Saturday, April 06, 2013

KUBURAN DI ABU DHABI

Saat Tertentu Di Kantorku

Besok adalah hari akhir pekan minggu ini. Hari ini hampir mendekati pertengahan bulan Maret, tepatnya tanggal 14 Maret 2013. Suasana kantor terasa lebih dingin dari hari-hari sebelumnya, entah karena besok akhir pekan dengan perasaan lebih malas menunaikan tugas atau karena memang AC ruangan disetel lebih dingin. Boss besarku (CEO perusahaan) menghampiri aku sebelum keluar kantor untuk pulang di akhir hari kerja minggu ini. Ia mengatakan bahwa ia akan mengadakan perjalanan ke luar negeri selama seminggu untuk minggu depan ini. Aku menjawabnya dengan doa, "Semoga perjalanannnya membawa keberhasilan", lalu ia mengucapkan terimakasih, itu saja. Kemudian ia berlalu.

Walaupun di awal minggu, aku merasa pagi ini beban pekerjaan terasa  cukup sibuk. Proyek yang sedang datang ada dua secara bersamaan. Aku memberitau kolegaku bahwa hari ini selama seminggu tidak ada CEO karena beliau sedang dalam perjalanan ke luar negeri, dimana aku tidak mengetahuinya ke mana beliau pergi melakukan perjalanan. Lalu kolegaku mengatakan bahwa, kalau tidak salah ia sedang dalam perjalanan ke Jerman karena mertua lelakinya sedang sakit dan sedang berobat di Jerman. 

Seminggu sudah berlalu sejak CEO berpamitan untuk melakukan perjalanan, yang menurut kolegaku ke Jerman. Awal minggu depan pasti ia akan masuk kantor kembali. Dugaanku benar, aku melihat CEO masuk kerja. Setelah menyalaminya bertanda mengucapkan selamat datang, lalu aku langsung duduk kembali di kursi belakang meja kerjaku. 

Berita Kematian dan Sholat Jenazah Mertua CEO

Hari Selasa ini dua pekerjaan yang diberikan oleh atasanku kepadaku di awal minggu ini sudah aku selesaikan. Tiba-tiba Manager Personalia mengabarkan bahwa, "Siapa yang ingin mengikuti Sholat Jenazah?". Lalu Aku bertanya tentang siapa yang meninggal dunia, ia menjawab bahwa, "mertua dari CEO kita".  "Innalillahi wa inna ilaihi rojioun" demikian balas ku. Dan aku menyatakan kesiapanku untuk mengikuti sholat Jenazah yang ditawarkan. Lalu ia memberitauku bahwa, waktunya akan dikabarkan besok pagi. Setelah aku jawab, "Iya", kemudian ia berlalu. 

Sholat Jenazahnya akan dilaksanakan di Masjid dalam komplek Rumahsakit Khalifah, Airport Road, Abu Dhabi. Aku dan rekan-rekanku siap dan saling berjanji untuk bertemu di tempat dan waktu yang sudah ditentukan. Jadwal sholat jenazahnya pada pukul 10:30 pagi hari ini. Berarti sejam lagi pada pukul 10 aku harus sudah mulai keluar kantor. 

Aku tutup pekerjaanku untuk sementara ini dengan mematikan lap top ku. Bersama salah satu rekan kantorku aku keluar kantor melalui parkir basement nomer 1 langsung menuju mobilku di luar gedung. Setelah mesin mobil bekerja sekitar lima menit aku mulai menjalankan  mobil. Di Jalan Raya  laju kecepatan mibilku aku jalankan agak santai, toh jarak tempuh ke komplek Rumahsakit Khalifah dari kantorku sekitar limabelas menit saja. Sesampai di Rumahsakit aku langsung mencari Mesjid di dalam komplek Rumahsakit. Aku berada diantara ingat dan tidak tentang lokasi Masjid itu. Setelah dugaan pertamaku tentang  lokasi Mesjid salah, aku langsung menoleh ke arah dugaan yang ke dua, di mana menara Masjidnya sudah tampak dari kejauhan. Aku menuju ke Masjid yang berada di tengah-tengah komplek Rumahsakit Khalifah. 

