menunaikan tugas kalian, karena kalian akan diminta pertanggung jawaban mengenai tugas kalian, maka bekerjalah dengan profesional.

Semoga Allah menjadikan kami termasuk golongan orang-orang yang khusu’ beribadah pada-Nya, tunduk pada perintah- Nya, mengagungkan keagungan- Nya, merasa terawasi oleh maqam- Nya, dan semoga Dia memberikan petunjuk kepada kami untuk berbuat kebajikan, memasukkan kami ke dalam surga- Nya dengan rahmat- Nya, dan semoga  Dia memberikan kami taufiq untuk mentaati- Nya, mentaati Rasul- Nya dan mentaati orang yang diperintahkan kepada kami untuk ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
 “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).
نفعَنِي اللهُ وإياكُمْ بالقرآنِ العظيمِ، وبِسنةِ نبيهِ الكريمِ صلى الله عليه وسلم، أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ

Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه، وأَشْهَدُ أنَّ سيِّدَنا محمَّداً عبدُهُ ورسولُهُ، اللهمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ الطيبينَ الطاهرينَ وعلَى أصحابِهِ أجمعينَ، والتَّابعينَ لَهُمْ بإحسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan selalu merasa diawasi dalam kesendiriaan dan kebersamaan, dan ketahuilah bahwa merasa diawasi oleh Allah akan mewariskan kebersihan pada hati yang dapat membedakan antara yang halal dan yang haram, bila ada sesuatu perkara yang meragukan ia langsung bertanya dan membawa perkaranya pada ulama yang terpercaya, bila perkara itu sesuai dengan syariat ia akan melakukannya, dan bila terdapat keraguan di dalamnya maka ia menjauh darinya, Abu Tsa'labah RA berkata :
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي بِمَا يَحِلُّ لِي وَيُحَرَّمُ عَلَىَّ... فَقَالَ :« الْبِرُّ مَا سَكَنَتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ وَالإِثْمُ مَا لَمْ تَسْكُنْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَلَمْ يَطْمَئِنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ وَإِنْ أَفْتَاكَ الْمُفْتُونَ
"Wahai Rasulullah, beritahukan aku hal yang halal dan yang diharamkan padaku… Beliau menjawab : Kebaikan adalah sesuatu yang menenangkan jiwa dan menentramkan hati. Sedangkan kejelekan (dosa) selalu menggelisahkan jiwa dan menggoncangkan hati walaupun para mufti berfatwa padamu” (Ahmad 18215)

هذَا وصلُّوا وسلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بالصلاةِ والسلامِ عليهِ، قَالَ  تَعَالَى:]إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[([2])
وقالَ رَسُولُ اللَّهِ r:« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً»([3])
اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا ونبيِّنَا مُحَمَّدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وعَنْ سائرِ الصحابِةِ الأكرمينَ، وعَنِ التابعينَ ومَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إنَّا نسألُكَ الجنةَ لنَا ولوالدينَا، ولِمَنْ لهُ حقٌّ علينَا، وللمسلمينَ أجمعينَ.
اللَّهُمَّ وفِّقْنَا للأعمالِ الصالحاتِ، وترْكِ المنكراتِ، اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِى قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وارزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وارزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، اللَّهُمَّ أصْلِحْ لَنِا نياتِنَا، وبارِكْ لَنَا فِي أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَاجْعَلْهم قُرَّةَ أَعْيُنٍ لنَا، واجعَلِ التوفيقَ حليفَنَا، وارفَعْ لنَا درجاتِنَا، وزِدْ فِي حسناتِنَا، وكَفِّرْ عنَّا سيئاتِنَا، وتوَفَّنَا معَ الأبرارِ، اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، ولاَ دَيْنًا إلاَّ قضيْتَهُ، وَلاَ مريضًا إلاَّ شفيْتَهُ،  ولاَ مَيِّتاً إلاَّ رحمتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا ويسَّرْتَهَا يَا ربَّ العالمينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدولةِ، الشَّيْخ خليفة وَنَائِبَهُ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ. اللَّهُمَّ اغفِرْ للمسلمينَ والمسلماتِ الأحياءِ منهُمْ والأمواتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، والشَّيْخ مَكْتُوم، وإخوانَهُمَا شيوخَ الإماراتِ الذينَ انتقلُوا إلَى رحمتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بعفوِكَ وغفرانِكَ ورحمتِكَ آباءَنَا وأمهاتِنَا وجميعَ أرحامِنَا ومَنْ كانَ لهُ فضلٌ علينَا. اللَّهُمَّ أَدِمْ عَلَى دولةِ الإماراتِ الأَمْنَ والأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِينَ. اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ]وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ[([4]).



([1]النساء:1.
([2]) الأحزاب : 56 .
([3]) مسلم : 384.
([4]) العنكبوت :45.