Sunday, January 01, 2012

Tahun Baru 2012

Tidak ada Sukarsi di akhir tahun ini terasa sepi, ia pergi ke Seattle Amerika menemani Ila karena libur musim dingin kuliahnya. Aku tidak ada rencana apa-apa pada acara malam tahun baru 2012 ini kecuali akan dihabiakan di rumah. Tanwin selesai kerja sukarela di Mubadala World Tennis Championship pada pukul 20:00. Aku tahu dari kemarin kalau ia sudah akan makan malam di areal stadion malam ini, ia sudah menuturkan tentang itu padaku kemarin malam. Ketika aku jemput Tanwin sehabis kerja sukarela aku merasa kasihan kalau tidak menikmati malam tahun baru ini di luar rumah, lalu aku menawarkan untuk menikmati malam tahun baru ini di luar rumah saja. Ia monolak tawaranku ini. Aku memberitahunya, bahwa sekarang ada konser musik di Marina Abu Dhabi seperti yang telah teman tennisku, Hary katakan. Tanwin menjawabku kalau ia sudah tahu tentang konser musik itu, dan ia tahu pula kalau seandainya minta izin menonton dan meminta karcis konser akan tidak disetujui karena mahal. Perasaan itu yang ia punya didalam benaknya. Itu yang kami tanamkan pada anak kami, bahwa sesuatu hiburan berharga mahal tidak perlu dikejar karena hiburan bukanlah hal yang terlalu penting, serta dalam suatu konser kemungkinan adanya bahaya terhadap dirinya lebih mudah daripada kondisi biasa. Pernah aku sekeluarga menghadiri konser musik di Yas Island, karcis cuma-cuma diberikan kepada peserta jalan sehat. Sungguh aku terkejut melihat suasana konser saat itu, minuman keras sepertinya dijual didalam areal konser, muda-mudi bebas berpelukan selama konser, aku dan isteriku berbeda tempat dengan Tanwin yang berkeliling arena bersama teman-temannya. Ketika konser usai, kami sepakat bahwa konser merupakan tempat yang bahaya, jikalau ingin menontonnya harus extra hati-hati. Tetapi kalau berhubungan dengan pendidikan atau sekolahnya, maka akan diijinkan.
Sejenak aku teringat masa remaja ketika perayaan malam tahun baru datang, merupakan suatu cerita tersendiri yang tidak pernah akan terlupakan. Aku belum mempunyai teman gadis khusus, padahal acara malam tahun baru oleh para remaja merupakan malam yang
penuh kesenangan, malam, penuh suka-ria karena hampir semua orang merayakannya. Para penjual terompet dan umbul-umbul dengan pikulannya berjajar sepanjang jalan terutama di tengah kota. Aku tidak pernah membeli mainan untuk malam tahun baru kecuali makanan dan minuman jika aku perlukan, walaupun, aku merayakannya sampai tengah malam dengan teman-temanku. Aku kendarai sepeda motor Yamaha Bebek tahu 75 sampai dinihari berkeliling ke seluruh penjuru kota, manakala aku merasa lelah aku gantikan kemudi motorku kepada teman yang aku bonceng. Sungguh kenangan yang tak akan terlupakan walaupun begitu kejadiannya setiap tahun.
Sehabis kegiatan di stadion, Tanwin mengajak pulang, menghabiskan malam tahun baru
kali ini di rumah saja, ajakanku ke konser menurutnya tidak ada gunanya, pergi ke konser tidak mempunyai karcis duduk mendengarkan dari luar arena konser, membosankan katanya. Aku mencoba untuk merayu dia agar pergi saja ke Marina barangkali ada konter penjual karcis yang masih buka. Ia bilang bahwa karcis sudah habis terjual sejak beberapa hari yang lalu. Rupanya ia selalu memantau perkembangan konser di Marina ini walaupun ia mempertanyakan bahwa group 'Cold Play' yang akan tampil ini selalu membawakan lagu-lagu sedih, karena seharusnya malam tahun baru untuk bergembira, maka group band yang diundang seharusnya adalah group band/musik yang selalu berlagu gembira.
Ketika sedang mengemudi sebelum sampai di rumah, aku mendapat panggilan telepon dari seorang teman tennis menawarkan bermain tennis besok pagi. Aku terima tawaran itu karena Jum'at kemarin acara tennis mingguan diliburkan karena ZSC dipakai untuk Mubadala World Tennis Championship dan teman yang biasa mengundang main tennis di komplek apartementnya sedang bertugas kerja. Aku sebarkan tawaran main tennis ini sesuai yang diminta oleh penawar. Dua orang kawan lagi akan bergabung bermain tennis besok pagi. 'Kebetulan', pikirku, 'malam ini tidak ada acara, besok pagi kantor libur dan tahun baru ada tawaran main tennis'.