Di sekitar Masjid terlihat kosong dari mobil yang diparkir. Di belakang Masjid hanya berjejer mobil taksi yang sedang diparkir.  Aku dan rekanku semacam kebingungan karena jam di tangan sudah menunjukkan pukul 10:25 tetapi suasana Masjid yang akan ditempati untuk sholat jenazah masih sepi. Rekanku  melihat ada satu mobil dengan penumpang yang aku sudah mengenal raut mukanya. Mereka berdua adalah pegawai dari NTA, Departemen Transportasi Abu Dhabi. Aku dan rekanku menuju ke arah mereka.

Masjid tampak sepi. Beberapa mobil taksi saja tetap berada di areal parkir belakang Masjid Tidak ada tanda-tanda sholat jenazah akan dilaksanakan sekarang. Dua orang dari pegawai transportasi tadi tetap saja di dalam mobil Nissan Armada mereka. Salah satu dari mereka ternyata sedang mencari tau keadaan sholat jenazah mertua CEO perusahaan kantorku. Rekanku juga demikian, termasuk juga diriku. Akhirnya diketahui oleh rekanku dari rekan kantorku yang lain memberitahunya lewat tlepon genggam bahwa sholat jenazah diundur sampai setelah sholat Dhuhur nanti. kemudian semua aku rekan kantorku dan dua orang pegawai dari Departemen Transportasi Abu Dhabi memutuskan untuk  kembali ke kantor masing-masing. Di kantor ada rekan lain mengatakan bahwa ada yang sudah berangkat dan kembali dari tengah perjalanan setelah diberitau bahwa acara sholat jenazahnya diundur. Padahal ketika aku berangkat tidak ada berita apapun. Aku kemudian melakukan aktifitas membuka lap topku yang tadinya sudah aku simpan di dalam tasnya.

Waktu terasa begitu cepat, dan jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Aku harus menutup lap top dan pekerjaanku hari ini. Aku harus segera mempersiapkan berangkat ke Rumahsakit Khalifah di Airport Road lagi. Sesampai di Masjid dalam komplek Rumahsakit Khalifa nampaknya sholat Dhuhur sudah selesai. Orang-orang sudah ada yang keluar Masjid. Di depan Masjid aku clingak-clinguk ke dalam Masjid, aku tidak melihat adanya kegiatan Sholat Janazah atau Jenazah yang dipajang di depan Imam seperti biasanya di Surabaya. Aku tanyakan tentang sholat Jenazah kepada orang yang sedang keluar dari Masjid, ia menjawab bahwa Sholat Dhuhur sudah selesai. Ah, bertanya sholat Jenazah dijawab sholat Dhuhur. 

Tanpa banyak pikir aku langsung membuka sepatu sambil duduk di bangku di depan Masjid, lalu mencari tempat wudhu untuk berwudu.  Kemudian aku sholat Duhur. Sambil sholat perasaanku semacam diburu oleh waktu. Selesai sholat Dhuhur yang tidak terlalu terfokus aku langsung keluar setelah membaca doa secepat kilat. Di luar Masjid aku lihat salah satu rekan kerja dari Bagian Administrasi yang sedang kelihatan bingung dengan telepon genggamnya sedang ditempelkan di telinga kanannya. Ketika ia melihat aku ia langsung tersenyum dan menanyakan tentang sholat Jenazah yang tidak juga aku ketahui. Aku langsung berinisiatip menelpon Manager Administrasi, ia menjawab teleponku dan mengatakan bahwa sholat Jenazah bukan di dalam komplek Rumahsakit, melainkan di Masjid sebrang komplek Rumahsakit dan saat ini sholatnya sudah selesai serta Jenazah sedang akan diberangkatkan ke Kuburan. 

Aku khabarkan kepada rekan kerja yang ada di sampingku. Aku tanyakan di mana mobilnya. Setelah ia mengatakan bahwa mobilnya sedang diparkir di tempat agak jauh dari Masjid, lalu aku ajak dia naik mobilku bersama ke Kuburan, daripada masing-masing aku dan dia membawa mobil sendiri-sendiri, toh nanti aku harus kembali lagi ke Kota karena aku harus menjemput anatkku ke Sekolah, dekat dengan komplek Rumahsakit ini . Rekanku setuju dan aku bersama dia dengan mobilku menuju Kubuan. 

