Monday, July 30, 2012

Bag. 21 - APAKAH BERIKUTNYA?


"Suatu perlombaan altruists adalah keperluan suatu perlombaan tentang perbudakan, suatu perlombaan tentang kebebasan seseorang adalah keperluan suatu perlombaan tentang egoisme" Max
Stirner

"Sampai anda membuat suatu perdamaian dengan siapa anda, anda tidak pernah menjadi puas dengan apa yang anda miliki." Doris Mortman

Apa yang akan anda lakukan setelah anda mencapai aktualisasi diri?

Baiklah, pertanyaan itu adalah salah arah, sebenarnya aktualisasi diri adalah suatu pintu berjalan anda untuk dilalui, tetapi di sisi lain dari pintunya adalah suatu jalan, sesuatu yang dijahit secara sempurna untuk anda. Sekali anda mencapai aktualisasi diri anda hanyalah menghabiskan sisa kehidupan anda berjalan pada jalan anda sendiri.

Sekali anda menemukan jalan ini anda akan mengetahui siapa diri anda. Itu akan memberikan diri anda kendali penuh terhadap diri anda untuk pertama kali dalam kehidupan anda. Itu akan memberikan anda dengan tujuan potongan jernih dalam kehidupan sehingga anda tidak akan merasa khawatir melalui kehidupan tanpa arah. Itu akan
membatasi suatu kebingungan melekat dalam satu kehidupan yang tidak pasti, dan anda akan merasakan seperti kehidupan anda memiliki tujuan, sebab ia akan memiliki tujuan.

Berjalan pada jalan ini anda akan mengetahui kebahagiaan yang sebenarnya. Kebahagiaan adalah sukar dipahami jika anda memikirkan tentang nya itu sebagai mejik, pengalaman transcendental. Dalam kenyataannya kebahagiaan adalah sederhana. Itu sinonim dengan kepuasan/kesenengan. Untuk menjadi puas/senang adalah menjadi puas dengan apa yang anda miliki.

Jika anda tidak mengetahui sebenarnya apa yang anda inginkan dalam kehidupan maka anda akan tidak pernah puas sebab anda akan tidak pernah memiliki seperangkat kondisi untuk kepuasan. Jika anda tidak pernah puas anda akan selalu menjadi tidak puas (discontent). Baiklah, jika anda benar-benar
tidak mengetahuinya siapakah diri anda maka anda tidak pernah akan benar-benar mengetahui apa yang
anda inginkan. Sehingga anda tidak pernah akan mempu untuk mencapai apa yang anda inginkan dalam
kehidupan dan temukan banyak kepuasan kurang kebahagiaan.

Penyebab akhir anda akan mampu mencapai kebahagiaan yang sebenarnya sebab anda akan mengetahui apa yang penting dalam kehidupan dan anda akan memfokuskan pada hal-hal itu berpikiran tunggal dan membiarkan semua rongga ambisi anda pakai untuk tegangan lebih demikian banyak. Sampai anda telah mencapai aktualisasi diri anda akan meninggalkan diri anda rentan pada orang lain menseting keadaan untuk anda, yang mana kemungkinan berpartisipasi pencapaian suatu tingkat tidak logis dan tidak realistik tentang status sosial dan kekayaan yang mana akan secara pasti membuat anda tidak bahagia selamanya.

Sehingga apa yang akan dilakukan setelah anda mencapai aktualisasi diri? Hiduplah pada kehidupan terhadap sepenuh mungkin.

KATA TERAKHIR


Yang paling saya takuti adalah bahwa seseorang akan membaca buku ini dan mempercayai setiap titik darinya tanpa berpikir meletakkannya pada suatu perngujian tentang kebenaran dan kemudian dengan salah arah mempertahankannya atau bahkan melakukannya sampai mengatakan kepada orang lain untuk mempercayainya tanpa memikirkan tentang nya. Harapan paling tulus saya bahwa seseorang akan mampu membuktikan semuanya yang saya katakan itu salah dan kemudian menulis buku mereka sendiri tentang itu yang saya dapat membaca dan mempelajari. Saya harap bahwa orang itu adalah anda.

Jika anda mendapati buku ini mendidik semuanya maka silahkan bagi itu dengan kawan dan keluarga  anda. Jika mereka tidak dapat membawa sesuatu yang berguna dari buku ini itu akan membuat hidup mereka dan dunia ini suatu tempat yang lebih baik maka paling tidak satu dari meraka mungkin seseorang untuk tidak membuktikan teori cacat ku dan menyelamatkan orang lain yang mungkin kalau tidak sesat arah oleh mereka.

Sunday, July 22, 2012

TKW: KOK SELALU BANYAK MASALAH?

Umum

Kira-kira 30an tahun yang lalu ketika aku masih duduk di bangku SMA aku sering mendengar tentang tetangga yang bekerja di Luar Negeri. Kepergian mereka ke Malaysia atau Saudi Arabia sebagai pekerja low skilled worker merupakan cerminan lingkungan kampung kumuh di mana aku tinggal di Surabaya Utara. Kak Na'i, tetangga belakang rumah adalah seorang pria yang bekerja di Saudi Arabia, ia bekerja di Rumah Sakit,  Riyad sana menurutnya. Sedangkan Kak Hodri juga bekerja di Saudi Arabia, hanya itu yang aku tau tentang Kak Hodri. Ketika pulang, mereka  menampakkan wajah lebih cerah dengan pakaian lebih bersih daripada hampir seluruh tetanggaku yang ada di dalam kampungku. Lain halnya tetangga persis di sebelah rumah orang tuaku, Kak Salim, ia bekerja di Malaysia di suatu perkebunan, wajahnya berubah menjadi lebih gelap segelap badannya, nampaknya ia di sana lebih banyak terkena sinar matahari tanpa memakai baju daripada ketika berada di kampung di Surabaya.

Enam tahun ketika aku sudah bekerja di PT. Pal Surabaya, aku banyak mendengar para wanita kampungku merantau ke Saudi Arabia. Terakhir tetangga sebelah rumah janda dengan tiga anak, bekerja di Saudi Arabia. Ketika pulang ia menceritakan bahwa ia menyukai bekerja sebagai PRT di Saudi. Setiap bulan ia tidak pernah lupa mengirim uang kepada keluarganya. Ketika ia sudah tidak lagi bekerja di Saudi dan bosan mengadu nasib di negri sendiri, ia ingin bekerja sebagai PRT di UAE. Demikian juga dengan tetanggaku yang lain,  janda dengan panggilan Buk Saumi, adalah adik dari Kak Hodri, pernah dua kali bekerja di Saudi Arabia, setelah tidak lagi bekerja dan tinggal di rumah beberapa tahun kemudian ia masih saja menginginkan kembali bekerja lagi ke sana, tetapi tidak kesampaian karena larangan keluarganya. Walaupun secara ekonomi mereka tidak ada yang terlalu menonjol dibandingkan dengan mereka yang bekerja di tanah air, tetapi semua dari mereka merasa senang karena penghasilan yang dapat dipastikan, sehingga lebih pasti mengurangi dalam beban ekonomi keluarga mereka. Mereka hanya bermodalkan tenaga tanpa kualifikasi yang memadai sudah bisa mendapatkan penghasilan yang dipandang cukup untuk membiayai roda perputaran kehidupan keluarga yang ditinggal termasuk juga dirinya sendiri. Ada lelaki tetangga jauh setelah tidak lagi bekerja di Saudi Arabia  ia membeli sebuah toko atau kios di Pasar Turi Surabaya, ia lalu membuka toko mesin jahit dan perlengkapannya. 

Sebenarnya ketika aku pulang cuti, banyak dari tetangga rumahku di Surabaya baik laki atupun perempuan meminta pertolonganku untuk menjadi TKI di UAE. Mereka berkata bahwa sudah bosan lama menganggur tidak memiliki pekerjaan tertentu di kampung. Jika ada kesempatan baik sebagai buruh kasar dengan pekerjaan yang pasti di UAE adalah lebih baik daripada merada di Tanah Air tetapi kehidupan mereka tidak memiliki harapan ekonomi yang pasti.

Kini aku melihat jumlah TKI di UAE sudah cukup banyak. Nampaknya pertumbuhan jumlah TKI professional setiap tahunnya meningkat, demikian pula jumlah TKW non skilled worker sebagai pembantu rumah tangga (PRT) juga meningkat, tetapi permasalahan yang muncul bisa dikatakan hampir semuanya berasal dari yang menjadi TKW non skilled worker. Inilah barangkali yang membuat imej Indonesia sebagai negara pengirim PRT juga tidak menjadi redup. Bahkan ada beberapa negara yang sudah tergantung pada PRT asal Indonesia, sehingga ketika Pemerintah Indonesia menunda semua pengiriman PRT ke luar negeri, atas tuntutan warganya banyak negara yang meminta agar secepatnya pengiriman itu dibuka kembali

Aku Menjadi TKI

Aku sungguh menyenangi hidup di Surabaya, aku sebagai seorang sarjana teknik perkapalan sudah memiliki pekerjaan tetap di PT. Pal Surabaya. Aku memiliki pekerjaan sambilan setiap malam mengajar di Universitas Hang Tuah Surabaya. Serta berdagang barang-barang bekas karena lingkungan aku sebagai pedagang barang-barang bekas. Yang membuatku tertarik untuk mencoba mengikuti tes seleksi sebagai pegawai di UAE Navy Abu Dhabi waktu itu adalah, keinginanku untuk menguji kemampuanku bersaing dengan yang lain. Akibat coba-coba inilah, maka sejak Akhir September 1994 aku harus memulai hidup baru menjadi TKI di Abu Dhabi, United Arab Emirates.

Ketika aku baru saja tiba di UAE aku sungguh merasa asing sekali. Orang-orang banyak senyum seperti di Surabaya tidak aku lihat lagi. Bentuk Wajah-wajah baru berhidung mancung lebih banyak aku temui. Orang bule biasa aku temui sebagai tenaga Technical Assistance untuk proyek di PT Pal, di sini mereka menjadi rekan kerja dan tetanga. Wajah-wajah lain dari Anak Benua Asia jarang aku temukan, di sini mereka mendominasi di setiap bagian penjuru kota. Orang-orang memakai jubah bisa aku temukan ketika aku sholat Jum'atan di Masjid Agung Sunan Ampel, Surabaya, di sini pakaian sakral itu dipakai juga sebagai pakaian kerja atau jalan-jalan. 