Sehabis main tennis dari pukul 7:30 sampai pukul 10;00 sungguh letih, selesai makan
siang terasa semakin ngantuk, mengupdate blogku tidak bisa aku lanjutkan, terpaksa aku ke tempat tidur. Matahari sudah hampir menghilang ketika aku bangun dari tidur. Rasa lelah menghilang dan yang masih ada adalah rasa pegal di tangan kiri dan kedua kaki bawah betis. Bergegas aku mencuci muka memulai berwudu, selesai shalat Ashar Tanwin menyapa ku. Ia meminta makan di luar sebagai pengganti tahun baru di rumah kemaren malam. Aku mengabulkan permintaannya ini dan aku tanyakan tentang tempat makan yang ia inginkan. Ia meminta makan di restoran yang benar-benar restoran. Aku mengusulkan di daerah Pink Shop dekat rumah saja. Ia menolak usulku itu, ia menginginkan restoran semacam Restoran Chilly. Ia sadar makanan di Chilly enak dan mahal. Atau di Restoran Apple Bees saja dimana menurutnya sama dengan Chilly dan berada di Al-Mushrif Mall. Aku menyetujui yang terakhir saja karena sekalian mencoba yang baru, tentang Restoran Chilly kami sekeluarga sudah pernah mencobanya. Tanwin masih saja sibuk dengan komputer, ia selalu menyaksikan film karton kalau malam tiba karena pada siang hari selalu belajar. Sehabis melakukan shalat Isyak aku dan Tanwin ke luar rumah. Ketika melewati depan Pink Shops aku melirik barangkali ada restoran yang cocok untuk Tanwin. Ia menggelengkan kepala saja terhadap semuanya. Dan sesampainya di Al-Mushrif Mall teringat tentang pesan Sukarsi dari Seattle Amerika agar aku mencari jas untuk Tanwin di Toko Brand For Less, toko fashion bermerek dengan harga yang relatip murah. Aku lihat waktu sudah pukul 21:30 sedangkan kebanyakan toko di Abu Dhabi ini tutup pada pukul 22:00, maka aku tetap menuju Restoran Apple Bees saja. Pelayan restoran membawa aku dan Tanwin ke meja untuk 4 orang, sedangkan Tanwin meminta meja untuk 2 orang saja. Dalam daftar menu banyak makanan yang tidak aku kenal karena aku memang sangat jarang makan di restoran mahal dengan menu aneh-aneh buatku. Tanwin selalu menjelaskan menu masakan yang tidak aku pahami. Aku patok harga makan per orang agar jangan lebih dari 60 Dirham dan ditambah harga minum tidak lebih dari 20 Dirham, dan Tanwin menyetujuinya. Aku memilih Chicken Tender Basket ukuran kecil dan Softdrink sebagai menuku, dan Tanwin memesan Steakhouse Beef Burger dan minuman dari sari buah segar. Aku tahu bahwa menu di restoran-restoran di Abu Dhabi ini sajiannya berjumlah banyak, sehingga aku memilih yang ukuran kecil saja, selain harganya lebih murah juga kalau tidak habis karena kebanyakan yang dipesan akan tidak menjadi mubazzir/terbuang percuma. Ketika dijumlah harga menu yang telah dipesan antara aku dan Tanwin masih dibawah patokan harga yang telah disepakati. Tanwin mengusulkan agar sisa jumlah uang untuk jatah makan malam ini dibelikan menu Advertiser, dan aku menurutinya saja.
Sungguh, aku tidak bisa menhabiskan makanan dan juga minuman yang telah aku pesan. Aku merasa kekenyangan. Sisa kentang goreng masih ada ketika pelayan restoran memberesinya. Aku tinggalkan juga softdrinkku diatas meja karena sudah terlalu kekenyangan. Sisa advertiser juga masih ada ketika pelayan restoran memberesinya. Tanwin juga sama saja sehingga ia tidak bisa menghabiskan sisa makanan yang masih ada. Tanwin jadi menunda beranjak dari tempat duduknya karena kekenyangan. Sedangkan aku asyik saja menulis kisahku hari ini. 161an Dirham biaya makan malam ini bersama Tanwin, makan malam untuk mendapatkan pengalaman baru sebagai pengganti acara malam tahun baru kemaren. Setelahnya sejenak aku teringat pada Sukarsi dan Ila yang jauh di sana. Aku langsung memencet-mencet tombol Black Barryku. Aku kirimi mereka kabar kalau aku dan Tanwin baru selesai makan malam di Restoran Apple Bees, sekalian jumlah uang yang telah dihabiskan. Ila meneruskan pesan Ibunya, bahwa kami melakukan ini karena merasa iri dengan mereka yang sedang berlibur disana.