Kuburannya sendiri terletak jauh di luar kota, daerah Bani Yas, merupakan kota satelit dari kota Abu Dhabi. Rekan kerja yang duduk di kursi depan mobil di sampingku ini mengetahui lokasinya. Aku diminta ke arah Jalan Raya Al-ain. Ia memberitau bahwa satu jembatan setelah jembatan Mafraq aku diminta belok ke arah kiri. Ia mengatakan jalan masuk setelah keluar dari Jalan Raya menuju Al-ain ke arah Kuburan adalah sekitar limabelas kilometer untuk mencapai lokasi Kuburan. 

Bani Yas adalah kota yang relatip tua, ia terletak di Dratan Utama tanah Emirate Abu Dhabi, karena ukuran dan letaknya yterhadap kota  Abu Dhabi maka Bani Yas semacam sebuah kota satelit Abu Dhab. Itu tercermin dari bangunban-bangunan rumah-rumah penduduk, apartement  dan pertokoan kelihatan sudah lebih tua daripada yang aku lihat kebanyakan di kota Abu Dhabi. 

Semakin menjauh ke arah utara dari Bani Yas  ke arah Kuburan suasana jalan terasa semakin sepi saja, tetapi rumah-rumah yang ada adalah baru dan bagus-bagus. Demikian juga jalan-jalan di sekitar rumah-rumah itu, baru dan bagus-bagus. Aku tidak tau pasti, nampaknya daerah yang aku lalui adalah daerah baru. Sepanjang jalan aku lihat pasir-pasir gurun mengotori Jalan menuju Kuburan, tidak seperti jalan-jalan di Abu Dhabi yang selalu dibersihkan oleh petugas kebersihan. 

Perjalanku sedikit terganggu oleh perbaikan jalan  Akibat perbaikan jalan ini perjalanan jadi macet.  ini ke depan sejauh pandangan mata banyak mobil membelok ke arah kanan semacam mengambil jalan pasir. Rekanku mengatakan bahwa lokasi kuburannya memang ke arah jalan itu, dekat dengan Masjid di tengah gurun itu. Demikian penjelasannya. Aku rasa sekitar satu  kilometer lagi sudah sampai ke jalan masuk kuburan. Selepas dari kemacetan karena perbaikan jalan aku tancap gas mobilku. Sesampainya di tempat banyak mobil ke arah kanan tanpa ragu aku mengikuti mereka masuk jalan kecil untuk dua arah mobil tanpa pembatas/pemisah di tengah jalan. Mobil aku jalankan perlahan-lahan karena selain jalannya kecil juga tidak mulus. .

Tidak terasa mobilku sudah memasuki area Pemakaman. Tembok pagar alas putih, cukup tinggi untuk membatasi areal Kuburan dengan daerah sekirtarnya. Jalan aspal membelah luasnya area pemakaman menjadi dua bagian. Tidak ada daun pintu gerbang.  Di tepi jalan dari pintu masuk sampai pertengahan kuburan dipenuhi oleh bangunan bangunan fasilitas kantor. Di akhir deretan bangunan di tengah kuburan sebelah kanan jalan  berdiri Masjid, Masjid  yand biasa dipakai sebagai tempat sholat Jenazah. Setelah Masjid itu tidak ada lagi bangunan. 

Jalan aspal tetap membelah Kuburan sampai ke ujung pagar alas sana dengan pohon-pohon berjejer di tepi kanan dan kiri jalan. Batu-batu nisan semuanya tertata cukup rapi. Ada juga beberapa kuburan yang sudah dibangun lebih permanen, lain dari yang lain dengan hanya ada dua batu nisan yang berwarna coklat. 