Kini aku mulai sadar dan harus segera beradaptasi. Merubah diri secepat mungkin. Aku bagaikan tersesat di tengah perkampungan serba aku tidak kenal, tetapi aku harus mampu untuk bertahan. Sesekali aku amati betul-betul di manapun aku berada. Tatakrama yang selama ini aku junjung tinggi banyak yang tidak dipakai di sini. Aku semakin merasa terbelenggu. Di kantor hampir semua pekerja  kebanyakan dari negara-negara Anak Benua Asia dan Afrika Utara yang fasih berbahasa Arab. Semua petinggi-petinginya dijabat oleh orang-orang pribimi. Sejenak aku teringat ketika aku masih duduk di kelas 6 Sekolah Dasar (SD), setiap sore belajar Bahasa Arab di Masjid Khoir kampung sebelah rumahku, Danakarya. Sambil menggali memori aku mempraktekkan penggunaan Bahasa Al-Qur'an ini, tidak mengapa walaupun bahasa pasar yang aku dapati. Gedung-gedung tinggi dan villa-vila ternyata tidak seramah rumah sederhana di kampungku yang aku tinggal di belakang. Gubuk-gubuk di sini adalah karavan. Kemacetan seperti dulu ketika aku menuju ke kantor karena becak-becak yang susah diatur tidak aku lihat lagi. Jalan-jalan di depan mataku hampir sama mulusnya dengan halusan tembok rumahku di kampung. 

Orang-orang Indonesia di UAE

Pada awal-awal aku mulai menginginkan bertemu orang-orang Indonesia lain di sini. Hampir setiap malam aku dan kawanku berjalan kaki menyusuri penjuru kota Abu Dhabi yang memang lebih hidup di malam hari. Tetapi tetap saja hampir semua wajah yang aku tatap adalah orang-orang asing. Sesekali aku melihat TKW bersama majikannya. Paling tidak mengobati rinduku bertemu sesama Indonesia lainnya di sini, yang terkadang seminggupun tidak pernah juga aku temui.  

Di akhir pekan selalu ada kegiatan di KBRI. Ada fasilitas  bermain billiard, tennis meja dan musik. Di sanalah para warga Indonesia yang berdomisili di sekitar Abu Dhabi dapat bertemu ketika berakhir pekan. Atau ketika Hari Raya dan acara menyambut HUT RI ada kesempatan bertemu lebih banyak lagi melaui KBRI.

Setelah hampir 17 tahun aku di sini sekarang, aku tidak khawatir lagi untuk tidak bertemu orang-orang Indonesia di sini. Bahkan karena jumlahnya sudah banyak, maka sekarang orang Indonesia di sini membentuk beberapa perkumpulan untuk menyalurkan kegiatan seperti perkumpulan olahraga, photography, profesi, dan keagamaan dengan kegiatan ada yang setiap minggu atau setiap bulan sekali. Kegiatan kehidupan terasa seperti hidup di Indonesia luar negeri. Apabila butuh pertolongan secepatnya banyak yang membantu. Anak-anak bisa bergaul dengan anak-anak Indonesia jika diperlukan. Dulu melihat orang Indonesia di mana saja terasa begitu meyenangkan sekarang menjadi biasa saja kecuali bertemu dengan yang sudah saling kenal.

Kisah Pendek PRT di UAE

Tidak bisa dilacak tentang kapan dimulai awal kedatangan para Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga (PRT) ini di UAE. Sejak aku pertama kali datang ke Abu Dhabi aku sesekali sudah melihat mereka terutama mengikuti majikan mereka ke Super Market. Mungkin keberadaan mereka di UAE ini merupakan awal dari semua tenaga kerja Indonesia sebelum seperti sekarang ini. Sehingga bisa dikatakan bahwa para TKW yang bekerja sebagai PRT merupakan awal dari semua pekerja Indonesia di UAE. Inilah barangkali pula yang membuat imej orang-orang Indonesia di UAE saat ini rendah karena kebanyakan orang mengenal orang Indonesia sejak awal sebagai PRT, apalagi sampai saat ini tenaga kerja terbesar yang bekerja di UAE ini adalah PRT. 

Awal tahun aku berada di Abu Dhabi, tidak pernah melihat TKW kaburan (TKW kaburan adalah para TKW yang hampir 100% adalah PRT kabur dari sponsor/majikan mereka). Tahun kedua aku melihat dua orang kawan kerjaku memiliki teman TKW kaburan. Para TKW itu menurut kawanku hidup di luar menyewa kamar sendiri dan mereka bekerja part time. Seiring dengan bertambahnya waktu aku di sini semakin banyak aku mendengar tentang adanya TKW kaburan ini. Ada mereka yang melarikan diri ke KBRI. Untuk itulah KBRI menampung mereka yang benar-benar memerlukan pertolongan. 

Aku pernah menanyakan pendapat beberapa kolegaku penduduk pribumi tentang PRT TKW Indonesia dibanding dengan PRT dari negara lain. Mereka pada umumnya sangat menyukai TKW Indonesia. TKW Indonesia orangnya relatip bersih jika dibandingkan dengan TKW dari negara lain seperti; Bangladesh, Srilanka, Eteopia atau Mauritania. Bukan itu saja, ternyata mereka mengutarakan bahwa mereka juga lebih menyukai TKW Indonesia daripada TKW Philipina. Selain gaji TKW Indonesia lebih murah juga budaya orang Indonesia lebih bisa diterima daripada yang dari Philipina karena umumnya TKW Indonesia beragama Islam sama seperti orang UAE di mana kebersihan dinilai dari najis dan tidaknya sesuatu. Tetapi apabila majikan menginginkan anak-anaknya (terutama yang masih kecil) bisa sambil belajar bahasa Ingris, maka mereka akan mengutamakan memilih TKW asal Philipina. 

Permasalahan Umum TKW

Orang pribumi UAE memiliki budaya yang kuat berdasarkan standar Islam. Orang asing tidak diperkenankan berkunjung ke rumah mereka tanpa didahului janji terlebih dahulu. Perempuan dilarang keras bertemu dengan lelaki yang bukan muhrimnya (muhrim adalah mereka yang tidak diharamkan menurut ketentuan Islam untuk saling bertemu seperti anggota keluarga). Pembantu dilarang bertemu dengan orang luar tanpa seijin majikan. Alasan utama sebagai keselamatan PRT itu sendiri juga dikhawatirkan akan menceritakan keadaan rumah tangga si majikan. 

Rumah-rumah/villa berpagar tinggi sekitar 3 meteran dan kebanyakan tertutup pintu pagarnya. Jadi, jika PRT bekerja di suatu rumah karena mereka tidak dapat bergaul dengan dunia luar rumah majikan mereka, maka  jika ada sesuatu permasalahan pada mereka, hal itu sulit untuk dietahui oleh pihak luar tentang apa yang terjadi sesungguhnya pada mereka. Kondisi demikian sebetulnya yang membuat mereka rentan dengan permasalahan sosial terutama kesewenang-wenangan pihak majikan. Kemudian kondisi secara umum di UAE yang didominasi tenaga kerja pria tanpa membawa keluarga menjadikan semacam buah simalakama. Jika para PRT wanita diijinkan keluar rumah juga akan riskan terhadap lingkungan luar terutama terhadap banyaknya para pekerja lelaki yang  membujang. Bagaimanapun, jika terjadi sesuatu, maka para majikan sedikit banyak akan berurusan juga karena PRT sehari-harinya tetap tidur di rumah majikan. Lain halnya dengan TKW yang bekerja bukan sebagai PRT, mereka lepas dari tanggung jawab sponsor tentang apa yang dilakukan di luar jam kerja perusahaan, karena mereka tinggal di luar perusahaan.

Ketika mereka datang ke UAE, awalnya tidak dilengkapi dengan surat kontrak kerja yang jelas tentang hak dan kewajiban antara PRT dan si majikan (di mana sekarang seluruh kontrak kerja PRT harus disyahkan oleh KBRI Abu Dhabi). Transaksi penggajian juga tidak melalui Bank atau mungkin tidak adanya pencatatan tentang serah terima gaji antara PRT dan majikan. Ketika terjadi perselisihan misalnya, tidak bisa dibuktikan karena tidak ada bukti tertulis transaksinya.  

Mengapa TKW PRT Lari?

Pertanyaan yang cukup sederhana ini sulit untuk menjawabnya. Seperti yang disebutkan di atas bahwa apa karena PRT bekerja pada lingkungan yang terisolasi dengan dunia luar selama seminggu penuh, maka sangan sulit membuktikan penyebab pelarian dari para PRT ini. Jikapun hanya berdasar pada laporan dari salah satu yang sedang bertikai, apakah PRT atau majikan terkadang tidak sinkron. Kisah-kisah pilu para PRT mulai dari penganiayaan terhadap mereka atau karena akibat perbuatan mereka sendiri banyak terjadi sekitar sepuluh tahun terakhir ini. Permasalahannya semacam lingkaran saja, susah untuk dicari titik awalnya. Mereka lari ke luar rumah majikan, ada yang dikarenakan;
  • Tidak digaji sampai bertahun-tahun, ini bisa karena awalnya memang sengaja tidak diminta agar terkumpul dan setelah berjumlah besar majikan tidak mampu membayar atau memang karena akibat majikan yang nakal. 
  • Jatuh cinta kepada lelaki yang membawanya kabur. 
  • Tidak tahan selalu dikukung dari dunia luar. 
  • Memang ingin hidup di luar bekerja bebas tanpa adanya majikan. 
  • Tidak tahan terhadap penganiayaan fisik oleh majikan yang menganggap si PRT tidak memiliki kecakapan kerja seperti yang diharapkan majikan. 
  • Menghindari pelecehan seksual.  
  • Selalu teringat keluarga di Indonesia, sehingga tidak semangat dan tidak betah bekerja. 
  • Merasa terlalu banyak beban pekerjaan di rumah majikan, sehingga tidur setiap harinya bisa di bawah lima jam. 
  • Hamil dengan orang luar rumah majikan,
  • Dan lain sebaginya. 
Sampai saat ini di penampungan TKW kaburan (TKW bermasalah) apakah di KBRI Abu Dhabi atau di KJRI Dubai, tidak pernah sepi. Bahkan jumlahnya terkadang lebih dari seratus orang. Mereka pada umumnya memiliki permasalahan yang telah disebutkan di atas, pola permasalahan mereka kebanyakan ya itu-itu saja kalau tidak bisa dibilang sama. Yang tertampung di penampungan itu adalah sebagian dari keseluruhan TKW bermasalah yang ada. Mereka masih ada yang tidak lari ke KBRI atau KJRI. Mereka ada yang hidup bebas di luaran dengan bekerja tanpa arah. Ada juga yang sedang dalam tahanan baik yang sudah terhukum ataupun menunggu proses pengadilan. Yang terhukum atau yang sedang menunggu proses pengadilan ini biasanya akibat laporan dari para majikan dengan berbagai sebab. Permasalahannya kebanyakan masalah kriminal seperti; dituduh mencuri barang milik majikan, memasukkan lelaki ke dalam rumah majikan, memasukkan barang yang dipercaya sebagai pesan dukun ke dalam makan dan/atau minuman majikan tujuannya agar si PRT disenangi majikan kemudian diketahui, majikan perempuan mengetahui sedang memacari majikan laki, dan lain sebagainya.

Haruskah Pengiriman PRT Dihentikan?

Walaupun pertumbuhan jumlah TKI proffesional setiap tahunnya meningkat tetapi jumlah TKW non skilled worker baca PRT, juga meningkat, sehingga jumlah permasalahan PRT juga meningkat baik di dalam maupun di luar negeri. Sehingga imaj Indonesia sebagai negara pengirim PRT juga tidak menjadi redup. Bahkan ada negara yang sudah sangat tergantung dengan PRT asal Indonesia. Karena harga yang mereka bayar dengan hasil kerja yang mereka dapatkan mungkin sudah sesuai dibanding mempekerjakan PRT dari lain negara. 

Untuk menjawab pertanyaan di atas para pengambil keputusan tidak hanya melihat permasalahan mereka di negara para majikan, tetapi permasalahan yang juga penting adalah permasalahan yang mereka di dalam negeri. Permasalahan yang muncul sebenarnya merupakan sebab dari permasalahan yang perlu dicari, sehingga didalam menerapkan kebijakan baru nantinya tidak bersifat pemecahan permasalahan sementara saja, melainkan untuk jangka panjang. 

Berbicara mengenai TKW pikiran kita langsung ter-default kepada TKW yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT), karena saat ini negara kita di Timur Tengah sudah memiliki trade mark sebagai negara pengirim PRT yang besar (barangkali terbesar), sehingga kita sendiri akan ikut latah mengikuti anggapan mereka. Adanya TKW yang bekerja sebagai PRT merupakan cermin dari kondisi masyarakat negara pengirim TKW itu sendiri. Jika diibaratkan sebuah cermin apakah dengan menghilangkan atau merusak cermin akan memperbaiki rupa sesungguhnya dari negara itu? Itu ibarat pepatah yang mengatakan, "Buruk muka kaca dipecah." istilah kekinian adalah, "Buruk gambar kamera dibanting." 

Para TKW itu datang bekerja sebagi PRT di negara orang bukanlah suatu pilihan yang bagus bagi mereka, karena mereka harus jauh sekali dengan keluarga menuju ke suatu tempat yang bahkan mungkin belum pernah sama sekali dikenal, baik tempat ataupun budayanya. Tetapi hanya itulah pilihan satu-satunya saat itu yang dianggap dapat membantu mereka untuk menyelesaikan permasalahan besar mereka di belakang secara cepat. Artinya, jika mereka tidak mengambil kesempatan untuk menjadi TKW di negri orang, maka permasalahan yang lebih besar akan terjadi pada mereka bahkan pada keluarga mereka. Taruhlah seorang janda muda beranak satu atau dua yang ditinggal suaminya, ia tidak memiliki penghasilan kecuali menggantungkan hidupnya kepada orang tuanya yang juga berpenghasilan tidak menentu. Tentu sebagai ibu muda ia ingin melihat anak-anaknya menempuh pendidikan layaknya anak-anak yang lain di daerahnya. Lalu siapa yang akan membantu memecahkan permasalahan ibu muda ini? Ia tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk bekerja sebagai tenaga kerja pabrikan atau kantoran misalnya. Satu-satunya keterampilan yang dimiliki adalah pekerjaan rumahan di mana ini sesuai menurut anggapannya menjadi pembantu rumah tangga dengan gaji besar di negri orang. Jika ibu ini dilarang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di negri orang karena harus menjaga martabat bangsa, lalu bagaimana dengan permasalahan keluarga yang ia telah coba untuk memecahkannya sendiri itu? Apa yang ibu muda ini dapatkan dari yang namanya bangsa apabila ia tidak menjadi PRT di negri orang? Mengenai permasalahan yang terjadi di negri orang yang menyebabkan beban negara atau bangsa bukanlah kehendak awal atau suatu masasalah yang disengaja diciptakan oleh mereka.

Jadi permasalahannya tidak sesederhana itu, sebetulnya permasalahannya lebih kompleks dari yang muncul di permukaan. Masih banyak rentetan permasalahan sosial lainnya jika sebagai PRT dilarang bekerja ke luar negri. Permasalahan mereka sebenarnya perlu dicarikan jalan keluar dulu sebelum pelarangan itu dideklarasikan.

Status PRT

Sesuai dengan keadaan dan situasi kerja para PRT merupakan suatu kebutuhan antara kedua belah pihak, yaitu PRT itu sendiri dan majikannya. Keduanya saling membutuhkan satu dan yang lainnya. Si PRT mengharapkan terutama gaji dan perlakuan sewajarnya atas hasil kerjanya dan si majikan mengharapkan terutama beban pekerjaan rumahnya beres. Karena ada dua belah pihak yang saling ketergantungan dan membutuhkan, maka diperlukan pihak ketiga yang dapat memberi jaminan bahwa kedua belah pihak tadi telah saling memenuhi kewajiban mereka kepada yang lainnya. Hal ini agar tidak terjadi over eksploitasi oleh majikan terhadap PRT ataupun majikan merasa dirugikan karena hasil kerja PRT yang tidak memuaskan. Sehingga kedua belah pihak memiliki derajat yang sama sama saling di atau menghormati. 

Karena PRT merupakan seorang pekerja yang mana mereka harus melakukan pekerjaannya sebaik mungkin agar harapan majikan sesuai perjanjian kerjanya dapat dipenuhi, maka mereka membutuhkan istirahat yang cukup, tempat tinggal yang layak, makanan yang baik dan pelayanan kesehatan semestinya jika diperlukan, baju seragam kerja yang memadai dan gaji langsung ditransfer ke rekening bank setiap bulannya layaknya fasilitas bagi pekerja pekerja professional lainnya dengan disesuaikan sesuai keadaannya. Demikian pula hak para majikan harus dilindungi karena untuk mendatangkan PRT dari negara lain membutuhkan biaya keuangan yang cujup besar. Jika mendapatkan PRT yang tidak cakap uang yang sudah dikeluarkan melalui perusahaan tenaga kerja harus ada perlindungannya juga.

Tenaga Professional, Mengapa Tidak Ada Masalah?

Karena  Indonesia di Timur Tengah lebih dikenal sebagai negara pengirim TKW-PRT, maka walaupun perusahaan-perusahaan  di Timur Tengah banyak yang mempekerjakan TKI professional tetap saja mereka tidak berubah imej mereka. Bahkan tidak jarang orang Indonesia dikira orang Philipina atau Malaysia. Kenyataan ini memang membuat gamang bagi para tenaga proffesional Indonesia yang bekerja di Timur Tengah. Mereka (para professional) berpendapat bahwa khusus imaje mereka memjadi jatuh karena adanya para TKW-PRT ini. Apalagi banyaknya masalah terutama masalah sosial dan kriminal yang ditimbulkan berupa penganiayaan sampai pelecehan seksual dan terkadang berujung ke pengadilan atau dimuat media setempat. Mereka (para TKW) tidak berdaya karena keadaan mereka memang berada pada posisijauh  lebih lemah dibandingkan dengan posisi sponsor atau si majikan. Mutual interest terkadang lebih condong beratnya ke arah majikan. Itu karena PRT sendiri lemah sebagai wanita dan juga kehidupan mereka bisa dikatakan tidak pernah ke luar atau bertemu orang luar, sehingga tidak bisa dijangkau oleh dunia luar. Adalah dua faktor yang memang tidak bisa dilawan. Lemah karena sebagai wanita merupakan kodrat, dan lemah karena tidak bisa berhubungan dengan dunia luar memang karena budaya setempat yang tidak mengijinkan seorang wanita bertemu dengan orang luar rumah majikan. 

Sejak aku berada di Abu Dhabi selama ini hanya sekali atau dua kali aku pernah mendengar dan melihat TKI skilled/proffesional yang memiliki permasalahan serius dengan sporsor mereka. Yang pertama lebih dari sepuluh tahun lalu seorang tukang taman, lelaki itu beberapa waktu sempat tinggal di KBRI Abu Dhabi. Yang lain seorang teknisi pembuat Ducting untuk AC dikarenakan gaji yang dijanjikan ketika dirikrut di Indonesia dengan kenyataan ketika bekerja di Abu Dhabi tidak sama, kenyataannya lebih kecil dari yang pernah dijanjikan ketika di Indonesia. Dia sempat beberapa waktu tinggal di KBRI Abu Dhabi sampai dengan proses pemulangannya melalui pengadilan selesai.

Menurut pengalaman pribadi sebagai skilled worker permasalahan yang berujung ke pengadilan antara pekerja dan sponsor bisa dikatakan tidak ada, ini karena semua hak dan kewajiban masing-masing mengikuti aturan hukum perburuhan yang berlaku di UAE. Departement Perburuhan setempat berfungsi sebagai pihak ke tiga yang selalu siap membantu apabila antara pekerja dan sponsor memiliki perselisihan. Di mana untuk mengaksesnya cukup mudah. Akibatnya antara pekerja dan sponsor merasa saling membutuhkan. Masing-masing memiliki tanggung iawab yang sama didalam melaksanakan apa yang tertuang di dalam kontrak kerja yang sudah disepakati/ditandatangani. Hal inilah yang membuat semua komunikasi dan transaksi antara pekerja dan sponsor akan selalu dicatat sebagai bukti bahwa masing-masing telah memenuhi kewajiban mereka. 