Aku lihat ada dua kerumunan orang-orang yang sedang mengantar jenazah. Setelah aku parkir mobilku di kanan jalan di bawah pohon aku baru sadar bahwa saat ini ada dua jenazah yang sedang di kubur dalam waktu hampir bersamaan. Aku bergegas melalui kerumunan orang-orang dengan pakaian sipil dan militer. Di benakku mengatakan bahwa kerumunan itu bukanlah kelompok Almarhum mertua CEO ku. Aku langsung menuju ke kerumunan yang satunya lagi dengan jalan kaki tetap bergegas agar aku cepat sampai di Kuburan Jenazah yang aku antar. Tempatnya berada di sebelah kiri jalan setelah jalan pertigaan. 

Prosesi penguburan orang lain itu sudah dimulai. Aku lihat banyak orang berebut menaburkan tanah ke arah lubang kuburan orang itu. Ini sebagai tanda ucapan selamat tinggal bagi yang sudah meninggal dan dikubur. Prosesi penguburan orang itu banyak menyita perhatian kami pengantar Mertua CEO. Aku perhatikan semua batu nisan kebanyakan terbuat dari batu buatan dicetak persegi empat dan dengan ujung yang dibentuk segi tiga agar lancip dibagian atasnya  berwarna coklat. Semua batu nisan memiliki nomer identitas. Di kelompok kuburan  Mertua CEO nomor identitas yang tertulis pada batu nisannya adalah diawali dengan huruf A. 

Aku lihat mesin kompresor beroda empat ada di dekat kuburan Mertua CEO. Kompressor itu dihubungkan dengan selang udara pada palu hidrolik. Kelihatannya penggalian lubang kuburan memakai palu hidrolis. Tidak seperti di kampungku Surabaya, lubang kuburan digali dengan alat alat tangan seperti pacul, sekop dan gancu. 

Lubang lubang kuburan sudah dipersiapkan walaupun belum ada yang memesannya. Saat ini di sekitar kuburan almahum Mertua CEO ada sekitar 20 galian lubang kuburan kosong yang sudah siap untuk dipakai dan hanya  ditutupi dengan triplek 18 mimimeter tebalnya. Aku rasa  lubang-lubang itu sengaja dibuat sebagai persiapan jika ada jenazah baru yang membutuhkannya. Aku coba menengok ke dalam salah satu lubang kuburan yang masih kosong itu, kedalamannya kira kira 2 meter dan panjang 2,5 meter. Pada kedalaman satu meter pertama lebar kuburang sekitar 1 meteran, dan pada kedalaman satu meter ke dua lebar kuburan menjadi setengahnya cukup untuk membaringkan si jenazah. Sehingga lubang kuburan seperti berbentuk anak tangga kanan dan kirinya. 

Setelah jenazah Mertua CEO sampai di dekat lubang kuburan, lalu ia diletakkan di atas tanah untuk disholati lagi terutama bagi mereka yang masih belum sempat mensholatinya. Lalu setelahnya jenazah dimasukkan ke dalam kuburan. Peimbunan diawali dengan tanah khusus, pasir halus berwarna seperti nanah merah yang dibasahi dan diangkut dengan beberapa timba plastik hitam ukuran sepuluh literan. Serentak setelah beberapa timba selesai orang-orang berebut untuk menimbunkan tanah dari gundukan bekas galiannya untuk menguburnya termasuk aku dan kawan-kawanku sebagai tanda ucapan selamat tinggal kepadanya. 

Setelah tanah timbunan sudah lebih tinggi dari tanah datar sekitarnya orang-orang mulai berhenti dan penimbunan akhirnya selesai. Lalu pembacaan doa dimulai. Selesai pembacaan doa masih ada beberapa orang yang melakukan sholat jenazah, mungkin mereka masih belum melakukannya tadi. Setelahnya petugas kuburan datang dengan membawa selang, lalu dari selang keluar air untuk disiramkan di atas kuburan yang baru saja selesai prosesi upacara penguburannya. 

Semua orang kini antri untuk menunggu giliran bersalaman dan atau sambil berpelukan untuk mengucapkan belasungkawa kepada anak lelaki tertuanya. Aku juga bersalaman dengan anak tertua dari Almarhum sebelum menuju mobilku untuk kemudian keluar dan kembali ke Abu Dhabi. 

End

Medio Abu Dhabi, 4/6/20013