Mungkinkah Penyelesaian Permasalahan PRT Secara Permanen

Ada suara yang kuat untuk menghentikan permasalahan PRT dengan solusi agar Pemerintah Indonesia menghentikan atau melarang pengiriman mereka saja. Sebenarnya sejak awal posisi para PRT ini sudah bisa dilihat kelemahan-kelemahannya dan rentan akan penganiayaan, tetapi apakah telah dilakukan langkah-langkah untuk memperbaikinya?. Apakah pernah diadakan suatu study secara khusus dengan tujuan membantu untuk menyelesaikan permasalahan yang sering timbul?. Tahukah apakah  permasalahan mereka sebenarnya, sehingga dapat menimbulkan permasalahan yang bersifat tidak manusiawi?. Dll.

Apabila diantara beberapa pertanyaan di atas tidak dijawab secara memuaskan, maka permintaan pelarangan pengiriman PRT ke Timur Tengah perlu dikaji ulang. Kecuali di Indonesia atau Pemerintah Indonesia dapat memberi penghidupan yang semestinya bagi para PRT setelah tidak lagi memiliki penghasilan ketika berada di Indonesia. Kecuali Pemerintah menjamin adanya pekerjaan pengganti jikalau mereka yang yang tidak memiliki keterampilan itu tidak diijinkan merantau menjadi PRT ke manca negara. 

Permasalahan yang timbul hampir secara keseluruhan terjadi ketika para PRT berada di tangan para majikan, yaitu masalahnya selalu timbul di hilir, di mana masalah di hilir bisa juga disebabkan permasalahan yang ada sejak dari mereka berada di hulu. Atau memang di hilir keadaannya lebih berpeluang menimbulkan permasalahan. Kajian yang mendalam perlu dilakukan baik di hilir ataupun di hulu, sehingga jika mereka masih diijinkan menjadi PRT ke luar negeri, dapat memiliki jaminan keamanan atau paling tidak dapat menghindari permasalahan semaksimal mungkin. 

Selama keadaan di dalam negeri masih belum mampu memberikan kesempatan kerja untuk membantu memecahkan permasalahan mereka yang sebenarnya, maka pengiriman PRT ke luar negeri agar dibiarkan tetap terbuka. Toh kalau dihitung dari jumlah mereka, maka para PRT yang berhasil serta tidak bermasalah masih lebih besar jumlahnya daripada yang memiliki masalah. 

Kesimpulan Dan Usulan

Melihat pada TKI professional/skilled worker maka;
  1. Pada tenaga kerja professional peran Institusi Perburuhan di negara tujuan sebagai pihak ke tiga dapat memberi rasa aman bagi kedua belah pihak antara pekerja dan sponsor, maka hal ini perlu diusahakan juga bagi PRT agar peran Institusi Perburuhan setempat dilibatkan juga sebagai pihak ke tiga. Jika perlu ditambah peran Institusi Perburuhan dari Indonesia agar memiliki kekuatan pendukung yang lebih kuat terutama bagi para PRT.
  2. Semua transaksi dan komunikasi yang bersifat penting antara PRT dan majikan agar dicatat, hal ini sebagai bukti dikemudian hari terutama apabila ada permasalahan yang timbul dan membutuhkan bukti-bukti.
  3. Perbaikan kondisi ekonomi nasional merupakan jawaban tunggal untuk mencegah para TKW ataupun seluruh TKI bekerja ke luar negeri. Jika kondisi perekonomian Indonesia akan semakin buruk dari saat ini, maka penghentian pengiriman PRT akan menjadikan impian semata.
  4. Selama pengiriman PRT masih belum dihentikan, maka perlu suatu perbekalan kecakapan kerja dan bahasa yang lebih baik untuk disesuaikan dengan keadaan negara tujuan.
  5. Perlunya penempatan perwakilan dari Depnaker RI di negara-negara tujuan para PRT bekerja untuk memonitor ataupun membantu mereka jika diperlukan.
  6. Adanya bantuan hukum dari Pemerintah Indonesia terutama bagi PRT yang sedang menghadapi permasalahan sampai ke pengadilan setempat karena biaya untuk menyewa pengacara di luar negeri cukup mahal.  
  7. Perlu diperbaiki tentang jaminan keselamatan mereka ketika pulang ke Indonesia, sehingga eksploitasi mereka selama perjalanan terutama di bandara dan ketika menuju ke rumah mereka dapat dikurangi.
  8. Perlunya perlindungan sejak dari awal dengan memberikan asuransi yang harus dibayar misalnya setiap perpanjangan kontrak
End.



Saturday, July 21, 2012

Apa Beda Puasa Di Sini Dan Di Sana?

Pendahuluan

Aku teringat tadi ketika mengikuti kegiatan awal Ramadan di KBRI tahun ini, setelah berbuka bersama sempat diwawancarai oleh reporter dari Trans-TV. Pertanyaannya sederhana tetapi karena aku tidak terlalu siap dan tidak pernah berada di depan kamera TV, maka jawaban yang telah diberikan tidak terlalu mengena. Pertanyaan sederhana itu ialah, "Beda pak ya, berpuasa di sini dibanding dengan berpuasa di Indonesia?". Seharusnya saya menjawabnya dengan jawaban sebagai berikut:

Jawabannya bisa, "Ya", dan bisa juga, "Tidak" (sedikit diplomatis). Jawaban, "Ya" lebih menarik daripada jawaban, "Tidak". Mengapa begitu?. Mari kita simak bersama-sama dari jawaban yang telah aku katakan terlebih dahulu dimulai dari yang tidak menarik yaitu, "Tidak". Jika jawaban, "Tidak", berarti berpuasa di Indonesia adalah sama dengan berpuasa di UAE. Dan sebaliknya.

Berpuasa Di Indonesia Sama Dengan Berpuasa Di UAE


Kalau puasa itu diibaratkan suatu makanan misalnya daging ayam, maka makanan daging ayam di Indonesia adalah akan sama dengan makanan daging ayam di UAE, sama-sama daging ayamnya tentu kandungan nutrisinya kurang lebih bisa dianggap sama dimanapun itu berada. Artinya berpuasa di Indonesia sama saja dengan berpuasa di UAE, yaitu menahan diri tidak makan dan tidak minum serta melakukan hal lain yang tidak membatalkan puasa mulai dari waktu terbitnya matahari fajar (Imsyak) sampai dengan waktu matahari terbenam (Maghrib). Mereka sama karena sumber referensi berpuasa diambil dari sumber yang sama, yaitu Alqur'an dan Hadist yang sama berhubungan dengan Puasa Ramadan.

Sehingga kalau di UAE memfitnah itu dapat membatalkan puasa, demikian juga di Indonesia. Jika di Indonesia seseorang tidak dapat menahan diri untuk pelampiasan syahwat itu dapat membatalkan puasa seseorang, demikian juga di UAE. Jika di UAE minum dan/atau makan dengan sengaja pada waktu matahari belum tergelincir itu batal, maka di Indonesispun juga sama. Jadi, inilah kesamaan antara berpuasa di Indonesia dibandingkan dengan berpuasa di UAE.

Berpuasa Di Indonesia Tidak Sama Dengan Berpuasa Di UAE


Agar jawaban pertanyaan itu lebih terfokus dan mudah diikuti, maka sebenarnya perbedaan antara berpuasa di Indonesia dibanding dengan berpuasa di UAE pada garis besarnya dapat dibagi menjadi dua bagian karena sebabnya, pertama perbedaan kondisi alam dan kedua perbedaan budaya atau kebiasaan dari kedua tempat.


Bagian pertama perbedaan kondisi alam;









Di UAE pada dasarnya dikenal dua musim yaitu; musim panas dan musim dingin, serta ada yang menambahkan dua musim tambahan selain dua musim yang sudah disebutkan tadi yaitu; musim semi dan musim gugur. Sedangkan di Indonesia juga dikenal dengan dua musim juga yaitu musim kering (panas tropis) dan musim hujan.


Di UAE jika Bulan Ramadan jatuh pada musim panas seperti sekarang ini, maka akan mengakibatkan kesulitan bagi mereka yang berpuasa dan bekerja di luar ruangan yang berhubungan langsung dengan udara luar. Bayangkan, di tempat-tempat berteduh saja hawa panas yang menerpa muka serasa sama dengan ketika muka menerima hawa panas dari kompor untuk memasak. Keadaan itu biasanya terjadi mulai pertenganhan Juli sampai pertengahan September. Pada waktu puncak suhu udara bisa mencapai 49 derajat Celsius, ini biasanya terjadi pada bulan Agustus.




Lebih sulit lagi kalau keadaan kelembaban (humidity) udara sedang tinggi sampai lebih dari 90% dan tidak ada angin. Udara sudah panas lembab dan tidak ada angin, selain terasa panas bagaikan berdiri di depan kompor, sehingga tanpa bergerakpun tubuh akan mengeluarkan keringat dengan sendirinya, apalagi bergerak.


Jadi, bisa dibayangkan bagi orang-orang di UAE yang bekerja di luar ruangan yang badannya terkena sinar matahari secara langsung dengan suhu udara panas melebihi 40 derajat Celsius. Orang-orang demikian kalau masih dapat mempertahankan puasanya, maka mereka sebagai orang yang luar biasa kuat, baik luar maupun dalamnya, atau fisik maupun jiwanya. 'Barangkali' pahala yang didapat akan lebih besar jika dibandingkan dengan orang-orang yang berpuasa tetapi tempat kerjanya selalu berada di dalam ruangan ber-AC.




Pemerintah UAE melarang pekerja melakukan kegiatan kerja di luar ruangan dengan sengatan matahari secara langsung mulai pukul 12:00 sampai dengan pukul 15:30 apabila suhu udara mencapai lebih dari 40 derajat Celsius. Sedangkan di Indonesia suhu udara luar paling panas rata-rata adalah 34 derajat Celsius dengan kelembaban maksimum rata-rata 65%, mungkin perjuangan untuk mempertahankan puasa tidak seberat di UAE.


Lain halnya denga kondisi ruangan-ruangan yang ada di UAE pada umumnya hampir semua ruangan untuk makluk hidup memakai AC, sehingga apakah musim panas ataupun musim dingin suhu udaranya relatif sama dibuat sesegar mungkin.

Jadi, mengakibatkan rasa berpuasa sama saja apakah ketika di musim dingin ataupun ketika di musim panas. Hanya saja durasi waktunya saja yang berbeda, pada umumnya ketika musim dingin durasi waktu berpuasa berkisar rata-rata pada 11 jam, sedangkan pada musim panas berkisar pada 14 jam. Sedangkan di Indonesia berkisar 13 jam.

Karena kondisi alam UAE berpadang pasir, maka apabila tersesat misalnya, maka jangan coba-coba bergerak sampai pertolongan datang, karena berjalan di pasir akan menguras banyak tenaga. Untungnya hampir di sepanjang jalan di UAE ditanami pohon-pohon di bagian tepinya, paling tidak jika mobil mengalami kerusakan pohon-pohon itu bisa dipakai untuk berteduh di bawahnya.

Bagian kedua perbedaan kebiasaan;

Di Indonesia begitu bulan Ramadan datang masyarakatnya langsung merasakan trauma dengan kekhawatiran munculnya perselisihan antara penganut hisab dan penganut rukyat didalam menentukan awal dan akhir Bulan. Bahkan antara sesama penganutnya juga terkadang bertentangan. Di UAE hal itu tidak pernah terjadi karena selama ini Pemerintah UAE mengikuti ketentuan yang ditentukan oleh Saudi Arabia dimana pusat Islam, Makkah berada.


Jadi, apa yang Pemerintah tentukan mengenai waktu bulan Ramadan seluruh penduduknya mengikutinya. Inilah mungkin implementasi dari ayat Alqur'an yang meminta orang-orang beriman agar mentaati Allah dan Rasul, dan Penguasa kalian. Sedangkan di Indonesia walaupun Pemerintah dalam hal ini yang diwakili oleh Menteri Agama telah menentukan sikap dengan suatu keputusan, jika ada organisasi Islam yang tidak terima, maka organisasi tsb. secara terang-terangan akan menolak keputusan Pemerintah yang telah dibuat dan akibatnya pengikut organisasi itu tunduk kepada keputusan organisasi daripada keputusan Pemerintah.


Adapun perbedaan kebiasaan di bulan Ramadan antara kebiasaan di Indonesia dibandingkan dengan kebiasaan di UAE adalah dapat dibagi lagi sesuai dengan kriteria waktu, antara lain;
  1. Diwaktu pagi, hampir seluruh kegiatan akan dimulai sekitar pukul 9:00 pagi. Kalau mengacu pada kantor-kantor Pemerintah maka jam kerja di luar Ramadan yang biasanya dimulai  kebanyakan dimulai pukul 7:00 dan berakhir pada pukul 15:00, di bulan Ramadan dimulai dari pukul 9:00 dan berakhir sampai dengan pukul 14:00. Walaupun untuk kantor-kantor perusahaan swasta bisa diatur sesuai kebijakan perusahaan bersangkutan tetapi pada umumnya durasi jam kerja di bulan Ramadan akan dikurangi. Dan jangan pernah menginginkan menikmati makan pagi di rumah makan bagi yang tidak berpuasa, pasti tidak akan mendapatkannya.
  2. Diwaktu siang, di Indonesia bagi yang tidak berpuasa jika ingin makan siang di rumah makan di luar banyak pilihan rumah makan yang masih tetap buka seperti di luar bulan Ramadan. Di UAE jangan harap mendapatkan hal seperti itu, semua rumah makan akan tutup sampai menjelang waktu berbuka. Karena Pemerintah melarang rumah makan menjual makanan pada waktu puasa (siang hari) untuk menghormati bulan Ramadan. Mereka boleh membukanya sekitar dua setengah jam sebelum waktu berbuka puasa sampai dengan waktu imsyak datang. Bagi mereka yang ingin membeli makanan dan duduk di rumah makan sebelum waktu berbuka tidak diperbolehkan juga menyantapnya sebelum waktu berbuka datang. Juga bagi mereka yang tidak berpuasa di UAE dilarang makan atau minum di tempat-tempat yang dapat dilihat oleh umum, jika ingin makan atau minum misalnya, harus dilakukan secara tersembunyi.
  3. Ketika berbuka puasa, di Indonesia ketika berbuka puasa pada umumnya seseorang harus mengeluarkan koceknya apakah itu makan di rumah ataupun di luar rumah. Bagi seseorang yang ketika waktu berbuka sedang dalam perjalanan maka untuk membatalkannya (makan secukupnya) pada umumnya harus masuk rumah makan, jarang ada fasilitas yang mudah dijangkau yang menyediakan tempat berbuka puasa. Di UAE, hampir di setiap masjid memberikan fasilitas untuk berbuka puasa dengan makan secukupnya, apakah itu makanan dari orang-orang yang tinggal di sekitar masjid ataupun dari Palang Merah UAE. Selain itu Palang Merah UAE juga menyediakan tenda-tenda khusus yang dipasang di tempat-tempat tertentu (bisanya keramaian) yang memang disediakan khusus bagi yang mau berbuka puasa di situ. Banyak juga rumah-rumah orang pribumi di setiap bulan Ramadan menyediakan makanan untuk berbuka dengan cara dibagikan kepada siapa saja untuk dibawa dengan catatan harusmembawa tempat makanan sendiri. Jenis makanan yang disediakan dalam satu paket biasanya berisi kurma, nasi, sayur dan lau-pauk, minuman kaleng air dan juice dan terkadang ada buah, yogut dan labannya juga. Pokoknya lengkap.
  4. Ketika malam, ada beberapa kegiatan yang dilakukan ketika malam Ramadan tiba antara lain;
  • Salat Tarawih; setelah salat Isyak seluruh masjid di UAE mengadakan salat tarawih bersama. Kebanyakan mengambil 20 rakaat salat tarawih ditambah 3 rakaat salat witir. Bagi mereka yang melaksanakan salat tarawih 8 rakaat dan mesjid menyelenggarakan 20 rakaat, setelah rakaat kedelapan selesai mereka langsung minggir untuk melakukan salat witir tersendiri. Di Indonesia salat ini biasanya ada kelompok 20 rakaat ada kelompok 8 rakaat. 
  • Setelah salat tarawih; di UAE setelah salat tarawih selesai tidak ada lagi kegiatan seperti di Indonesia ceramah agama dan/atau tadarusan. Kalaupun ada ceramah agama biasanya pada masjid-masjid tertentu yang sudah ditentukan oleh Pemerintah, juga membaca Alqur'an yang dilakukan oleh seorang qori' dan yang lainnya mendengarkan saja, inipun adanya pada mesjid-mesjid tertentu yang sudah ditentukan dan biasanya bergiliran setiap harinya dari masjid satu ke masjid lainnya. Bagi yang ingin membaca Alqur'an setelah salat tarawih harus dilakukan di luar masjid karena pintu utama masuk ke dalam masjid akan di tutup setelah salat tarawih selesai. Pada malam Ramadan banyak kegiatan pertandingan olahraga diadakan, baik di klub-klub olahraga ataupun di kantor-kantor Pemerintahan. Pertandingannya dimulai setelah salat tarawih sampai dengan waktu sahur tiba sekitar pukul 2:00 dini hari. 
  • Toko-toko di Mall, dan Super Market pada umumnya buka mulai dari pagi pukul 10:00 sampai dengan pukul 17:00 kemudian dibuka kembali dari puluk 20:30 sampaidengan pukul 2 dini hari, walaupun ada yang buka secara nonstop dari pukul 10:00 sampai dengan tengah malam, dan Restoran umumnya buka dari sore hingga pukul 2:00 dini hari. Sedangkan di Indonesia keadaan pada umumnya seperti pada waktu di luar bulan Ramadan.
End

Friday, July 20, 2012

SAMI'NA WA ATO'NA

Pendahuluan

Sepintas kata sami'na wa ato'na semacam ajakan agar mendengarkan dan mentaati atau mengikuti. Bagi orang yang lugu, apapun yang diperintahkan oleh orang lain dengan referensi dari hadist merupakan suatu hal yang harus diikuti tanpa memperdulikan siapa yang sedang membacakannya.  Memang tidak bisa diperdebatkan karena arti sesungguhnya dari sami'na wa ato'na memang kami dengar dan kami taati. 

Secara logat sami' berarti dengar dan ato' berarti taat. Setelah ditelusuri lebih jauh lagi ternyata rangkaian kata-kata sami'na wa ato'na diambil dari salah satu ayat dalam Al'quran yang mempunyai rangkaian kata lain dan jika dibacakan secara keseluruhan merupakan perintah terhadap kita tentang siapa saja yang harus kita dengar dan kerjakan (apabila digabung keduanya akan menjadi berarti mentaati) setelah mendengar perintah yang diminta. Lengkapnya berarti kira-kira seperti berikut; 

"Wahai orang-orang yang beriman!, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan Penguasa kalian". QS Almaidah, 49.

Yang menjadi pokok tujuan pada sami'na wa ato'na itu adalah "kita semua yang beriman" sebagai objek sedangkan Allah, Rasul dan Penguasa sebagai subjeknya. Jadi, objek dari Allah adalah Rasul dan object dari Rasul adalah Penguasa dan objek Penguasa adalah orang-orang yang beriman (kita). Selain dari  Allah, Rasul, Penguasa, dan orang-orang yang beriman, adalah sesuatu yang berada di luar sistem sami'na wa ato'na. Hal itu yang berlawanan dengan orang--orang beriman alias orang-orang kafir.

Tentang Subjek

Tidak bisa disangkal lagi subjek-subjek yang disebutkan seperti sebelumnya merupakan subjek-subjek berjenjang. Artinya seorang penguasa tidak akan dapat secara langsung menerima perintah dari Allah, demikian juga sebaliknya, Penguasa tidak akan memerintah Rasul. Sehingga yang dapat memerintah seorang Rasul hanyalah Allah kemudian
Rasul memerintahkan perintah yang diterima dari Allah kepada Penguasa, lalu Penguasa akan memerintah perintah yang diterima dari Rasul kepada kita.  Kita tidak bisa memerintah penguasa apalagi memerintah Rasul. Ini yang dimaksud dengan "Taatilah Allah dan Rasul dan Penguasa kalian". Tentu bagi orang-orang yang beriman hukumnya wajib mentaati "Penguasa" sepanjang si "Penguasa" mentaati "Rasul".

Jadi, wahyu yang tersusun secara berurutan itu bukanlah hanya sembarangan saja diturunkan melainkan agar bermakna jelas dan dapat dilaksananakan secara hirarki sesuai aturan subjek dan objek.

Tentang Objek

Objek yang dimaksud adalah seluruh manusia yang beriman kecuali penguasa yang telah disebutkan sebagai salah satu subjek dari tiga hirarki Subjek. Jadi, yang dimaksud kita adalah termasuk anda dan saya sekarang dengan syarat apabila objek itu beriman, mereka yang lalu dan mereka yang akan datang dengan catatan beriman dan tidak menjadi Penguasa sebagai objek Rasul, dengan kata lain tidak termasuk Allah, dan Rasul.

Jika ada seseorang mendengar dan melaksanakan perintah selain yang disebutkan sebagai subjek sebenarnya orang tersebut tidak memehami makna sami'na wa ato'na secara utuh. Untuk itulah ada sebuah kisah bahwa para sahabat Rasul akan melaksanakan perintah Rasul dengan tanpa mempertanyakan perintah yang diberikan kepada mereka, karena Rasul sebagai subjek pada sistem sami'na wa ato'na sedangkan para sahabat sebagai objeknya

Tentang Hadist

Hampir seluruh hadist ditulis (baaca dibukukan) kira-kira seratus tahun setelah Rasul SAW wafat. Penilaian sahnya suatu hadist dengan metode penyelidikan yang sudah dipatok oleh para ahli hadist, maka hadist-hadist yang memenuhi kriteria akan menjadi hadist yang sah atau benar sedangkan yang tidak, akan menjadi hadist yang lemah, tidak sah bahkan palsu. Di sinilah letak permasalahan pada penerapan sistem sami'na wa ato'na

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, apakah perawi hadist yang telah menyatakan bahwa suatu hadist itu sah adalah termasuk pada salah satu kriteria subjek?. 

Apabila mereka bukan penguasa, maka melaksanakan hadist yang disyahkan ahli hadist bukanlah termasuk melaksanakan sistem sami'na wa ato'na, karena seseorang sebetulnya tidak melaksanakan perintah Rasul tetapi melaksanakan perintah yang disebut hadist oleh ahli hadist dari hasil penyelidikan para ahli hadist yang membenarkan bahwa hadist yang diriwayatkan adalah benar-benar dari Rasul SAW. Lain halnya dengan melaksanakan perintah suatu hadist yang disyahkan dan diriwayatkan oleh seorang ahli hadist tetapi terlebih dahulu menyelidiki sendiri tentang kebenaran hadist yang sudah disahkan tersebut, bukan berarti terus langsung percaya dengan apa yang diituliskan oleh ahli hadist, karena akibatnya  bukan melaksanakan sesuai dengan sistem yang sudah digariskan pada sami'na wa ato'na, akan tetapi melaksanakan perintah para perawi hadist. 

Permasalahan Yang Dihadapi

Kini, untuk mendapatkan sebuah hadist dari perintah langsung dari Rasul SAW adalah tidak mungkin, lalu mempercayai hadist-hadist yang ditulis oleh ahli hadist masih menyisakan tanda tanya. Lalu bagaimana cara mendapatkan tentang hadist yang memang benar-benar dari Rasul SAW? 

Untuk mejawab pertanyaan ini dapat dikatakan sangat sulit, karena antara hadist-hadist yang ada sebelum ditulis oleh para penulis hadist banyak yang sudah bercampur dengan yang bukan hadist, bahkan bisa jadi masih ada juga hadist yang lolos dan dinyatakan sah padahal itu bukan hadist. Dan juga sebaliknya, dipastikan masih ada yang benarbenar hadist tetapi dinyatakan palsu karena tidak memenuhi kriteria yang telah dipatok oleh para perawi hadist. Sehingga perintah yang dinyatakan oleh perawi hadist dilaksanakan bulat-bulat. Inilah permasalahannya, subjek dan objek.

Akal

Ada banyaknya hadist-hadist yang sudah dinyatakan sah akan tetapi di pihak  lain tidak kalah dahsyatnya beredar hadist-hadist yang kadang bertentangan dan dinyatak sah juga memberikan manusia untuk mencarikan suatu solusi. Runyamnya apabila hadist-hadist yang bertentangan itu tidak ada rujukannya samasekali di dalam Alqur'an. Pada keadaan inilah pemakaian akal diperlukan. Walaupun terkadang pemahaman yang telah dibenarkan oleh akal saat ini belum tentu dapat bertahan selamanya. Itu bukanlah tujuannya. Yang terpenting ada jembatan untuk memberikan argumentasi tentang pilihan atau pemakaian hadist yang sedang bertentangan.

Seperti yang telah diketahui bahwa akal bekerja dengan cara logis. Logis merupakan satu-satunya jalan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu untuk dinobatkan menjadi benar. Ini penting sekali bagi subjek agar perintah yang akan diberikan kepada objek memenuhi sistem sami'na wa ato'na.

Siapa Subjeknya Bila Pemerintah Tidak Memerintahkan

Sistem sami'na wa ato'na hanya mengenal tiga subjek berjenjang.  Lalu apabila Pemerintah tidak memberikan arahan pada suatu hal yang spesifik, siapakah subjeknya? Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita lihat keterangan di bawah ini.

Perawi hadist sejatinya adalah objek, diri  kita sendiri juga objek. Lalu ada suatu perintah yang bukan datang dari subjek dan harus dilaksanakan, misalnya ingin memberi uang kepada orang yang sedang meminta di tengah jalan. Kebetulah Pemerintah setempat tidak memberikan petunjuk diperbolehkan atau dilarang memberikan misalnya uang kepada pengemis di jalanan. Sedangkan menurut hadist yang beredar adalah dianjurkan untuk memberikan sebagian rejeki kepada yang memerlukannya. Di sinilah diperlukan adanya subjek baru sebagai subjek berjenjang di atas, yaitu dengan mengangkat pemimpin lain selain pemimpin resmi daerah itu, baik dirinya sendiri ataupun perawi hadist tersebut.

Apabila dirinya sendiri yang diangkat sebagai pemimpin khusus untuk masalah yang tidak diperintahkan oleh pemimpin, maka akallah yang akan memberikan keputusan. Tetapi apabila perawi hadist yang diangkat menjadi pemimpin, maka apa yang dinyatakan sah oleh mereka harus diikuti tanpa ada alasan apapun.

Demikian tulisan pendek ini semoga bermanfaat.

Nasuki@emirates.net.ae


   

Monday, July 16, 2012

Bagian 17 MORALITAS

"Jangan pernah membiarkan perasaan moral anda berada pada suatu jalan tentang melakukan apa yang benar"  Isaac Asimov

"Kebenaran adalah rahasia keagungan dan kebajikan, dasar dari otoritas moral; itu adalah puncak dan seni tertinggi dari kehidupan"  Henri Frederic Amiel

"Apa yang kita sebut 'moral' adalah secara sederhana patuh secara buta terhadap kata-kata perintah"  Havelock Ellis.

"Apakah moralitas itu pada setiap waktu atau tempat yang diketahui? Itu adalah apa yang moyoritas lalu terjadi disana yang dIsukai, dan tidak bermoral apa yang tidak disukai mereka".  Alfred North.

Satu bagian penting dari setiap filosofi kehidupan adalah kode moral yang kokoh. Jika ada akhirat dan Tuhan yang akan mengadili prilaku anda maka itu merupakan yang paling penting bahwa anda memiliki sejelas mungkin suatu pengertian tentang moralitas sebab prilaku anda dalam kehidupan ini mungkin diadili pada kehidupan akhirat nanti. Bagaimanapun, ada suatu peluang sepertinya secara sama bahwa tidak ada Tuhan, suatu ruh, suatu tenaga yang akan mengadili prilaku anda, atau setelah kehidupan atau akhirat. Pada kasus yang manasaja, jika sitem moral yang anda ikuti adalah tidak lengkap atau tidak logis maka kehidupan anda akan mengikutinya. Pada akhirnya itu berarti kehidupan anda akan sembarangan dan tidak produktif, dan itu hampir pasti bahwa ini akan menyebabkan pada anda sedang tidak mampu untuk memenuhi arti kehidupan. Lagi, jika anda mengajari anak-anak anda suatu filosofi moral tidak logis anda akan membentuk mereka sampai menderita pada konsekwensi yang sama. Tidak memenuhi arti kehidupan adalah nasib terburuk seorang manusia yang dapat diderita tak terkecuali apakah ada akhirat atau tidak. Ini berarti anda butuh untuk mengembangkan suatu pengertian logis dan sistematis tentang moralitas, dan anda perlu secara konstan memeriksa kembali dan memperbaiki sistem yang anda ikuti. 

PENOLAKAN LAIN

Tujuan dari mengikuti apa bukan untuk mengatakan pada anda bagaimana anda harus hidup, meskipun anda mungkin memutuskan anda ingin menggabungkan beberapa dari apa yang anda baca pada sistem pribadi anda tentang etika. Jika anda memilih untuk menerima apasaja yang diikuti yang seharusnya  anda tidak demikian pada keimanan. Periksa logisnya dibelakang ide-ide itu dan pastikan mereka lolos. Tak terkecuali apakah ya atau tidak anda memilih untuk menerima setiap kesimpulan yang dinyatakan di sini anda harus tetap mempu menggunakan mereka sebagai alat untuk menyelesaikan dua hal.

Pertama, gunakanlah itu untuk membantu anda memahami bahwa moral tradisi yang telah anda pelajari selagi anda sebagai seorang anak belum final katakan tentang moral. Anda diperbolehkan mengabaikan mereka, analisa moral yang lain, dan bahkan kembangkan milik anda sendiri. Anda tidak melakukan yang tidak boleh jika anda melakukan itu. Anda sedang melatih tenaga pikiran anda dan juga keinginan rasa bebas anda.

Kedua, gunakanlah itu untuk membantu memahami apakah suatu kode moral sistematis itu dan mengapa itu penting untuk moral anda menjadi sitematik. Dibutuhkan alasan yang baik untuk setiap aturan yang anda ikuti, dan harus ada suatu penyebut pemersatu biasa dibelakang itu semua. Setiap sistem moral harus memiliki suatu tujuan akhir. Cara itu anda dapat melakukan aksi apapun dan mengukurnya terhadap tujuannya untuk menentukan nilai dari aksi itu.

TEORI KOHLBERG TENTANG PENGEMBANGAN MORAL

Satu cara ilmiah untuk memulai menerangkan logisnya tentang moral adalah melihat pada itu melalui suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh psikolog, Lawrence Kohlberg.

Kohlberg menyatakan bahwa bagian dari perkembangan melibatkan pengembangan moral. Tidak diragukan kita semua setuju dengan itu, tetapi apa yang ia katakan terfokus pada penyelidikannya adalah bagaimana moral kita berkembang. Didalam mendapatkan itu dia melakukan suatu study dimana dia menanyakan atau meminta orang-orang dari semua umur apa yang mereka pikirkan yang paling benar dilakukan akan berada pada situasi teori berikut;

"Seorang perempuan sudah hampir mati dari semacam kanker khusus. Ada satu obat bius yang dokter pikir mungkin menyelamatkan dia. Itu suatu bentuk radium yang telah ditemukan oleh tukang obat bius pada kota yang sama akhir-akhir ini. Obat biusnya sangat mahal untuk dibuat, tetapi tukang obat biusnya menjualnya sepuluh kali lipat dari biaya produksi obat bius itu. Dia habis 200 Dollar untuk radium dan dijual 2000 Dollar untuk dosis kecil obat biusnya. Suami perempuan sakit itu, Heinz, pergi berkeliling pada setiap orang yang ia kenal meminjam uang, tepapi dari semuanya ia hanya dapat 1000 Dollar, yang mana setengah dari harga yang dibutuhkan. Dia katakan pada tukang obat bius bahwa istrinya sedang sekarat dan memintanya untuk menjualnya lebih murah lagi atau ijinkan dia untuk mebayarnya kemudian. Tetapi tukang obat bius bilang, "Tidak, saya yang menemukan obat ini dan saya akan membuat uang dari nya". Sehingga Heinz mendapatkan kekecewaan dan merusak gudang orang itu untuk mencuri obat bius bagi istrinya. Haruskah Heinz merusak masuk ke dalam laboratorium untuk mencuri obat bius untuk istrinya? Mengapa atau mengapa tidak?".

Kohlberg tidak perduli apakah anda menjawab ia atau tidak. Dia hanya ingin mengetahui mengapa anda memberikan jawaban anda. Teruskan dan jawab pertanyaan itu untuk diri anda dan lihat apa yang Kohlberg telah harus katakan tentang tingkatan anda tentang perkembangan moral. 

Dia dapati bahwa manusia (mempunyai potensi untuk) mendapat kemajuan melaui enam tahapan tentang penalaran moral. Curahkan perhatian khusus pada dua kata yang terakhir dari kalimat yang lalu, "Penalaran moral". Moral bukan hanyalah jawaban untuk diingat. Moral adalah melalui proses, suatu rumus untuk dihitung. 

Tingkatan pertama penalaran moral adalah yang paling biasa pada anak kecil. Mereka melakukan apa yang dikatakan oleh figur otoritas sebab jika mereka tidak mereka akan dihukum. Itulah sejauh alasan mereka berjalan. 

Tikatan kedua adalah dasarnya didefinisikan oleh egoisme. Anak pada tingkatan ini percaya bahwa mereka harus melakukan apa yang terbaik untuk mereka bahkan jika itu merugikan yang lain. Hanyalah kesempatan bagi mereka akan membantu yang lain jika ada sesuatu didalamnya untuk mereka.

Tingkatan ketiga  perkembangan pada masa remaja. Di sini individu merupakan perhatian utama dengan persetujuan sosial. Jika orang lain melakukannya maka itu boleh-boleh saja. Selebihnya terhadap dasar moral pada standard sosial
orang orang pada tingkatan moral reasoning ini juga lebih condong berpikir bahwa niatan baik akan
menjustify atau menimbang devian behavior.

Pada tingkatan ke empat individu percaya dunia memiliki
aturan, dan kita harus mengikuti aturan itu sebab itu adalah peraturan, dan peraturan adalah baik
sebab mereka menjaga kita tetap aman. Pemikiran tingkatan ini adalah tipikal murid sekolah tinggi
lebih tua.

Tingkatan ke lima adalah sedikit lebih abstrak, dan dengan mudah didapati antara
mahasiswa. Orang orang pada tingkatan ini percaya hukum merupakan penghubung sosial kita bikin untuk
menjaga kita aman, tetapi benar lebih penting daripada hukum, dan hukum bisa dirubah jika kita
merubah mereka dengan cara yang demokratis. Orang orang pada tingkatan moran reasoning ini juga
mengatakan hukum harus berperan yang terbaik untuk jumlah yang terbanyak.

Kahlberg mengatakan bahwa
hampir tak seorangpun (jika ada orang) mencapai tingkatan ke enam, yang meng involve pemikiran
abstrak dan berkomitmen untuk mematuhi peraturan hanya dikarenakan mereka benar dan bukan karena
hasilnya akan mempunyai konsekwesi empirical apapun terhadap suatu individu. Tingkatan reasoning ini
juga mengikuti bahwa peraturan dibuat untuk masyarakat; masyarakat tidak dibuat untuk peratturan,
dan jika peraturan ceases untuk membantu orang orang maka peraturan tidak lagi berguna dan dapat
menjadikan rusak secara morallitas.

Jika semuanya yang dikatakan dalam buku ini sampai di sini
adalah benar maka tidak mengejutkan sehingga sedikit orang mencapai tingkat enam. Kebanyakan orang
tidak mempelajri, tidak memikirkan, dan tidak mencoba berkembang. Mereka bingung umur dan conformity
dengan kedewasaan. Mereka memandang jenius suatu yang berbeda dan thus suatu yang jelek. Mereka
percaya itu karena mereka, mereka sendiri, tidak berbeda maka mereka harus baik. Sehingga mereka end
up merayakan kebodohan mereka dalam sisa hidup mereka. Thus, mereka tidak pernah mencapai tingkatan
tertinggi dari moral reasoning. Adakah keraguan tidak ada shortage of moral crime untuk program
berita lokal anda untuk dilaporkan?

Sehingga apakah rahasia untuk mencapai tingkatan paling tinggi
dari moral reasoning? Tentu, anda harus berpikir secara logis dan secara abstrak, tetapi pernyataan
itu pada dasarnya vague terhadap tuduhan tak berguna. Kita dapat menjadi lebih tepat daripada itu.


Didalam berpikir pada tingkatan ke enam anda memerlukan tongkat pengukur yang valid secara
empiris, sistematis, logis. Setiap tingkatan reasoning memakai tongkat pengukuran yang berbeda:
penghargaan/ hukuman dari otoritas atau penguasa, apa yang anda inginkan, apa pleases society, apa
peraturannya, dan apa yang melayani kebiasaan baik

Tongkat pengukuran yang paling tinggi adalah ari kehidupan karena semua nilai yang anda lakukakn dan
diukur relatif terhadap bagaimana itu membantu/melukai anda!yang lain memenuhi arti
kehidupan.

Marilah pakai tongkat pengukur ini untuk mengembangkan metode sistimatis aturan moral.
System yang mengikuti didasarkan pada empat prinsip:
1. Suatu harga makhluk hidup datang dari
kenyataan bahwa itu hidup. Semua yang hidup adalah sama.
2. Arti kehidupan untuk setiap hal yang
hidup adalah untuk memenuhi potensinya.
3. Setiap hal yang hidup butuh memakan hal yang hidup
lainnya untuk bertahan hidup. Setiap hal yang hidup harus vie untuk sumber yang sama agar bertahan
hidup.
4. Kebutuhan yang paling dasar dalam kehidupan adalah bertahan hidup. Ke dua adalah keamanan.
Ke tiga adalah aktualisasi diri. Ke empat adalah kebebasan.

Marilah pakai setiap dari empat prinsip
itu dan amati mereka sedikit lebih mendalam.

Door Prize Kehidupan

1. Suatu bobot makhluk hidup
datang dari kenyataan bahwa itu adalah hidup. Semua hal yanh hidup adalah sama.

Setiap hal yang
hidup secara takterhibgga bernilai tak perduli, periode. Ini juga berarti bahwa setiap orang adalah
bernilai sama tek perduli apa yang telah mereka lakukan, apa tingkat pendidikan yang mereka miliki,
atau apa pangkat yang telah bestowed pada mereka.

Satu implikasi dari ini adalah bahwa pembunuhan
adalah inherently tidak bermoral sebagaimana itu hukuman mati sepanjang pilihan atau opsi ada untuk
tetap seorang pembunuh berada di penjara. Peraturan ini juga validates peraturan emas atau the
golden rules, "Apakan pada yang lain sebagaimana anda akan memiliki mereka terjadi pada
anda." Jika setiap orang adalah sama maka apapun yang andaakukan terhadap seseorang adalah
secara moral sama dengan melakukan nya terhadap orang lain, termasuk diri anda sendiri. Jika anda
melukai orang lain itu sama sebagaimana melukai diri anda sendiri. Jika anda membunuh orang lain itu
sama saja melakukan bunuh diri.

Pemenuhan Arti Kehidupan

2. Arti kehidupan bagi setiap hal yang
hidup adalah untuk memenuhi potensinya.

Jika arti kehidupan bagi setiap hal yang hidup adalah untuk
memenuhi potensinya, dan setiap orang adalah sama. Maka pencegahan atau membantu orang lain memenuhi
arti kehidupan adalah sama seperti pencegahan atau membantu diri anda memenuhi arti kehidupan.

Ini
berarti anda secara moral diwajibkan memenuhi arti kehidupan untuk diri anda sendiri, dan untuk
memperpanjang itu anda diwajibkan melakukan bahwa anda secara sama diwajibkan membantu orang lain
memenuhi arti kehidupan.

Pada penghormatan ini secara moral mengikuti peraturan yang sama
sebagaimana tanggungjawab yang dijabarkan pada Bagian 9. Suatu tindakan adalah hanya
bertanggungjawab jika itu membantu anda mencapai tujuan kebertahanan hidup dan pemenuhan arti
kehidupan dalam waktu yang lama.

Setiap society mempunyai peraturan yang mempertimbangkan moral
bahwa dalam realitan tidak memiliki hubungan terhadap moralitas. Sebafai contoh, kata kata cuss
tidak memiliki dampak pada apapun pemenuhan arti kehidupan. Ini berarti tidak ada justifikasi secara
logis untuk mempertimbangkan mereka tidak bermoral atau menghukum orang yang mengatakan kata kata
cuss dalam TV atau radio. Hanyalah dasar dari yang seharusnya tidak bermoral dari kata kata cuss
adalah kebodohan budaya. Hal yang sama terhadap hal yang tabu menentang mansturbasi, nudity,
homosek, polugny, dll.

Kebertahanan Hidup Yang paling Fit

3. Setiap hal yang hidup membutuhkan
makan hal yang hidup lainnya untuk mempertahankan hidup. Hal yang hidup harus vie untuk sumber yang
sama untuk bertahan hidup. 

Dua titik pertama dalam sistem ini tentang suara etik sangat rapi diatas kertas, tetapi mereka
membentur suatu snag ketika dipakai pada dunia nyata sebab setiap hal yang hidup perlu memakan hal
hidup lainnya untuk bertahan hidup. Setiap jidup juga butuh berlomba untuk sember yang sama agar
bertahan hidup. Berdasarkan pada dua titik pertama prinsip moral ini berarti kita berlaku tidak
bermoral setiap kali kita menggigit makanan atau mengambil chek bayaran. Bagaiman kita pernah dapat
baik conscience terus hidup mengetahui orang atau hal lainnya harus mati sehingga kita dapat
hidup?

Agar dapat lolos dari hal ini kita perlu mengambil emosi keluar tentang rumus untuk
sementara waktu. Kenyataannya adalah ini adalah dunia kita hidup, dan suatu kebertahanan hidupnya
dari yang paling fit adalah satu darti aturan mainnya. Jika setiap yang hidup sama maka kita semua
memiliki hak yang sama untuk mengkonsumsi satu dan lainnya dalam berkelahi untuk bertahan hidup dan
tumbuh. Dalam hal dimana satu yang hidup harus mati untuk yang lain agar hidup sesuatu yang hidup
adalah sesuatu siapa yang mampu.

Ingat, filosofi ini berlaku hanya untuk hidup dan mati. Ingat
bahwa yang kuat harus bertahan hidup adalah berbeda dengan mengatakan bahwa yang kuat harus
mengeksploitasi yang lemah. Ingat, kita semua bernilai sama. Ini berarti kita secara sama diwajibkan
membantu mereka yang kita dapat (ketika tifak ada yang secara segera bertentangan untuk kebertahanan
hidup). Tak perduli bagaiman kuatnya anda itu masih tetap tidak bermoral untuk needlessly melukai
atau mengeksploitasi mereka yang lebeih lemah daripasa anda.

Lihat bagaimana ini dipakai pada
perang dan mempertahankan diri. Jika itu salah membunuh maka apa yang akan anda lakukan ketoka
mugger atau satu atau suatu pasukan menyerang anda? Diketahui bahwa keduanya hidup anda adalah
secara sama bernilai anda akan menjustify apakah anda mempertahankan diri anda atau membiarkan anda
diserang. Bagaimanapun, jika anda mengetahui bahwa penyerang anda akan membunuh orang lain setelah
anda maka anda akan diwajibkan mencoba untuk membunuh mereka.

Bagaimana dengan menggugurkan
kandungan? Sesuai dengan konsep ini akan menjadi salah jika alasan anda hanyalah mendapatkan satu
untuk menghindari tanggung jawab. Bagaimanapun, jika mendapatkan bayi mengakibatkan kehidupan ibunya
atau makanan sedemikian scarce pada lingkungan sekitar tempat tinggal yang orang lain akan harus
kelaparan didalam memberi makan bayinya maka anda akan dijatifikasi apakah memiliki bayi atau
menggugurkannya. 

Marilah pakai itu pada pencurian. Mengapa pencurian inherently salah? Harus ada
alasan yang lebih kongkrit daripada "Tuhan mengatakan begitu" atau "sebab itu melawan
hukum." Mengapa Tuhan atau pembuat peraturan mengatakan salah?" Itu semua turun pada
sumber (resources). Anda tukan waktu kehidupan yang sangat berharga untuk bekerja demi uang anda
miliki dan barang barang yang telah anda beli dengannya. Mencuri uang atau possession adalah sama
seperti pencurian kehidupan. Bagaimanapun, ini berarti tidak ada inherent tidak bermoral dalam
pencurian apa yang telah dicuri. Lebih lanjut, anda akan dijastifikasi secara moral untuk mencuri
jika itu adalah hanyalah jalan bagi anda untuk b ertahan hidup. Bagaimanapun, itu tidak berarti
hulum mengijinkan anda mencuri juga. Hukum harus melindungi hak orang orang. Tentu, jika kita semua
memanej dan berbagi sumber sumber kita pada yang paling utama tak seorangpun perlu untuk
mencuri.

Suatu Hirarki Logis Dari Prioritas

4. Kebutuhan yang paling mendasar dalam kehidupan
adalah bertahan hidup. Ke dua adalah keamanan. Ke tiga adalah aktualisasi diri. Ke empat adalah
kemauan bebas.

Kehidupan bukanlah pertarungan tanpa akhir untuk kehidupan dan kematian. Kehidupan
adalah masih jauh lebih rumit daripada itu. Untuk itu, tongkat mengukur moral perlu agar mampu untuk
memasukkan dilema setiap moral dalam kehidupan. Untuk melakukan itu anda perllu pendifinisian yang
baik hirarki prioritas. Ini tidak harus memerlukan untuk memasukkan peraturan pribadi untuk setiap
situasi anda perbah encounter. Iti akan tidak bisa (inpposible). Anda secara sederhana perlu suatu
daftar yang cukup digeneralisasi untuk mengatasi setiap situasi yang memungkinkan.

Dan daftar
itu seharusnya sependek sebagaimana praktisnya untuk memastikan itu tidak mendapatkan muddled. Di
sini satu concise daftar yang demikian:
1. Kebutuhan yang paling mendasar pada kehidupan adalah
bertahan hidup.
2. Ke dua adalah keamanan.
3. Ke tika adalah aktualisasi diri.
4. Ke empat adalah
kemauan bebas.

Ketika ada konflik kepentingan antara dua hal yang hidup satu yang harus diijinkan
untuk memproses dengan kepentingan mereka adalah sesuatu yang menyampaikan kepentingan kebutuhan
yang paling dasar. Ketika konflik kepentimgannya sama maka mahluk yang harus diijinkan untuk
memproses dengan kepentingan mereka adalah satu yang dapat. Jika pernah ada konflik kepentingan
dimana itu memungkinkan keduanya secara reasoning mengakomodasi tanpa yang satu trumpimg yang
lainnya maka mereka harus mengambil jalan pengakomodasian.

Mari pakai dilema Kohlberg terhadap
daftar ini. Apakah Heinz benar mencuri obat dari crooked doctor untuk menyelamatkan kehidupan
istrinya? Itu tergantung.

1. Kebutuhan yang paling dasar dalam kehidupan adalah bertahan
hidup.

Jika dokternya menghargai terlalu mahal dan dia dapan membeli obat untuk menyelamatkan
kehidupannya sendiri dari sakit terminal yang lain maka dokternya benar menghargai lebih mahal,
tetapi Heinz akan juga benar mencoba mencuri obat.

2. Ke dua adalah keselamatan.

Seharusnya dokter
itu memghargai lebih mahal solely untuk memperkuat masa pensiunnya. Bahkan demikian ini masih
equates pada suatu pergulatan untuk bertahan hidup bertahan hidup segera istri akan trump keamanan
masa depan dokter itu. Thus, Heinz akan menjastifai tentang pencurian obat itu. Bagaimanapun,
pencurian obat hanya akan dijustifikasi sepanjang penyakit istrinya adalah terminal. Bahkan begitu,
jika dia harus mengambil uang dari biaya tabungan pensiunnya untuk menyembuhkan sakit yang non
terminal istrinya maka dia akan dijastifikasi dalam mencuri untuk the sake untuk keamanan masa
depannya dan istrinya. Bagaimanapun, jika Heinz pernah datang melintasi suatu abundance uang pada
masa depan dia akan secara moral diwajibkan membayar kembali dokternya sehingga dia dapat
memperkokoh masa pensiunnya yang sangat berharga itu.

3. Yang ke tiga adalah aktualisasi
diri.

Dokter itu secara moral diwajibkan untuk menggapai aktualisasi diri sebagaimana dia membantu
orang lain menggapai aktualisasi diri. Tak perduli apakah istrinya Heinz memiliki sakit terminal
atau tidak, dengan menghargai lebih pasen oleh dokter untuk obatnya dia membatasi suatu sumber yang
dapat mereka pakai untuk membantu mereka menggapai aktualisasi diri. Lupakan Heinz. Jika dokter
merely menghargai lebih untuk horde keuntungan dia bersalah mencuri dengan tanpa maaf dan harus held
accountable dan jika tiada yang lain memaksa merubah suatu jumlah wajar untuk obat miliknya.
Kejahatannya adalah suatu usaha bukan hanya terhadap kebiasaan yang masuk akal, common decency,
tetapi juga terhadap Pencipta kita dan semua kerja yang dipakai untuk penciptaan kehidupan.

4. Yang ke empat adalah ingin bebas.

Permasalahan Heinz melawan doktor tamak tidak membesar demikian jauh kedalam moralitas karena itu
hanya tentang kehidupan dan kematian. Sekali seseorang telah mencapai aktualisasi diri kewajiban
mereka hanyalah untuk melatih aktualisasi diri mereka dengan melakukan apapun itu mereka ingin
melakukan (sepanjang itu tidak merusak satupun dari ketiga tenant moralitas yang lalu). Dan jika
orang lain disekeliling anda sedang menderita atau memerlukan, plight mereka mengambil precedent
terhadap fancy anda.